HOTEL DAN SHOPPING MALL
DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU
Disusun oleh:
REVI AULIA PURBANDINI
I0207079
Dosen Pembimbing:
Ir. EDI PRAMONO SINGGIH, MT
YOSAFAT WINARTO, ST.MT
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ABSTRAK
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau
oleh:
Revi Aulia Purbandini I0207079
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. Dampak fenomena pemanasan global ditandai dengan makin buruknya kondisi alam di muka bumi. Sektor bangunan justru menjadi kontributor terhadap kerusakan alam dan konsumsi energi. Arsitektur seringkali didesain dengan orientasi estetis dan ekonomis semata, serta mengesampingkan aspek keberlanjutan. Arsitektur Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mengatasi permasalahan dis-orientasi tersebut melalui konsep efisiensi energi dan ramah lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.
ABSTRACT
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach
by:
Revi Aulia Purbandini I0207079
Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach is a building that has two functions that form of activity inside the container in the form of service for hotel accommodation for people who travel, and provide shopping facilities for both residential as well as the general public by applying the concept of architecture that minimize impacts on the environment and produce a better life and healthier. The impact of global warming phenomenon is characterized by worsening natural conditions on earth. Building sector became contributors to the destruction of nature and of energy consumption. Architectures are often designed with aesthetic and economic orientation only, and exclude aspects of sustainability. Green architecture is a concept that can overcome the problems of dis-orientation through the concept of energy efficiency and environmentally friendly. This concept aims to formulate a conceptual foundation of planning and design of the hotel and shopping mall in one building that can cater to tourists and peoples in Purwokerto and surrounding communities.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. PENGERTIAN JUDUL
JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto
SUB JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan
Pendekatan Arsitektur Hijau
Hotel
Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 adalah
suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa pelayanan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi
umum, yang dikelola secara komersial dam memenuhi ketentuan persyaratan
yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut.
Shopping Mall
Shopping Mall menurut Frank H. Spink Jr,1977 adalah suatu kelompok
fasilitas komersial (pertokoan dan jasa) yang menyatu secara arsitektural.
Fasilitas ini didirikan dalam suatu tapak (dalam satu bangunan) yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan diatur sebagai suatu unit.
Purwokerto
Kota Administratif Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Daerah
Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara
108 derajat 39 ‘17’’ - 109 derajat 27 ‘15’’ Bujur Timur dan 7 derajat 15 ‘05’’ -
7 derajat 37 ‘10’’ Lintang Selatan. Kota Purwokerto merupakan salah satu
bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berada di jalur transportasi antar
propinsi baik transportasi bus antar kota maupun kereta api, menjadikan kota
Purwokerto sangat strategis untuk menjadi tujuan bagi para pengunjung dari
luar kota.
Perbatasan wilayah meliputi:
Timur :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten
Kebumen.
Selatan : Kabupaten Cilacap
Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Jarak Kabupaten Purwokerto dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut:
- Ke Purbalingga = 20 km
- Ke Banjarnegara = 65 km
- Ke Cilacap = 53 km
- Ke Kebumen = 85 km
Arsitektur Hijau
Konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk
terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih
sehat.
Jadi, Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan
Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di Gambar 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Banyumas
dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi
orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana
perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan
menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap
lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat.
I.2. LATAR BELAKANG
I.2.1. Latar Belakang Permasalahan
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi pada
kota-kota di Indonesia menuntut berbagai macam fasilitas yang salah satunya
adalah fasilitas layak lahan pakai yang menjadi kebutuhan pokok setiap
manusia. Lahan tersebut harus memiliki aksesibilitas dan kesiapan
infrakstruktur. Fasilitas tersebut diperlukan untuk mengatasi berbagai
persoalan yang timbul sebagai efek samping dari pertumbuhan penduduk
dan perkembangan ekonomi sehingga peremajaan kawasan strategis kota
harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan layak pakai bagi penduduk
di Purwokerto.
Gambar 1.2 : Peta Kepadatan Penduduk KabupatenBanyumas
Ditambah dengan adanya kesepakatan era globalisasi sekarang
ini, yang membuat Negara-negara sibuk untuk mengantisipasi hal
tersebut, termasuk Indonesia yang aktif dengan AFTA sebagai salah satu
upaya untuk menghadapi dan mengantisipasi era globalisasi.
Pembangunan pada beberapa pusat kawasan bisnis di kota-kota di
Indonesia saat ini mengarah pada konsep superblock. Dengan konsep ini
mengakibatkan munculnya konsep lain seperti CBD (Central Business
Distric), Superblock, Mix Use Development, yang merupakan upaya dari
pemanfaatan ruang lahan yang semakin terbatas.
Laju pembangunan yang terjadi pada dewasa ini sangat pesat, hal
ini terjadi karena pertambahan penduduk yang sangat cepat dan
mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang akhirnya menimbulkan
berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan aktivitas penduduknya.
Dengan bertambahnya aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak
wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk tersebut maka
semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk
yang mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan peradaban
manusia yang semakin berkembang. Demikian juga dengan sarana
perdagangan perlu peningkatan.
Semakin pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia maka
semakin meningkat pula kota sebagai pusat dari perdagangan, sehingga
pusat-pusat perbelanjaaan tersebut akan lebih mendapat perhatian. Tak
terkecuali juga dengan kota Purwokerto yang sedang berkembang.
I.2.2. Perekonomian Purwokerto
Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia,
tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008,
mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya
berpengaruh pada proses produksi. Kenaikan harga barang dan jasa
commit to user
sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian. Namun demikian,
kinerja perekonomian Purwokerto selama tahun 2008 dan 2009 masih
menunjukkan kenaikan.
Selama periode 2005-2009, kinerja perekonomian Purwokerto
yang ditunjukkan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilai PDRB atas
dasar harga berlaku mencapai Rp. 9,19 triliun. Secara nominal, PDRB
Kabupaten Purwokerto pada kurun waktu 2005-2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp.3,6 triliun. Namun demikian, kenaikan ini masih
mengandung kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama
kurun waktu tersebut.
