• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

123 DAFTAR PUSTAKA

Alles, Alfred. Exhibition Universal Marketing Tool. New York. 1976

Calthorpe, P. 1993. The Next American Metropolis: Ecology, Community, and the American Dreams, Princeton Architectural Press, New York.

D.K.Ching, Francis.1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga.

Jimmy S. Juwana. 2004. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Pernerbit Erlangga Neufert, Ernest. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2002.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997. Data Arsitek, Jilid 1. Edisi 33. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Soekresno. 1995. Manajemen Food and Beverage Service Hotel. Jakarta : PT. Gramedia.

“Medan Dalam Angka 2016”, BPS kota Medan.

http://www.apudg.com/kuala-bekala.htm. Diakses tanggal 24 April 2016

http://www.archello.com/en/project/anti-%E2%80%93-smog-catalyst-cleaner-air. Diakses tanggal 25 April 2016

http://www.medantalk.com/medan-berselimut-panas-suhu-30-33-derajat-celcius. Diakses tanggal 25 April 2016

http://www.pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 25 April 2016

http://www.tbalfabet.wordpress.com/2010/08/09/taman-atap-roof-garden. Diakses tanggal 1 Mei 2016

http://www.tipsceritaperjalanan.blogspot.com/2010/08/bisnis-hotel-yang-kian-tumbuh- besar.html. Diakses tanggal 1 Mei 2016

http://www.architecture.about.com/od/greenconcepts/g/green.html. Diakses tanggal 1 Mei 2016

(2)

81 BAB III

METODOLOGI

BAB IV

Perumusan ide / Gagasan 1. Pencarian ide / gagasan 2. Pemilihan ide perancangan. 3. Pengembangan ide

Pengumpulan Data Data Primer

1. Survey Lapangan 2. Dokumentasi

Data Sekunder 1. Studi Literatur 2. Referensi

Analisa Perancangan 1. Analisa Proyek

2.Analisa Tapak

3. Analisa Pencapaian dan Sirkulasi 4. Analisa View

5. Analisa Program Ruang 6.Analisa Kebutuhan Parkir 7. Analisa Struktur

8. Analisa Utilitas

Konsep Perancangan 1. Konsep Proyek

2. Konsep Tapak

3. Penerapan Tema Sustainable Architecture pada bangunan 4. Konsep Sirkulasi dan Parkir

5. Zoning 6. Konsep Ruang 7. Konsep Struktur 8. Konsep Utilitas

(3)

82 BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

IV.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1 Analisa Proyek

Secara geografis Kwala Bekala terletak diantara 2º 57′ -3º16′ LU dan 97º 52′ - 98º45′ BT. Beriklim tropis dengan suhu minimum 22 º C dan suhu maksimum 34 º C. Memiliki site yang bekontur dan memiliki ketinggian paling rendah 67.6 meter dan paling tinggi 94.38 meter diatas permukaan laut.

(4)

83 IV.1.2 Analisa Tapak

IV.1.2.1 Analisa Matahari

Arah matahari merupakan faktor penting dalam menentukanbentuk bangunan, karena orientasi yang salah akan menyebabkan konsumsi energi dalam bangunan menjadi jauh lebih tinggi.

Tingkat radiasi (Solar Factor) untuk orientasi ke arah barat dan barat laut adalah yang paling tinggi, dan bahwa tingkat radiasi matahari ke arah timur hanya setengah dari arah barat, dan bahkan lebih kecil daripada ke arah utara.

Dengan demikian, maka dapat dilakukan massa bangunan yang ada pada bagian barat meggunakan material yang dapat menyaring sinar matahari barat dan memberi bukaan padad bagian timur bangunan. Akan tetapi pada bagian dimana bangunan akan mendapat view yang baik atau dalam keadaan berpotensi baik, bangunan akan diberikan perhatian khusus.

Untuk memaksimalkan tema sustainable, bangunan akan dilengkapi dengan solar panel / photovoltaic cell untuk menyerap energi matahari dan mengubahnya menjadi sumber energi listrik untuk memenuhi kebutuhan energi bangunan.

IV.1.2.2 Analisa Angin

Menurut data dari BMG, arah angin yang mendominasi di daerah ini adalah dari arah Utara ke Selatan, Timur ke Barat dan Timur laut ke Barat daya (Gambar

(5)

84 4.3). Angin yang berhembus dari arah Utara ke Selatan lebih bersifat stabil, sehingga akan lebih mempengaruhi desain dari bangunan.

IV.1.2.3 Analisa Kebisingan

Pada gambar 4.4 berikut dapat dilihat bahwa pada bagian barat dan utara site merupakan jalan utama kendaraan bermotor yang mengakibatkant tingkat kebisingan yang tinggi. Perlu adanya solusi untuk mengurangi akustik dari jalan raya. Bagian timur site merupakan area sirkulasi pejalan kaki yang berasal dari stasiun kereta api, convention , dan pusat kreativitas remaja sekitar kawasan sehingga tingkat kebisingan rendah.

Keterangan:

Kebisingan Tinggi Kebisingan Rendah Gambar 4.3 Analisa Angin

(6)

85 IV.1.3 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi

a. Pencapaian

Konsep dasar sistem pergerakan mengadopsi sistem TOD (Transit Oriented Development) dengan mengutamakan pedestrian dibanding kendaraan bermotor. Untuk mencapai site dapat menggunakan beberapa jenis system pencapaian, yaitu:

1. Kendaraan Pribadi

Terdapat 3 jalur masuk menuju kawasan yaitu dari jalan Jend. Jamin Ginting, Tuntungan, dan Johor Kota.Adapun beberapa jenis jalan sebagai media pengakses utama pada Kampus Kwala Bekala yaitu:

Jalan Arteri: jalan lingkar luar kampus yang menghubungkan Kwala Bekala dengan bagian-bagian kota yang lain dengan lebar jalan 30 meter.

Jalan Kolektor: jalan utama di dalam kawasan Kwala Bekala yang terbagi menjadi :

- Kolektor Primer : jalan masuk utama/main boulevard sebagai pusat/jalur pergerakan

- Kolektor Sekunder : menghubungkan zona-zona .

(7)

86 2. Pedestrian

Kampus ini memiliki konsep pedestrianisasi, dimana para pejalan kaki lebih diutamakan akses dan kenyamanannya. Konsep tersebut juga memiliki ketentuan dimana jarak tempuh pejalan kaki tidak melebihi 700 meter dari titik transit kendaraan bermotor dan memiliki lebar 3 meter. Jarak Hotel dan pasar Kuliner terhadap stasiun adalah ± 200 meter dan terhadap terminal ± 400 meter.

