• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer

Gel merupakan sistem semisolid yang terdiri dari dispersi molekul kecil atau besar di dalam pembawa cairan berair yang membentuk seperti jeli dengan penambahan gelling agent. Gel memiliki sistem penghantaran obat yang sangat baik untuk cara pemberian yang beragam dan kompatibel dengan banyak bahan

obat yang berbeda (Allen, 2002). Pada penelitian kali ini bentuk sediaan gel yang dipilih adalah hidrogel. Hidrogel sendiri merupakan gel dengan komposisi utama air. Keuntungan dari sediaan hidrogel adalah memiliki sifat daya sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit dan mudah dicuci sehingga sangat cocok untuk tujuan penggunaan secara topikal (Voight, 1994). Berdasarkan kelebihan tersebut dan berlandaskan tujuan penelitian maka peneliti memilih hidrogel sebagai sediaan yang cocok digunakan sebagai sediaan gel pembersih tangan.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan gel hand sanitizer meliputi zat aktif (minyak atsiri jeruk bergamot), gelling agent (HPMC), humektan (gliserin), pengawet (natrium metabisulfit) dan pelarut (akuades). Zat aktif yang digunakan dikatakan memiliki aktivitas antimikroba yang efektif menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Kadar hambat minimum (KHM) dari minyak atsiri jeruk Bergamot adalah 0,125%-1% v/v pada bakteri gram negatif, dan diketahui secara pasti bahwa nilai MIC untuk bakteri E.Coli pada minyak atsiri jeruk Bergamot adalah 0,5% v/v (Dugo dan Bonaccorsi, 2014). Gelling agent merupakan basis dari sediaan gel yang digunakan untuk membentuk massa gel. Humektan merupakan bahan yang digunakan untuk menahan kelembaban dari produk dan mampu meningkatkan jumlah air pada lapisan kulit terluar saat digunakan. Pengawet berfungsi untuk mengawetkan sediaan agar tahan lama dan tidak ditumbuhi mikroorganisme pada saat penyimpanan. Dan pelarut berfungsi untuk melarutkan bahan - bahan agar dapat bercampur membentuk sebuah kesatuan sediaan hidrogel.

Zat aktif yang dipilih dalam formulasi adalah minyak atsiri jeruk bergamot. Minyak atsiri jeruk bergamot dipilih karena memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Senyawa didalamnya yang diduga memiliki aktivitas paling efektif sebagai komponen antimikroba adalah linalool (Navara dan Mannucci,2015). Linalool (C10H18O) adalah senyawa monoterpen yang secara alami terkandung dalam tanaman. Senyawa ini bisa didapatkan melalui proses destilasi panas ataupun ekstrasi dari tanaman(Peana, 2008).

Gelling agent yang dipilih dalam penelitian ini adalah HPMC. HPMC dipilih sebagai gelling agent karena HPMC dapat membentuk masa gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang (Rowe, 2006). Selain itu HPMC mengembang terbatas dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik. Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana pengaruh konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot.

Pada penelitian ini dilakukan orientasi gelling agent terlebih dahulu. Orientasi bertujuan untuk menentukan level tinggi dan level rendah dari HPMC yang akan digunakan. Pada orientasi HPMC dibuat 5 jenis formula dengan konsentrasi gelling agent yang berbeda yaitu 1,25% ; 1,5% ; 1,75% ; 2,0% dan 2,25%. Kemudian diuji nilai sifat fisiknya. Nilai dari sifat fisik yang didapatkan untuk orientasi HPMC adalah sebagai berikut :

Tabel VI. Orientasi HPMC

Formula HPMC (%) Viskositas (Pa.s) Daya sebar (cm)

F1 (1,25%) 0,13674 10,00

F2 (1,50%) 0,32027 8,17

F3 (1,75%) 0,38604 7,25

F4 (2,00%) 0,43650 7,00

F5 (2,25%) 0,71135 6,33

Berdasarkan hasil orientasi HPMC yang dilakukan maka ditentukan level tinggi HPMC pada konsentrasi 2% dan level rendah HPMC pada konsentrasi 1,5%. Dikarenakan nilai viskositas dan daya sebar pada F1 dan F5 tidak masuk dalam kriteria dari sifat fisik hand sanitizer yang telah beredar dipasaran yang telah diuji sebelumnya. Sediaan dengan nilai viskositas yang baik adalah 0,26702 – 0,66411 Pa.s dan nilai daya sebar yang baik adalah 5,88 – 8,33 cm.

Humektan yang digunakan dalam formula adalah gliserin. Humektan adalah bahan dalam sediaan yang dimaksudkan untuk mencegah hilangnya kelembaban dari produk dan meningkatkan jumlah air pada lapisan kulit terluar saat sediaan digunakan. Gliserin dipilih karena karakteristiknya yang merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak akan mempengaruhi penampilan dari sediaan hand sanitizer yang akan dihasilkan. Selain itu, gliserin juga sering digunakan sebagai bahan tambahan untuk makanan sehingga juga aman apabila diaplikasikan kedalam bentuk sediaan topikal. Konsentrasi gliserin yang dapat digunakan sebagai humektan adalah ≤ 30% (Rowe, 2006).

