• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Krim

2.4.3. Formulasi Krim

2.4.3.1 Setil Alkohol (Rowe et al., 2009)

Setil alkohol berbentuk serpihan licin, granul atau kubus yang berwarna putih dan memiliki bau khas lemah. Nama lain dari alcohol cetylicus, Avol, Crodacol C70, Crodacol C90, Crodacol C95, dan Ethal ini memiliki titik lebur 45-52oC. Setil alkohol mudah larut dalam ethanol 95% dan eter, kelarutannya akan meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak larut dalam air, bercampur ketika dilebur bersama lemak, parafin cair dan padat serta isopropil miristat.

Setil alkohol digunakan secara luas dalam pembuatan kosmetik, suppositoria, sediaan solid, dan sediaan semisolid. Setil alkohol dapat digunakan sebagai stiffening agent (2-10%), emulgator (2-5%), emolien (2-5%), dan penyerap air (5%). Pada sediaan emulsi m/a, penggunaan setil alkohol yang dikombinasikan dengan emulgator larut air dapat meningkatkan stabilitas dengan mencegah terjadinya koalesen pada droplet.

Setil alkohol stabil (tidak tengik) dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara. Akan tetapi tidak kompatibel dengan pengoksidasi kuat. Sebaiknya disimpan pada tempat yang kering, sejuk, dan tertutup

Gambar 2.3 Struktur Setil Alkohol (Rowe et al., 2009)

2.4.3.2 Asam Stearat (Rowe et al., 2009)

Asam stearat dengan nama lain Acidum stearicum. Cetylacetic acid, Crodacid dan lain-lain berbentuk serbuk atau kristal padat berwarna putih atau kuning pucat mengkilap dan berbau tajam. Titik lelehnya adalah 69-70oC. Asam stearat mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut dalam etanol 95%, heksana, dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air.

Asam stearat banyak digunakan dalam bidang farmasi. dalam pembuatan sediaan topikal, asam stearat digunakan sebagai emulgator dan solubilizing agent. Pada sediaan krim dan salep digunakan pada konsentrasi 1-20%. Ketika dikombinasikan dengan alkali seperti trietanolamin (TEA), akan terbentuk basis krim setelah pengadukan selama 5-15 kali dari berat cairannya.

Asam stearat merupakan bahan yang stabil dan dapat ditambah dengan agen antioksidan. Sebaiknya ditempatkan pada wadah tertutup, kering, dan sejuk.

Gambar 2.4 Struktur Asam Stearat (Rowe et al., 2009)

2.4.3.3 Trietanolamin (TEA) (Rowe et al., 2009)

TEA merupakan cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, memiliki bau lemah seperti amonia. TEA memiliki titk leleh 20-21oC. Pada suhu 20oC dapat bercampur dengan aseton, karbon tetraklorida, metanol, dan air. Sangat mudah larut dalam benzen (1 dalam 24 bagian) dan etil eter (1 dalam 633 bagian).

TEA berfungsi sebagai alkalizing agent dan emulsifying agent dengan konsenstrasi 2-4% v/v. Ketika bercampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat, TEA akan membentuk garam larut air yang memiliki karakteristik seperti sabun dengan pH 8, sehingga dapat digunakan sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi tipe m/a.

TEA akan berubah warna menjadi coklat jika terpapar cahaya dan udara, sehingga harus ditempatkan pada tempat yang kering dan sejuk serta terlindung dari cahaya. TEA akan bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks,

reaksi TEA dengan reagen tionil klorida dapat menggantikan gugus hidroksi dengan halogen yang menyebabkan hasil dari reaksi ini sangat beracun.

Gambar 2.5 Struktur Trietanolamin (Rowe et al., 2009)

2.4.3.4 Gliserin (Rowe et al., 2009)

Gliserin atau glicerol merupakan cairan kental higroskopis yang tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis 0,6 lebih besar dari sukrosa. Memiliki titik leleh 17,8oC. Gliserin praktis tidak larut dalam benzene, kloroform, dan minyak, larut dalam metanol dan air, akan tetapi agak sukar larut dalam aseton.