Berdasarkan harga kenstan 2000, nilai PDRB juga mengalami
kenaikan dari Rp. 3,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4,40 triliun di
tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Purwokerto
mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut murni sebagai
peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah
terbebas dari pengaruh inflasi.1
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Kota Purwokerto
2005-2009 (persen)
Sektor 2005 2006 2007 2008*) 2009
1. Pertanian 1,70 1,73 3,14 5,15 4,89
2. Penggalian 4,09 4,62 5,17 4,68 5,12
3. Industri Pengolahan 2,45 3,24 3,47 3,33 3,04
4. Listrik & Air Bersih 9,11 5,16 7,51 4,39 6,36
5. Konstruksi 4,12 4,07 4,71 5,38 6,60
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 3,80 6,72 6,48 5,69 5,19
7. Pengangkutan & Komunikasi 3,13 4,32 5,18 5,95 4,60
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 5,60 6,85 8,04 5,96 8,01
9. Jasa-jasa 3,54 6,70 7,90 6,90 7,56
PDRB 3,21 4,48 5,30 5,38 5,49
*) = angka perbaikan
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas
Grafik 1.1. Kinerja Perekonomian Kota Purwokerto Tahun
2005-2009
Sumber: Banyumas Dalam Angka 2010
I.2.3. Purwokerto Ibu Kota Banyumas
Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Propinsi Dati I Jawa Tengah,
ditetapkan kota Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas
pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan kota
Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang
akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.2
Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan barat wilayah
propinsi Jawa Tengah berperan memeratakan pembangunan propinsi
Jawa Tengah bagian selatan.
Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas,
maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut akan meningkatkan
ekonominya secara mandiri, bahkan akan membantu mengembangkan
daerah sekitarnya.
Di samping sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, yang
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, kota
Purwokerto juga merupakan kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari
Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan simpul distribusi
perdagangan yang nantinya akan menjadi wilayah penyangga
(hinterland) bagi kota Cilacap yang merupakan kota industri yang
menjadi wilayah pengembangan Jawa Tengah Selatan bagian barat.3 Perkembangan kota Purwokerto dari tahun ke tahun semakin meningkat
dan bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditingkatkan dan
ditambah. Tak terkecuali dengan fasilitas untuk perbelanjaan dan hunian
dengan menyatukan beberapa kegiatan fungsi utama pada satu lahan yang
merupakan salah satu kegiatan di Purwokerto. Dengan terpenuhinya
fasilitas tersebut, maka sektor perdagangan akan mengalami
perkembangan pula seperti sektor industri, sektor pendidikan, dan juga
sektor pariwisata adalah rangkaian yang saling mendukung dan saling
terkait yang masih memerlukan sarana-sarana untuk mendukung di
bidang lainnya.
I.2.4. Industri Pariwisata di Purwokerto
Meningkatnya volume dan dinamika ekonomi Asia Pasifik telah
menjadi salah satu faktor sangat kuat dari terjadinya transformasi industri
pariwisata dunia.
3
Transformasi industri pariwisata dunia telah menempatkan negara-negara
Asia Pasifik menjadi pasar yang semakin penting bagi industri pariwisata
Indonesia, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan
peranan di sektor pariwisata sebagai elemen sangat strategis di dalam
strategi pembangunan nasional.
Adanya perkembangan pariwisata Indonesia yang cukup baik,
mendukung terbukanya peluang berbagai pihak terkait dalam industri
pariwisata untuk ikut berperan di industri pariwisata seperti: hotel,
restorant, biro-biro perjalanan, dan cindera mata yang masih sangat
terbuka untuk dimasuki para investor penanam modal. Dalam industri
pariwisata, Purwokerto sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
kota mode dan kota belanja. Hal ini semakin memacu pertumbuhan kota
Purwokerto di bidang-bidang industri pariwisata yang terkait seperti
hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan (Shopping Mall). Dengan
adanya fasilitas tersebut tidak terlepas dari desakan globalisasi dan
keseriusan pembangunan kepariwisataan nasional.
Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota
Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan
bidang budaya dan pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam
susunannya, yaitu: membangun ketahanan budaya sebagai unsur perekat
kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta kota dan mengembangkan
pariwisata daerah.
Program – program Prioritas:
a. Peningkatan apresiasi nilai budaya dan pelestarian asset budaya,
b. Pengembangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,
c. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan
prasarana wisata,
d. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah,
f. Pengembangan jaringan wisata.
Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila
dilihat dari kondisi, potensi, visi, dan misi kota. Bidang pariwisata sangat
dipengaruhi oleh faktor–faktor intern maupun ekstern dan bersifat
multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak
dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus
didukung oleh bidang – bidang yang lain.
Tabel 1.2. Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah
Purwokerto Selama Tahun 2005-2009
Objek Wisata Pengunjung (orang)
2005 2006 2007 2008 2009
Curug Cipendok 29.418 29.730 45.374 49.941 52.349
Telaga Sunyi 3.942 3.144 3.425 2.611 3.415
Pancuran Tiga 21.361 23.191 22.557 16.207 24.111
Pancuran Tujuh 64.610 66.977 26.327 12.352 21.894
Bumi Perkemahan Baturaden 10.443 2.590 1.518 2.323 1.750
Lokawisata Baturaden 412.444 464.876 385.143 428.978 346.873
Kalibacin 5.057 6.741 4.858 5.394 5.988
Wanawisata Baturaden 58.245 52.023 27.058 14.706 13.044
Curug Gede 15.542 1.602 16.133 25.218 22.605
Curug Ceheng 15.542 14.490 8.537 10.827 12.950
Museum Wayang Sendang
Mas
1.150 2.246 1.208 788 1.702
THR Pangsar Soedirman - 3.670 10.791 18.838 12.356
Masjid Saka Tunggal - 6.622 6.655 5.248 5.765
Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur
Kegiatan pariwisata Kota Purwokerto sangat didukung oleh
keberadaan budaya khas Purwokerto dan keberadaan objek–objek wisata.
