• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto 1. Pertemuan Awal Pengambilan Data Penelitian

Foto 3. Suasana Diskusi dengan Penyuluh

Foto 5. Tinjauan ke Wilayah Binaan Penyuluh

Foto 7. Tinjauan ke Wilayah Binaan Penyuluh

iii

Agricultural Extension activity in Banten Province. Supervised by Amiruddin Saleh (chair person), Pang S. Asngari, and Pudji Muljono (members)

The success of agricultural extension one of which determined by the ability of extension workers perform duties and functions. In carrying out its functions, it is important to understand the roles undertaken in an effort to help farmers solve problems and develop farming. By understanding the roles, the agricultural extension agent can make the right decision in giving good service to farmers. The Research was conducted from April to August 2011 in four districts of Banten Province, namely Lebak, Pandeglang, Serang regency, and Tangerang Regency. Data analysis used Spearman rank correlation analysis, to determine the priority development of the role of agricultural extension strategy used SWOT analysis and AHP analysis. Result of research indicated that as a whole extension agents perception about their roles be at the score 2,7, scale 1 till 4 (perceptions: fair). Perception of extension agent about their role owning highest score successively was role in chosening and applying counselling method, role as asssociate, and role as fasilitator with the score each 2,90, 2,83, and 2,81 (perceptions: fair). While three role which perception with the low score successively was role as educator, role as motivator, and role as agriculture technician with the score each 2,48, 2,59, and 2,60. Factors which correlate with the perception were (1) characteristic of extension agent, (2) physical environment, (3) social economics environment, and (4) motivation.

.

Extension to the area of cognitive behavior or knowledge at an average of 3.0, attitudes extension of rice agricultural in the average is quite good, it is seen with an average score of 3.14 achieved with a scale of 1 to 4

Keywords: perception, role, extension agent

. Some indicators of the perception that shows significant correlation with the extension of knowledge is the perception of its role as a communicator, planner, analyzer, evaluation activities and results counseling, an expert in selecting and applying methods of extension services, agricultural engineers, and expert facilitator. Perception indicators that show significant correlation with attitude is the perception of their role as a educator, communicator, consultant, motivator, facilitator, planner, analyzer, an expert in selecting and applying methods of extension services, agricultural engineers, expert analysis of business/entrepreneurship, and facilitators. Priorities of development strategy in enhancing the role the agriculture extension agent in Banten were: (1) improving the quality of human resources of extension agent by education and practice from other institution to get the ability, knowledge, and skill; (2) improving of quality of counselling and cooperation with the relevant institution by the existence of fundamental duty clarity and function; (3) product marketing competitive agriculture by maximizing role of group of farmer; (4) optimalization of agriculture development with the guarantee of invitation regulation; and (5) exploiting technology to support the agriculture extension program.

iv

NARSO. 2012. Persepsi Penyuluh Pertanian Lapang tentang Perannya dalam Penyuluhan Pertanian Padi di Provinsi Banten. Di bawah bimbingan Amiruddin Saleh, Pang S. Asngari, dan Pudji Muljono.

Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum dan pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakannya (Tunggal, 2007). Penyuluh merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan cita-cita dalam Undang-Undang tersebut. Salah satu aspek pembangunan pertanian yang memiliki andil sangat besar adalah masalah pangan dalam hal ini padi. Penyuluhan memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan usahatani padi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji persepsi Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) tentang perannya dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten, (2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang berkorelasi dengan persepsi PPL tentang perannya dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten, (3) Menganalisis korelasi faktor-faktor tersebut dengan persepsi PPL tentang perannya dalam aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten, (4) Mengkaji perilaku PPL dalam budidaya padi sawah, (5) Menganalisis korelasi perilaku dengan persepsi PPL dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten, dan (6) Merumuskan prioritas strategi pengembangan peran PPL dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten. Penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif-korelasional.

Penelitian dilaksanakan pada Bulan April hingga Agustus 2011 di empat kabupaten Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang. Lokasi penelitian dipilih mengingat Provinsi Banten merupakan daerah pemekaran baru yang memiliki potensi pertanian yang cukup baik.

Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Untuk analisis statistik deskriptif menggunakan frekuensi, persentase, rataan skor, total rataan skor dan tabulasi silang, kemudian dilakukan analisis statistika inferensial yang digunakan untuk melihat hubungan antar peubah terikat dengan peubah bebas adalah dengan menggunakan analisis korelasi rank Spearman. Selain itu, untuk menentukan prioritas strategi pengembangan peran penyuluh pertanian digunakan analisis SWOT dan analisis AHP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan persepsi penyuluh pertanian lapang tentang perannya adalah tinggi (skor 2,70 pada rentang skor 1 hingga 4). Persepsi PPL tentang perannya yang memiliki skor tertinggi berturut-turut adalah peran dalam memilih dan menerapkan metode penyuluhan, peran sebagai pendamping, dan peran sebagai fasilitator dengan skor masing-

v

Beberapa peubah yang berkorelasi sangat nyata (p < 0,01) dengan persepsi penyuluh tentang perannya dalam penyuluhan pertanian padi yaitu karakteristik, meliputi umur, pendidikan formal, dan masa kerja; lingkungan fisik yaitu kelembagaan, makna pekerjaan, pembinaan dan supervisi, dan pengembangan karir; lingkungan sosial ekonomi, yakni lingkungan kerja, peluang kemitraan, dan akses terhadap sumberdaya ekonomi; dan motivasi, meliputi motivasi berprestasi, motivasi afiliasi, dan motivasi kekuasaan.

Perilaku penyuluh untuk area kognitif atau pengetahuan mencapai rata-rata skor 3,0 (paham). Sikap penyuluh tentang budidaya padi sawah termasuk dalam kategori setuju dengan rataan skor 3,14. Beberapa indikator persepsi yang menunjukkan korelasi nyata dan sangat nyata dengan pengetahuan adalah persepsi penyuluh tentang perannya sebagai komunikator, perencana, analisator, evaluasi kegiatan dan hasil penyuluhan, ahli dalam memilih dan menerapkan metode penyuluhan, ahli teknik pertanian, dan ahli fasilitator. Indikator persepsi yang menunjukkan korelasi nyata atau sangat nyata dengan sikap adalah persepsi penyuluh tentang perannya sebagai pendidik, komunikator, konsultan, motivator/pendorong, pendamping, perencana, analisator, ahli dalam memilih dan menerapkan metode penyuluhan, ahli teknik pertanian, ahli analisis bisnis/kewirausahaan, dan fasilitator.

Prioritas strategi pengembangan peran PPL di Provinsi Banten adalah: (1) Peningkatan kualitas SDM penyuluh dengan mengikuti diklat dari instansi lain untuk menambah kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan; (2) Peningkatan kualitas penyuluhan dan sinergitas antar instansi terkait dengan adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi; (3) Pemasaran produk pertanian yang berdaya saing dengan memaksimalkan peran kelompok tani binaan; (4) Optimalisasi pembangunan pertanian dengan jaminan peraturan perundangan; dan (5) Pemanfaatan teknologi yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan program penyuluhan.

1

Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum dan pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakannya (Tunggal, 2007). Petugas penyuluhan merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan cita-cita dalam Undang-Undang tersebut. Penyuluhan sebagai proses pendidikan nonformal, bertujuan mengarahkan perubahan ke arah perubahan yang terencana. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan sumberdaya yang memadai termasuk tenaga penyuluhan, tidak saja dalam jumlah yang mencukupi tetapi juga memiliki kemampuan yang handal. Salah satu aspek pembangunan pertanian yang memiliki andil sangat besar adalah masalah pangan dalam hal ini padi. Penyuluhan memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan usahatani padi.

