• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto Maket

Dalam dokumen Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih (Halaman 41-155)

BAB VI : PERANCANGAN ARSITEKTUR

VI.2 Foto Maket

Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih.

Gambar 6.2 (d) Suasana entrance hotel (e) Suasana outdoor cafe hotel, (f) Suasana backbone belakang hotel (1), (g) Suasana backbone belakang hotel (2)

121 VI.3 Gambar Kerja

Hasil perancangan pada proyek Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih merupakan gambar kerja yang meliputi :

1. Site Plan 2. Ground Plan 3. Denah Basement 4. .Denah Podium Hotel 5. Denah Tower Hotel 6. Tampak Hotel 7. Potongan Hotel

8. Denah, Tampak, Potongan Pasar Kuliner 9. Rencana Pondasi Hotel

10. Rencana Pembalokan Podium Hotel 11. Rencana Pembalokan Tower Hotel

12. Rencana Pondasi dan Pembalokan Pasar Kuliner 13. Detail Pondasi

14. Detail Atap

Gambar 6.3 Foto Maket Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih

122 15. Rencana Sanitasi Basement

16. Rencana Sanitasi Podium Hotel

17. Rencana Sanitasi Tower Hotel dan Pasar Kuliner 18. Rencana Elektrikal Basement

19. Rencana Elektrikal Podium Hotel

20. Rencana Elektrikal Tower Hotel dan Pasar Kuliner 21. Skematik Rencana Kebakaran Hotel

22. Rencana Tata Udara Basement 23. Rencana Tata Udara Podium Hotel

24. Rencana Tata Udara Tower Hotel dan Pasar Kuliner 25. Rencana Telepon Hotel

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek adalah “Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih“ yang merupakan sebuah tempat untuk kalangan pebisnis yang letaknya di Kwala Bekala, Medan. Dalam judul “Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih “ mengandung pengertian utama antara lain :

Hotel

Hotel ( n ) bangunan yang bersifat bisnis untuk penginapan atau diam beberapa waktu dengan tarif tertentu; penginapan yang tersiri dari beberapa kamar (W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,PN Balai Pustaka , Jakarta 1976 ). Hotel ( n ) building where rooms and meals are provided for travellers ( Homby AS, Oxford , Advanced Learner’s Dictionary of Current English ). Hotel merupakan :

1. Suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh jasa pelayanan penginapan , makanan dan minuman serta jasa lain. ( Keputusan dirjen Pariwisata No. 14/U/11/88 , tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha dan Golongan Hotel ).

2. Hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.

3. Hotel menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK 103/MPPT-87 merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah. 4. Hotel menurut buku Managing Front Office Orientation dari AHMA (

9 disediakan penginapan , makan dan minum, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang – orang yang tinggal untuk sementara waktu.

5. Suatu bangunan umum yang diusahakan bagi pelaku perjalanan ( wisatawan ) yang membayar dua jenis pelayanan , yaitu akomodasi serta makanan. ( Lawson, Fred, Hotel, Motels and Condominiums Design Planning )

6. Hotel menurut Grolier Electronic Publishing Inc. ( 1995 ) adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap , makanan dan pelayanan – pelayanan lain untuk umum.

7. Hotel menurut Webster adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan

kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum.

Bisnis

Secara harfiah , kata bisnis berasal dari Bahasa Inggris, yaitu business, dari kata dasar busy yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat . Dalam pengertian yang lebih luas, bisnis diartikan sebagai serangkaian usaha yang dilakukan satu orang atau lebih, individu atau kelompok dengan menawarkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan/laba. Bisnis merupakan sebuah usaha, dimana setiap pengusaha harus siap untung dan siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang. reputasi, keahlian, ilmu, sahabat dan kerabat dapat menjadi modal bisnis. Dalam ilmu ekonomi , bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba . Beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :

1. Menurut Steinford (1979)

“Business is an institution which produces goods and services demanded by people.” Artinya bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.

10 2. Menurut Allan Afuah (2004)

“Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a provit, the goods and services that satisfy societies needs. The general term business refer to all such efforts within a society or within an industry. Maksudnya Bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut Entrepreneur.

3. Menurut Glos , Steade , dan Lowry (1996)

Bisnis merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasikan berbagai sember daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen.