Terminal

Stasiun

b. Sirkulasi

Kawasan ini terdiri dari jalan arteri utama dengan lebar 30 meter yang diusulkan untuk mengubungkan utara dan selatan kawasan. Jalan kolektor-sekuder dengan lebar 20 meter dan jalan tersier 10 meter (Gambar 4.7)

Titik kemacetan berada pada persimpangan jalan Bunga Turi. Hal ini disebabkan Karena persimpangan ini merupakan jalan satu-satunya untuk kendaraan bermuatan besar untuk menuju ke terminal ataupun stasiun dan banyaknya volume kendaraan yang akan melintasi jalan arteri primer ini.

(8)

87 Titik kemacetan

IV.1.4 Analisa View

Hotel Mix-used

Eco-Bussiness park

Pada gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada bagian barat site, terdapat perumahan penduduk dan memiliki tingkat view sedang karena pada bagian ini tamu dapat meilihat keindahakan kota Kwala Bekala. Pada bagian selatan site, Pasar Kuliner berbatasan langsung dengan danau yang merupakan peran penting dari kawasan ini. Pada bagian timur, terdapat backbone yang berupa pedestrian path yang menghubungan stasiun dan terminal serta terdapat pula bangunan Eco Bussiness Park, pada bagian ini juga menjadi view terbaik yang ditawrkan oleh bangunan hotel karena dapat melihat langsung keindahan danau dari kamar hotel . Dan pada bagian utara terdapat hotel mixed used.

Gambar 4.7 Analisa Sirkulasi

Gambar 4.8 Analisa View

Jalan kolektor sekunder

(9)

88 IV.2 Analisa Fungsional

IV.2.1 Analisa Kebutuhan Kamar

Berdasarkan data BPS dari Medan dalam angka 2016, jumlah wisatawan yang datang ke mancanegara adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah wisatawan

Sumber :BPS Sumatera Utara

TAHUN 2008 2009 2010 2011

Wisatawan 130.212 148.193 162.410 192.650

Dari data Tabel diatas, jika disimpulkan kenaikan jumlah wisatawan setiap tahunnya bersifat linear, maka jumlah wisatawan setiap tahunnya dapat diperoleh sebagai berikut :

Dimana :

Pn = jumlah wisatawan mancanegara pada tahun ke-n

Po = jumlah wisatawan mancanegara pada tahun awal

a = jumlah pertambahan tiap tahun

n = jumlah tahun proyeksi Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah wisatawan akan

mencapai

Pn = Po + na

a = ( 192.650-162.410 ) + ( 162.410-148.193 ) + ( 148.193-130.212 ) / 4

a = 62.438 / 4

a = 15.610

(10)

89 Tabel 4.2 Proyeksi jumlah wisatawan mancanegara ke Kota Medan

2013-2025

Sumber: Medan Dalam Angka 2016

Tahun Jumlah wisatawan mancanegara

2013 223870

2014 239480

2015 255090

2016 270700

2017 286310

2018 301920

2019 317530

2020 333140

2021 348750

2022 364360

2023 379970

2024 395580

2025 411190

Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah wisatawan akan mencapai 411.190 orang. Dengan mengasumsikan 70% dari wisatawan mancanegara tersebut adalah wisatawan dengan tujuan berhubungan dengan “bisnis” maka diperoleh

(11)

90 Dari ratio minat wisatawan terhadap hotel bintang 3 diperoleh

66,68/262,55 x 287.833 orang = 73101 orang/ tahun

73.101 orang merupakan wisatawan yang berminat untuk tinggal di hotel bintang 3 dalam 1 tahun. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang 3 perharinya adalah:

73.101 /365 = 200 orang

Dengan asumsi perbandingan 60% kamar tamu hotel digunakan untuk 1 orang dan sisanya untuk 2 orang , maka kebutuhan kamar hotel untuk tamu adalah 160 kamar.

IV.2.2 Analisa Program Ruang a. Hotel Bisnis

Hotel Bisnis

FUNGSI DESKRIPSI ZO-NA

FRONT OF THE HOUSE AREA PRIVATE

Kamar Hotel

Standard PR 2 22,5 157 3353 AHB

Deluxe PR 2 52 10 520 NAD

Sirkulasi 30% 537,78

(12)

91

Sirkulasi 30% 329,832

Total 1429,272

Food and Beverages Outlets

Restaur

Sirkulasi 30% 62,892

(13)

92

Sirkulasi 30% 167,364

Total 725,244

Sirkulasi 30% 161,85

(14)
(15)

94

Luas Keseluruhan 15409,3492

Keterangan Sumber:

• NAD : Neufret, Ernest.1992.Data Arsitek,jilid 1 dan 2.Erlangga.Jakarta

• TSS : De Chiara.Joseph,and John Calender.1973.Time Saver Standard for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

• ASU : Asumsi & Pengamatan Studi • AHB : Architect’s Handbook • SBT : Sistem Bangunan

(16)

95

Sub Total Luas (6 Restoran) 138

Sirkulasi 30% 41,4

Total Luas Restoran Khas Indonesia 179,4

Restoran

Sub Total Luas (4 Restaurant) 96

Suirkulasi 30% 132

Total Luas Restoran Khas China 228

Restoran

Sub Total Luas (4 Restaurant) 128

Sirkulasi 30% 38,4

Total Luas Restoran Khas Jepang 166,4

TGIF Entrance 10 1.2m2/orang 1 12 NAD

(17)

96

Sub Total Luas (5 restaurant) 114

Sirkulasi 30% 34,2

Total Luas Restoran Khas Barat 148,2

FASILITAS PELAYANAN

Sirkulasi 30% 12,846

Total Luas Fasilias Pelayanan 55,666

Total Keseluruhan 777,666

IV.2.3 Analisa Kebutuhan Parkir Hotel Bisnis

a. Menurut SBT, standar parkir untuk hotel bintang 3 dihitung 1 slot parker per 7 kamar. Jadi jumlah parkir hotel yang memiliki 167 kamar adalah 167/7 =23 slot parkir.

(18)

97 c. Untuk parkir servis dan pengelola dihitung per kamar, 1 slot parkir per 100 kamar. Sehingga total jumlah parkir untuk servis dan pengelola adalah 2 buah slot parkir.

d. Untuk parkir kendaraan roda 2 diasumsikan sebanyak ± 80 kendaraan.