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat khususnya petani. Kedudukan tersebut sudah seharusnya penyuluh memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugas dan fungsinya dalam memajukan petani. Hal tersebut terutama karena masalah yang dihadapi di lapangan tidak saja menyangkut persoalan usahatani semata, melainkan berbagai persoalan, baik masalah sosial, budaya, tingkat pengetahuan, maupun kepercayaan masyarakat petani. Oleh karena itu, penyuluh dituntut untuk menggunakan pendekatan yang beragam dalam membantu menyelesaikan persoalan petani.

Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat petani dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi di bidang pertanian, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Hal yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat petani agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian.

Tujuan penyuluhan pertanian adalah dalam rangka menghasilkan SDM pelaku pembangunan pertanian yang kompeten sehingga mampu mengembangkan usaha pertanian yang tangguh, bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living), dan lingkungan lebih sehat. Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu menggerakkan masyarakat, memberdayakan petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian, serta mendampingi petani untuk membantu menganalisis situasi-situasi yang sedang mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan, membantu mereka menemukan masalah, membantu mereka memperoleh pengetahuan/informasi guna memecahkan masalah, membantu mereka mengambil keputusan, dan membantu mereka menghitung besarnya risiko atas keputusan yang diambilnya serta peran lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan petani secara umum.

Pembangunan pertanian dewasa ini telah diarahkan menuju industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas.

Oleh karena itu, sudah selayaknya peran penyuluhan pertanian ditempatkan pada posisi yang strategis dalam sebuah kelembagaan yang didukung oleh kebijakan pemerintah, sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian betul-betul bisa berjalan efektif dan efisien. Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting dari pembangunan sebagian besar daerah di Indonesia dan untuk membangunnya perlu ditunjang dengan SDM yang berkualitas.

Provinsi Banten memiliki potensi pengembangan komoditas padi yang cukup baik. Hal ini terlihat dari data Kementerian Pertanian (2010) di mana luas panen dan produksi budidaya padi dari 338.666 ha dan 1.468.765 ton atau dengan tingkat produksi per hektar mencapai 4,34 ton/ha pada tahun 2002 telah berkembang menjadi 364.721 ha dan 1.812.495 ton atau dengan tingkat produksi per hektar mencapai 4,97 ton/ha hingga tahun 2005. Bila mengacu pada pola perkembangannya, pada tahun 2005 dan 2006 tingkat produksi per hektar diperkirakan tetap meningkat meskipun dengan kecenderungan melambat. Praktek budidaya selama kurun waktu 2002-2004 semakin membaik (intensif). Produksi padi di Provinsi Banten sekitar 10,7 persen yakni dari produksi 1.849.008 ton pada tahun 2009 meningkat menjadi 2.048.047 ton pada tahun 2010.

Untuk mengembangkan potensi tersebut dibutuhkan tenaga penyuluh yang kompeten dalam menjalankan perannya. Hal tersebut dapat dilakukan apabila penyuluh sendiri memiliki persepsi yang baik akan peran tersebut. Meskipun pada dasarnya penyuluh telah dibekali kemampuan yang baik, menerima pelatihan yang sama, namun penafsiran dan penerimaan mereka dapat berbeda, sehingga tugas dan fungsi yang dilakukan dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda pula, oleh karena perbedaan persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian adalah penting bagi penyuluh untuk memiliki persepsi yang baik terhadap peran mereka dalam pengembangan petani.

Meskipun rata-rata laju pertumbuhan kinerja produksi per luas panen untuk seluruh jenis tanaman palawija yang diusahakan meningkat, namun pola dan praktek produksi palawija relatif belum bertumbuh kembang, di mana dengan laju pertumbuhan rata-rata luas panen yang cukup baik (2,48% per tahun) namun peningkatan laju pertumbuhan rata-rata produksi hanya sebesar 4,08% per tahun, atau dengan rasio yang hanya mencapai 1,64. Di antara berbagai jenis tanaman palawija yang diusahakan, hanya ubi kayu dan kacang kedelai yang memiliki rasio laju pertumbuhan produksi rata-rata berbanding laju pertumbuhan luas panen rata-rata di atas angka 1 (masing-masing 1,41 dan 6,75).

Persepsi pada dasarnya adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna terhadap suatu obyek, selanjutnya persepsi akan mempengaruhi perilaku individu yang bersangkutan. Persepsi memang sangat subyektif, yaitu tergantung

pada subyek yang mengalami persepsi itu sendiri. Penyuluh pertanian yang memiliki persepsi yang baik tentang perannya adalah penyuluh yang mampu mengamati, mengenali, memahami, dan menginterpretasikan perannya dengan baik. Dengan persepsi yang baik itu, penyuluh dapat melaksanakan tugas dan perannya sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) mereka dengan baik.

Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi obyek yang ditangkap oleh panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap obyek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap obyek yang ada. Selain itu, persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.

Setiap individu akan memberikan arti kepada stimulus dengan cara yang berbeda meskipun obyeknya sama. Hal ini terutama karena persepsi bersifat individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berpikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi pada setiap individu. Kondisi yang sama dapat terjadi pada penyuluh pertanian. Tingginya keragaman yang ada pada masing-masing individu dapat menyebabkan beragamnya tingkat persepsi penyuluh pertanian.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan kajian mendalam untuk memahami cara penyuluh pertanian mempersepsikan peran yang mereka jalankan dalam pengembangan petani. Selain itu, juga diperlukan analisis yang dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Masalah persepsi menjadi penting mengingat perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu obyek, sehingga cara penyuluh mempersepsikan perannya akan berdampak pada implementasi kegiatan ketika mereka melaksanakan tugas penyuluhan.

Masalah Penelitian

Keberhasilan penyuluhan salah satunya ditentukan oleh kemampuan penyuluh menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam menjalankan fungsinya, penting bagi penyuluh untuk mengetahui dan memahami peran-peran yang dijalankan dalam upaya membantu petani memecahkan masalah dan mengembangkan usahataninya. Dengan memahami peran tersebut, penyuluh dapat membuat keputusan yang tepat dalam memberikan pelayanan yang baik kepada petani. Selain itu, penyuluh yang mengerti dengan benar tentang perannya, dapat memanfaatkan sumberdaya yang terbatas guna menunjang tugasnya, karena dengan pengertian akan perannya tersebut, penyuluh mengetahui hal-hal yang harus dilakukan.

Pemahaman tersebut merupakan refleksi dari cara penyuluh mempersepsikan peran-peran tersebut. Dalam hal ini, masalah utama penelitian adalah mengkaji secara mendalam cara penyuluh menjalankan perannya dan persepsi mereka terhadap peran tersebut. Secara khusus, masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten?

(2) Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten?

(3) Sejauh mana faktor-faktor tersebut berkorelasi dengan persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten?

(4) Bagaimana perilaku penyuluh dalam budidaya padi sawah di Provinsi Banten?

(5) Bagaimana korelasi persepsi dengan perilaku penyuluh dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten?

(6) Bagaimana prioritas strategi pengembangan peran penyuluh pertanian dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten?

Tujuan Penelitian

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) merupakan ujung tombak bagi upaya pembangunan pertanian, khususnya bagi pengembangan sumberdaya petani yang mandiri. Hal ini bukanlah tugas yang ringan, oleh karena para penyuluh tersebut berhubungan dengan petani yang memiliki latar belakang yang sangat beragam, baik pendidikan, pengetahuan, agama, suku, budaya, status sosial dan lain sebagainya, sehingga seorang penyuluh dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai, baik kemampuan teknis maupun kemampuan menerapkan ilmu penyuluhan.

Selain itu, penyuluh harus mampu menjalankan peran-peran mereka dalam melaksanakan tugas penyuluhan. Untuk memahami peran-peran tersebut, penyuluh harus memiliki persepsi yang baik terhadap peran dimaksud, sehingga kemampuan memahami peran itu memunculkan pemahaman yang baik dan memberikan dampak terhadap kinerja penyuluhan yang baik pula.

Persepsi penyuluh pertanian terhadap perannya sebagai edukator, komunikator dan berbagai peran penyuluh lainnya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini menyebabkan persepsi penyuluh pertanian tentang perannya tersebut akan sangat beragam. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk lebih mendalami persepsi penyuluh terhadap peran mereka dalam membina petani. Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengkaji persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam menjalankan

aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten.