4. Menurut Musselman dan Jackson (1992)

Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi atau menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Dengan pengertian hotel dan bisnis di atas , dapat disimpulkan bahwa hotel bisnis didefinisikan sebagai suatu hotel yang timbul akibat kebutuhan konsumen golongan-golongan tertentu , biasanya usahawan , pejabat dinas , dan para pelaku bisnis lainnya ,dan memiliki fasilitas – fasilitas untuk mendukung kegiatan mereka dalam yang berhubungan dengan bisnis. Biasanya hotel bisnis terletak dekat dengan daerah komersial dalam hal ini biasanya pusat kota.

11 Pasar

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (wikipedia.co.id) Jadi, pengertian pusat perbelanjaan berdasarkan penjelasan di atas adalah suatu tempat dimana usaha menjual barang berupa hal-hal yang berkaitan dengan makanan.

Kuliner

Kuliner atau Culinary berasal dari bahasa Latin cullinarius, dari kata culina yang berarti dapur. (Oxford Dictionaries Online)

Culinary : connected with cooking or food.(Oxford , Advanced Learner’s Dictionary)

Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan ataupun juga sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kuliner sangat penting dalam kehidupan. Ada beberapa pendapat tentang kuliner :

1. Menurut Wikipedia kuliner adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri

2. Menurut Artikata makanan adalah : tempat berlindung nya hati dan kesehatan jasmani, lenyapnya keragu-raguan yg disebabkan oleh kesibukan kerja jasmani atau segala bahan yg kita makan atau masuk ke dalam tubuh yg membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.

Maka kuliner adalah : sesuatu yang erat kaitanya dengan kehidupan yang biasanya dikonsumsi dalam sehari-hari gunak menambahdan memberikan energi didalam tubuh.

12 Lau Cih

Sebuah kelurahan/desa yang terletak di kabupaten Medan Tuntungan, Sumatera Utara.

II.2 Lokasi

Kwala Bekala merupakan wilayah kelurahan yang terletak di Medan Johor, Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Johor terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang terletak pada:

Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’ Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44’

Kecamatan Medan Johor sendiri berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang

Luas lahan : ± 22.7 ha

Kontur : relatif datar (kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang) KDB/KLB : 60% / 1-5

Luas site : 9654 m2 Batas-batas site : Barat : Perumahan

Timur : Eco Bussiness Park Utara : Hotel Mix Used Selatan : Danau

Pemilik : PTPN II

Bangunan eksisting : Lahan kosong Keistimewaan site :

13 2. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, taksi,

sepeda motor, dsb).

3. Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti perkantoran, ruko, dan permukiman

4. Terdapat fasilitas umum di sekitar site seperti mesjid 5. Memiliki jalur utilitas yang baik

II.3 Studi Literatur II.3.1 Mebidangro

Presiden telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro), yang meliputi 52 kecamatan di seluruh Kota Medan, seluruh Kota Binjai, seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan sebagian Kabupaten Karo.

Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berlaku sejak tanggal 20 September 2011, dan perubahannya hanya dapat dilakukan satu kali dalam 5 tahun, kecuali antara lain terjadi bencana alam besar, atau perubahan batas wilayah Daerah (WEB PEMPROVSU). Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara yang memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia Thailand -Singapura (IMT-GT). Posisinya yang strategis ini menjadi perhatian penting dalam pengembangan Metropolitan Mebidangro ke depan. Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo sendiri memiliki visi yang jauh ke depan (visi 2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau, mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi, Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun 2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi skala

14 nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT- GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa. Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu (dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional;

15 4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diberlakukan lima langkah strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor ekonomi internasional Belawan–Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

Sementara itu revitalisasi pusat Kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli menitikberatkan pada penataan pusat Kota Medan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro. Pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro dimaksudkan untuk memantapkan kawasan hutan di kawasan hulu dan hilir Mebidangro yang berfungsi sebagai resapan air, perlindungan daerah di bawahnya, dan perlindungan flora fauna. Selain itu dilakukan pula pembangunan sempadan sungai yang membentang dari perbukitan Bukit Barisan sampai Selat Malaka, sempadan waduk/danau, dan sempadan pantai yang berhadapan dengan perairan Selat Malaka sebagai ruang terbuka hijau. Sedangkan, pengembangan akses strategis Mebidangro berarti mengembangkan keterhubungan sistem jaringan jalan arteri primer sebagai akses pergerakan pusat produksi ke pusat distribusi dan koleksi. Termasuk pula di

16 dalamnya pembangunan sistem jaringan angkutan massal berbasis jalan dan kereta api yang menghubungkan antar pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan.