Pasar Kuliner

Perhitungan perkiraan pengunjung berdasarkan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, mancangera yang datang ke kota Medan adalah:

Diperkirakan 40% dari wisatawan akan mengunjungi Pasar Kuliner Lau Cih, sementara 70% lainnya akan mengunjungi restoran-restoran lainnya di kota Medan.

Perhitungan pengunjung berdasarkan jumlah penduduk kota Medan Berdasarkan data BPS dalam buku “Medan Dalam Angka 2016”, rata-rata jumlah kenaikan penduduk pertahun adalah 17922 orang. Prediksi jumlah penduduk tahun 2020 adalah ± 2264430 orang.

Diperkiran 70% akan memilih makan diluar. Maka, 70% dari 2264430 = 1585101

Diperkirakan 20% akan memilih ke pasar Lau Cih Maka, 20% dari 1585101 = 317020 orang Untuk 1 minggu = 317020 : 52 minggu

= 6096 orang

Untuk 1 hari = 6096 : 7 hari

(19)

98 Maka, prediksi pengunjung Pasar Kuliner dalam satu hari adalah:

Jumlah wisatawan asing + penduduk kota Medan 233+870 = 1103 orang dalam satu hari

Kebutuhan parkir roda 4:

Diperkirakan sekitar 30% dari jumlah pengunjung mengendarai roda 4 Maka 30% dari 1103 = 330 orang, dengan asumsi daya angkut kendaraan roda 4 adalah 4 orang, maka 330:4 = 82 kendaraan roda 4

Kebutuhan parkir roda 2:

Diperkiran sekitar 50% dari jumlah pengunjung mengendarai roda 2 Maka 40% dari 1103 = 441 orang, dengan asumsi daya angkut kendaraan roda 2 adalah 2 orang, maka 441:2 = 220 kendaraan roda 2

Sisanya, diperkirakan menggunakan kendaraan umum seperti bus dan kereta api.

Total kebutuhan parkir

Hotel + Ballroom + Pasar Kuliner 25 + 38 + 82 =145 slot parkir

IV.3 Analisa Teknologi IV.3.1 Struktur Struktur terdiri dari :

1. Sub Structure (pondasi bangunan)

2. Upper Structure (badan dan atap bangunan) Kriteria pemilihan struktur :

a) Kriteria teknik

Sistem struktur harus dapat memenuhi persyaratan esensial yaitu kekakuan, kekuatan, kestabilan dan ketahanan terhadap kebakaran.

b) Kriteria fungsi

Sistem struktur harus dapat memenuhi fungsi ruang fasilitas utama dalam Bangunan

(20)

99 Sistem struktur harus dapat mengekspresikan keindahan.

Sub Structure

Jenis pondasi terbagi dalam 2 (dua) klarifikasi, yaitu :

- Pondasi dangkal : untuk bangunan sederhana, berlantai sedikit, yang bebannya relatif ringan, berupa pondasi setempat maupun lajur.

- Pondasi dalam : untuk bangunan kompleks, berlantai banyak, yang bebannya relatif besar berupa pondasi tiang, sumuran dan terapung.

Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk "Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih" ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

1. Keadaan tanah pondasi

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi telapak (spread foundation).

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 m di bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang atau pondasi tiang apung (floating pile foundation) untuk memperbaiki kondisi tanah.

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 m di bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang pancang (pile driven foundation) bila tidak terjadi penurunan.

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 m di bawah permukaan tanah, maka dipakai tiang baja atau tiang yang dicor di tempat.

2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan : - Kondisi beban

- Sifat dinamis bangunan

3. Batasan-batasan di sekelilingnya

- Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada beberapa keadaan di mana diusahakan dengan cara apapun untuk

(21)

100 Berdasarkan analisa di atas, maka bangunan " Hotel Bisnis dan Pasar

Kuliner Lau Cih " menggunakan pondasi tiang pancang (pile driven foundation).

Upper Structure

Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan :

- Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan pada " Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih ".

- Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka bangunan " Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih" menggunakan sistem struktur grid dengan konstruksi beton.

IV.3.2 Utilitas

IV.3.2.1 Aspek Mekanikal

A. Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih

Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari PAM atau sumur artetis (deep well boaring) dengan kedalaman 100 meter lebih. Hotel merupakan bangunan yang cukup tinggi ada dua macam sistem pendistribusian air bersih, yakni :

1) Down Feed System

Air bersih dari saluran PAM/ deep well masuk ke dalam distribusi bangunan dan ditampung dalam ground reservoir, dengan menggunakan pompa air bersih dinaikkan ke reservoir pada atap bangunan untuk selanjutnya secara gravitasi air dialirkan ke tiap-tiap ruang yang membutuhkan.

2) Up Feed System

(22)

101 B. Sistem Pengolahan Air Buangan

Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Sistem pembuangan air bekas

Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian, cucian peralatan makan, atau peralatan memasak dan beberapa macam cucian lainnya.Pipa pembuangan digunakan pipa-pipa PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan ukurannya. Mengingat panjang PVC 4 m, maka tiap 4 m dibuat sambungan atau dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa vertikal, hubungannya menggunakan sambungan dengan sudut lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air memgalir balik. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran kota.

2. Sistem pembuangan air limbah

Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran atau air yang berasal dari lavatory. Saluran air limbah di tanah atau di dasar bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus, dialirkan dengan kemiringan 0,5 – 1 % ke dalam septictank.

3. Sistem Pengelolaan Sampah

(23)

102 tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA.

IV.3.2.2 Aspek Elektrikal

A. Sistem Penyediaan dan Distribusi Listrik

Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama. Setelah melalui transformator (trafo), aliran tersebut didistribusikan ke tiap-tiap unit kantor dan fasilitas, melalui meteran yang letaknya jadi satu ruang dengan ruang panel (hal ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring). Untuk keadaan darurat disediakan generator set yang dilengkapi dengan automatic switch system yang secara otomatis (dalam waktu kurang dari 5 detik) akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama PLN yang terputus. Generator set mempunyai kekuatan 70% dari keadaan normal. Perlu diperhatikan bahwa generator set ini membutuhkan persyaratan ruang tersendiri, untuk meredam suara dan getaran yang ditimbulkan. Biasanya untuk mereduksi getaran dan suara ini digunakan double slab, pada ruang ini juga bisa dilapisi dengan rockwall.

B. Sistem Komunikasi

Berdasarkan penggunaannya, system telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu :

1) Komunikasi Internal

Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain intercom, handy talky (untuk penggunaan individual dua arah).Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola atau bagian keamanan. Untuk sistem ini menggunakan PABX (Private Automatic Branch Exchange)

(24)

103 Komunikasi dari dan keluar bangunan.Alat komunikasi ini dapat berupa telepon maupun faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi keluar oleh pengelola.

