• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Krim

Ketiga formula krim disimpan pada salah satu kondisi pengujian stabilitas dipercepat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan setelah disimpan selama 3 minggu. Pada pengujian stabilitas dipercepat, sediaan disimpan

pada suhu yang lebih tinggi dari suhu lingkungan (Bajaj et al., 2012). Pengujian dapat dilakukan pada suhu 25oC, 40oC, 50oC, 60oC, dan 70oC. Pada penelitian ini ketiga formula krim dilakukan uji stabilitas dipercepat pada suhu ruang (26 ± 2oC) dan suhu 40oC. Pemilihan suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC karena basis krim sudah mengalami peleburan pada suhu 40oC, sehingga jika krim disimpan pada suhu diatas 40oC dikhawatirkan akan mengalami ketidakstabilan dari awal penyimpanan dan akan mempengaruhi stabilitas krim tersebut. Selain itu, pemilihan suhu 40oC juga berdasarkan rekomendasi World Health Organization

(WHO) dan International Conference on Harmonization (ICH) untuk negara yang termasuk ke dalam zona IV climatic zone dengan kategori panas dan lembab, seperti Indonesia (Bajaj et al., 2012 ; Malik et al., 2011).

4.3.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Krim

Pengamatan organoleptis dilakukan secara subjektif dengan menilai warna, bau, dan tekstur dari sediaan yang dihasilkan. Organoleptis akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna, oleh karena itu sediaan yang dihasilkan sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan tekstur yang lembut di kulit. Hasil pengamatan organoleptis krim ekstrak etanol 70% herba kumis kucing pada hari ke-0 menunjukkan bahwa formula 1, formula 2, dan formula 3 memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna cokelat keemasan, berbau khas, dan memiliki tekstur yang lembut serta tidak lengket ketika diaplikasikan ke kulit. Setelah dilakukan penyimpanan selama 3 minggu pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC, dilakukan kembali pengamatan setiap minggunya terhadap ketiga formula dan hasil menunjukkan bahwa formula 1, formula 2, dan formula 3 tidak mengalami perubahan warna, bau, dan tekstur setiap minggunya (tabel 4.1 dan tabel 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim stabil secara organoleptis selama 3 minggu penyimpanan.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Penyimpanan suhu 26 ± 2oC

Penyimpanan Warna Bau Tekstur

Krim F1

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

Krim F2

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

Krim F3

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Penyimpanan suhu 40oC

Penyimpanan Warna Bau Tekstur

Krim F1

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

Krim F2

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

Krim F3

Minggu 0 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 1 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 2 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket Minggu 3 Coklat keemasan Khas Lembut, tidak lengket

4.3.2 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan Krim

Pengamatan homogenitas bertujuan untuk melihat penyebaran zat aktif dalam sediaan. Jika sediaan krim telah homogen maka diasumsikan kadar zat aktif akan selalu sama pada saat pemakaian atau pengambilan (Swastika, Mufrod, Purwanto, 2013). Hasil pengamatan homogenitas pada formula 1, formula 2, dan formula 3 yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC maupun suhu 40oC selama 3 minggu masa penyimpanan menunjukkan hasil yang homogen (tabel 4.3). Hal ini ditandai

dengan tidak adanya butiran-butiran kasar ketika sediaan dihimpitkan dengan dua kaca objek.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Homogenitas Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing

Krim Penyimpanan Homogenitas

Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 F1 Suhu 26 ± 2 o C + + + + Suhu 40oC + + + + F2 Suhu 26 ± 2 o C + + + + Suhu 40oC + + + + F3 Suhu 26 ± 2 o C + + + + Suhu 40oC + + + +

Keterangan : (+) homogen, (-) tidak homogen

4.3.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim

Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman dan kebasaan dari sediaan agar tidak mengiritasi kulit. Menurut SNI 16-4399-1996, pH sediaan krim yang ideal sebaiknya sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-8, karena jika krim memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit kering dan jika pH terlalu asam akan menimbulkan iritasi kulit (Djajadisastra, 2004).