Kegiatan pariwisata di kota Purwokerto juga disemarakkan
dengan adanya event–event budaya yang menampilkan kesenian khas
Purwokerto. Promosi dan pemasaran di bidang pariwisata telah didukung
dengan adanya siaran rutin bidang pariwisata di stasiun radio,
selebaran/pamflet/leaflet promosi pariwisata melalui Biro Perjalanan
Wisata, pameran, serta pemantauan jaringan internet.
I.2.5. Peluang Perhotelan di Purwokerto
Tahun 2005 menjadi titik awal baru bagi dunia pariwisata Kota
Purwokerto dan sekitarnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota
Purwokerto tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan setelah
beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh
berbagai hal salah satunya adalah kenaikan harga BBM.
Jumlah hotel berbintang di Purwokerto selama tahun 2009
berjumlah 7 buah, sedangkan untuk hotel non bintang sebanyak 164
buah.
Tabel 1.3. Banyaknya Hotel di Wilayah Kabupaten Purwokerto
Tahun 2009
Hotel Bintang Hotel Non Bintang Jumlah
7 164 171
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas (Listing Hotel Tahunan)
Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan
semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka
sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus
mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan
wisata, menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh
dan sekitarnya masih perlu ditambah. Hal tersebut dimaksudkan agar
wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Purwokerto dan sekitarnya
mempunyai banyak pilihan untuk menginap.
Tabel 1.4. Hotel-hotel di Purwokerto
Nama Hotel Jumlah Kamar Jumlah Bed
Dynasti *** 103 179
Queen Garden *** 69 138
Rosenda *** 100 198
Borobudur * 31 70
Palapa * 50 85
Puri Wisata
Astro
Cendrawasih 18 36
Mutiara 17
Darajati 17 37
Wisata Niaga
Sumber: Purwokerto Guine Book (HMJM FE Universitas Jendral
Soedirman)
Potensi wisata kota yang semakin meningkat beberapa tahun
terakhir ini juga akan berdampak bagus dalam prospek perencanaan hotel
berbintang ini nantinya. Ditambah laju pertumbuhan bisnis Kota
Purwokerto yang semakin meningkat secara tidak langsung dapat
berhubungan juga dengan pariwisata kota. Peningkatan mobilitas para
pelaku bisnis tersebut pada akhirnya akan berimbas hingga ke sektor
pariwisata. Hal tersebut dikarenakan kesempatan pre dan past kegiatan
utama diisi dengan kegiatan wisata. Selain itu traveling yang mereka
lakukan biasanya tidak dilakukan sedirian melainkan melibatkan keluarga
kegiatan tersebut mencangkup dua sektor yaitu bisnis dan pariwisata.
Dalama dunia pariwisata sendiri kegiatan tersebut merupakan suatu
business travel, yaitu kegiatan wisata dengan tujuan utama adalah bisnis.
Dari gambaran di atas sangatlah terbuka bagi kota Purwokerto untuk
dapat menarik wisatawan dan pelaku bisnis datang ke Purwokerto, yang
tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai
sehingga nantinya para pengunjung tadi memperoleh kemudahan dan
fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di Kota
Purwokerto.
I.2.6. Peluang Shopping Mall di Purwokerto
Hadirnya beberapa pusat perbelanjaaan yang sedang dibangun di
Purwokerto serta meningkatnya minat dan daya beli masyarakat
Purwokerto terhadap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan yang lengkap,
menyebabkan Shopping Mall mempunyai masa depan yang cerah dalam
dunia perdagangan di kota Purwokerto.
Tabel 1.5. Banyaknya Pasar di Purwokerto Tahun 2009
Department
Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Banyumas
Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan
sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak.
Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan
fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar
kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja.
Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisah–pisah dan tersebar,
sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh
unsur rekreatif untuk dimasukkan ke dalam kawasan perdagangan
sehingga dapat memberikan warna baru akan pusat bisnis dan pusat
perbelanjaan yang sudah ada, misalnya:
a. Bioskop
b. Café, Restaurant, Foodcourt yang dilengkapi hotspot
c. Aneka jenis permainan dan ketangkasan seperti game center, billiard,
bowling
d. Tempat untuk melepas kepenatan seperti taman dan pusat jajan
e. Di sisi lain ada bagian yang terhubung ke hotel, sehingga pengunjung
hotel juga mengakses fasilitas di mall.
Penyebaran fasilitas perdagangan lebih banyak terkonsentrasi di
pusat kota. Hal ini menunjukkan belum adanaya pemerataan pelayanan
fasilitas perdagangan lokasi yang berupa toko. Perkiraan kebutuhan
pertokoan, juga pusat perbelanjaan untuk lingkungan dan perbelanjaan
seluruh kota.
Tabel 1.6. Tempat-tempat Perbelanjaan di Purwokerto
No Nama Toko Alamat Keterangan
1 Sri Ratu Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
2 Moro Jl. Jend Soedirman Supermarket
3 Rita Jl. Jend. Soeprapto Dept. Store & Supermarket
4 Matahari Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
5 Metro Jaya Komplek
Kebondalem
Book Store
6 Intan Jl. Jend Soedirman Dept. Store & Supermarket
7 Aroma Jl. Jend Soedirman Dept. Store
8 Super Ekonomi Jl. Kyai Moch. Safii Dept. Store & Supermarket
Hampir di setiap kota-kota besar dan sebagian kota kecil di
Indonesia telah terdapat suatu tempat perbelanjaan dengan berbagai
fasilitas pendukung telah berdiri, yaitu sebuah tempat perbelanjaan yang
terdiri dari pertokoan, pasaraya, department store, dan toko sebagai
tempat perbelanjaan, disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan
pendukung lainnya, yang kesemuanya tadi saling mendukung satu sama
lainnya.
Lain halnya di kota Purwokerto, fasilitas perbelanjaan yang ada
belum disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya.