II.3.2 Transit Oriented Development (TOD)

Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban sprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan mengakibatkan kemacetan (Yuniasih, 2007).

Menurut Taolin (2008) Gerakan pengembangan kawasan berbasis transit didasari oleh kualitas kehidupan kota yang semakin memburuk yang ditandai dengan kemacetan, sprawl, dan tata guna lahan yang tidak terintegrasi. TOD memiliki tujuan menciptakan tujuan yang nyaman, aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment). Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan perjalanan yang perlu dilakukan dapat digabungkan menjadi lebih singkat dan cepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah pusat area komersil, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang hingga kepadatan tinggi dan juga ruang terbuka publik.

II.3.2.1 Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and employees to travel by transit, bicycle, foot, or car ”

17 Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternative menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living,leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendahsampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).

II.3.2.2 Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD) Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut :

1. Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk Sumber : Calthrope dalam Wijaya (2009)

Gambar. 2.1 Konsep TOD

18 memberi layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. 2. Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area

komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan.

3. Area permukiman ( residential area). Area permukiman termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe permukiman, termasuk single-family housing, town house, condominium dan apartement.

4. Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.

5. Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.

II.3.2.3 Tipologi Transit Oriented Development

Terdapat dua model pengembangan didalam TOD menurut Calthorpe yakni:

19 Merupakan TOD yang berlokasi pada jalur bus feeder dengan jarak jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit. NeigborhoodTOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail, dan rekreasi. NeigborhoodTOD ini dirancang dengan fasilitas publik dan ruang terbuka hijau serta memberi kemudahan akses bagi pengguna moda pergerakan.

2. UrbanTOD

Merupakan TOD dengan skala pelayanan kota berada pada jalur sirkulasi utama kota seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik light rail maupun heavy rail. Urban TOD harus dikembangkan bersama fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi, blok perkatoran, dan hunian dengan intensitas menengah tinggi. Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersendiri sesuai dengan karakter lingkungannya.

II.3.2.4 Keuntungan dari Diterapkannya TOD

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2007) konsep Transit Oriented Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan

Sumber : Calthrope, 1993

20 nyaman, dimana dapat diuraikan :

Tujuan Lingkungan

1. Meningkatkan kualitas udara, menghemat penggunaan energi dan membuat lingkungan yang berkelanjutan.

2. Mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor pada lingkungan yang didominasi oleh kendaraan bermotor.

Tujuan Perencanaan/Transportasi

1. Menciptakan pola pembangunan kota untuk pengembangan kawasan secara terintegrasi.

2. Menciptakan variasi perumahan dengan berbagai kepadatan dari rendah sampai dengan tinggi dalam radisu tertentu dari lokasi transit (Calthrope).

Di area komersial, fungsi retail dapat dikombinasikan dengan residensial dan perkantoran, namun intensitas retail itu sendiri tidak boleh berkurang. Jumlah parkir harus ditambah untk fungsi-fungsi tambahan tersebut. Pertimbangan khusus harus dilakukan agar tercipta privasi untuk fungsi residensial. Entrance kedua fungsi harus dipisah. Penambahan fungsi tersebut sebaiknya dilakukan secara vertikal. Hasil adalah ketinggian bangunan bertambah, menciptakan kemenarikan visual dan karakter urban yang lebih kuat.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter

horpe Gambar.2.3

21 Fasad bangunan harus bervariasi dan terartikulasi untuk memberikan ketertarikan visual bagi pedestrian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, pengalaman ruang kala berjalan kaki akan terasa membosankan dan terasa semakin jauh.

a) Area Residensial

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area residensial yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Residensial sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit.

Kepadatan area residensial dirancang untuk mendukung pengguna transit. Tipe permukiman bervariasi terdiri dari tipe single family, tipe townhouse, dan apartemen.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.5 Zona antara sidewalk dan rumah

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.4

22 b) Pedestrian

Jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat

Dalam dokumen Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih (Halaman 41-155)

Dokumen terkait