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing

Krim Penyimpanan pH

Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 F1 Suhu 26 ± 2 o C 6,974 7,059 7,200 7,236 Suhu 40oC 6,806 6,901 6,940 F2 Suhu 26 ± 2 o C 6,867 6,998 7,125 7,150 Suhu 40oC 6,911 6,948 6,990 F3 Suhu 26 ± 2 o C 6,458 6,981 7,122 7,157 Suhu 40oC 6,945 7,013 7,039

Nilai pH dari ketiga formula sediaan krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC berkisar antara 6,458 sampai 7,236, dimana setiap minggunya mengalami peningkatan pH. Data diatas menunjukkan nilai pH pada F3 lebih tinggi dibanding F1 dan F2, hal ini dikarenakan konsentrasi asam stearat pada F3 lebih tinggi diantara dua formula lainnya. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat maka nilai pH sediaan akan semakin menurun (bersifat asam) karena banyaknya gugus asam yang terkandung dalam asam stearat. pH krim yang disimpan pada suhu 40oC lebih rendah daripada pH krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC, hal

ini dikarenakan pada suhu tinggi kandungan ion H+ dalam asam stearat meningkat sehingga pH menjadi lebih rendah (lebih asam).

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Uji Kolmogorov Smirnov pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC menghasilkan nilai signifikansi 0,534 (p > 0,05) dan pada penyimpanan suhu 40oC menghasilkan nilai signifikansi 0,419 (p > 0,05), maka diketahui bahwa populasi data uji memenuhi persyaratan uji normalitas. Selanjutnya dilakukan uji Test of Homogenity of Variance Levene untuk mengetahui populasi data yang diuji mempunyai varian yang homogen atau tidak. Hasil tes ini menunjukkan data uji pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC memiliki varian yang homogen dengan nilai signifikansi 0,183 (p > 0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA, sedangkan data uji pada penyimpanan suhu 40oC memiliki varian yang tidak homogen dengan nilai signifikansi 0,045 (p < 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis dengan

One-Way ANOVA dan Kruskal Wallis, pH ketiga formula yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang bermakna (p >0,05).

Meskipun mengalami peningkatan pH selama 3 minggu penyimpanan di dua suhu berbeda, ketiga formula sediaan masih berada dalam rentang pH normal kulit dan hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada setiap formula.

4.2.4 Hasil Pengkuran Viskositas dan Sifat Alir

Pengukuran krim dilakukan menggunakan viscotester HAAKE 6R dengan spindel R5 pada kecepatan 20 rpm. Hasil pengukuran viskositas menunjukkan bahwa krim F3 memiliki viskositas paling tinggi dari krim F1 dan F2, hal ini dikarenakan konsentrasi asam stearat pada krim F3 lebih besar dari krim F1 dan F2. Kekentalan krim dipengaruhi oleh adanya asam lemak. Asam lemak dalam formula ini adalah asam stearat, sehingga semakin banyak jumlah asam stearat semakin banyak pula kandungan asam lemak yang menyebabkan krim semakin kental dan tingginya nilai viskositas (Fitriana, 2015).

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Viskositas Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing

Krim Penyimpanan Viskositas

Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 F1 Suhu 26 ± 2 o C 13685 11170 10332 9640 Suhu 40oC 11090 9730 9500 F2 Suhu 26 ± 2 o C 15760 11700 11650 8110 Suhu 40oC 13240 10280 8630 F3 Suhu 26 ± 2 o C 18575 16850 14210 11960 Suhu 40oC 13500 12380 10390

Pada tabel terlihat bahwa hasil pengukuran pada minggu ke-0 hingga minggu ke-3 yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC terjadi penurunan nilai viskositas pada ketiga formula krim. Penurunan viskositas dapat disebabkan karena peningkatan ukuran diameter partikel krim yang menyebabkan luas permukaannya semakin kecil dan mengakibatkan viskositas menjadi menurun. Pengukuran diameter partikel krim akan dibahas lebih lanjut di subbab 4.2.6.

Berdasarkan tabel diatas, nilai viskositas krim pada penyimpanan suhu 40oC lebih rendah daripada penyimpanan suhu 26 ± 2oC. Hal ini dikarenakan viskositas cairan menurun jika adanya peningkatan temperatur (Sinko., 2011). Penurunan ini disebabkan karena panas yang diperoleh akan memperbesar jarak antar atom sehingga gaya antar atom berkurang dan viskositas krim menjadi menurun (Alfred et al., 1993). Menurut Swastika et al., (2013), adanya perubahan viskositas dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi fase dispers, medium dispers, emulgator, dan lingkungan.

Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov menunjukkan populasi data uji memenuhi persyaratan uji normalitas dengan nilai signifikansi 0,775 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,940 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 40oC. Hasil uji Test of Homogenity of Variance Levene diperoleh nilai signifikansi 0,611 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,526 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 40oC yang berarti populasi data uji memiliki varian yang homogen dan dapat dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way

ANOVA menunjukkan bahwa perubahan nilai viskositas pada ketiga formula tidak berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,108 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,450 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 40oC (lampiran 10).

Hasil pengujian sifat alir menunjukkan bahwa sediaan krim memiliki sifat alir tiksotropik dan tidak terjadi perubahan selama 3 minggu penyimpanan baik pada suhu 26 ± 2oC maupun pada suhu 40oC (lampiran 10). Pada reogram sifat alir terlihat bahwa dengan meningkatnya kecepatan geser, maka tegangan geser (torque) semakin meningkat dan viskositas sediaan menurun. Pada aliran tiksotropik terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika tekanan tersebut dikurangi atau dihilangkan dan akan pulih kembali dengan pendiaman (Dewi et al., 2014). Hal ini menyebabkan kurva menurun berada di sebelah kiri (berada diatas) kurva menaik, seperti yang terlihat pada lampiran 6. Aliran tiksotropik merupakan aliran yang diharapkan pada sediaan krim karena memiliki konsistensi yang tinggi dalam wadah namun dapat dituang, dapat menyebar dengan mudah dan mampu berpentrasi yang baik ke dalam kulit (Martin et al., 2008).

4.2.5 Hasil Pengukuran Daya Sebar Sediaan Krim

Pengujian daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan menyebar krim diatas permukaan kulit saat diaplikasikan (Voight, 1994). Krim yang baik memiliki daya sebar yang besar sehingga dapat diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa adanya penekanan yang berlebihan. Kemampuan daya sebar pada krim berkaitan dengan seberapa luas permukaan kulit yang kontak dengan sediaan ketika diaplikasikan. Semakin luas daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan krim akan semakin luas dan zat aktif akan terdistribusi dengan baik (Pratama dan Zulkarnain, 2015).

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Daya Sebar Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC

Krim Beban

(gram) Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

F1 65,5 13,21 13,86 11,44 15,68 85,5 15,46 16,62 13,42 19,37 105,5 17,88 18,86 16,23 22,05 125,5 19,41 21,24 17,69 24,62 145,5 21,26 23,46 18,93 27,63 F2 65,5 10,37 10,25 8,90 14,10 85,5 12,98 12,77 10,95 16,16 105,5 14,74 14,51 11,94 18,61 125,5 16,61 16,37 13,42 20,45 145,5 18,08 18,91 14,97 22,11 F3 65,5 7,07 8,23 6,77 9,83 85,5 9,26 10,39 8,74 11,58 105,5 9,99 11,35 10,21 13,24 125,5 11,35 12,58 10,81 16,67 145,5 11,78 13,43 12,18 17,14 Penyimpanan Suhu 40oC Krim Beban

(gram) Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

F1 65,5 10,21 10,17 10,75 15,68 85,5 11,79 12,14 11,95 19,37 105,5 14,07 13,63 16,64 22,05 125,5 15,20 15,21 17,86 24,62 145,5 16,15 16,62 19,40 27,63 F2 65,5 8,89 7,06 8,55 14,10 85,5 9,07 8,54 10,18 16,16 105,5 11,94 9,26 12,14 18,61 125,5 14,06 10,74 13,42 20,45 145,5 14,96 11,34 13,86 22,11 F3 65,5 8,54 7,71 9,25 9,83 85,5 8,89 9,26 11,33 11,58 105,5 11,13 9,43 12,98 13,24 125,5 12,58 11,94 14,97 16,67 145,5 14,30 13,63 15,70 17,14

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada ketiga formula krim, daya sebar krim mengalami penurunan dan peningkatan yang tidak beraturan namum cenderung meningkat pada penyimpanan minggu ke-3. Krim F3 memiliki daya sebar yang paling kecil karena konsistensinya lebih kental diantara krim F2 dan F1. Penurunan daya sebar krim sebanding dengan peningkatan konsentrasi

asam stearat dalam formula. Kenaikan konsentasi asam stearat akan menyebabkan konsistensi krim semakin kental dan viskositas yang semakin besar sehingga daya sebar krim menjadi semakin kecil. Kemampuan menyebar krim ekstrak etanol 70% herba kumis kucing tiap formula baik, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya beban yang diberikan, daya sebar krim semakin meningkat. Daya sebar berkaitan dengan viskositas krim, apabila viskositas krim menurun dan tahanan cairan untuk mengalir semakin berkurang maka daya sebar krim semakin meningkat (Swastika et al., 2013), hal ini dibuktikan dengan menurunnya viskositas krim selama penyimpanan, daya sebar ketiga formula cenderung meningkat.

Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa populasi data daya sebar krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC memenuhi persyaratan uji normalitas dan homogenitas. Pada analisis menggunakan One-Way Anova menunjukkan adanya perberdaan yang bermakna pada daya sebar krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC, dengan nilai signifikansi 0,007 (p <0,05). Uji LSD menunjukkan bahwa formula 1 dan formula 3 yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC adalah formula yang berbeda secara bermakna (p <0,05). Sedangkan daya sebar krim yang disimpan pada suhu 40oC tidak berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,252 (p >0,05).

4.2.6 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Krim

Pengukuran diameter globul rata-rata krim dilakukan menggunakan mikroskop optis dengan perbesaran 40x. Diameter globul rata-rata krim yang disimpan selama 3 minggu pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 4.7 Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Krim Ekstrak Kumis Kucing Krim penyimpanan Diameter Globul Rata-rata (µm)

Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 F1 Suhu 26 ± 2 o C 2,820 3,385 3,778 3,900 Suhu 40oC 2,447 2,763 3,193 F2 Suhu 26 ± 2 o C 2,386 3,156 3,584 4,085 Suhu 40oC 2,578 2,772 2,873 F3 Suhu 26 ± 2 o C 2,526 3,220 3,451 3,551 Suhu 40oC 2,621 2,808 2,838

Peningkatan ukuran diameter globul ini dapat disebabkan oleh rusaknya lapisan pelindung dari emulgator selama penyimpanan sehingga menyebabkan penggabungan globul-globul minyak membentuk aglomerat yang selanjutnya dapat terjadi koalesen (pembentukan satu globul yang besar). Selama masa penyimpanan, droplet-droplet fase terdispersi berusaha menstabilkan diri dengan menurunkan energi bebas permukaan dengan memperkecil luas permukaan melalui penggabungan droplet-droplet fase terdispersi sehingga ukuran globul menjadi meningkat (Sinko, 2011 ; Pudyastuti et al., 2015). Akan tetapi peningkatan ukuran diameter globul rata-rata yang terjadi pada ketiga formula tetap memenuhi persayaratan ukuran diameter untuk emulsi yaitu 0,1-10 µm (Alfred et al., 1993). Peningkatan asam stearat membuat viskositas krim semakin tinggi. Menurut hukum stokes, jika viskositas krim tinggi, maka ukuran diameter globul rata-ratanya semakin rendah dan hal ini dapat menurunkan kecepatan terjadinya penggabungan fase terdispersi. Akan tetapi pada formula 3 yang memiliki viskositas tertinggi tidak menunjukkan ukuran globul rata-rata yang paling rendah.

Hasil analisis statistik dengan One-Way ANOVA menunjukkan bahwa peningkatan ukuran diameter globul rata-rata dari ketiga formula tidak berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,782 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,646 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 40oC (lampiran 12). Data pengukuran diameter globul rata-rata krim dapat dilihat pada lamipran 7.

4.2.7 Hasil Pengujian Sentrifugasi

Pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi bertujuan untuk mengetahui kestabilan krim setelah adanya pengocokan yang kuat. Sediaan yang diberikan pengocokan kuat menggunakan alat sentrifugasi, akan mengalami gaya sentrifugasi sehingga akan menyebabkan pemisahan fase. Pemisahan fase terjadi karena adanya perbedaan densitas, fase minyak yang memiliki densitas lebih kecil dari pada fase air akan berada dipermukaan atas. Sediaan yang stabil tidak akan terjadi pemisahan fase, adanya pemisahan fase menyebabkan umur simpan sediaan semakin cepat (Hadyanti, 2008).

