• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan

4.1 Pendahuluan

Pengembangan arsitektur enteprise memerlukan beberapa tahapan yang harus diikuti agar dapat mendefinisikan komponen yang diperlukan dapat dalam penyusunan arsitektur enterprise dapat dicapai sebagaimana mestinya.

Dalam pengembangan arsitektur enterprise penggunaan framework untuk menentukan target keluaran atau artefak yang harus dihasilkan sebagai dokumen arsitektur enterprise agar dokumen yang dihasilkan memiliki makna untuk siapa dokumen tersebut bisa digunakan. Oleh karena itu, framework sangat berperan dalam pengorganisasian berbagai dokumen hasil pengembangan sistem informasi dalam skala enterprise, sebagai alat kontrol untuk mengarahkan sistem-sistem

informasi yang terdokumentasi dengan baik. Framework bermanfaat untuk memudahkan proses pemeliharaan arsitektur enterprise.

Secara konsep bagaimana berbagai jenis artefak dihasilkan dan dikelompokkan berdasarkan keterkaitan satu sama lain. Framework pada intinya mengatur pengelompokkan produk-produk hasil penyusunan arsitektur enterprise (dokumen, laporan, grafik, diagram, dll) berdasarkan pada kategori tertentu dan mengatur hubungan antar kelompok tersebut.

Dalam pembahasan framework fokus pada pembahasan artefak arsitektur enterprise, sedangkan dalam metodologi fokus pada tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan semua artefak arsitektur dalam suatu framework. Dengan demikian dalam pengembangan arsitektur enterprise framework dan metodologi merupakan dua hal yang digunakan secara bersamaan.

Framework dan metodologi ada beberapa jenis yang bisa diterapkan, bisa diterapkan tergantung pada pengembagan arsitektur enterprise yang diinginkan (spewak, 1992).

Pada prinsipnya untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise dalam suatu organisasi dibagi menjadi tiga tahapan seperti pada Gambar 4.1.

 Inisialisasi

Tahap inisiasi untuk melakukan berbagai persiapan seperti menentukan tim pengembang, menentukan visi dan misi, mengalokasikan dana dan waktu, serta yang penting juga adalah mendapatkan komitmen dari pimpinan puncak organisasi untuk mengembangkan sampai dengan mengimplementasikan sistem informasi enterprise secara terencana.

 Pembuatan Roadmap

Mengembangkan berbagai arsitektur enterprise terutama menganalisis arsitektur bisnis dari objek organisasinya, dilanjutkan dengan pembuatan arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi.

 Eksekusi Rencana

Pemilihan metodologi mana yang tepat untuk mengembangkan sistem informasi enterprise secara bertahap berdasarkan skala prioritas tertentu dari keseluruhan sistem informasi yang telah teridentifikasi sampai menjadi aplikasi yang siap untuk diimplementasikan.

Gambar 4.1 Siklus hidup arsitektur enterprise

Ketiga tahapan dasar pengembangan arsitektur enterprise tersebut dikembangkan dengan pendekatan yang berbeda sehingga menghasikan berbagai metodologi yang berbeda dan menghasilkan dokumen-dokumen yang berbeda pula, karena setiap metodologi pengembangan arsitektur enterprise memiliki keunikan tersendiri untuk digunakan pada objek enterprise yang sesuai(surendro, 2009).

Pemilihan metodologi pengembangan arsitektur enterprise mana yang layak digunakan, hal ini sangat tergantung pada target dari arsitektur enterprise yang diinginkan, di mana arsitektur enterprise bisa dibuat yang bersifat konseptual, atau bersifat implementatif.

Inisialisasi Pembuatan

4.2 Gartner

Tahapan pengembangan arsitektur enterprise menggunakan metodologi Gartner seperti pada Gambar 4.2 (liviu, 2014), sebagai berikut:

1. Environmental Trends 2. Business Strategy

3. Organize Architecture Effort 4. Future-State Architecture

a. Develop Requirements b. Develop Principles c. Develop Models

5. Current-State Architecture – Documenting 6. Closing the Gap

Gambar 4.2 Gartner

4.3 FEAF

Tahapan pengembangan arisitektur enterprise dengan menggunakan Federal Architecture Enterprise Framework (FEAF)(federal CIO, 2001) adalah sebagai berikut:

1. Obtain Executitve Buy-In and Support

Proses mendapat legalitas pekerjaan dan dukungan penuh dari manajemen puncak.

2. Establish Management Structure and Control

Membuat struktur manajemen dan kontrol untuk pengendalian pekerjaan.

3. Define an Architecture Process and Approach

Menentukan pendekatan dan metode yang paling sesuai digunakan dalam pengembagan.

4. Develop Baseline Enterprise Architecture

Membuat arsitektur dasar dalam sebuah arsitektur enterprise sesuai dengan kondisi saat ini baik bisnis, data, aplikasi, dan teknologi.

5. Develop Target Enterprise Architecture

Membuat target arsitektur enterprise masa depan yang diperlukan dan harus dicapai disesuaikan dengan kebutuhan bisnis di masa datang.

6. Develop Sequencing Plan

Menyusun rencana pengembangan sampai dengan implementasi sistem informasi enterprise.

7. Use the Enterprise Architecture

Memanfaatkan dan menjalan proses pengembangan arsitektur enterprise sebagaimana yang direncanakan dan dirancang.