Jadi keberadaannya pun masih belum terpusat karena antara fasilitas yang
satu dengan fasilitas yang lain keberadaannya saling berjauhan.
Perkembangan dan penyebaran fasilitas perdagangan dan jasa di
Purwokerto lebih banyak terdapat di sekitas jalan utama (jalan Gerilya
dan jalan Jendral Sudirman). Fasilitas perdagangan tersebut berupa
pertokoan dengan skala pelayanan lokal. Maka bagi Purwokerto yang
sedang berkembang perlu diadakannya tempat perbelanjaan skala kota
yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi atau hiburan yang
keberadaannya saling mendukung dan melengkapi.
I.2.7. Kondisi Ekologis di Purwokerto
I.2.7.1. Jumlah penduduk selalu bertambah baik penduduk asli
maupun pendatang.
Fenomena ini tentunya menuntut berbagai pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sekaligus
melengkapi fasilitas–fasilitas yang belum ada. Hal ini
mengakibatkan semakin berkurangnya lahan hijau untuk ruang
publik di dalam kota. Padahal ruang publik merupakan salah satu
aspek penting dalam elemen kota. Kebanyakan pembangunan
I.2.7.2. Penebangan pohon secara besar-besaran
Aksi babat pohon yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Purwokerto akhir-akhir ini banyak menimbulkan kontroversi di
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengecam
tindakan tersebut karena dianggap merusak lingkungan dan
ekosisitem. Jalan – jalan di Kota Purwokerto dirasa semakin
panas dan gersang akibat ditebangnya pepohonan di sepanjang
jalan tersebut.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2010
I.2.7.3. Peningkatan polusi di Purwokerto
Peningkatan polusi udara berasal dari industri
manufaktur, transportasi, dan bangunan untuk menunjang
kehidupan modern manusia yang berada di Kota Purwokerto.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi Juni 2009
I.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
I.3.1. Permasalahan
Diperlukannya bangunan dwi fungsi yang didalamnya merupakan
gabungan hotel dan shopping mall di suatu kawasan bisnis Purwokerto
yang mampu melayani wisatawan maupun masyarakat setempat yang
terintegrasi dengan baik sehingga dapat saling menunjang satu sama
lainnya dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan sehat.
I.3.2. Persoalan
a. Pemilihan lokasi
Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan
shopping mall, sesuai dengan fungsi kegiatan dan keberadaannya
akan mempunyai daya tarik yang tinggi bagi penyewa dan
pengunjung.
b. Pengolahan site
Bagaimana mengolah site yang tepat sehingga site dapat merespon
dengan baik kegiatan perbelanjaan, promosi sekaligus rekreasi dan
menghasilkan gubahan massa yang sesuai dengan data fisik yang ada,
sehingga akan mengoptimalakan gubahan masa hotel dan shopping
mall sebagai bangunan komersial dan akan mengoptimalkana
arsitektur hijau pada desain.
c. Sistem Kegiatan dan Peruangan
- Bagaimana menentukan jenis dan pola kegiatan yang mampu
mewadahi kebutuhan konsumen dan pengguna dalam memenuhi
kebutuhan kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi.
- Bagaimana menentukan program ruang dimana menata dan
mengatur fasilitas berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan ruang
yang menunjang efisiensi ruang bangunan komersial yang
mempertimbangkan aspek kelancaran dan sirkulasi, kenyamanan,
keseimbangan kebutuhan ruang fungsional, dan servis.
d. Tampilan
Bagaimana mewujudkan bentuk fisik hotel dan shopping mall, baik
interior maupun eksterior yang mampu mencitrakan sebuah bangunan
komersial yang representatif sebagai pusat perbelanjaan di kota
Purwokerto dengan penerapan arsitektur hijau yang unik dan sesuai
dengan jaman (20 – 25 tahun) sebagai daya tarik awal pengunjung dan
penyewa.
e. Bagaimana menentukan tata lansekap yang dapat menunjang kegiatan
perbelanjaan sekaligus rekreasi .
f. Bagaimana menentukan sistem struktur, konstruksi, material dan
I.4. TUJUAN DAN SASARAN
1.4.1. Tujuan
Merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan
hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani
wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.
I.4.2. Sasaran
Mewujudkan hotel dan shopping mall menjadi sebuah hunian dan
pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang mampu
memberi kepuasan pengunjung, penyewa maupun investor melalui
penyusunan strategi penataan atau pengaturan retail dan fasilitas
pendukung lainnya yang tepat dengan didukung arsitektur hijau, meliputi:
a. Konsep lokasi
b. Konsep site
c. Konsep sistem kegiatan dan peruangan
d. Konsep tampilan bangunan yang meliputi: konsep bentuk ruang,
bentuk massa banguanan, interior dan eksterior fasade bangunan yang
sesuai dengan karakter arsitektur hijau yang menerjemahkan karakter
hotel dan shopping mall yang identik dengan gaya hidup masyarakat
urban.
e. Konsep penataan lansekap
f. Konsep sistem struktur, konstruksi, material, dan utilitas.
I.5. LINGKUP BATASAN MASALAH
Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang
menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat
mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam
penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah:
a. Pembahasan ditekankan pada disiplin arsitektur dan hal–hal yang berkaitan
penataan ruang dan fasitas pendukung lainnya yang tepat dan didukung oleh
arsitektur hijau pada desainnya. Hal–hal di luar disiplin ilmu arsitektur
seperti aspek sosial, ekonomi, bisnis, dan sebagaimana dianggap
menentukan dan mendasari perencanaan dan perancangan fisik akan dibahas
secara umum berdasarkan literatur yang terbatas dan logika yang sederhana.
b. Dalam pembahasan hotel dan shopping mall ini diproyeksikan dalam jangka
waktu 20–25 tahun mendatang sengan pertimbangan untuk
mempertahankan konsep hijau yang sesuai dengan jaman pada periode
tersebut.
c. Untuk mendapatkan fungsi hotel dan mall dengan tampilan arsitektur hijau
yang optimal, maka masalah finansial tidak ditekankan dan dianggap sudah
tersedia,
I.6. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan
digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini
terdapat beberapa metode yang dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari
metode pengumpulan data primer dan sekunder.