Pada sediaan topikal, gliserin sering digunakan sebagai humektan dan emolien dengan konsentrasi ≤30%. Gliserin juga sering digunakan sebagai pelarut atau co-solvent pada sediaan krim dan emulsi.

Gliserin tidak mudah teroksidasi, tetapi mudah terdekomposisi pada pemanasan. Selain itu gliserin dapat meledak jika bercampur dengan agen pengoksidasi kuat seperti chromium trioxide, pottasium chlorate atau pottasium permanganat. Gliserin akan berubah warna menjadi hitam atau keruh jika terpapar cahaya atau bercampur dengan zink oksida atau bismut nitrat.

Gambar 2.6 Struktur Gliserin (Rowe et al., 2009)

2.4.3.5 Metil Paraben (Rowe et al., 2009)

Metil paraben memiliki nama lain nipagin, asam 4-hidroksibenzoat metil ester, metil p-hidroksibenzoat. Berbentuk serbuk atau kristal yang tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa agak terbakar. Sangat mudah larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95%, 6 bagian etanol 50%, dan 5 bagian propilen glikol.

Mudah larut dalam 10 bagian eter dan 60 bagian gliserin. Metil paraben praktis tidak larut dalam minyak mineral.

Metil paraben berfungsi sebagai zat pengawet. Pada sediaan topikal, digunakan pada konsenstrasi 0,02-0,3%. Metil paraben dapat menghambat aktivitas mikroba pada pH 4-8. Dengan meningkatkanya pH akan membentuk anion phenolat yang dapat menyebabkan penurunan efektfitas antimikroba. Aktivitas antimikrobanya akan meningkat jika dikombinasi dengan paraben lain seperti metil-, etil-, propil-, dan butil paraben. Penambahan propilen glikol (2-5%), feniletil alkohol atau asam adetat dilaporkan juga dapat meningkatkan aktivitas antimikroba metil paraben.

Larutan metil paraben pada pH 3-6 stabil selama penyimpanan 4 tahun di suhu ruang dan dapat disterilkan dengan autoklaf selama 20 menit tanpa adanya dekomposisi. Sedangkan larutan metil paraben pada pH 8 akan cepat terhidrolisis. Aktvitas antimikrobanya akan berkurang dengan adanya surfaktan nonionik seperti polisorbat 80. Selain itu, metil paraben tidak kompatibel dengan adanya bentonit, magnesium trisilikat, talkum, tragakan, natrium alginat, dan minyak esensial.

Gambar 2.7 Struktur Metil Paraben (Rowe et al., 2009)

2.4.3.6 Propil Paraben (Rowe et al., 2009)

Propil paraben memiliki nama lain nipasol, propil parahidroksibenzoat dan lain-lain. Merupakan serbuk hablur putih atau kristalin, yang tidak berbau dan tidak berasa. Sangat mudah larut dalam etanol 95%, etanol 50%, dan propilen glikol. Mudah larut dalam aseton, eter, dan air mendidih. Propil paraben sangat sukar larut dalam air.

Penggunaan sebagai antimikroba pada sediaan topikal digunakan pada konsentrasi 0,01-0,6%. Sama halnya dengan metil paraben, aktivitas antimikrobanya akan menurun pada pH lebih dari 8. Kombinasi dengan paraben lain dapat meningkatkan efektifitasnya.

Gambar 2.8 Struktur Propil Paraben (Rowe et al., 2009)

2.4.3.7 Aquades (Rowe et al., 2009)

Aquades digunakan sebagai pelarut. Aquades memiliki karakteristik jernih, tidak berwarrna, tidak berbau, dan tidak berasa. Pada umumnya aquades larut pada berbagai pelarut polar. Aquades stabil pada berbagai kondisi fisik (es, cair, atau uap).

Dokumen terkait