8. Mainain the Enterprise Architecture

Memelihara masterplan dari aristektur enterprise disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang bisa saja terjadi sejalan dengan kondisi bisnis yang dijalankan.

Pada dasarnya tahapan tersebut dilakukan secara iteratif seperti pada Gambar 4.3 sampai dihasilkan target yang diinginkan.

Gambar 4.3 FEAF

4.4 TOGAF

Metodologi TOGAF yang disebut dengan TOGAF Architecture Development Method (ADM), seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4 (marrison, 2009) meliputi beberapan tahapan yang bersifat iteratif yaitu sebagai berikut:

1. Preliminary Phase: Framework & Principles

Mempersiapkan organisasi untuk kesuksesan proyek arsitektur enterprise, menentukan prinsip, framework dan tool yang akan digunakan.

2. Requirements Management

Pengelolaan kebutuhan sistem informasi enterprise yang akan dibangun, dengan meyakinkan bahwa setiap tahapan

pengembangan arsitektur enterprise benar-benar didasarkan pada kebutuhan bisnis yang dijalankan.

3. Phase A: Architecture Vision

Mengatur ruang lingkup, batasan, dan harapan proyek, membuat visi pengembangan arsitektur enterprise, menentukan stakeholder, validasi konteks bisnis, dan membuat pernyataan pekerjaan arsitektur, dan meyakinkan bahwa visi enterprise sesuai dengan visi arsitektur enteprise.

4. Phase B: Business Architecture

Menganalisis proses bisnis yang dilakukan secara keseluruhan oleh enterprise dan menggambarkan proses bisnis secara visual agar mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Dengan demikian bisa diketahui dengan jelas siapa saja dan terlibat apa dalam pelaksanaan proses bisnis enterprise.

5. Phase C: Information System Architectures

Mengembangkan dua arsitektur utama sistem informasi yaitu arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang dibutuhkan berdasarkan pada proses bisnis yang berjalan.

6. Phase D: Technology Architecture

Mengembangankan infrastruktur teknologi jaringan komputer yang merupakan landasan utama dalam mengimplementasikan sistem informasi enterprise.

Mengevaluasi dan memilih opsi implementasi sebagai target pengembangan arsitektur enterprise, mengidentifikasi implementasi proyek yang besar kepentingannya. Setiap kasus pengembangan arsitektur enteprise selalu terjadi adanya perbedaan akibat perubahan dari arsitektur baseline (“as is”) menjadi arsitektur target (“to be”) sehingga perlu dilakukan analisis gap nya. Termasuk perlu dilakukannya risk assesment terhadap berbagai kendala yang akan menghambat pengembangan arsitektur enterprise.

8. Phase F: Migration Planning

Menganalisis cost benefit dan risiko, mengembangkan daftar prioritas proyek berdasarkan kepentingan dasar implementasi, serta membuat rencana migrasi.

9. Phase G: Implementation Governance

Mempersiapkan dan menerbitkan kontrak arsitektur, meyakinkan bahwa implementasi didasarkan pada arsitektur enterprise yang benar dengan didukung tata kelola teknologi informasi untuk memastikan bahwa sistem informasi bisa diterapkan sebagaimana mestinya.

10.Phase H: Architecture Change Management

Melakukan proses monitoring berkelanjutan untuk meyakinkan bahwa pengembangan arsitektur merespon kebutuhan enterprise secara dinamis.

Gambar 4.4 TOGAF-ADM

4.5 OADP

Oracle Architecture Development Process atau OADP adalah metodologi pengembangan arsitektur enterprise yang relatif baru(hadiana, 2016). OADP bisa menjadi alternatif metodologi karena memiliki kesederhaan dalam metodologi maupun frameworknya.

Oracle fokus pada apa yang harus dihasilkannya yaitu berupa artefak utama terdiri dari empat komponen dasar enterprise, dan dilengkapi dengan komponen lainnya seperti tata kelola enterprise, stakeholder, proses dan alat-bantu yang dibutuhkan untuk efisiensi pengembangan.

Seperti pada Gambar 4.5 tahapan dalam metodologi OADP terdiri dari enam tahapan yang berlangsung secara iteratif sebagai berikut:

1. Business context

Mendefinisikan keadaan proses bisnis yang dijalankan oleh enterprise dari awal sampai akhir.

2. Architecture vision

Menentukan visi tentang arah pengembangan arsitektur enterprise yang akan memanfaatkan teknologi informasi disesuaikan dengan visi enterprise.

3. Current state

Menganalisis kondisi enterprise saat ini sejauh mana telah dan sedang memanfaatkan teknologi informasi dan sistem informasi dalam mendukung proses bisnis baik kegiatan operasional dan manajerial.

4. Future state

Merencanakan kebutuhan pengembangan sistem informasi enterprise ke depan disesuaikan kondisi proses bisnis ke depan dalam aspek data, aplikasi dan infrastruktur. Termasuk pertimbangan kemajuan teknologi informasi secara tepat dalam pengembangan arsitektur enterprise.

Menyusun secara rinci perencanaan, perancangan dan implementasi sistem informasi enterprise secara menyeluruh yang akan dikembangkan.

6. Governance

Menetapkan tatakelola sistem informasi enterprise untuk memantau kondisi penggunaannya agar sistem bisa dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

Gambar 4.5 OADP Business Context

Dokumen terkait