I.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer
• Melalui survey terhadap hotel dan shopping mall yang telah ada, survey yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung berupa data statistik
fakta-fakta tentang perkembangan hotel dan shopping mall yang terdapat
di Purwokerto.
• Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding dilakukan terhadap bangunan hotel dan shopping mall yang sesuai
I.6.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Studi Literatur
• Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep sebuah hotel, shopping mall, dan arsitektur hijau
• Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, maupun perpustakaan jurusan Arsitektur
• Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya.
• Mencari refrensi mengenai hotel dan shopping mall melalui pencarian di internet
• Mencari buku-buku yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall melalui toko buku.
I.6.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat
baik data primer maupun data sekunder, diantaranya:
I.6.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran
dilakukan sesuai dengan aspek penekanan hotel dan shopping
mall yang ingin dirancang.
I.6.3.2 Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu
dengan data yang lainnya, data primer, dan data sekunder.
I.6.3.3 Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat dan disajikan dalam
beberapa bentuk, diantaranya: • Deskripsi data
• Tabel • Grafik I.6.3.4 Analisis Data
• Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat melalui refrensi (data sekunder).
• Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan dasar-dasar arsitektur hijau.
• Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan dijadikan sebagai data pendukung.
• Mencari benang merah antara hotel dan shopping mall dari data yang didapat dengan arsitektur hijau berdasarkan data
yang sudah didapat
I.6.3.5. Menarik kesimpulan
I.7. TAHAPAN PEMBAHASAN
TAHAP I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan,
persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode
pembahasan, dan sistematika pembahasan.
TAHAP II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan
preseden; serta Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks
(peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang
direncanakan.
TAHAP III BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN
Membahas tentang gambaran umum mengenai hotel dan shopping mall
TAHAP IV ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Menganalisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan hotel dan
shopping mall di Purwokerto, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan
peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, pengolahan site, sistem sirkulasi,
bentuk dan massa bangunan, environment, serta struktur bangunan.
TAHAP V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Merupakan hasil pengolahan TAHAP IV, proses penentuan konsep
melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu
kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KOTA
II.1. TINJAUAN HOTEL
II.1.1.Sejarah Singkat Hotel
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis
kuno. Bangunan public ini sudah disebut–sebut sejak akhir abad ke–17,
Maknanya kira–kira, “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga
“bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi pada mulanya
hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring
perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap–makan
ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran.
Sementara bangunan dan kamar – kamarnya mulai ditata sedemikian rupa
membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun–tahun standar layanan
hotel tak banyak berubah.
Di Indonesia, kata hotel dikonotasikan sebagai bangunan penginapan
yang cukup mahal. Umumnya Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati
yang tarifnya cukup terjangkau umum hanya menyediakan tempat–tempat
menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha
swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh
perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada
kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan.
II.1.2. Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium,
yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan
pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang
berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan
terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu
banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni
penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel.
Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987
adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum
serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan
memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta
akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27).
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar
untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum
(kamus Webster).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang
menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang
diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial.
II.1.3. Penggolongan Hotel
a. Hotel Berdasarkan Lokasi
1) Hotel Kota
Hotel yang terletak dipusat kota yang mendukung pengunjung yang
mempunyai tujuan utama untuk urusan bisnis dan kegiatan yang
lainnya yang berlokasi di kota.
2) Hotel Pegunungan
Hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati
keindahan alam pegunungan serta budaya masyarakat setempat atau
mempunyai kegiatan lain disekitar pegunungan.
3) Hotel Pantai
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung yang ingin menikmati atau
4) Hotel Pedalaman
Hotel yang terletak disuatu daerah yang sebagian alamnya masih asli
seperti hutan tropis, cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan
yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat
istiadat suatu penduduk asli pedalaman.
b. Hotel berdasarkan Lamanya Menginap
1) Seasonal Hotel
Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap dalam jangka
waktu tertentu (singkat).
2) Transit Hotel
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung, dimana hotel tersebut dekat
dengan jalur lalu lintas dan dipergunakan sebagai transit karena dekat
dengan fasilitas umum. Biasanya merupakan tempat singgah atau
istirahat sebelum melanjutkan tujuan.
3) Residential Hotel
Hotel diperuntukan bagi tamu yang tinggal dalam jangka waktu lama
tetapi tidak menetap.
c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel
1) Businness Hotel
Untuk tamu yang bertujuan bisnis / kegiatan lain yang berhubungan
degan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dsb.
2) Resort Hotel
Salah satu bentuk akomodasi bagi wisatawan yang berlibur.
3) Pleasure Hotel
Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk
bersenang-senang dan menikmati suasana serta fasilitas hiburan dari
pihak hotel.
4) Country Hotel
5) Research Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan
tujuan mengadakan penelitian / riset.
6) Sport Hotel
Hotel di mana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan.
d. Penggunaan Hotel berdasarkan Jumlah Kamar yang tersedia
1) Hotel kecil : jumlah kamarnya antara 10 – 49 kamar.
2) Hotel menengah : jumlah kamarnya antara 50 - 100 kamar.
3) Hotel besar : jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.
e. Hotel berdasarkan Kesibukan Lalu Lintas
1) Hotel Lintas (Highway / Motor Hotel / Motel)
Hotel yang terletak sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama
sara parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar – kamar yang
disewakan.
2) Hotel Station
Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat.
3) Hotel Pelabuhan
Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung
aktivitas pelabuhan.
f. Hotel berdasarkan Sistem Operasi
1). Chain Hotel Operation
Hotel yang beroperasi secar berantai pada beberapa kota besar di
beberapa negara denga tetap memakai satu nama.