Hasil dari pengujian sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit menujukkan bahwa semua sediaan tidak mengalami pemisahan fase baik setelah pembuatan maupun setelah masa penyimpanan selama 3 minggu.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Sentrifugasi Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing Krim penyimpanan Hasil Uji Sentrifugasi

Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 F1 Suhu 26 ± 2 o C - - - - Suhu 40oC - - - - F2 Suhu 26 ± 2 o C - - - - Suhu 40oC - - - - F3 Suhu 26 ± 2 o C - - - - Suhu 40oC - - - -

Keterangan : (+) terjadi pemisahan fase, (-) tidak terjadi pemisahan fase

4.2.8 Hasil Pengujian Cycling Test

Uji stabilitas dengan metode cycling test dilakukan sebanyak 6 siklus (12 hari). Pada uji ini sediaan krim disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4oC selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven pada suhu 40oC selama 24 jam. Metode cycling test dilakukan untuk menguji ketahanan sediaan setelah penyimpanan dengan adanya fluktuasi suhu.

Tabel 4.9 Hasil Cycling Test Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing Sebelum Cycling Test

Krim Warna Bau Tekstur pH Sentrifuse

F1 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,327 -F2 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,356 -F3 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,174

-Sesudah Cycling Test

Krim Warna Bau Tekstur pH Sentrifuse

F1 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,901 + F2 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,855 + F3 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,880 + Keterangan : (+) terjadi pemisahan fase, (-) tidak terjadi pemisahan fase

Evaluasi organoleptis yang meliputi pemeriksaan warna, bau, dan tekstur pada sediaan krim tidak mengalami perubahan setelah dilakukan cycling test. Pengukuran pH yang dilakukan setelah uji menunjukkan terjadinya penurunan pH, akan tetapi masih berada direntang pH normal. Penurunan pH dapat disebabkan karena pengaruh karbondioksida (CO2). Karbondioksida dapat

bereaksi dengan air sehingga membentuk asam, hal ini dapat menjadikan pH sediaan menjadi lebih asam (Georgina, 2007).

(a) (b)

Gambar 4.2 Hasil Uji Cycling Test (F1 asam stearat 12%), (F2 asam stearat 13%), (F3 asam stearat 14%), (a) Hasil Uji Sentrifugasi Sebelum Cycling Test, (b)

Hasil Uji Sentrifugasi Setelah Cycling Test

Sebelum dilakukan uji cycling test, semua sediaan krim tidak mengalami pemisahan fase setelah dilakukan uji sentrifuse pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit, akan tetapi setelah dilakukan uji cycling test sebanyak 6 siklus semua sediaan krim mengalami pemisahan fase. Pemisahan fase ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi selama proses cycling test. Saat mengalami proses pendinginan pada suhu 4oC akan terbentuk kristal es pada krim yang strukturnya rapat dan teratur sehingga krim tidak dapat mengalir, sedangkan saat proses pemanasan pada suhu 40oC kristal akan mencair dan airnya akan kembali menyebar pada sistem. Lapisan film pada zat pengemulsi tidak dapat bekerja kembali dibawah tekanan yang diinduksi oleh es sebelum koalesen terjadi sehingga terjadi pemisahan fase (Zulkarnain et al., 2013 ; Holloway et al., 2007). Pemisahan fase yang paling sedikit terjadi pada krim F3, sesuai dengan hukum Stokes dimana kecepatan pemisahan fase berbanding terbalik dengan viskositas krim. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat, maka viskositas krim akan semakin tinggi dan kecepatan pemisahan fase akan semakin lambat (Pudyastuti et al., 2015).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Variasi konsentrasi asam stearat berpengaruh terhadap stabilitas fisik krim anti-inflamasi ekstrak etanol 70% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus

Benth.) yang disimpan selama 3 minggu pada suhu 26 ± 2oC dan 40oC. Dari segi organoleptis, homogenitas, dan uji sentrifugasi, sediaan krim tidak terjadi perubahan hingga minggu ketiga. Peningkatan konsentrasi asam stearat menyebabkan penurunan viskositas krim sehingga daya sebar meningkat dan ukuran diameter globul rata-rata krim menurun selama 3 minggu penyimpanan. Uji Cycling test yang dilakukan selama 6 siklus menunjukkan variasi konsentrasi asam stearat dapat menurunkan pH dan terjadi pemisahan fase setelah diuji sentrifugasi.