C. Sistem Pencahayaan (Lighting)

Terdapat dua macam system pencahayaan yang dapat digunakan pada hotel dan pasar kuliner ini yaitu:

1) Pencahayaan alami

Dengan intensitas cahaya matahari yang besar, terang langit dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan pada siang hari terutama pada ruangan Eksibisi. Sedangkan ruangan lain yang dapat memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami yaitu ruang servis, ruang pengelola, dan ruang penunjang. Selain itu, lobby juga dapat terkena cahaya alami, sehingga menghemat penggunaan listrik apabila tidak digunakan.

2) Pencahayaan Buatan

Diutamakan penggunaan penerangan buatan pada ruang utama yaitu ruangn konvensi agar dapat menciptakan suasana yang dibutuhkan pada acara. Pada umumnya, system pencahayaan ini digunakan pada seluruh ruangan.

Pada ruangan Eksibisi, untuk menghemat energi maka digunakan sistem-sistem yang dapat menangkap cahaya matahari di siang hari. terlebih lagi acara eksibisi seringnya dilaksanakan di siang hari.

D. Sistem Audio Visual

Perlengkapan sound system dan audio visual yang digunakan adalah sebagai berikut:

(25)

104 2) OHP, sebagai alat perlengkapan untuk menampilkan presentasi

pada suatu layar pada ruang konvensi

3) Audio High fidelity, yaitu alat untuk memberikan suara dan music pada ruang konvensi

(26)

105 BAB V

KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan

V.1.1 Konsep Lokasi Proyek

Pada gambar 5.1 merupakan hasil akhir master plan yang berikutnya akan diambil salah satu sitenya untuk di desain sesuai dengan fungsi bangunan yang telah di tentukan berupa fungsi hotel bisnis dan pasar kuliner.

(27)

106 V.1.2 Konsep Tapak

V.1.2.1 Konsep Matahari

- Area skybridge dijadikan sebagai celah untuk sinar matahari masuk ke dalam bangunan,

-Area rooftop merupakan bagian dari bangunan yang mendapatkan sinar matahari berlebih, sehingga dimanfaatkan dengan penggunaan solar panel.

V.1.2.2 Konsep Angin

Bangunan hotel terdiri dari 2 tower, hal ini berfungsi agar sirkulasi angin dapat masuk ke dalam bangunan khususnya kamar hotel secara maksimal.

Gambar 5.2 Konsep Matahari

(28)

107 V.1.2.3 Konsep Kebisingan

1. Pada area yang memiliki tingkat kebisingan tinggi (jalan raya) diletakkan zoning fungsi public

2. Pada area private (kamar hotel) tingkat kebisingan diminalisir dengan penanaman vegetasi-vegetasi di area yang tapak serta penggunaan secondary skin pada bangunan.

V.1.3 Penerapan tema Sustainable Architecture pada bangunan a. Greenery Wall

Untuk dinding yang masif yang tidak memerlukan bukaan, diterapakan sistem greenery wall, yaitu sistem penghijauan pada dinding bangunan dengan teknik prafabrikasi. Pada gedung ini diaplikasikan pada dinding lift dan tangga darurat yang ditutupi dinding masif. Aplikasi greenery wall mampu menyerap dan mereduksi radiasi panas pada dinding beton tersebut. Sistem konstruksinya dapat disesuaikan dengan rancangan pengguna bangunan dan tanamannya bisa disesuaikan sesuai selera dan kebutuhan pemilik gedung.

Gambar 5.4 Konsep Kebisingan

Kebisingan tinggi Kebisingan rendah

(29)

108 Gambar 5.5 Penerapan Greenery Wall

b. Photovoltaic Panel

Alat solar aktif seperti photovoltaic cell dan solar panel membantu untuk memperoleh kesustainable-an listrik. Elektrikal yang dihasilkan dari solar panel bergantung dari orientasi, efisiensi, latitude dan iklim. Efisiensi untuk bangunan komersial berkisar dari 4% - 28%. Efisiensi rendah untuk panel photovoltaic dapat secara signifikan mempengaruhi biaya instalasinya.

Gambar 5.6 Cara Instalasi Photovoltaic

(30)

109 Sel PV dibuat dari silicon yang sangat mumi sehingga ketepatannya mengalahkan material lain.Inti dan silicon yang sangat mumi yang dipakai pada set PV sangat mahal.Biar bagaimanapun juga , jumlah yang sama dan silicon murni yang dipakai dalam modul layer PV single 50 W dapat mencukupi 2000 sirkuit computer yang terintegrasi.Material lain yang dipakai sebagai sel PV adalah aluminium , kaca dan plastik -semua tidak mahal dan dapat didaur ulang.

c. Tanaman Hydroponic

Pada atap bangunan hotel digunakan sebagai area penanaman tanaman hydroponic. Dengan maksud untuk menghemat bahan-bahan makanan yang dibutuhkan pasar kuliner.

Tanaman Hydroponic

Gambar 5.8

Penerapan Tanaman Hydroponic pada bangunan Pasar Kuliner

d. Skylight

(31)

110 Gambar 5.9 Penerapan Skylight pada Bangunan Pasar Kuliner

V.1.3 Konsep Sirkulasi dan Parkir Sirkulasi

Kendaraan bermotor tidak dapat berlalu lalang di area bangunan hotel dan pasar kuliner. Maka, konsep sirkulasi pada bangunan ini adalah kendaraan bermotor menurunkan penumpang di area drop-off atau langsung ke basement bangunan yang selanjutnya akan dijelaskan pada gambar 5.10

Parkir

Karena adanya keterbatasan lahan, dan kebutuhan jumlah parkir yang cukup banyak maka konsep parkir bangunan Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner digabungkan dengan area parkir Eco Business Park yang terletak pada bagian timur site. Konsep parkir basement dengan adanya sirkulasi utama yang menghubungkan kedua bangunan.

Skylight

(32)

111 V.1.5 Zoning

Zoning pada perancangan hotel ini dapat dilihat pada gambar 5.12 dan 5.13

Gambar 5.12

Zonasi Lantai Podium Bangunan Hotel

Gambar 5.11 Konsep Parkir Jalur masuk basement melalui Eco Business Park

Jalur masuk basement dari drop-off

Jalur keluar basement menuju drop-off

Jalur masuk basement dari jalan raya

(33)

112 Gambar 5.13 Zonasi Lantai Tower Bangunan Hotel

(34)

113 V.1.6 Konsep Ruang

Terdapat 2 jenis kamar di Hotel Bisnis ini yaitu Standart room dan Deluxe room. Standart room dengan luas kamar 32 m2 memiliki fasilitas

single / twin bed, meja kerja, tv, serta kamar mandi. Deluxe room dengan luas kamar 48 m2 memiliki fasilitas single / twin bed, meja kerja, tv, ruang

tamu, serta kamar mandi yang dilengkapi dengan bathtub.