2). Federal Operation Sistem
Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling
memberi informasi dan bantuan kepada yang lain.
3). Franchised Operation Sistem
Beberapa perhotelan secar bersama menunjuk suatu badan yang
g. Hotel Sistem Bintang
Hotel berbintang 1, 2, 3, 4,5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan
RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata selama 3
tahun sekali. Penilaian tersebut antara lain penilaian persyaratan fisik
mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya
(tingkat pendidikan dan kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang
terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga
dan sebagainya.
II.1.4. Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel
a. Pelaku Kegiatan Hotel • Tamu Hotel
Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan
wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegiatan
utamanya antara lain istirahat, makan – minum, rekreasi. • Pengelola
Pengelola adalah orang yang mengelola fasilitas hote dapat
berlangsung baik, seperti:
- Melakukan kegiatan administrasi hotel.
- Memberikan pelayanan bagi para tamu hotel.
- Melakukan perawatan unit kamar.
b. Organisasi Pengelolaan Hotel
Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai
persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama
yaitu pelayanan penginapan, makanan dan minuman. Secara umum
pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakann menurut fungsi, sifat
maupun standart internasional.
Diagram II.1. Organisasi ruang menurut fungsi
(Sumber : Analisa Pribadi)
• Public Space, kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama dan front office serta function room.
• Consession and rentable space, kelompok ruang yang disewakan untuk melayani keperluan tamu hotek dan juga usaha bisnis lainnya
yang terpisah dari kegiatan hotel.
• Food and beverage space, kelompok ruang yang melayani bagian makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak
mengianap, disamping juga melayani bagi keperluan function room
dan termasuk kelompok ini adalah restaurant, coffe chop, bar,
kitcen dan gudang.
• General Service space, kelompok ruang pelayanan meliputi bagian penarimaan, storage employee’s room, employee dining room,
laundry, linen room, house keeping, maintenance, dll.
• Guest Room Space, kelompok yang terdiri daei ruang tidur bagi tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur,
toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya. Consession &
Rentable Space
Public Space
General Service Space Guest Room
Space
Food and Beverage Space Recreation and
• Recreation and sport space, kelompok fasilitas rekreasi dan olahraga yang biasanya diprioritaskan untuk tamu hotel yang
memerlukan selain itu terbuka bagi masyarakat luar.
Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya
Diagram II.2. Organisasi ruang menurut Sifat
(Sumber : Analisa Pribadi)
• Public Room, kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum seperti lobby utama, front office, restaurant, recreation, and sport
centre, function room, and rentable room.
• Bed room, kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping,
maintenance, dll.
II.1.5. Waktu Operasional Hotel
Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi 24 jam, dengan
spesifikasi kegiatan :
• Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam • Waktu aktifitas clening service and laundry : 07.00 – 17.00 • Waktu aktivitas kantor : 08.00 – 17.00 • Waktu aktifitas Shopping mall : 09.00 – 21.00
• Waktu aktifitas keamanan : 24 jam Service Room
II.1.6. Sistem Penilaian Hotel
World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan
sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas
atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan – persyaratan dan sistem klasifikasi
tersebut telah digunakan oleh banyak Negara. Di Indonesia ada instansi yang
berwenag dalam hal itu yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan –
persyaratan sesuai dengan kondisi lokal.
a. Penilaian World Trade Orrganization (WTO)
Sejak tahun 1962 telah menetapkan sistem penggolongan hotel
yang telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan
oleh IHA (International Hotel Association). Confederation of National
and Restaurant association (HOTREC) atau konfederasi hotel nasional
dan asosiasi restaurant Negara – Negara Eropa menemukan sistem
alternative menggunakan symbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa
klasifikasi.
Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang
beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan
kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu
klasifikasi resmi dan penilaian bebas.
Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan
syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas
dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah : • Infrastruktur lokal
Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan
• Kulaitas keseluruhan
Beberapa perusahaan memiliki cirri- cirri yang istimewa baik itu
sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan poin berharga
tersebut.
• Dasar yang sesungguhnya
Seluruh pola mempertimbangkan factor yang nyata seperti ruangg,
fasilitas, cirri – cirri dan penyediaan pelayanan. Aspek kulaitatif
seperti penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian
subjektif cenderung lebih bervariasi. • Lokasi dan kebutuhan pasar
Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat
kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan. • Perawatan
Kualitas hotel tergantung pada kebersihan dan perawtan yang mampu
menghalangi kenyamanan dan keamanan, namun sulit untuk
dimonitor.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, WTO memberikan
penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu :
• Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk
golongan ini adalah hotel pribadi kecil.
• Hotel yang memiliki standar – standar akomodasi yang lebih tinggi dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk
golongan ini adalah hotel pribadi.
• Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara
• Hotel kualitas tinggi dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan
pengunjung.
• Hotel luar biasa dengan kulaitas akomodasi perlengkapan khusus dengan standar kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan
dan keleluasaan.
b. Penilaian Dirjen Pariwisata
Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan – persyaratan
penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi
sebuah hotel yaitu :
• Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan. • Bentuk pelayanan yang diberikan.
• Jumlah kamar minimum yang tersedia.
• Kulifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan karyawan.
• Fasilitas olahraga dan rekreasi.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, maka klasifikasi
bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah :
1. Hotel Bintang I
a. Jumlah kamar minimum 10 kamar
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:
Kamar single : 18 m2
Kamar double : 20 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, ruang makan (luas lantai minimal 30 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga
2. Hotel Bintang II
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:
Kamar single : 20 m2
Kamar Doule : 24 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, bar, ruang makan (luas lantai minimal 36 m2)
d. Pelayanan ; akomodasi + penitipan barang berharga.
3. Hotel Bintang III
a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar double : 28 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, bar (minimal 25 m2), ruang makan (minimal 72 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput.
4. Hotel Bintang IV
a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar duble : 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby,
bar (minimal 40 m2), ruang makan (minimal 100 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan
dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 40 m2
Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.
f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,
maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,
fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.
5. Hotel Bintang V
a. Jumlah kamar minimum 96 kamar +4 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar duble : 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby,
bar (minimal 75 m2), ruang makan (minimal 135 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan
dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 30 m2
Dry cleaning minimal 20 m2
Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.
f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,
maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,
fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.
II.1.7. Organisasi Fungsional Hotel
Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain: • Private area
Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti
• Public area
Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan
dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya. • Semi Public area
Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama
karyawan administrasi, ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang
tertentu yang dapat memasukinya. • Service area
Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam
pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain: • Front of the house (sektor depan hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front
of the house yaitu:
A. Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
B. Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan
tema yang
ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan
utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas
bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
Lobby
Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi,
menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian
dengan penyewaan kamar.
Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau
main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka
dengan besaran ruang yang cukup luas.
o Front desk / Reception desk
Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk
memproses dan mengelola administrasi pengunjung.
o Guest elevator
Sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau
public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai
sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk
kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar
berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya
kontak sosial di antara pengunjung.
o Retail Area
Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari
o Bell man
Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau
hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa
membawakan koper-koper pengunjung.
o Support function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area,
antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan
o Consession space
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk
hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan
merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari:
- Travel agent room
- Perawatan kecantikan / salon
- Toko buku dan majalah
- Money changer
- Souvenir shop
- Toko-toko khusus
Food and Beverages outlets
Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman
berupa : • Restoran • Coffee shop • Lounge • Bar
Ruang Serbaguna
Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan
antara lain: • Pameran • Seminar
• Pertemuan / pernikahan Area rekreasi
Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi,
berolah raga, santai dan lain-lain, yang antara lain: • Swimming pool
• Retail area
• Kolam dan kanal buatan , Amphitheatre + Dancing Fountain • Taman
• Sarana olahraga • Fitness
• Spa dan Sauna
• Back of the house (sektor belakang hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu:
Daerah dapur dan gudang (food and storages area)
Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman.
Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan
kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash
and general storage area)
Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dan ke dalam
mobil pengangkut.
Daerah pegawai / staff hotel (employees area)
Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk
karyawan, gudang, dll.
Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)
Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi
sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang
digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area
housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang,
tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk
melayani tamu hotel.
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa
tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara
keseluruhan. Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus
berhubungan dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas,
sehingga bagian publik tidak terganggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah,
penzoningan berdasarkan jenis area sangat penting.
Diagram 2.3 Penzoningan Area Privat, Publik dan Semipublik pada Hotel
Sumber: Analisis Pribadi
II.1.8. Karakter Pengunjung Hotel
Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu
untuk tujuan bisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat dibagi
atas:
Tabel 2.1. Karakteristik pengunjung hotel:
Profesional
II.1.9. Perkembangan Hotel di Indonesia
Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel
berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan
atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari
tempat asalnya.
Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke
Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat
memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah
hotel-hotel di Indonesia.
Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke Masa, tercatat
hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :
• Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel Rijswijk.
• Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje. • Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.
• Malang, Palace Hotel. • Solo, Slier Hotel.
• Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )
• Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel ( kini Hotel Panghegar ).
• Purwokerto, Hotel de Boer dan Hotel Astoria. • Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel.
Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran
hotel di Indonesia sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya
beberapa manajemen hotel international yang banyak merambah ke kota-kota
besar di Indonesia.
Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah arsitektur
hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini menjadi satu
tolak ukur sejarah baru untuk hotel di Indonesia.
Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan
bangsa dan negara, antara lain:
• Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat • Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi
II.1.10. Perkembangan Hotel di Purwokerto
Perkembangan hotel di Purwokerto mengalami pertumbuhan yang
sangat baik, tercatat ada beberapa hotel berbintang dan berskala internasional
yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Purwokerto, salah satunya
adalah Hotel Aston yang dibangun dengan investasi 50 milliar, jumlah yang
sangat fantastis dan ini mungkin sudah diperhitungkan oleh investornya yang
percaya akan perkembangan ekonomi di kota Purwokerto, kebijakan
pemerintah daerah yang sangat mendukung dunia investasi merupakan salah
satu pemicu yang menarik bagi para investor untuk dapat menanamkan
bisnisnya di Purwokerto, kemudian ada juga Hotel Santika walaupun
pembangunannya agak terhenti mudah-mudahan dapat juga tetap dilanjutkan
dan terselesaikan pada akhirnya.
Sementara untuk hotel-hotel yang telah beroperasi, ada beberapa yang
Niaga yang terletak di jalan Merdeka dan Hotel Astro yang sedang
mempercantik diri dengan fasilitas pendukung seperti café, tempat karaoke,
billiard dan ruang meeting.
Purwokerto merupakan kota yang cukup pesat pertumbuhan
ekonominya setelah kota Semarang dan kota Solo, sehingga sarana
pendukung seperti hotel sangat dibutuhkan sebagai sarana penunjang kegitan
bisnis di kota Purwokerto, meskipun boleh dibilang cukup banyak hotel di
Purwokerto, diperkirakan ada sekitar 170 hotel baik yang berkelas bintang
sampai yang melati, semua dapat hidup dan beroperasi dengan baik, ini
menandakan perekonomian Purwokerto sangat kondusif.