Nilai pH, viskositas, ukuran diameter globul rata-rata, dan daya sebar yang disimpan pada suhu 40oC tidak memiliki perbedaan yang bermakna setelah dianalisis menggunakan One-Way Anova, sedangkan nilai daya sebar pada penyimpanan 26 ± 2oC memiliki perbedaan yang bermakna pada formula 1 dan formula 3.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji stabilitas secara kimia dan mikrobiologi untuk melihat stabilitas krim lebih lanjut

2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara in-vivo untuk mengetahui efektivitas krim ekstrak etanol 70% herba kumis kucing sebagai anti-inflamasi

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Setiawan, F., dan Insanu, M. 2013. From Ethnopharmacology to Clinical Study of Orthosiphon stamineus Benth. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 5. Hal : 66-73.

Agustin, R., Oktadefitri, Y., dan Lucida, H. 2013. Formualsi Krim Tabir Surya dari Kombinasi Etil p-metoksisinamat dengan Katekin. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III.

Almatar, Manaf dan Rahmat, Zaidah. 2014. Identifying the Developmental Stages and Optimizing the Sample Preparation for Anatomical Study of

Orthosiphon stamineus. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 4 (03). Hal : 66-74.

Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anindhita, M. A., 2007, Efek Antiinflamasi Infusa Herba Kumis Kucing

(Orthosiphon spicatus B.B.S) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ansel, Horward C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug

Delivery Systems 9th edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Arifin, H., Anggraini, N., Handayani, D., dan Roslinda, R. 2006. Standarisasi

Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J. Sains Tek Far. Vol 11 (2). Hal 1-7.

Aryani, Ratih. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol Asetat dan Etil Vitamin C sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 14 no. 1.

Asmara, A., Daili, S.F., Noegrohowati, T., dan Zubaedah, I. 2012. Vehikulum dalam Dermatoterapi Topikal. MDVI. Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35. Bajaj, S., Singla, D., Sakhuja, N. 2012. Stability Testing of Pharmaceutical

Products. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 02(03). Hal: 129-138

Barnes, Joanne, et al. 2007. Herbal Medicines Third edition. USA : Pharmaceutical Press.

Barrett, C.W. 1969. Skin Penetration. Journal of the Society of Cosmetic Chemist. Hal : 487-499.

Bhowmick, Mithun dan Sengodan, Tamizharasi. 2013. Mechanisms, Kinetics and Mathematical Modelling of Transdermal Permeation- an Updated Review.

International Journal of Research and Development in Pharmacy and Life Sciences. Vol. 2 No.6. Hal : 636-641.

Chien, Y.W. Novel Drug Delivery Systems. In: Gupta, P., Garg, S. 2002. Recent advances in semisolid dosage forms for dermatological application.

Pharmaceutical Technolog.

Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Depok : Trubus Agriwidya.

Dini, Alifah Anastya. 2015. Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe barbadensis): Evaluasi Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dermawan, A. M., Pratiwi, L., dan Kusharyanti, I. 2015. Efektivitas Krim Antijerawat Ekstrak Metanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.).

Traditional Medicine Journal. Vol 20(3).

Dewi, Rosmala., Anwar, E., dan K.S, Yunita. 2014. Uji Stabilitas Fisik Formula Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. Vol 1, No. 3. Hal 194-208.

Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Depok : UI.

Elya, B., Dewi, R., dan Budiman, M.H. 2013. Antioxidant Cream of Solanum lycopersicum L. International Journal of PharmTech Research. Vol. 5 No. 1. Hal : 233-238.

Emilan, Tommy, et al., 2011. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk Herbal. Departemen Farmasi Program Studi Magister Ilmu Herbal Universitas Indonesia.

Fitriana, Rizka Astikah. 2015. Optimasi Formula Krim Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) Menggunakan Asam Stearat sebagai Emulgator dan Trietanolamin sebagai Alkalizing Agent dengan Metode Desain Faktorial. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gethin, Georgina. 2007. The Significance of Surface pH in Chronic Wounds.

Wounds UK. Vol 3 No. 3.

Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi II. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Hadyanti. 2008. Pengaruh Tretionin terhadap Penetrasi Kafein dan Aminofilin sebagai Antiselulit dalam Sediaan Krim, Gel, dan Salep Secara In Vitro. Skripsi. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Hariana, H Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Harun, Desy Syifa Nurmillah. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Krim

Dokumen terkait