V.2 Konsep Perancangan Struktur Bangunan

Bangunan hotel dan kuliner ini menggunakan struktur rigid frame, yang memiliki kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal dengan stabil. Dengan struktur ini, maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien. Untuk pondasi, bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang untuk menahan beban yang 6 lantai dan pondasi telapak dengan beban 2 lantai dengan bahan beton bertulang, sehingga dapat menahan beban bangunan dengan baik.

(35)

114 Bangunan Kuliner menggunakan struktur atap truss frame. Yang difungsikan sebagai skylight pada bangunan.

Struktur Truss Frame

Gambar 5.16 Detail Pondasi Tiang Pancang

Gambar 5.17 Detail pondasi tiang pancang pada core bangunan

(36)

115 V.3 Konsep Perancangan Utilitas Bangunan

V.3.1 Konsep Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, air danau juga digunakan sebagai sumber air cadangan yang akan diolah melalui lake water treatment.

V.3.2 Konsep Pembuangan Air Kotor

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan harus terlebih dahulu melalui proses treatment.

Diagram 5.1 Sistem Skematik Air Bersih Hotel

(37)

116 V.3.3 Konsep IPAL

1. Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuangan (industri, rumah sakit, pasar) dikumpulkan melalui saluran air limbah, kemudian diairkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran padat. Namun, khusus limbah yang mengandung minyak, harus melalui grease trap terlebih dahulu sebelum ke bak kontrol penampung sementara.

2. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan kapur atau larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah dapat diturukkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi pengolahan 90 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter aerob.

V.3.4 Konsep Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali, salah satunya adalah melalui sistem deteksi awal untuk mengaktifkan alarm peringatan. Sedangkan penanggulangannya adalah

(38)

117 untuk memadamkan penyalaan api yang tidak terkendali tersebut, yaitu sistem pemadaman yang diaktifkan alarm. Sistem deteksi awal kebakaran, yaitu :

1. Alat deteksi asap (Smoke Detector)

Mempunyai kepekaan tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di dalam ruang tempat alat itu dipasang.

2. Alat deteksi nyala api (Fire Detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.

Sistem pemadaman kebakaran terbagi atas tiga bagian, yaitu : 1. Pencegahan

a. Deteksi asap b. Deteksi panas 2. Penanggulangan

a. Fire Hydrant : Melayani area seluas 500-800 �2. b. Pilar Hydrant : Diletakkar diluar bangunan.

c. Sprinkler : Melayani area seluas 10-25�2/ sprinkler yang bekerja secara otomatis memadamkan api.

(39)

118 V.3.5 Konsep Sistem Elektrikal

1. Sumber arus dari PLN. 2. Generator Set (Genset)

Untuk kebutuhan listrik pada saat terjadi pemadaman listrik PLN seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Minimal genset ini dapat menyuplai listrik 50% dari listrik yang dibutuhkan yaitu mencakup tenaga listrik utama, seperti penerangan umum, AC, pompa dan lift.

3. Solar Panel

Merupakan konversi cahaya sinar matahari menjadi listrik, baik secara langsung dengan menggunakan photovoltaic, atau tidak langsung dengan menggunakan tenaga surya terkonsentrasi sehingga menghasilkan tenaga listrik. Solar Panel berguna untuk menyuplai listrik secara langsung pada bangunan ini khususnya pada fungsi koridor dan sirkulasi bangunan.

Output Solar Cell = 4,8 kWh / m2 /hari

(40)

119 BAB VI

PERANCANGAN ARSITEKTUR

Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil rancangan serta foto-foto gambar dan maket.

VI.1 Sketsa Suasana

Dibawah ini merupakan suasana site Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih yang terdiri dari perspektif suasana seluruh kawasan (Gambar 6.1 (a)),

Tampak depan hotel (Gambar 6.1 (b)), tampak belakang hotel (Gambar 6.1 (c)),

a

b c

(41)

120

d e

f g

VI.2 Foto Maket

Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih.

(42)

121 VI.3 Gambar Kerja

Hasil perancangan pada proyek Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih merupakan gambar kerja yang meliputi :

1. Site Plan 2. Ground Plan 3. Denah Basement 4. .Denah Podium Hotel 5. Denah Tower Hotel 6. Tampak Hotel 7. Potongan Hotel

8. Denah, Tampak, Potongan Pasar Kuliner 9. Rencana Pondasi Hotel

10. Rencana Pembalokan Podium Hotel 11. Rencana Pembalokan Tower Hotel

12. Rencana Pondasi dan Pembalokan Pasar Kuliner 13. Detail Pondasi

14. Detail Atap

(43)

122 15. Rencana Sanitasi Basement

16. Rencana Sanitasi Podium Hotel

17. Rencana Sanitasi Tower Hotel dan Pasar Kuliner 18. Rencana Elektrikal Basement

19. Rencana Elektrikal Podium Hotel

20. Rencana Elektrikal Tower Hotel dan Pasar Kuliner 21. Skematik Rencana Kebakaran Hotel

22. Rencana Tata Udara Basement 23. Rencana Tata Udara Podium Hotel

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek adalah “Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih“ yang merupakan sebuah tempat untuk kalangan pebisnis yang letaknya di Kwala Bekala, Medan. Dalam judul “Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih “ mengandung pengertian utama antara lain :

Hotel

Hotel ( n ) bangunan yang bersifat bisnis untuk penginapan atau diam beberapa waktu dengan tarif tertentu; penginapan yang tersiri dari beberapa kamar (W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,PN Balai Pustaka , Jakarta 1976 ). Hotel ( n ) building where rooms and meals are provided for travellers ( Homby AS, Oxford , Advanced Learner’s Dictionary of Current English ). Hotel merupakan :

1. Suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh jasa pelayanan penginapan , makanan dan minuman serta jasa lain. ( Keputusan dirjen Pariwisata No. 14/U/11/88 , tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha dan Golongan Hotel ).

2. Hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.

3. Hotel menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK 103/MPPT-87 merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah. 4. Hotel menurut buku Managing Front Office Orientation dari AHMA (

(70)

9 disediakan penginapan , makan dan minum, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang – orang yang tinggal untuk sementara waktu.