Pada penelitian ini dilakukan orientasi level humektan. Orientasi bertujuan untuk menentukan level tinggi dan level rendah dari gliserin yang akan digunakan. Pada orientasi gliserin dibuat 6 jenis formula dengan konsentrasi gliserin yang berbeda yaitu F1 (0,5%) ; F2 (2,5%) ; F3 (8,5%) ; F4 (14,5%) : F5

(18,5%) ; F6 (20,5%) ; F7 (26,5%). Yang kemudian diuji nilai sifat fisiknya. Nilai dari sifat fisik yang didapatkan untuk orientasi gliserin adalah sebagai berikut :

Tabel VII. Orientasi Gliserin

Formula Gliserin (%) Viskositas (Pa.S) Daya sebar (cm)

F1 (0,5%) 0,42511 7,13 F2 (2,5%) 0,45039 6,86 F3 (8,5%) 0,48000 6,68 F4 (14,5%) 0,54460 6,35 F5 (18,5%) 0,29750 9,23 F6 (20,5%) - - F7 (26,5%) - -

Berdasarkan hasil orientasi level gliserin yang dilakukan maka didapatkan level tinggi gliserin pada konsentrasi 14,5% dan level rendah gliserin pada konsentrasi 0,5%. Dikarenakan nilai viskositas dan daya sebar pada F5, F6 dan F7 tidak masuk dalam kriteria dari sifat fisik hand sanitizer yang telah beredar dipasaran. Sediaan dengan nilai viskositas yang baik adalah 0,26702 – 0,66411 Pa.s dan nilai daya sebar yang baik adalah 5,88 – 8,33 cm.

Tidak didapatkan data untuk F6 dan F7 dikarenakan konsentrasi gliserin yang pada F6 dan F7 menyebabkan sediaan tidak stabil sehingga tidak dapat diketahui hasil. Pada konsentrasi gliserin 18,5%, 20,5%, dan 26,5% terbentuk gelembung yang tidak dapat hilang meskipun telah dilakukan penyimpanan sediaan selama 48 jam. Gelembung yang tetap berada di dalam sediaan akan mempengaruhi nilai viskositas, daya sebar sediaan dan juga mempengaruhi penampilan sediaan.

Gambar 1. Orientasi Gliserin F4 Gambar 2. Orientasi Gliserin F6

Gambar 3. Orientasi Gliserin F7

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa formula F4 (14,5%) memiliki bentuk yang bening dan tidak terdapat gelembung sedangkan pada gambar 2 dan 3 dapat dilihat bahwa formula F6 dan F7 memiliki banyak gelembung disekitar permukaan gel. Semakin meningkat konsentrasi humektan yang digunakan terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah gelembung. Berdasarkan dari data ini maka konsentrasi gliserin ≥ 18,5% tidak dapat membentuk sediaan hand sanitizer yang stabil pada formula yang digunakan dan tidak digunakan di dalam penelitian.

Berdasarkan hasil orientasi level HPMC dan gliserin maka didapatkan nilai level tinggi rendah dari HPMC dan gliserin yang akan digunakan. Pada penelitian ini dibuat empat formula sesuai metode desain faktorial. 4 formula tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel VIII. Formula Desain Faktorial

Bahan Formula

ab a b I

Minyak atsiri jeruk bergamot 2,5g 2,5g 2,5g 2,5g

HPMC 5g 5g 3,75 3,75

Gliserin 37,5g 1,25g 37,5 1,25 Natrium Metabisulfit 0,5g 0,5g 0,5g 0,5g

Aquades ad 250g 250g 250g 250g

Suatu sediaan memerlukan bahan pengawet agar tidak mudah ditumbuhi mikroba. Faktor utama pertumbuhan mikroba adalah media, terlebih media yang dapat mendukung tempat pertumbuhan mikroba seperti air. Maka dari itu sebagai sebuah sediaan hidrogel yang sebagian besar komposisi terdiri dari air maka keberadaan pengawet sangat diperlukan untuk menjaga kualitas sediaan tetap baik selama masa penyimpanan. Natrium metabisulfit digunakan sebagai bahan pengawet dalam formula karena aman, natrium metabisulfit biasa digunakan sebagai bahan pengawet untuk makanan. Menurut FDA (Food and Drug Administration) dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada batas maksimum konsentrasi 2000-3000 ppm. Konsentrasi natrium metabisulfit yang digunakan pada percobaan ini sebesar 0,2% b/b atau setara dengan 2000 ppm.

Dokumen terkait