(2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang berkorelasi dengan persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten.

(3) Menganalisis derajat faktor-faktor yang berkorelasi dengan persepsi penyuluh pertanian tentang perannya dalam aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten. (4) Mengkaji perilaku penyuluh pertanian lapang dalam budidaya padi sawah. (5) Menganalisis korelasi persepsi dengan perilaku penyuluh pertanian lapang

dalam penyuluhan pertanian padi di Provinsi Banten.

(6) Merumuskan prioritas strategi pengembangan peran penyuluh pertanian dalam menjalankan aktivitas penyuluhan di Provinsi Banten.

Novelty dan Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tentang persepsi penyuluh dapat disebarluaskan kepada seluruh masyarakat, khususnya penyuluh pertanian. Oleh karena itu hasil penelitian ini nantinya dapat mempengaruhi para pengambil kebijakan untuk dapat dijadikan salah satu alternatif pengembangan sumberdaya manusia penyuluh ke depan. Penyuluh pertanian di masa yang akan datang diharapkan mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan arus informasi dan teknologi yang semakin pesat.

Novelty dari penelitian ini adalah kajian secara spesifik peran-peran yang dijalankan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Provinsi Banten dan persepsi penyuluh tentang perannya tersebut. Selain itu, kajian mendalam terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi PPL tentang perannya sehingga dapat dirumuskan prioritas strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan peran PPL khususnya di Provinsi Banten.

Ditemukannya informasi berupa faktor-faktor yang berkorelasi dengan persepsi penyuluh tentang perannya dalam penyuluhan pertanian yang diharapkan berguna untuk menentukan kebijakan dalam membina dan meningkatkan kompetensi penyuluh. Dengan menemukan profil penyuluh yang memiliki kompetensi baik, dapat dijadikan pedoman atau petunjuk dalam meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian dalam menjalankan fungsi perannya.

Dengan demikian secara rinci kegunaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Memberikan informasi kepada penyuluh tentang peran yang perlu dijalankan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Provinsi Banten.

(2) Memberikan gambaran bagi pengambilan kebijakan dalam pengembangan peran penyuluh pertanian dalam menjalankan aktivitas penyuluhan.

(3) Memberikan bahan penyempurnaan kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan karier penyuluh pertanian yang sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah setempat, dan lingkungan kerjanya dalam upaya meningkatkan peran penyuluh pertanian.

(4) Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuan penyuluhan pertanian yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia.

(5) Menjadikan pendorong bagi studi lebih lanjut untuk mengembangkan model peningkatan kompetensi penyuluh pertanian dalam cakupan yang lebih luas.

Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan penjelasan atas peubah-peubah penelitian dengan maksud untuk membatasi lingkup makna peubah ke arah obyek penggunaan sehingga memiliki prespektif yang sama. Beberapa istilah yang menjadi peubah penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Faktor internal penyuluh adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik personal penyuluh yaitu: umur, pendidikan, masa kerja, pelatihan, dan pendapatan.

(2) Lingkungan fisik adalah situasi institusi tempat penyuluh bertugas, meliputi: kelembagaan, makna pekerjaan, jumlah wilayah binaan, jumlah petani binaan, pembinaan/supervisi, dan pengembangan karir.

(3) Lingkungan sosial ekonomi adalah situasi sosial ekonomi tempat penyuluh bertugas, meliputi: lingkungan kerja, akses terhadap sumberdaya ekonomi, peluang kemitraan, dan akses terhadap media.

(4) Motivasi adalah dorongan yang dimiliki penyuluh dalam melaksanakan perannya sebagai penyuluh pertanian, meliputi: motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, dan motivasi kekuasaan.

(5) Persepsi penyuluh tentang peran mereka dalam kegiatan penyuluhan adalah pengertian Penyuluh Pertanian Lapang tentang berbagai peran yang

Dokumen terkait