5. Suatu bangunan umum yang diusahakan bagi pelaku perjalanan ( wisatawan ) yang membayar dua jenis pelayanan , yaitu akomodasi serta makanan. ( Lawson, Fred, Hotel, Motels and Condominiums Design Planning )

6. Hotel menurut Grolier Electronic Publishing Inc. ( 1995 ) adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap , makanan dan pelayanan – pelayanan lain untuk umum.

7. Hotel menurut Webster adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan

kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum.

Bisnis

Secara harfiah , kata bisnis berasal dari Bahasa Inggris, yaitu business, dari kata dasar busy yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat . Dalam pengertian yang lebih luas, bisnis diartikan sebagai serangkaian usaha yang dilakukan satu orang atau lebih, individu atau kelompok dengan menawarkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan/laba. Bisnis merupakan sebuah usaha, dimana setiap pengusaha harus siap untung dan siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang. reputasi, keahlian, ilmu, sahabat dan kerabat dapat menjadi modal bisnis. Dalam ilmu ekonomi , bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba . Beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :

1. Menurut Steinford (1979)

(71)

10 2. Menurut Allan Afuah (2004)

“Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a provit, the goods and services that satisfy societies needs. The general term business refer to all such efforts within a society or within an industry. Maksudnya Bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut Entrepreneur.

3. Menurut Glos , Steade , dan Lowry (1996)

Bisnis merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasikan berbagai sember daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen.

4. Menurut Musselman dan Jackson (1992)

Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi atau menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(72)

11 Pasar

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (wikipedia.co.id) Jadi, pengertian pusat perbelanjaan berdasarkan penjelasan di atas adalah suatu tempat dimana usaha menjual barang berupa hal-hal yang berkaitan dengan makanan.

Kuliner

Kuliner atau Culinary berasal dari bahasa Latin cullinarius, dari kata culina yang berarti dapur. (Oxford Dictionaries Online)

Culinary : connected with cooking or food.(Oxford , Advanced Learner’s Dictionary)

Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan ataupun juga sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kuliner sangat penting dalam kehidupan. Ada beberapa pendapat tentang kuliner :

1. Menurut Wikipedia kuliner adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri

2. Menurut Artikata makanan adalah : tempat berlindung nya hati dan kesehatan jasmani, lenyapnya keragu-raguan yg disebabkan oleh kesibukan kerja jasmani atau segala bahan yg kita makan atau masuk ke dalam tubuh yg membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.

(73)

12 Lau Cih

Sebuah kelurahan/desa yang terletak di kabupaten Medan Tuntungan, Sumatera Utara.

II.2 Lokasi

Kwala Bekala merupakan wilayah kelurahan yang terletak di Medan Johor, Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Johor terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang terletak pada:

Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’

Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44’

Kecamatan Medan Johor sendiri berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang

Luas lahan : ± 22.7 ha

Kontur : relatif datar (kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang) KDB/KLB : 60% / 1-5

Luas site : 9654 m2 Batas-batas site : Barat : Perumahan

Timur : Eco Bussiness Park Utara : Hotel Mix Used Selatan : Danau

Pemilik : PTPN II

Bangunan eksisting : Lahan kosong Keistimewaan site :

(74)

13 2. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, taksi,

sepeda motor, dsb).

3. Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti perkantoran, ruko, dan permukiman

4. Terdapat fasilitas umum di sekitar site seperti mesjid 5. Memiliki jalur utilitas yang baik

II.3 Studi Literatur II.3.1 Mebidangro

Presiden telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro), yang meliputi 52 kecamatan di seluruh Kota Medan, seluruh Kota Binjai, seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan sebagian Kabupaten Karo.

(75)

14 nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa. Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu (dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

2. Peningkatan akses pelayanan pusat pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;

(76)

15 4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diberlakukan lima langkah strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor ekonomi internasional Belawan–Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

(77)

16 dalamnya pembangunan sistem jaringan angkutan massal berbasis jalan dan kereta api yang menghubungkan antar pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan.

II.3.2 Transit Oriented Development (TOD)

Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban sprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan mengakibatkan kemacetan (Yuniasih, 2007).

Menurut Taolin (2008) Gerakan pengembangan kawasan berbasis transit didasari oleh kualitas kehidupan kota yang semakin memburuk yang ditandai dengan kemacetan, sprawl, dan tata guna lahan yang tidak terintegrasi. TOD memiliki tujuan menciptakan tujuan yang nyaman, aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment). Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan perjalanan yang perlu dilakukan dapat digabungkan menjadi lebih singkat dan cepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah pusat area komersil, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang hingga kepadatan tinggi dan juga ruang terbuka publik.

II.3.2.1 Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walking distance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space, and public uses in a walkable environment, making it

(78)

17 Konsep Transit Oriented Development (TOD) ini menawarkan alternative menuju pola pengembangan dengan menyediakan fungsi-fungsi working, living,leisure dalam populasi yang beraneka ragam, dalam kepadatan yang rendahsampai dengan tinggi, dengan konfigurasi fasilitas pedestrian dan akses transit. Karakteristik bentuk kota ini bercirikan keragaman dan densitas tinggi dalam skala lokal/kawasan, dan terhubungkan dengan bagian kota lain oleh sistem transit. Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan. Pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia, diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda (Wijaya, 2009).

II.3.2.2 Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD) Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut :

1. Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk Sumber : Calthrope dalam Wijaya (2009)

(79)

18 memberi layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. 2. Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area

komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan.

3. Area permukiman ( residential area). Area permukiman termasuk permukiman yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe permukiman, termasuk single-family housing, town house, condominium dan apartement.

4. Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.

5. Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.

II.3.2.3 Tipologi Transit Oriented Development

Terdapat dua model pengembangan didalam TOD menurut Calthorpe yakni:

(80)

19 Merupakan TOD yang berlokasi pada jalur bus feeder dengan jarak jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit. NeigborhoodTOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail, dan rekreasi. NeigborhoodTOD ini dirancang dengan fasilitas publik dan ruang terbuka hijau serta memberi kemudahan akses bagi pengguna moda pergerakan.

2. UrbanTOD

Merupakan TOD dengan skala pelayanan kota berada pada jalur sirkulasi utama kota seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik light rail maupun heavy rail. Urban TOD harus dikembangkan bersama fungsi komersial yang memiliki intensitas tinggi, blok perkatoran, dan hunian dengan intensitas menengah tinggi. Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersendiri sesuai dengan karakter lingkungannya.