Adapun daftar hotel yang berada di Purwokerto berdasarkan bintang
antara lain:
Tabel 2.2. Daftar Hotel di Purwokerto
Nama Hotel Bintang Alamat
Dynasti Hotel *** Jl. Dr Angka No. 11 Purwokerto
Queen Garden Hotel *** Jl. Baturaden Munegangsari, Purwokerto
Rosenda Hotel *** Jl. Pariwisata Baturaden
Borobudur Hotel * Jl. Yos Sudarso No. 32, Purwokerto
Palapa Hotel * Jl. S. Parman, Purwokero
Puri Wisata Hotel Jl. Raya Baturaden
Astro Hotel Jl. Suparjo Rustam Km. 4 Purwokerto
Cendrawasih Hotel Jl. Jend. Sutoyo, Purwokerto
Mutiara Hotel Jl. Gatoto Subroto No. 70, Purwokerto
Darajati Hotel Jl. HR. Bunyamin Purwokerto
Wisata Niaga Hotel Jl. Merdeka Purwokerto
Atrium Resort and Hotel Jl. Supardjo Rustam Purwokerto
Moro Seneng Hotel Jl. Raya Baturaden km. 13
Ardi Kencana Hotel Jl. Raya Baturaden
Perhutani Alam Wisata Jl. Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturaden
Resort Prima Hotel Jl. Pariwisata Baturaden
Madurodam Hotel Jl. Pariwisata 99, Baturaden
Asri Hotel Jl. Raya Baturaden
Orlando Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Teratai Mas Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Pandawa Hotel Jl. Gatot Subroto No. 08
Tiara Hotel Jl. Jend. S. Parman No. 130, Purwokerto
Wijaya Hotel Jl. Gerilya Timur, Purwokerto
Anggrek Hotel Jl. Dr. Soeparno No. 100
Cahya Nirwana Hotel Jl. Kol. Sugiono P, Purwokerto
Fatmaba Hotel Jl. Kedungbulu, Ajibarang
Arya Guna Hotel Jl. Raya Buntu
Kelapa Gading Indah Jl. Raya Timur No. 1317,
Sumber: http://hotelpurwokerto.com
II.2.TINJAUAN SHOPING MALL
II.2.1. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian shopping mall, yaitu:
• Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki;
berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang
interaksional (Rubinstein, 1978).
makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor
utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah
shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal
bagi terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang ( Maitland,
1987).
• Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur
menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe
toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan
parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko
(Urban Land Institute, 1997).
II.2.2. Klasifikasi Shopping mall
II.2.2.1. Menurut Bentuk Fisik
Pusat Perbalanjaan dapat digolongkan dalam tujuh bentuk, yaitu:
1. Shopping Street, yaitu deretan pertokoan di sepanjang sisi jalan.
2. Shopping Centre, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand
(toko) yang disewakan atau djual.
3. Shopping Precint, yaitu komplek pertokoan dengan stand menghadap ke
ruang terbuka yang bebas dari kendaraan.
4. Departement Store, merupakan toko yang sangat besar, biasanya terdiri
dari beberapa lantai yang menjual macam-macam barang termasuk
pakaian. Perletakkan barang-barang memiliki tata letak yang khusus,
memudahkan sirkulasi dan memberikan kejelasan akses. Luas lantai
berkisar 10000-20000 m2.
5. Supermarket, mempunyai toko-toko yang menjual barang kebutuhan
commit to user
melebihi 15% dari seluruh area penjualan. Luas lantai berkisar
1000-2500 m2.
6. Department store dan supermarket, merupakan bentuk-bentuk
perbelanjaan modern dengan penggabungan dua jenis perbelanjaan.
7. Super store merupakan toko satu lantai yang menjual macam-macam
barang kebutuhan sandang dengan sistem self-servixe dengan luas
5000-7000 m2 dan luas area penjualan maksimum 2500 m2. 4
II.2.2.2. Menurut variasi barang yang dijual5
1. Speciality Shop, pertokoan yang menjual hanya satu jenis barang.
2. Variety and General Household Store, pertokoan yang menjual dengan
harga murah.
3. Super Market, pertokoan eceran yang sebagian besar menjual makanan
dan dilengkapi dengan barang-barang rumah tangga.
4. Hyper Market, pertokoan yang menjual barang-barang kebutuhan rumah
tangga dengan harga relative murah, swalayan dalam jumlah besar dan
pembayaran kontan.
5. Departement Store, usaha penyediaan kebutuhan masyarakat mulai dari
jenis makanan kepada peralatan dan bahan kebutuhan rumah tangga serta
jasa.
II.2.2.3. Menurut jenis barang yang diperdagangkan6
1. Convenience Store, toko yang menjual barang kebutuhan yang bersifat
member kesenangan belaka, seperti toko aksesoris dan toko mainan.
2. Demand Store, toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, missal
toko makanan, pakaian.
4Gruen, Victor, 1960, p-23
5 Agung 1997, mengutip David Mun, 1981, h-14
commit to user
3. Impulse Store, toko yang menjual barang-barang yang sifatnya
memberikan penampilan khusus, missal yang menjual parfum, jam
tangan, jas.
II.2.2.4. Menurut sifat barang yang diperdagangkan7 1. Cair, missal sirup dan makanan botolan.
2. Kering, misal pakaian, ikat pinggang.
3. Tahan lama, missal sepatu, arloji.
4. Mudah rusak, missal buah-buahan, roti.
II.2.2.5. Menurut penyajian barang yang diperdagangkan8
1. Table Fixture atau Meja Menerus, biasanya untuk tempat buku-buku.
2. Counter Fixture atau Almari Rendah, missal untuk tempat mainan
anak-anak.
3. Cases Fixture atau Almari Transparan, missal untuk pakaian sejenis,
sewarna dalam keadaan terlipat.
4. Box Fixture atau Kotak Terbuka, missal untuk pakaian-pakaian yang
diobral.
5. Rack Fixture atau Rak Terbuka, missal untuk tempat sepatu, peralatan
mandi.
6. Hanging Lose atau Almari Penggantung, missal untuk kemeja, jaket, jas.
7. Etalase atau Ruang Peraga, berfungsi untuk memajang pakaian atau
produk-produk baru dengan penataan menarik.
II.2.2.6. Menurut Sistem Pembelian9
1. Grosir, pertokoan yang menjual barang dalam jumlah besar, transaksi
dapat dilakukan di toko dan disana hanya tersedia samplenya saja.
2. Eceran (retail), toko yang melayani penjualan dalan jumlah satuan, jenis
ini menawarkan banyak variasi dalam hal barang yang ditawarkan.
7 Guntoro, 1997, Shopping Mall di Lampung
8 ibid