II.3.2.4 Keuntungan dari Diterapkannya TOD

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2007) konsep Transit Oriented Development (TOD) pada dasarnya adalah untuk mengintegrasikan jaringan jalan dengan bangunan sekitarnya dikaitkan dengan manusia sebagai penggunanya sehingga tercipta lingkungan yang walkable, aman dan

Sumber : Calthrope, 1993

(81)

20 nyaman, dimana dapat diuraikan :

Tujuan Lingkungan

1. Meningkatkan kualitas udara, menghemat penggunaan energi dan membuat lingkungan yang berkelanjutan.

2. Mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor pada lingkungan yang didominasi oleh kendaraan bermotor.

Tujuan Perencanaan/Transportasi

1. Menciptakan pola pembangunan kota untuk pengembangan kawasan secara terintegrasi.

2. Menciptakan variasi perumahan dengan berbagai kepadatan dari rendah sampai dengan tinggi dalam radisu tertentu dari lokasi transit (Calthrope).

Di area komersial, fungsi retail dapat dikombinasikan dengan residensial dan perkantoran, namun intensitas retail itu sendiri tidak boleh berkurang. Jumlah parkir harus ditambah untk fungsi-fungsi tambahan tersebut. Pertimbangan khusus harus dilakukan agar tercipta privasi untuk fungsi residensial. Entrance kedua fungsi harus dipisah. Penambahan fungsi tersebut sebaiknya dilakukan secara vertikal. Hasil adalah ketinggian bangunan bertambah, menciptakan kemenarikan visual dan karakter urban yang lebih kuat.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter

horpe Gambar.2.3

(82)

21 Fasad bangunan harus bervariasi dan terartikulasi untuk memberikan ketertarikan visual bagi pedestrian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, pengalaman ruang kala berjalan kaki akan terasa membosankan dan terasa semakin jauh.

a) Area Residensial

Tujuan TOD adalah mengurangi tingkat penggunaan mobil pribadi. dengan perancangan dan lokasi area residensial yang tepat tujuan ini dapat dicapai. Residensial sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan dan transit.

Kepadatan area residensial dirancang untuk mendukung pengguna transit. Tipe permukiman bervariasi terdiri dari tipe single family, tipe townhouse, dan apartemen.

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.5 Zona antara sidewalk dan rumah

Sumber : Buku “The Next American Metropolis”, Peter Calthorpe Gambar.2.4

(83)

22 b) Pedestrian

Jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif,sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

Lebar jalan dan jumlah lajur kendaraan harus dikurangi tanpa mengorbankan parkir paralel dan akses sepeda. Jalan harus dirancang untuk dilalui dengan kecepatan mobil tak lebih dari 24 km/jam. Jalan yang lebih sempit dapat mengurangi lebar jalan dan jumlah lajur memberikan ruang yang lebih besar untuk penataan lansekap. Dimensi jalan yang relatif kecil ditujukan untuk menciptakan skala manusia.

Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD, untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yaitu jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih

(84)

23 antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk minimum yang disarankan adalah 3 meter (pada area komersial minimum 4 meter), tidak batas maksimum untuk lebar sidewalk namun jika terlalu lebar menyebabkan ketidaknyaman karena terkesan kosong dan tidak mengundang.

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial dimana aktivitas pedestrian lebih besar dan seating luar sangat direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.

Sumber : Buku “Planning and Designing for Pedestrians” San Diego’s Regional Planning Agency

(85)

24 Street furniture pada pedestrian sangat diperlukan bagi pejalan kaki. Jika ruang jalan tidak memiliki fasilitas ini maka pemakaian ruang jalan mnjadi tidak nyaman. Misalnya jika tidak ada lampu jalan menyebabkan ketidaknyaman dan tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui pemilihan desain street furniture yang mencerminkan karakter lokal.

Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.

(86)

25 II.3.3 Masterplan

Berdasarkan studi literatur Toransit Oriented Development diatas, maka dapat Kota Kwala Bekala memenuhi kriteria kawasan TOD.

Berikut merupakan hasil pengembangan kawasan dari masterplan PTPN II dimana pada masterplan ini terdapat 7 macam fungsi bangunan yang dapat mendukung kawasan ini menjadi kawasan TOD antara lain :

1. Stasiun Kereta Api 2. Convention Hall 3. Pusat Kreativitas

4. Hotel Bisnis dan Pusat Kuliner 5. Kantor dan Eco Park

6. Hotel Mixed-use

7. Rumah Susun dan Apartemen

(87)

26 II.4 Tinjauan Fungsi

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan II.4.1.1 Hotel Bisnis

Adapun pengguna dari bangunan hotel bisnis dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Pengunjung

(88)

27

 Pengunjung berupa tamu hotel yang datang tanpa menginap di hotel, dengan kegiatan sebagai berikut:

Penghuni/tamu hotel

 Penghuni berupa tamu hotel yang menginap di hotel, dengan kegiatan sebagai berikut:

Pengelola dan karyawan hotel

 Pengelola dan karyawan hotel berupa orang-orang yang bekerja di hotel, dengan kegiatan sebagai berikut:

Datang Entrance Lobby/Pusat

Informasi

Parkiran Pengelola Pulang

Diagram 2.1 Kegiatan Pengunjung Hotel

Diagram 2.2 Kegiatan Penghuni/Tamu Hotel

(89)

28

Servis

II.4.1.2 Pasar Kuliner

Adapun pengguna dari Pasar Kuliner digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:

a. Pengunjung

1. Pengunjung adalah warga yang berdomisili di kota Medan serta wisatawan dalam dan luar negeri

2. Kelompok pelaku kegiatan dibedakan berdasarkan umur: - Kelompok anak-anak, usia 5-13 tahun

- Kelompok remaja, usia 14-24 tahun - Kelompok dewasa, usia 25-45 tahun - Kelompok lanjut usia, 55 tahun ke atas

3. Ditinjau dari segi kuantitas pengunjung yang datang terdiri dari:

- Pengunjung yang datang secara individu

- Pengunjung yang datang dengan kapasitas sedang, berkisar antara 2-50 orang

4. Kegiatan yang dilakukan pengunjung, adalah sebagai berikut:

Servis Loading Dock Side Entrance Registrasi

Datang Entrance

Ruang Teknis Bangunan

Lobby/Pusat Diagram 2.4 Kegiatan Servis Hotel

(90)

29 b. Pengelola/Karyawan

Servis

II.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang II.4.2.1 Hotel Bisnis

Adapun tabel dibawah ini, menunjukkan pengelompokkan kebutuhan ruang berdasarkan kegiatan, fasilitas, pemakai, dan kebutuhan ruang hotel bisnis.

Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan

KELOMPOK KEGIATAN

FASILITAS

KEGIATAN PEMAKAI KEGIATAN

KEBUTUHAN

Servis Loading Dock Side Entrance Registrasi

Ruang Teknis Bangunan

Datang Side

Diagram 2.6 Kegiatan Pengelola dan Karyawan Pasar Kuliner

(91)

30

- Menyimpan barang

berharga - Area lift

- Menunggu & menerima

tamu - Safe deposit

Fasilitas Kolam renang Tamu hotel - Berolahraga - Kolam dewasa

(92)

31

membersihkan - Resepsionis

- Sanitasi - Hall Penerima

office Tamu hotel - Mengurus administrasi

(93)

32

menyajikan makanan &

minuman penjualan produk & fasilitas hotel

Manager Karyawan - perencanaan, Melakukan pemasangan, dan

Karyawan - Mengelola pembayaran tamu yang menginap & pengawasan terhadap kemanan di hotel

(94)

33

Adapun tabel dibawah ini, menunjukkan pengelompokkan kebutuhan ruang berdasarkan kegiatan, fasilitas, pemakai, dan kebutuhan ruang pasar kuliner.

Tabel 2.2 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan

KELOMPOK KEGIATAN

FASILITAS

KEGIATAN PEMAKAI KEGIATAN

KEBUTUHAN

(95)

34

- Mengatur pengeluaran dan pemasukan barang

- Mengatur pengeluaran dan pemasukan barang

(96)
(97)

36 II.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

II.4.3.1 Hotel Bisnis

Hotel dibagi menjadi 4 area , sebagai berikut :

Public Area : area yang dimana boleh dimasuki oleh semua orang , yaitu karyawan dan tamu , seperti lobby

Semi Public Area : area yang dimana hanya boleh dimasuki oleh orang – orang yang berkepentingan saja , yaitu karyawan pada area administrasi , dan tamu rapat , konferensi pada ruang pertemuan . Private Area: area yang dimana digunakan sebagai tujuan utama pengunjung , seperti kamar pada hotel

(98)

37 Secara fungsional , hotel mempunyai 2 bagian utama , sebagai berikut :

Front of the house

Terdiri dari private area dan public area . Kemudian ruang-ruang yang termasuk dalam area front of the house dijabarkan lagi, yaitu:

1. Guest Room

Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap. Ada beberapa tipe kamar tamu tergantung dari fungsi dan besarannya dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

(99)

38 2. Public Space Area

Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.

3. Lobby

Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar . Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:

a. Entrance hall

Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau main entrance denga ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka denga besaran ruang yang cukup luas.

b. Front desk / Reception desk

Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk memproses dan mengelola administrative pengunjung.

c. Sirkulasi

Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung .

d. Seating Area

Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar berbincang-bincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya kontak sosial di antara pengunjung.

e. Bell man

(100)

39 4. Retail Area

Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari 5. Support function

Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain. 6. Parkir

Fasilitas parkir kendaraan bermotor 4 dan 2 untuk pegawai / tamu / pengunjung maupun kendaraan travel, taxi, dll. Masing-masing ruang saling berhubungan, dengan lobby sebagai pusat dari ruang-ruang publik lainnya.

Service area ( Back of the house )

Sedapat mungkin para tamu tidak dapat melihat maupun mengetahu segala kegiatan di sektor ini. Bagian ini sangat penting, karena bertugas mendukung kegiatan pada front of the house . Ruang-ruang yang termasuk di dalam area Back of the house, yaitu: 1. Daerah dapur dan gudang (food and storages area)

2. Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (recieving, trash and general storage area)

3. Daerah pegawai / staff hotel (employees area)

4. Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) 5. Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering

Area)

II.4.3.2 Pasar Kuliner

A. Persyaratan Dapur, Ruang Makan, dan Gudang Makan 1. Dapur

(101)

40 b. Permukaan lantai dibuat cukup landai kearah saluran

pembuangan air limbah

c. Permukaan langit-langit harus menutupi seluruh atap ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang, dan mudahn dibersihkan.

d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas dan bau-bauan / exhauster yang dipasang setinggi 2 m dari lantai dan kapasitasnya disesuaikan bangunan. e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup atap (hood),

alat perangkap asap, cerobong asap, saringan, dan saluran serta pengumpulan lemak.

f. Dapur paling sedikit terdiri dari : - Tempat pencucian peralatan - Tempat pengepakan

- Tempat persiapan - Tempat administrasi

g. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin kenyamanan kerja

h. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari, fasilitas penyimpanan dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian, dan lain-lain

2. Ruang makan

a. Untuk setiap kursi tersedia ruangan minimal 0.85 m2 b. Pintu yang menghubungkan dengan halaman dibuat

rangkap, pintu bagian luar membuka ke arah luar c. Tempat untuk menyediakan makanan jadi harus dibuat

(102)

41 3. Gudang bahan makanan

a. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan jumlah bahan makanan

b. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain makanan.

c. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan bahan makanan.

d. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.

B. Persyaratan tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

1. Penyimpanan bahan makanan

a. Penempatan terpisah dengan makanan jadi

b. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak dapat mengakibatkan rusaknya bahan-bahan makanan.

2. Penyimpanan makanan jadi

a. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan

C. Persyaratan Fasilitas Sanitasi 1. Air bersih

a. Harus sesuai dnegan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku

b. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan

2. Pembuangan air limbah

Gambar

Gambar 5.8 Penerapan Tanaman Hydroponic pada bangunan Pasar Kuliner
Gambar 5.12
Gambar 5.14 Zonasi Pasar Kuliner
Gambar 6.1 (a) Perspektif Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner Lau Cih, (b) tampak depan hotel, (c) tampak belakang hotel,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa

Dan pada hasil rancangan bangunan dapat terpenuhi fungsi bangunan yang maksimal, sistem struktur yang diperhitungkan, dan estetika desain bentuk bangunan yang

Standar Kompetensi : Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat mengaplikasikan praktik akuntansi di lingkungan hotel yaitu memahami pemrosesan akuntansi di manajemen

Standar Kompetensi : Pada akhir perkuliahan, mahasiswa dapat mengaplikasikan praktik akuntansi di lingkungan hotel yaitu memahami pemrosesan akuntansi di manajemen

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, jika seandainya desain geometri persimpangan dan akses yang diusulkan dalam laporan akhir Master Plan UKP jadi

Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep dan desain Integrasi Terminal dan Pasar di Kabupaten Polewali Mandar menggabungkan dua fungsi bangunan

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa