• Tidak ada hasil yang ditemukan

F R A M E W O R KENTERPRISER E S O U R C E P L A N N I N G RESOURCE P L A N N I N G FRAMEWORKE N T E R P R I S E R E S O U R C E P L A N N I N G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "F R A M E W O R KENTERPRISER E S O U R C E P L A N N I N G RESOURCE P L A N N I N G FRAMEWORKE N T E R P R I S E R E S O U R C E P L A N N I N G"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING

FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING FRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNINGFRAMEWORKENTERPRISERESOURCEPL ANNING

E N T E R P R I S E R E S O U R C E P L A N N I N G

FRAMEWORK

R E S O U R C E P L A N N I N G

F R A M E W O R K

ENTERPRISE

F R A M E W O R K E N T E R P R I S E

RESOURCE

P L A N N I N G

PLANNING

F R A M E W O R K E N T E R P R I S E R E S O U R C E

(2)
(3)
(4)

Framework

Enterprise Resource Planning

Penulis : Ana Hadiana

Anggota IKAPI No : 235/JBA/2013

Penerbit Megatama

Jl. Batik Kumeli 80C, Bandung. Tlp.022-2514309

www.piksimegatama.com

Dilarang keras mengutip, menjiplak atau memphoto-copy sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, serta memperjual belikan tanpa izin tertulis dari penerbit Megatama

Cetakan Pertama : November 2018 ISBN : 978-602-52891-2-5

(5)
(6)
(7)

ii

iii

iv

1

2

4

7

7

9

10

12

13

16

17

18

20

22

23

25

26

(8)

28

29

31

32

33

37

38

39

42

43

45

48

51

53

56

56

58

59

62

64

67

(9)

67

68

70

70

71

72

72

73

73

74

74

74

74

75

78

79

81

82

82

84

85

87

91

91

(10)

93

94

95

96

96

98

100

101

102

102

104

106

(11)

BAB 1

Enterprise

1.1 Pendahuluan

Dimulai sejak abad ke-21 sampai dengan saat ini, perkembangan dan kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi yang begitu pesat sehingga menjadi salah satu faktor kesuksesan dalam mendorong efisiensi proses bisnis. Kecenderungan persaingan bisnis ke depan di berbagai bidang kegiatan diprediksi akan semakin ketat, sehingga hal ini menimbulkan kesadaran bahwa teknologi informasi memiliki peranan yang sangat penting bahkan bisa jadi salah satu faktor kunci dalam memenangkan persaingan bisnis baik yang bersifat lokal maupun global. Oleh karena itu, organisasi apapun terutama yang berorientasi bisnis tidak bisa melepaskan diri dari pemanfaatan teknologi informasi untuk bisa menjaga kelangsungan proses bisnisnya bisa berjalan tetap normal bahkan kinerja dapat semakin ditingkatkan dalam memenangkan persaingan bisnis.

Organisasi apapun baik baik berupa lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan atau swasta, baik berukuran besar maupun menengah atau kecil akan dipaksa untuk mampu dengan bijak memanfaatkan teknologi informasi dalam pengelolaan proses

(12)

bisnisnya secara cepat dan tepat. Terutama dalam dunia informasi yang semakin bersifat global tanpa adanya batasan ruang maupun waktu, merangsang berbagai pihak manapun untuk merubah pengelolaan proses bisnisnya yang bersifat konvensional, karena kalau tidak dilakukan, maka hal ini akan mengundang risiko persaingan bisnis yang bisa mengganggu proses bisnis yang berjalan. Dengan demikian, organisasi apa saja yang bisa bisa menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi secara tepat, maka akan sangat berpotensi untuk bisa menjadi pemimpin dalam bidangnya masing-masing, dan memungkinkan akan memperoleh berbagai keuntungan yang lebih besar.

1.2 Pengertian Enterprise

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks maka muncullah istilah dengan nama enterprise. Istilah ini tidak bisa dipisahkan dengan penerapan teknologi informasi dalam menunjang proses bisnis modern saat ini.

Dalam bisnis modern sebuah organisasi tidak selalu berada dalam satu lokasi tertentu saja, melainkan bisa saja tersebar di beberapa lokasi yang berjauhan secara geografis. Dengan adanya teknologi informasi, kondisi yang tersebar ini tidak menjadi penghalang dalam menjalankan proses bisnis secara terintegrasi.

Seperti pada Gambar 1.1 enterprise secara istilah bisa dikatakan sebagai sebuah organisasi yang menjalankan proses bisnis secara jelas dan terstruktur dengan memanfaatkan teknologi informasi dan sistem informasi pada keseluruhan proses bisnis mulai dari proses hulu sampai dengan proses hilir. Teknologi informasi juga digunakan pada

(13)

berbagai level manajerial mulai dari operasional sampai dengan eksekutif.

Gambar 1.1 Enterprise

Kata enterprise sendiri cenderung dipertahankan karena memiliki makna yang tidak dapat diwakili oleh kata lain seperti perusahaan atau institusi pemerintah. Enterprise juga menggambarkan situasi bisnis secara umum dalam satu entitas korporat, dalam berbagai ukuran, mulai dari bisnis ukuran kecil hingga bisnis besar.

Seiring dengan perkembangan bisnis dan teknologi informasi, maka organisasi yang masuk dalam kategori enterprise bisa terus berkembang ke berbagai bidang berikut ini:

 Transportasi  Energi  Otomotif  Pendidikan  Penerbitan  Kesehatan  Sosial  Pemerintahan  Manufaktur  Tranvel

Organisasi Proses Bisnis Teknologi Informasi

(14)

 Asuransi & Perbankan  Telekomunikasi  dll

Sebagai contoh, dalam bidang kesehatan yang bisa dikategorikan sebagai enterprise adalah rumah sakit, puskesmas, klinik, laboratorium. Sedangkan di bidang lain seperti pendidikan enterprise bisa dikatakan sebagai perguruan tinggi, sekolah atau lembaga kursus. Adapun di bidang ekonomi enterprise bisa meliputi perusahaan berupa perseroan terbatas atau CV.

1.3 Sumber Daya Teknologi Informasi

Secara umum sumber daya yang dimiliki oleh teknologi informasi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar (Laudon, 2012) seperti pada Gambar 1.2 yaitu sebagai berikut:

Gambar 1.2 Komponen Utama Teknologi Informasi

Software

Hardware

(15)

1. Software

Perangkat lunak komputer yang berupa berbagai jenis program aplikasi komputer baik yang secara khusus berhubungan langsung dengan proses bisnis tertentu dan yang bersifat mendukung aplikasi sistem informasi. Selain berupa program aplikasi, software adalah sekumpulan dokumen terkait pengembangan software yang yang sangat diperlukan dalam perubahan kebutuhan di masa depat. Termasuk juga pengurusan lisensi penggunaan berbagai jenis perangkat lunak yang digunakan baik open source maupun propietary, dan dokumentasi dalam berbagai bentuk yang terkait dengan proses pengembangan perangkat lunak.

Software pendukung yang terkait dengan pengembangan dan implementasi ERP diantaranya adalah web server, database server, programming, operating system, application server, dll.

Sedangkan jenis aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan dalam sebuah ERP dikategorikan ke dalam empat kelompok yaitu transaction processing system, management information system, decision support system, dan executive information system.

2. Hardware

Perangkan keras atau infrastruktur jaringan yang merupakan fondasi dalam penerapan berbagai program aplikasi proses bisnis. Pengaturan dan pengawasan berbagai perangkat keras secara rutin sangat menunjang kelancaran dan kinerja perangkat lunak yang dijalankan. Penyesuaian antara software dan hardware akan menghasilkan performa teknologi informasi yang maksimal dalam menunjang proses bisnis.

(16)

Salah satu perangkat keras yang terpenting adalah jaringan komputer yang akan menjadi backbone untuk mengintegrasikan seluruh sistem sehingga bisa digunakan dari berbagai device secara realtime.

3. Brainware

Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pengembangan dan penerapan teknologi informasi secara tepat dan sejalan dengan kepentingan bisnis yang dilakukan. Penanganan berbagai permasalahan yang timbul selama pemakaian teknologi informasi secara cepat dan tepat termasuk mengenai permasalahan keamanan informasi yang sangat rentan terutama dalam sistem yang terkoneksi melalui internet.

Sumber daya manusia terkait dengan implementasi sistem informasi terdiri dari developer yang mengembangkan dan memlihara program aplikasi, user sebagai pengguna program aplikasi, dan auditor yang mengukur, memantau serta merekomendasikan berupa perbaikan atau optimalisasi sistem informasi agar selaras dengan visi/misi.

Training berlisensi baik untuk developer maupun user dibutuhkan untuk lebih memastikan bahwa developer maupun user adalah orang-orang yang memiliki kompetensi yang handal dalam memelihara dan menggunakan sistem sebagaimana mestinya. Setiap vendor software mengeluarkan sertifikasi yang standar untuk memberikan jaminan bahwa produk yang akan dihasilkan memiliki standar kualitas tertentu karena dikerjakan oleh orang yang kompetensinya jelas berdasarkan standar yang diakui secara internasional.

(17)

1.4 Strategi Teknologi Informasi

Setiap organisasi dalam berbagai bidang memerlukan strategi yang tepat pada saat akan mengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Perencanaan strategi dalam penerapan teknologi informasi merupakan salah satu poin penting untuk bagaimana memanfaatkan teknologi informasi secara tepat dalam persaingan bisnis, karena beragam teknologi yang tersedia memerlukan proses seleksi yang matang sehingga bisa menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi organisasi, dan akan menjalankannya dalam jangka waktu yang panjang.

Diperlukan langkah-langkah yang tepat sebelum menerapkan teknologi informasi, agar dapat dicapai hasil yang maksimal dan optimal. Berbagai pertimbangan yang harus dilakukan bisa bersifat internal maupun eksternal karena keduanya merupakan faktor penting yang tidak bisa diabaikan karena akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan dalam persaingan denga pihak lain yang terkait.

Sebuah organisasi harus mempunyai pedoman berupa blueprint pengembangan dan penerapan teknologi informasi dalam jangka panjang yang sifatnya fleksibel disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Kajian strategi penerapan teknologi informasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal selain aspek teknologi, seperti aspek ekonomi, politik, dll.

1.5 Enterprise dan ERP

ERP singkatan dari Enterprise Resource Planning yang menunjukkan sebuah konsep yang berujung kepada kata kerja planning yang

(18)

berarti perencanaan dan pemanfaatan keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah enterprise untuk mencapai visi/misi dan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Definisi ERP menurut Travis Anderegg (kurniawan, 2012) adalah sebagai berikut:

“ERP is a complete enterprise wide business, such as: marketing and sales, field service, product design and development, production and inventory control, procurement, distribution, industrial facilities management, process design and development, manufacturing, quality, human resources, finance and accounting, and information services”.

Gambar 1.3 ERP dan Proses Bisnis

Dengan demikian, seperti pada Gambar 1.3 jelaslah bahwa konsep ERP dapat dijalankan jika didorong oleh fasilitas infrastruktur teknologi informasi (software, hardware, dan brainware) yang memadai

Tujuan Bisnis Proses Bisnis Proses Bisnis

(19)

sehingga pengelolaan data dan informasi sebagai aset enterprise terpenting dalam menjalankan proses bisnis dapat dilakukan dengan mudah dan terintegrasi.

Enterprise dalam berbagai level manajerial baik manajemen operasional sampai dengan manajemen puncak perlu mendapatkan dukungan teknologi informasi dan sistem informasi. ERP adalah softwre yang dikembangkan secara khusus untuk kepentingan kelancaran proses bisnis. Tingkat kompleksitas proses bisnis sangat menentukan tingkat kepentingan terhadap sistem informasi.

Software ERP dapat dipilih dan disesuaikan berdasarkan pada keadaan proses bisnis, dan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bisnis dan teknologi informasi.

Idealnya software ERP bisa mendukung seluruh kegiatan bisnis dalam berbagai level manajerial dari mulai tingkat operasional yang paling dasar berupa transaction information system sampai dengan eksekutif yang bersifat strategis berupa executive information system berbasis data mining dan business intelligent system. Dengan demikian ERP mencakup keseluruhan lini proses bisnis baik secara vertikal maupun horizontal.

1.6 Penutup

Enterprise sebagai bentuk dari suatu organisasi yang secara efisien dan efektif menerapkan teknologi informasi di keseluruhan unit bisnis organisasi dalam mendorong keseluruhan proses bisnis sehingga menjadi salah satu faktor pemicu pembuatan model bisnis baru, dalam rangka menjaga tetap eksistensi organisasi dalam bidang bisnis tertentu.

(20)

Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang tepat dalam jangka panjang, menengah maupun pendek dalam mengatur dan mengelola teknologi informasi baik berupa software, hardware dan brainware dalam bentuk blueprint teknologi informasi. Blueprint berfungsi sebagai pedoman yang jelas tentang analisis kebutuhan, perencanaan, dana tata cara penerapannya terhadap proses bisnis yang didukungnya.

Organisasi di era digital saat ini memerlukan keberadaan teknologi informasi dan sistem informasi dalam rangkan meningkatkan kinerja bisnisnya dan mempertahankan eksistensinya dalam situasi persaingan bisnis yang semakin ketat.

1.7 Latihan Soal

1. Carilah definisi enterprise dari berbagai sumber, lalu jelaskan bagaimana menurut pendapat masing-masing.

2. Sebutkan keterkaitan yang jelas antara teknologi informasi dan sistem informasi.

3. Sebutkan beberapa jenis sistem informasi yang dibutuhkan dalam sebuah enterprise.

4. Jelaskan pengertian proses bisnis berdasarkan minimal dua buah rujukan.

5. Jelaskan peran penting sistem informasi dalam mendukung proses bisnis untuk mencapai visi/misi.

6. Bagaimana akibat yang ditimbulkan jika penerapan teknologi informasi dan sistem informasi tidak diterapkan dalam sebuah organisasi.

(21)

7. Jelaskan definisi software dari dua sumber referensi dan terangkan menurut opini masing-masing.

8. Jelaskan apa perbedaan antara organisasi konvensional dan organisasi modern dalam perspektif sistem informasi.

9. Terangkan beberapa lisensi untuk software yang bersifat open source.

10. Teangkan definisi proses bisnis dan business process reengineering.

(22)

BAB 2

Arsitektur

Enterprise

2.1 Pendahuluan

Peranan arsitektur enterprise adalah memanfaatkan dan mengendalikan teknologi informasi yang mampu mendukung jalannya suatu enterprise dalam pencapaian visi-misi dengan menjalankan keseluruhan proses bisnis secara efektif dan efisien. Arsitektur enterprise pada dasarnya memuat hal-hal apa saja sangat penting dan harus menjadi perhatian dalam penerapan dan pengembangan sistem informasi berbasis teknologi informasi sehingga dapat mendukung peningkatan kinerja keseluruhan proses bisnis yang dibutuhkan.

Sistem informasi dalam sebuah enteprise berperan seperti jantung yang bekerja sebagai mesin penggerak proses bisnis dalam mencapai visi/misi. Jika sistem informasinya berjalan baik maka baiklah enterprise tersebut, demikian juga sebaliknya.

(23)

2.2 Pengertian Arsitektur Enterprise

Pengertian arsitektur enteprise menurut Chief Information Officer

Council adalah:

“A stategic information asset base, which defines the

mission, the information necessary to perform the mission, the technologies necessary to the mission, and the transitional processes for implementing new technologies in response to the changing mission needs. An enterprise architecture includes a baseline architecture, target architecture, and a sequencing plan.”

Adapun menurut Zachman mendefinisikan arsitektur enterprise sebagai berikut.

"The set of descriptive representations (i.e. ‘models’) that are relevant for describing an Enterprise such that it can be produced to management’s requirements (quality) and maintained over the period of its useful life (change)."

Berdasarkan definisi di atas (hadiana, 2016), arsitektur enterprise adalah suatu cara bagaimana mendefinisikan sekumpulan model dan hubungannya yang digunakan dalam merencanakan, merancang, dan mengimplementasikannya dalam suatu enterprise. Arsitektur enterprise merupakan sebuah struktur dasar dalam pengembangan sebuah sistem informasi enterprise yang meliputi keseluruhan proses bisnis dan harus terintegrasi dengan memanfaatkan secara optimal teknologi informasi.

(24)

Arsitektur enterprise di dalam organisasi sering didefinisikan sebagai logika organisasi untuk proses bisnis dan infrastruktur. Tujuan utama dari pengembangan arsitektur enterprise adalah untuk memastikan bahwa adanya jaminan keselarasan antara strategi bisnis dan teknologi informasi. Arsitektur enterprise harus mampu meyakinkan organisasi untuk bisa menelusuri dari strategi bisnis ke dalam teknologi yang digunakan untuk menjalankan strategi yang ditetapkan.

Praktek dari kegiatan arsitektur enterprise meliputi aktivitas untuk menolong para pengambil keputusan bisa memahami, menganalisis, mengoptimalisasi, menyesuaikan dan mengkomunikasikan sebuah struktur termasuk hubungan antara entitas bisnis dan komponen software.

Arsitektur enterprise menganalisis kondisi saat ini agar bisa dipertimbangkan dalam membangun arsitektur masa depan sebuah organisasi, serta menghasilkan sebuah roadmap yang jelas tentang bagaimana tahapan-tahapan pencapaiannya ke depan.

Dalam arsitektur enterprise keseluruhan data dan informasi yang tersebar di berbagai unit bisnis dan lini layanan organisasi dikumpulkan dalam suatu database sehingga data dan informasi dapat terhubung satu sama lain dengan interdependensinya. Tampilan big picture dalam pengembangan arsitektur enterprise akan sangat berguna untuk mendukung berbagai tugas manajemen teknologi informasi. Intitinya bahwa arsitektur enterprise adalah dasar untuk manajemen strategis lanskap aplikasi di lingkungan organisasi. Gambaran umum arsitektur enterprise dijelaskan sebagaimana tercantum pada Gambar 2.1 (behara, 2015).

(25)
(26)

2.3 Tujuan Arsitektur Enterprise

Pengembangan Arsitektur Enterprise merupakan hal yang sangat penting dipertimbangkan oleh setiap perusahaan maupun institusi pemerintahan dengan tujuan utamanya untuk mewujudkan keselarasan antara penerapan kemajuan teknologi informasi dengan kebutuhan enterprise yang semestinya dalam mendorong kelancaran roda bisnisnya.

Dengan demikian, diharapkan bahwa antara kedua unsur pokok ini (teknologi informasi dan bisnis) tidak terjadi gap atau ketimpangan yang besar. Sebaliknya justru dapat dibangun keselarasan yang saling menunjang satu sama lain secara positif dalam rangka lebih meningkatkan kinerja enterprise baik untuk tujuan yang bersifat profit maupun non-profit. Terutama berkaitan dengan unsur teknologi informasi yang sifatnya selalu mengalami perubahan dengan cepat dan memiliki banyak alternatif teknologi yang bisa diterapkan. Oleh karena itu perlu diupayakan bagaimana perubahan tersebut tidak mengganggu stabilitas kelancaran bisnis yang sedang berlangsung, sebaliknya bagaimana harus bisa dimanfaatkan secara tepat dan efisien dalam mendukung kinerja dari bisnis enterprise. Selain aspek teknis yang perlu dikaji adalah aspek non-teknis yang juga merupakan faktor kesuksesan pengembagan arsitektur enteprise.

Produk yang diharapkan dari pengembangan arsitektur enterprise, pada prinsipnya adalah berupa blueprint atau masterplan yang akan dijadikan sebagai pedoman pengembangan sisttem informasi enterprise yang mendatangkan manfaat besar bagi para manajer dalam merencanakan, mengukur, dan memantau pemanfaatan teknologi informasi dalam proses bisnis enterprise.

(27)

2.4 Fase-Fase Pengembangan

Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 (brady, 2001), secara umum pengembangan arstitektur enterprise meliputi tiga fase dasar sebagai berikut:

 Fase Perencanaan

Fase ini mencakup menentukan pendekatan arsitektur, prinsip-prinsip, ruang lingkup, visi/misi, dan tujuan. Visi/Misi memegang peranan penting dalam menentukan arah strategi pengembangan dengan menyediakan perangkat pendukung untuk menghasilkan dan menyusun opsi-opsi strategi. Penting juga dilakukan identifikasi organisasi dan memahami arah bisnis yang akan dicapai.

 Fase Pendefinisian

Penyusunan artefak-artefak dasar arsitektur enterprise secara iteratif tentang arsitektur bisnis, arsitektur sistem inforamsi dan arsitektur teknologi.

 Fase Tatakelola

Praktik dan orientasi pelaksanaan arsitektur enterprise dengan melakukan monitoring, manajemen dan kontrol. Tatakelola diperlukan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip arsitektur enterprise dapat dijalankan pada arsitektur sistem dan perancangan dari sistem informasi. Dengan kata lain, tatakelola mendukung kelengkapan pencapaian misi arsitektur. Hal ini juga memastikan bahwa organisasi secara kerjasama memenuhi kebutuhan bisnis dan tujuan teknologi informasi dan standar-standar yang ditentukan. Tatakelola dapat mengefektifkan keserasian antara bisnis dan teknologi informasi, mengelola risiko

(28)

dengan mengurangi kegagalan dalam proyek perubahan, memasukkan unsur-unsur efektivitas biaya dan nilai.

Gambar 2.2 Fase Arsitektur Enterprise

2.5 Keuntungan Arsitektur Enterprise

Arsitektur enterprise tidak bisa dikatakan sebagai kegiatan yang bersifat sewaktu-waktu saja, juga tidak dibatasi proyek tertentu saja atau unit bisnis tertentu saja. Melainkan proses yang sifatnya berkelanjutan secara iteratif untuk menyediakan struktur yang powerful dalam mendefinisikan, memperbaiki dan interkoneksi. Tujuan akhir dari arsitektur enterprise adalah keluwesan (agility) (buchanan, 2002).

(29)

Keuntungan arsitektur enterprise secara umum adalah sebagai berikut:

 Visi masa depan dibagikan menjadi bisnis dan teknologi informasi

 Petunjuk dalam pemilihan, pembuatan dan penerapan solusi berdasarkan kebutuhan bisnis

 Mendukung berbagai jenis organisasi melalui perbaikan penyebaran informasi – penyediaan rencana integrasi informasi dan layanan pada saat level rancangan di seluruh lini bisnis.

 Alat kontrol pertumbungan kompleksitas perkembangan teknologi dengan memasang enterprise-wide, levelisasi standar teknologi informasi

 Menentukan pendekatan yang baik untuk evaluasi, pertimbangan dan assimilasi antara teknologi baru dan memunculkan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

Gambar 2.3 menunjukkan keuntungan lain dari penerapan arsitektur enterprise untuk saat ini atau jangka pendek, dan masa akan datang atau jangka panjang.

(30)

Gambar 2.3 Nilai Kuadran Arsitektur Enterprise

2.6 Perencanaan Arsitektur Enterprise

Perencanaan arsitektur enterprise merupakan proses untuk mendefinisikan artefak pada dua layer teratas yang ditetapkan pada framework Zachman. Perencanaan akan menghasilkan level atas sebuah blueprint data, aplikasi dan teknologi sebagai solusi jangka panjang, dan tidak bersifat fix atau tetap, akan tetapi bisa mengalami perubahan seiring dengan perkembangan bisnis dan teknologi.

Perencanaan arsitektur enterprise bisa dikatakan sebagai business-driven atau data-business-driven karena:

 Kestabilan model bisnis yang merupakan dari sebuah arsitektur,  Data ditetapkan sebelum aplikasi, dan

(31)

 Ketergantungan data akan menentukan bagaiman urutan penentuan implementasi aplikasi.

Seperti dijelaskan pada Gambar 2.4 perencanaan sebuah sistem informasi enterprise memerlukan analisis kondisi organisasi dan teknologi informasi yang sedang berjalan disebut dengan AS-IS, analisis konsep sistem masa depan yag diperlukan disebut dengan BE, serta analisis GAP karena adanya perubahan dari AS-IS ke TO-BE. Pemetaan secara sederhana dapat dijadikan acuan umum bagi setiap pihak untuk bisa menilai dan memandang teknologi informasi sebagai pendukung proses bisnis.

Gambar 2.4 Proses Analisis Enterprise

Analisis GAP memegang peranan sangat penting untuk memberikan gambaran mengenai seberapa kesiapan terhadap perubahan yang akan terjadi jika integrasi ke sistem baru diterapkan. Oleh karena itu, strategi perencanaan sistem informasi enterprise seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan harus bisa didefinikan secara tepat.

Strategi perencanaan arsitektur enterprise seharusnya melibatkan manajemen puncak dan menengah karena tanpa adanya keterlibatan ini kebijakan pengembangan sistem informasi enterprise

(32)

akan banyak mengalami hambatan yang tidak bisa ditangani oleh level pimpinan proyek.

2.7 Isu Penting Arsitektur Enterprise

Ada tiga isu penting yang dihadapi dalam menjalankan manajemen sistem informasi secara keseluruhan dalam mendukung bisnis enterprise yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan arsitektur sistem informasi secara lengkap dan terintegrasi.

2. Pengefektifan dan efisiensi penggunaan sumber-sumber data yang akan menjadi sumber data utama dalam pengelolaan informasi.

3. Perbaikan perencanaan strategis sistem informasi.

Disamping isu tersebut, ada beberapa isu penting lainnya yang perlu dipertimbangkan terkait dengan pelaksanaan manajemen sistem informasi yaitu:

1. Integrasi antara pemrosesan data, otomatisasi perkantoran, dan telekomunikasi.

2. Keuntungan kompetitif yang diperoleh dari penerapan teknologi informasi.

3. Pengelolaan sumber data dan informasi.

4. Pengembangan perencanaan sistem informasi berjangka waktu tiga tahun.

(33)

2.8 Ruang Lingkup Arsitektur

Secara garis besar sebuah arsitektur enterprise seperti pada Gambar 2.5 terdiri dari empat komponen utama yang mutlak diperlukan dalam membangun sebuah arsitektur enterprise. Sedangkan komponen arsitektur lainnya bersifat menunjang dan tergantung pada metodologi apa yang digunakan.

 Arsitektur Bisnis, merupakan komponen utama dan menjadi sumber rujukan utama untuk menentukan kebutuhan komponen arsitektur yang lainnya. Oleh karena itu, kejelasan dan kelengkapan dari komponen ini akan sangat menentukan struktur komponen lainnya.

 Arsitektur Data, merupakan kebutuhan data yang diperlukan dalam menjalankan proses bisnis secara keseluruhan. Komponen ini menggambarkan data apa saja yang dibuat, digunakan dan diolah oleh keseluruhan proses bisnis dari awal sampai akhir.

 Arsitektur Aplikasi, merupakan komponen yang menggambarkan kebutuhan aplikasi sistem informasi yang terkait erat dengan proses bisnis untuk mengolah data dan menghasilkan data yang diperlukan oleh proses bisnis berikutnya. Aplikasi sistem informasi mencakup pengolahan data operasional sampai dengan aplikasi kebutuhan manajerial untuk mendukung pengambilan keputusan yang bersifat strategis.

 Arsitektur Teknologi, merupakan komponen yang menjelaskan kebutuhan infrastruktur teknologi informasi berupa jaringan komputer yang menghubungkan kesuluruhan aplikasi dalam

(34)

mengolah data terkait proses bisnis. Perkembangan teknologi internet menghilangkan keterbatasan geografis sehingga walaupun terpisah-pisah bisa tersambung satu lain.

Gambar 2.5 Komponen Arsitektur Enterprise

Disamping empat komponen utama arsitektur ruang lingkup arsitektur enterprise juga mencakup hal-hal berikut ini:

 Identiy & Access Management  Boundary Protection

 Data Encryption & Integrity  Intrusion Detection  Security Architecture

Bisnis

Data

Teknologi

Aplikasi

(35)

2.9 Faktor Keberhasilan

Kesuksesan dalam pengembangan arsitektur enterprise adalah sebagai berikut:

 Pengembangan arsitektur entprise yang dilakukan diharapkan dapat mendukung seluruh bagian/bidang dan mencakup unit-unit organisasi di seluruh level manajemen dalam menjalankan serangkaian proses bisnis secara menyeluruh, tidak parsial pada bagian tertentu saja.

 Mengarahkan secara konsisten pemanfaatan teknologi informasi dan sistem informasi pada seluruh unit organisasi sesuai dengan proses bisnis masing-masing tetapi dalam konteks terintegrasi.

 Merancang arsitektur sistem informasi enterprise berdasarkan kebutuhan proses bisnis yang dijalankan yang meliputi seluruh area bisnis, dan bagaimana mengimplementasikannya sampai benar-benar realistis mendukung pencapaian visi-misi enterprise.

 Komitmen dari manajemen puncak untuk menerapkan secara konsisten teknologi informasi dan sistem informasi secara menyeluruh bagian organisasi. Termasuk menetapkan Chief Information Organizer (CIO) yang diberi tanggung jawab dalam penataan dan pengelolaan kebutuhan sistem informasi enterprise. Seorang CIO dalam mengelola teknologi informasi meliputi executive attitudes, application portofolios, dan dominant suppliers.

(36)

2.10 Integrity

Dalam sebuah sistem yang kompleks faktor Integritas dalam berbagai aspek merupakan faktor penting dalam pengembangan arsitektur enterprise.

Gambar 2.6 Integrasi

Gambar 2.6 menjelaskan konsep intergrasi dalam pengembangan sistem informasi enterprise(nemes, 1996). Dapat dianalogikan seperti puzzle di mana pada prinsipnya bahwa sistem enterprise harus dikategorisasi menjadi beberapa sistem informasi mandiri yang lebih sederhana, tetapi sistem tersebut dapat digabungkan untuk saling melengkapi dan interkonektivitas sehingga membentuk sistem informasi enteprise dimana antara satu sistem dengan sistem yang lainnya tidak terjadi duplikasi data, bahkan komponen aplikasi dimungkinkan untuk bisa dipakai ulang oleh sistem yang berlainan. Dengan demikian sebuah sistem informasi enterprise harus memenuhi syarat integritas dalam hal data, aplikasi maupun infrastruktur jaringan secara internal maupun eksternal. Seperti dijabarkan dalam Gambar

(37)

2.7 tentang integrasi berbagai sistem informasi dalam sebuah enterprise (hadiana, 2016).

Gambar 2.7 Integrasi Sistem Informasi Sistem A SistemB Sistem C enterprise Sistem A SistemB Sistem C enterprise

(38)

Karena tidak terjadinya information sharing antar sistem yang ada, maka akibatnya akan terjadi duplikasi data dan informasi yang tidak akurat karena tidak terintegrasi. Disamping itu, akan terjadinya pembengkakan biaya pengembangan sistem yang tidak efisien. Oleh karena itu, blueprint arsitektur enterprise merupakan suatu keharusan dan memiliki posisi sangat penting dalam mengarahkan kegiatan pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh suatu enterprise dengan memegang prinsip comprehensive (menyeluruh) dan integrated (terpadu), sehingga hasil dari pengembangan arsitektur enterprise idealnya sebagaimana yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.7.

Sistem informasi enterprise harus mencakup kebutuhan berbagai kebutuhan data secara keseluruhan sistem dalam suatu enterprise. Dengan demikian secara logis seluruh data harus disimpan dan dikelola dalam suatu server database yang transparan sehingga bisa diakses atau digunakan oleh bermacam-macam sistem informasi yang memerlukan data tersebut.

2.11 Penutup

Setiap enterprise baik berupa institusi pemerintah maupun swasta, organisasi yang berorientasi profit maupun non-profit, ukurannya besar atau menengah, pada dasarnya memerlukan dukungan teknologi informasi dan sistem informasi. Oleh karena itu, supaya teknologi informasi bisa diarahkan sesuai dengan visi/misi yang ditetapkan, maka diperlukan blueprint sebagai pedoman pengembangan sistem informasi enterprise yang jelas tentang bagaimana menganalisis, merencanakan dan menerapkannya secara tepat.

(39)

Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan teknologi informasi, pengembangan arsitektur enterprise merupakan suatu keharusan untuk pencapaian visi/misi secara optimal dengan arahan yang jelas dan dapat dicapai secara sistematis.

2.12 Latihan Soal

1. Sebutkan definisi arsitektur enterprise berdasarkan beberapa referensi lainnya dan simpulkan menurut pemahaman masing-masing.

2. Apa akibat negatifnya apabila tidak dibangunnya arsitektur enterprise dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat ke depan.

3. Bagaiamana akibatnya jika pengembangan sistem informasi dalam suatu enterprise tanpa mengikuti konsep arsitektur enteprise.

4. Jelaskan apa perbedaan dan kaitannya antara data dan informasi, sebutkan contohnya.

5. Sebutkan ciri-ciri informasi yang berkualitas dalam sebuah sistem informasi.

6. Hambatan non-teknis apa saja yang mungkin akan dihadapi dalam menerapkan sistem informasi enterprise.

7. Teknologi apa saja yang terkait dengan pengembangan arsitektur enterprise.

(40)

8. Sebutkan salah satu teknologi software terkini yang menjadi pondasi dalam merealisasikan sistem informasi yang terintegrasi.

9. Apa yang dimaksud dengan integrasi data dalam sistem informasi enterprise.

10. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan dalam masa transisi dari sistem saat ini ke sistem informasi baru yang akan diterapkan.

(41)

BAB 3

Transformasi

Arsitektur

Enterprise

3.1 Pendahuluan

Transformasi arsitektur enterprise adalah sebuah perubahan dari lanskap/kondisi saat ini menjadi lanskap masa depan yang mendukung pencapaian tujuan bisnis suatu organisasi. Transformasi ini mencakup pemahaman mengenai isu-isu yang berkembang, kesempatan, hambatan dan gap saat ini. Transformasi juga meliputi usulan roadmap bagaimana secara bertahap dalam mencapai kondisi masa depan yang direkomedasikan.

Pada umumnya Chief Information Officer (CIO) menyadari bahwa modernisasi dalam skala besar diperlukan untuk menyederhanakan fungsi-fungsi aplikasi yang ada, untuk mengurangi sejumlah teknologi lama dan menggantinya dengan teknologi baru, dengan

(42)

menggunakan aplikasi yang lebih efektif ke dalam proses bisnis. Aplikasi-aplikasi penting yang masih menggunakan teknologi yang usang harus segera direvisi dan diperbaharui untuk efisiensi.

3.2 Kenapa Transformasi

Ketika perencanaan sistem informasi telah ditetapkan, maka akan terjadi transformasi dari sistem lama ke sistem baru. Sistem yang baru akan menerapkan teknologi informasi yang akan pendukung utama dalam menjalankan proses bisnis secara keseluruhan.

Transformasi memerlukan waktu dan akan menemui berbagai hambatan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Transformasi ini dijabarkan dalam bentuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, disesuaikan dengan kompleksitas proses bisnis yang didukungnya.

Oleh karena itu diperlukan strategi transformasi sistem informasi yang tepat berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Strategi yang diterapkan bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi masing-masing enterprise.

Literasi teknologi informasi merupakan salah satu faktor penentu dalam penerapan transformasi sistem informasi. Dengan demikian, transformasi bisa diterapkan secara serempak pada seluruh bagian atau secara bertahap, Analisis kondisi literasi sumber daya manusia yang akan menggunakan sistem informasi enterprise, agar bisa diketahui pendekatan apa yang paling cocok supaya dapat diterapkan dalam kesuksesan penerapan sistem informasi.

(43)

3.3 Maturity Arsitektur Enterprise

Banyak organisasi mengetahui bahwa mereka perlu memperbaiki kesetaraan bisnis dan teknologi informasi dalam rangka berhasil mengatur perubahan, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya. Organisasi seperti ini biasanya menghabiskan sedikit pada perbaikan proses, karena mereka tidak yakin bagaimana proses yang terbaik; atau menghabiskan tenaga secara paralel dan usaha yang tidak fokus, hanya sedikit atau tidak berhasil.

Evaluasi tentang praktek enterprise dikenal dengan istilah assesment untuk menentukan level suatu organisasi saat ini sudah menjalankan arsitektur enterprise. Level maturity organisasi ini penting untuk mengukur dan mengetahui seberapa besar perbaikan itu dilakukan dan seberapa besar Return of Investment (ROI) telah dicapai. Proses pengukuran maturity arsitektur enterprise ini meningkatkan prediksi, kontrol proses dan efektivitas.

Framework asesmen enterprise architecture maturity terdiri dari model maturity dan sejumlah unsur yang diakses, serta metodologi dan toolkit untuk proses asesmen (questionnaires, tool, dll). Hasil akhirnya berupa dokumen yang menerangkan level maturity keseluruhan organisasi, dan level maturity pada setiap elemen arsitektur. Komponen kunci dari framework dijelaskan sebagaimana pada Gambar 3.1 (brady, 2001).

(44)

Gambar 3.1 Enterprise Architecture Maturity Assessment Framework Pembagian level maturity arsitektur enterprise dapat didefinisikan sebagaimana berikut ini:

Level 0 : No Enterprise Architecture

Tidak ada rencana sama sekali untuk mengembangkan sistem informasi.

(45)

Tidak ditemukannya dokumen apapun tentang framework arsitektur enterprise.

Level 2: Under Development

Framework arsitektur dan standarnya telah ditetapkan dan biasanya dilakukan secara informal.

Level 3: Defined

Visi, prinsip-prinsip, dasar-dasar arsitektur dan standar sudah teridentifikasi dan sedang dalam proses verifikasi. Pada level ini proses program maturity masih berulang dan digunakan. Template sudah mulai digunakan dalam pengembangan

Level 4: Managed

Metrik kinerja sudah dikumpulkan, dianalisis, dan ditindak lanjuti. Metrik digunakan untuk memprediksi kinerja dan menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang proses dan kapabilitas

Level 5: Optimizing

Seluruh proses umumnya sudah matang. Target-target sudah dipasang untuk efektivitas dan efisiensi berdasarkan pada bisnis dan tujuan teknis. Dilakukan pula perbaikan dan penyempurnaan yang berkelanjutan didasarkan pada pemahaman tentang dampak perubahan terhadap jalannya proses.

Diagram pada Gambar 3.2 menunjukkan pendekatan Enterprise Architecture Maturity Assessment.

(46)

Gambar 3.2 Pendekatan Pengukuran Maturity Arsitektur Enterprise Langkah-langkah pengukuran maturity yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut:

Step 1: Finalize Framework

 Define assessment parameters

 Define Enterprise Architecture maturity levels Step 2: Prepare Questionnaire Surver for:

 Application owners  Directors

 CIO  Operators

Step 3: Collection and Analysis

 Collect responses from stakeholders

 Feed responses into the Enterprise Architecture assessment tool  Analyze and evaluate results

(47)

Step 4: Maturity Assessment

 Assessment against each parameters

 Finalize the current aand target maturity level Step 5: Present Assessment Report

 Finalize and present the report consisting of Enterprise Architecture

 Current & target maturity levels, findings and observations, gaps and impact assessment

Maturity Score Card menjelaskan tentang skor maturity terhadap masing-masing elemen arsitektur dan level maturity berdasarkan pada hasil pengukuran maturity keseluruhan organisasi.

Maturity dalam framework arsitektur akan berbeda-beda dalam keseluruhan arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi dan blueprint arsitektur. Hal ini merupakan proses yang terus berevolusi mengarah kepada efisiensi, efektivitas, pengembangan yang responsif dan mendukung organisasi.

3.4 Penutup

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan proses bisnis, maka sistem informasi akan terus berkembang dan berubah, sehingga transformasi akan senantiasa dilakukan secara iteratif.

(48)

Pengontrolan tentang pengembangan sistem informasi dilakukan untuk menjamin sejauh mana sistem informasi telah berhasil dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan proses bisnis.

3.5 Latihan Soal

1. Sebutkan transformasi yang seperti apa saja yang mungkin bisa dilakukan terkait dengan pengembangan sistem informasi enterprise.

2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan agar literasi pengguna sistem informasi benar-benar siap memanfaatkan sistem baru.

3. Apa tugas CIO untuk menjaga kelangsungan dari pada transformasi arsitektur enterprise.

4. Sebutkan apa kegunaan dari penentuan tingkat maturity hasil asesmen arsitektur enterprise.

(49)

BAB 4

Framework &

Metodologi

Pengembangan

4.1 Pendahuluan

Pengembangan arsitektur enteprise memerlukan beberapa tahapan yang harus diikuti agar dapat mendefinisikan komponen yang diperlukan dapat dalam penyusunan arsitektur enterprise dapat dicapai sebagaimana mestinya.

Dalam pengembangan arsitektur enterprise penggunaan framework untuk menentukan target keluaran atau artefak yang harus dihasilkan sebagai dokumen arsitektur enterprise agar dokumen yang dihasilkan memiliki makna untuk siapa dokumen tersebut bisa digunakan. Oleh karena itu, framework sangat berperan dalam pengorganisasian berbagai dokumen hasil pengembangan sistem informasi dalam skala enterprise, sebagai alat kontrol untuk mengarahkan sistem-sistem

(50)

informasi yang terdokumentasi dengan baik. Framework bermanfaat untuk memudahkan proses pemeliharaan arsitektur enterprise.

Secara konsep bagaimana berbagai jenis artefak dihasilkan dan dikelompokkan berdasarkan keterkaitan satu sama lain. Framework pada intinya mengatur pengelompokkan produk-produk hasil penyusunan arsitektur enterprise (dokumen, laporan, grafik, diagram, dll) berdasarkan pada kategori tertentu dan mengatur hubungan antar kelompok tersebut.

Dalam pembahasan framework fokus pada pembahasan artefak arsitektur enterprise, sedangkan dalam metodologi fokus pada tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan semua artefak arsitektur dalam suatu framework. Dengan demikian dalam pengembangan arsitektur enterprise framework dan metodologi merupakan dua hal yang digunakan secara bersamaan.

Framework dan metodologi ada beberapa jenis yang bisa diterapkan, bisa diterapkan tergantung pada pengembagan arsitektur enterprise yang diinginkan (spewak, 1992).

Pada prinsipnya untuk mengembangkan suatu arsitektur enterprise dalam suatu organisasi dibagi menjadi tiga tahapan seperti pada Gambar 4.1.

 Inisialisasi

Tahap inisiasi untuk melakukan berbagai persiapan seperti menentukan tim pengembang, menentukan visi dan misi, mengalokasikan dana dan waktu, serta yang penting juga adalah mendapatkan komitmen dari pimpinan puncak organisasi untuk mengembangkan sampai dengan mengimplementasikan sistem informasi enterprise secara terencana.

(51)

 Pembuatan Roadmap

Mengembangkan berbagai arsitektur enterprise terutama menganalisis arsitektur bisnis dari objek organisasinya, dilanjutkan dengan pembuatan arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi.

 Eksekusi Rencana

Pemilihan metodologi mana yang tepat untuk mengembangkan sistem informasi enterprise secara bertahap berdasarkan skala prioritas tertentu dari keseluruhan sistem informasi yang telah teridentifikasi sampai menjadi aplikasi yang siap untuk diimplementasikan.

Gambar 4.1 Siklus hidup arsitektur enterprise

Ketiga tahapan dasar pengembangan arsitektur enterprise tersebut dikembangkan dengan pendekatan yang berbeda sehingga menghasikan berbagai metodologi yang berbeda dan menghasilkan dokumen-dokumen yang berbeda pula, karena setiap metodologi pengembangan arsitektur enterprise memiliki keunikan tersendiri untuk digunakan pada objek enterprise yang sesuai(surendro, 2009).

Pemilihan metodologi pengembangan arsitektur enterprise mana yang layak digunakan, hal ini sangat tergantung pada target dari arsitektur enterprise yang diinginkan, di mana arsitektur enterprise bisa dibuat yang bersifat konseptual, atau bersifat implementatif.

Inisialisasi

Pembuatan

(52)

4.2 Gartner

Tahapan pengembangan arsitektur enterprise menggunakan metodologi Gartner seperti pada Gambar 4.2 (liviu, 2014), sebagai berikut:

1. Environmental Trends 2. Business Strategy

3. Organize Architecture Effort 4. Future-State Architecture

a. Develop Requirements b. Develop Principles c. Develop Models

5. Current-State Architecture – Documenting 6. Closing the Gap

(53)

Gambar 4.2 Gartner

4.3 FEAF

Tahapan pengembangan arisitektur enterprise dengan menggunakan Federal Architecture Enterprise Framework (FEAF)(federal CIO, 2001) adalah sebagai berikut:

1. Obtain Executitve Buy-In and Support

Proses mendapat legalitas pekerjaan dan dukungan penuh dari manajemen puncak.

2. Establish Management Structure and Control

Membuat struktur manajemen dan kontrol untuk pengendalian pekerjaan.

3. Define an Architecture Process and Approach

Menentukan pendekatan dan metode yang paling sesuai digunakan dalam pengembagan.

(54)

4. Develop Baseline Enterprise Architecture

Membuat arsitektur dasar dalam sebuah arsitektur enterprise sesuai dengan kondisi saat ini baik bisnis, data, aplikasi, dan teknologi.

5. Develop Target Enterprise Architecture

Membuat target arsitektur enterprise masa depan yang diperlukan dan harus dicapai disesuaikan dengan kebutuhan bisnis di masa datang.

6. Develop Sequencing Plan

Menyusun rencana pengembangan sampai dengan implementasi sistem informasi enterprise.

7. Use the Enterprise Architecture

Memanfaatkan dan menjalan proses pengembangan arsitektur enterprise sebagaimana yang direncanakan dan dirancang.

8. Mainain the Enterprise Architecture

Memelihara masterplan dari aristektur enterprise disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang bisa saja terjadi sejalan dengan kondisi bisnis yang dijalankan.

Pada dasarnya tahapan tersebut dilakukan secara iteratif seperti pada Gambar 4.3 sampai dihasilkan target yang diinginkan.

(55)

Gambar 4.3 FEAF

4.4 TOGAF

Metodologi TOGAF yang disebut dengan TOGAF Architecture Development Method (ADM), seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4 (marrison, 2009) meliputi beberapan tahapan yang bersifat iteratif yaitu sebagai berikut:

1. Preliminary Phase: Framework & Principles

Mempersiapkan organisasi untuk kesuksesan proyek arsitektur enterprise, menentukan prinsip, framework dan tool yang akan digunakan.

2. Requirements Management

Pengelolaan kebutuhan sistem informasi enterprise yang akan dibangun, dengan meyakinkan bahwa setiap tahapan

(56)

pengembangan arsitektur enterprise benar-benar didasarkan pada kebutuhan bisnis yang dijalankan.

3. Phase A: Architecture Vision

Mengatur ruang lingkup, batasan, dan harapan proyek, membuat visi pengembangan arsitektur enterprise, menentukan stakeholder, validasi konteks bisnis, dan membuat pernyataan pekerjaan arsitektur, dan meyakinkan bahwa visi enterprise sesuai dengan visi arsitektur enteprise.

4. Phase B: Business Architecture

Menganalisis proses bisnis yang dilakukan secara keseluruhan oleh enterprise dan menggambarkan proses bisnis secara visual agar mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Dengan demikian bisa diketahui dengan jelas siapa saja dan terlibat apa dalam pelaksanaan proses bisnis enterprise.

5. Phase C: Information System Architectures

Mengembangkan dua arsitektur utama sistem informasi yaitu arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang dibutuhkan berdasarkan pada proses bisnis yang berjalan.

6. Phase D: Technology Architecture

Mengembangankan infrastruktur teknologi jaringan komputer yang merupakan landasan utama dalam mengimplementasikan sistem informasi enterprise.

(57)

Mengevaluasi dan memilih opsi implementasi sebagai target pengembangan arsitektur enterprise, mengidentifikasi implementasi proyek yang besar kepentingannya. Setiap kasus pengembangan arsitektur enteprise selalu terjadi adanya perbedaan akibat perubahan dari arsitektur baseline (“as is”) menjadi arsitektur target (“to be”) sehingga perlu dilakukan analisis gap nya. Termasuk perlu dilakukannya risk assesment terhadap berbagai kendala yang akan menghambat pengembangan arsitektur enterprise.

8. Phase F: Migration Planning

Menganalisis cost benefit dan risiko, mengembangkan daftar prioritas proyek berdasarkan kepentingan dasar implementasi, serta membuat rencana migrasi.

9. Phase G: Implementation Governance

Mempersiapkan dan menerbitkan kontrak arsitektur, meyakinkan bahwa implementasi didasarkan pada arsitektur enterprise yang benar dengan didukung tata kelola teknologi informasi untuk memastikan bahwa sistem informasi bisa diterapkan sebagaimana mestinya.

10.Phase H: Architecture Change Management

Melakukan proses monitoring berkelanjutan untuk meyakinkan bahwa pengembangan arsitektur merespon kebutuhan enterprise secara dinamis.

(58)

Gambar 4.4 TOGAF-ADM

4.5 OADP

Oracle Architecture Development Process atau OADP adalah metodologi pengembangan arsitektur enterprise yang relatif baru(hadiana, 2016). OADP bisa menjadi alternatif metodologi karena memiliki kesederhaan dalam metodologi maupun frameworknya.

(59)

Oracle fokus pada apa yang harus dihasilkannya yaitu berupa artefak utama terdiri dari empat komponen dasar enterprise, dan dilengkapi dengan komponen lainnya seperti tata kelola enterprise, stakeholder, proses dan alat-bantu yang dibutuhkan untuk efisiensi pengembangan.

Seperti pada Gambar 4.5 tahapan dalam metodologi OADP terdiri dari enam tahapan yang berlangsung secara iteratif sebagai berikut:

1. Business context

Mendefinisikan keadaan proses bisnis yang dijalankan oleh enterprise dari awal sampai akhir.

2. Architecture vision

Menentukan visi tentang arah pengembangan arsitektur enterprise yang akan memanfaatkan teknologi informasi disesuaikan dengan visi enterprise.

3. Current state

Menganalisis kondisi enterprise saat ini sejauh mana telah dan sedang memanfaatkan teknologi informasi dan sistem informasi dalam mendukung proses bisnis baik kegiatan operasional dan manajerial.

4. Future state

Merencanakan kebutuhan pengembangan sistem informasi enterprise ke depan disesuaikan kondisi proses bisnis ke depan dalam aspek data, aplikasi dan infrastruktur. Termasuk pertimbangan kemajuan teknologi informasi secara tepat dalam pengembangan arsitektur enterprise.

(60)

Menyusun secara rinci perencanaan, perancangan dan implementasi sistem informasi enterprise secara menyeluruh yang akan dikembangkan.

6. Governance

Menetapkan tatakelola sistem informasi enterprise untuk memantau kondisi penggunaannya agar sistem bisa dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

Gambar 4.5 OADP Business Context Architecture Vision Future State Current State Roadmap Gover-nance

Enterprise

Architecture

Repository

(61)

Hasil pengembangan setiap tahapan dalam pengembangan sistem informasi enterprise dikelola secara terintegrasi untuk dikembangkan secara terus menerus dan iteratif.

4.6 EUP

Enterprise Unified Process atau EUP merupakan pengembangan lebih lanjut dari Rational Unified Process (RUP) dikhususkan untuk pengembangan secara keseluruhan sistem informasi enterprise (minoli, 2008). Gambar 4.6 menyajikan tahapan umum EUP yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Enterprise Businiess Modeling

Pemodelan proses bisnis yang berjalan, dan perbaikannya berdasarkan pada perubahan proses bisnis yang sejalan dengan visi-misi.

2. Portofolio Management

Berdasarkan gambaran proses bisnis ditetapkan gambaran sistem informasi yang dibutuhkan dan skala prioritasnya untuk dikembangkan.

3. Enterprise Architecture

Analisis teknologi informasi yang sedang digunakan saat ini serta penyusunan arsitektur enterprise yang akan dibuat mencakup arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi.

(62)

Penyusunan stratetegi pembuatan aplikasi sistem informasi didasarkan pada konsep dasar pengembangan berorientasi objek yaitu konsep reuse. Dengan demikian bisa dihasilkan sistem informasi enterprise dapat disusun lebih efisien, lebih ramping dan memudahkan pemeliharaan sistem.

5. People Management

Pengelolaan sumber daya manusia yang terlibat dari mulai pengembangan sampai dengan implementasi dan pemeliharaan sistem informasi enterprise.

6. Enterprise Administration

Penyusunan administrasi terkait dengan sistem informasi termasuk aturan dan disiplin yang harus diperhatikan oleh seluruh pengguna sistem. Termasuk dilakukannya analisis gap akibat kesenjangan penerapan sistem informasi enterprise. 7. Software Process Improvement

Perubahan berdasarkan perubahan kebutuhan dan perbaikan sistem informasi yang lebih efektif dan efisien dalam menunjang proses bisnis.

Dalam pengembangan sistem informasi enterprise dengan EUP secara idealnya setiap sistem yang teridentifikasi dikembangkan dengan konsep RUP.

(63)

Gambar 4.6 EUP

4.7 SOEA

Berdasarkan cara pandang arsitektur enterprise, penerapan konsep Service Oriented Architecture (SOA) menjadikan konsep dasar yang dapat memperkaya pemodelan arsitektur enterprise yang sudah ada sebelumnya(ronald, 2010). Dengan demikian SOA dapat berperan sebagai mediator dalam pengembangan elemen-elemen sebuah arsitektur enterprise.

Secara prinsip pengembangan arsitektur enterprise berbasis SOA seperti yang dijelaskan pada Gambar 4.7.

(64)

Gambar 4.7 Metodologi SOEA

SOEA dikembangkan untuk menggabungkan dua buah konsep yaitu Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) dan Project Management Body of Knowledge (PMBOK). Secara prinsip metodologi berbasis service ini terbagi menjadi dua fase yaitu fase arsitektur dan fase proyek.

Sebagaimana konsep dasar arsitektur enterprise, pengembangan pada fase arsitektur terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Arsitektur bisnis

2. Arsitektur sistem informasi (data dan aplikasi) 3. Arsiktetur infrastruktur

(65)

Sedangkan, pada fase proyek terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan proyek

a. Mengorganisasikan tim proyek b. Finalisasi cakupan proyek

c. Mengembangkan rencana manajemen proyek 2. Analisis arsitektur As-Is

a. Menganalisis arsitektur bisnis

i. Mengidentifikasi keseluruhan struktur bisnis ii. Membuat rincian komponen strategi bisnis

organisasi

iii. Mengidentifikasi rincian struktur bisnis b. Menganalisis TI

i. Mengidentifikasi sumber daya teknis TI ii. Mengidentifikasi sumber daya non-teknis TI 3. Analisis arsitektur To-Be

a. Arsitektur bisnis To-Be b. Arsitektur TI To-Be 4. Perencanaan migrasi

a. Gap analysis

b. Identifikasi proyek dan prioritas c. Pengembangan perancangan d. Projects scheduling

e. Pengajuan struktur manajemen TI f. Evaluasi, monitoring dan updating g. Mengembangkan perencanaan akhir

(66)

4.8 Penutup

Metodologi pengembanan arsitektur enterprise semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dan dapat diterapkan berdasarkan kondisi dan kebutuhan masing-masing enterprise. Tahapan-tahapan pada masing-masing metodologi berbeda-beda tergantung pada aspek tambahan selain empat komponen utama yang merupakan persamaan dari setiap metodologi. Pada prakteknya framework dan metodologi yang diterapkan bisa dikolaborasikan untuk melengkapi kebutuhan pengembangan sistem informasi enterprise.

Arsitektur enterprise berbasis service merupakan konsep arsitektur masa depan yang memungkinkan sistem informasi bersifat lebih fleksibel diintegrasikan dengan sistem yang lain.

4.8 Latihan Soal

1. Sebutkan jenis-jenis metodologi pengembangan arsitektur enterprise.

2. Apa yang dimaksud dengan metodologi dan pendekatan dalam pengembangan sistem informasi.

3. Lakukanlah melakukan kajian dengan menggabungkan dua buah metodologi.

4. Sebutkan perbedaan secara rinci antara metodologi TOGAF-ADM dan OADP.

5. Bagaimana hubungan antara metodologi pengembangan arsitektur enterprise dan framework.

(67)

6. Apakah perbedaan antara arsitektur enterprise dengan menggunakan service dengan yang tidak menggunakan. 7. Jelaskan apakah memungkinkan pengembangan arsitektur

enterprise berbasis service tanpa menggunakan metodologi SOEA.

8. Bagaimana mengkaitkan hubungan arsitektur bisnis dan arsitektur aplikasi.

(68)

BAB 5

Service Oriented

Architecture

5.1 Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi terutama dalam bidang software konsep pengembangan sebuah software sistem informasi mengalami perubahan tidak hanya multi platform tetapi multi komponen yang dibuat dengan bahasa pemrograman yang berbeda tetapi bisa kompetibel. Komponen yang seperti ini dinamakan dengan istilah service(rittgen, 2007).

Pengembangan software berbasis service selain memberikan kemudahan kepada developer dalam membuat sebuah software, ukuran software menjadi lebih sederhana, dan juga meningkatkan realibilitas software tersebut karena menggunakan komponen yang sudah teruji. Oleh karena itu, ke depannya konsep software berbasis service menjadi alternatif model software yang harus dipertimbangkan oleh para developer software.

(69)

5.2 Web Service

Sesuai dengan namanya, web service adalah software yang hanya menyediakan service atau layanan untuk kepentingan software yang lebih besar. Web service dibuat bukan untuk berinteraksi langsung kepada client/user, tetapi untuk menyediakan layanan yang akan dipanggil oleh program aplikasi lain.

Web service dapat didefinisikan sebagai aplikasi yang dibuat agar dapat dipanggil atau diakses oleh aplikasi lain melalui internet dengan menggunakan XML sebagai format pengiriman pesan. Web service merupakan komponen umum yang bersifat reusable sehingga dapat digunakan oleh beberapa sistem aplikasi, bisa berupa modul program, aplikasi atau gabungan dari beberapa aplikasi yang berhubungan.

Antar service bisa saling berkomunikasi satu sama lain dengan cara mengirim data dari satu service ke service lainnya atau dengan mengkoordinasikan suatu aktivitas antara dua atau lebih service. Sehingga service bersifat interoperable, yang berarti service-service dapat berkomunikasi satu sama lain, meskipun pada implementasinya dibuat dengan bahasa pemrograman yang berbeda atau diakses melalui transport protocol yang berbeda, sehingga dimungkinkan pengintegrasian aset-aset sistem aplikasi dari suatu enterprise.

Sebagaimana dijelaskan oleh Gambar 5.1, pada kondisi dimana operating system dan bahasa pemrograman beraneka ragam jenisnya, muncullah kondisi yang mengharuskan adanya proses pertukaran data antar perangkat yang menggunakan aplikasi dan platform yang berbeda-beda. Inilah alasan utama mengapa harus menggunakan web service. Web service memungkinkan

(70)

penggunaan platform yang berbeda dapat bertukar data dan informasi dengan mudah.

Gambar 5.1 Aplikasi berbasis web service

Pada prinsipnya peranan service dibagi menjadi dua, yaitu service provider dan service requestor. Service provider adalah service yang menyediakan layanan yang akan digunakan dan service requestor adalah service yang meminta service tersebut berjalan. Alokasi provider dan requestor tidak bersifat mutlak. Sebuah service provider

(71)

bisa berubah menjadi service requestor, hal ini tergantung dari peran yang diberikan oleh proses bisnis yang terkait.

Gambar 5.2 Alur request dari service requestor ke service provider Requestor dari sebuah service tidak hanya berasal dari sebuah service, tetapi juga dapat berasal dari aplikasi native atau mobile. Pada Gambar 5.2, dijelaskan bahwa service requestor meminta service kepada service provider dengan menggunakan request message berbentuk amplop. Amplop tersebut adalah penggambaran dari SOAP berupa struktur bahasa dari Extensible Markup Language (XML) yang digunakan untuk berkomunikasi oleh service requestor dan service provider. Gambar 5.2 menjelaskan sebuah implementasi sederhana dari sebuah service requestor kepada service provider. Peranan intermediaries (penghubung) akan sering dibutuhkan seiring dengan semakin kompleksnya sebuah sistem software. Dengan demikian, kondisi dimana semakin kompleks sebuah sistem, maka

(72)

akan semakin banyak jenis service yang akan digunakan dan hubungan antar service akan semakin fleksibel.

Adapun keuntungan yang diperoleh dengan penerapan web service dalam pengembangan software sebuah sistem adalah:

 Lintas platform yang berbeda

 Menghilangkan ketergantungan terhadap suatu bahasa pemrograman

 Jembatan perantara dengan database  Mempermudah proses transaksi data

 Komponen software bisa diguna ulang pada software yang berbeda

Komponen pendukung web service adalah sebagai berikut:  Extensible Markup Language (XML)

 Simple Object Access Protocol (SOAP)  Web Service Description Language (WSDL)

5.3 Micro Service

Software dikembangkan sebagai serangkaian komponen otomatis dari suatu aplikasi seperti komponen web service, messaging, dan sebagainya yang dipasang secara independen pada sistem yang berbeda-beda. Dengan mengisolasi komponen-komponen fungsional ini ke dalam instalasi mesin yang berbeda-beda, ukuran aplikasi monolitik menjadi berkurang dan menjadikan komunikasi ke aplikasi utama dan interface satu sama lain yang loose couple, melalui

(73)

protokol sinkronous Hypertext Transfer Protocol (HTTP) atau pesan asinkronous. Pendekatan pengembangan arsitektur software seperti inilah yang kemudian dikenal dengan arsitektur microservice(skilton, 2016).

Seperti dijelaskan pada Gambar 5.3 arsitektur microservice memecah aplikasi yang kompleks ke dalam service-service otonom yang kecil. Proses-proses independen saling berkomunikasi melalui berbagai API yang juga independen. Service-service tersebut saling terpisah dan fokus pada tugas atau pekerjaan yang kecil, sehingga hal tersebut menjadikannya sebagai sebuah pendekatan modular dalam membangun sebuah sistem. Service-service tersebut mudah diganti, dirancang untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang spesifik, dan dapat diimplementasikan menggunakan teknologi yang berbeda-beda. Selain itu, karena microservice bersifat otonom, service tersebut dibangun dan didistribusikan menggunakan metodologi pengembangan software Continuous Delivery (CD)(george, 2010).

(74)

Microservice dapat melakukan pengelolaan database-nya sendiri, dan masing-masing microservice dapat diperbesar maupun diperkecil secara terpisah baik dari sisi aplikasi maupun database, terlepas dari mircroservice yang lainnya. Dengan hal tersebut, memungkinkan perusahaan untuk melakukan peningkatan pada domain dari aplikasi enterprise tertentu yang banyak memakan sumber daya.

Setiap microservice berukuran kecil dan bertujuan untuk melakukan fungsi tunggal. Microservice bisa memanggil microservice lainnya. Microservice tersebut bersifat elastis, resilient, mudah dikomposisi, minimalis, dan lengkap. Microservice dapat dibuka melalui interface Uniform Resource Identifier (URI) yang sederhana, menerima request dan menghasilkan response dalam format UNIX.

Arsitektur microservice berbeda dari arsitektur SOA karena tujuan utama SOA yaitu mengintegrasikan beragam aplikasi bisnis, sedangkan setiap service dalam arsitektur microservice merupakan bagian dari keseluruhan representasi aplikasi.

5.4 Service Oriented Architecture

Service Oriented Architecture merupakan pattern arsitektur software dimana komponen-komponen aplikasi memberikan service-service komponen lainnya melalui sebuah protokol komunikasi dalam suatu jaringan. Komunikasi tersebut dapat berupa pengiriman data sederhana atau beberapa service yang berkoordinasi saling terhubung satu sama lain. Di dalam SOA terdapat dua peranan, yakni sebagai service provider dan service consumer. Consumer Layer merupakan titik dimana consumer (seperti pengguna manusia, service lain atau pihak ketiga) berinteraksi dengan SOA dan Provider

(75)

Layer berisi semua service-service yang didefinisikan di dalam SOA. Gambar 5.4 menggambarkan arsitektur SOA.

Enterprise Service Bus (ESB) merupakan sebuah teknik arsitektur pengintegrasian yang menyediakan komunikasi dalam sebuah bus komunikasi standar terdiri dari berbagai koneksi point-to-point di antara provider dan consumer dan penyimpanan data dibagikan di dalam semua service di dalam SOA.

Gambar 5.4 Arsitektur SOA

Gambar 5.5 menunjukkan contoh aplikasi enterprise yang menggunakan konsep SOA, dimana antar enterprise bisa melakukan

(76)

kolaborasi data satu sama lain dengan melalui service-service yang tersedia.

Gambar 5.5 Arsitektur Enterprise berbasis SOA

Pengembangan software dengan menggunakan SOA dapat mengurangi kompleksitas dalam membangun sebuah aplikasi atau software. SOA dapat mengantisipasi isu penggunaan software terdistribusi, platform yang berbeda-beda, dan integrasi aplikasi. Dengan SOA perubahan kebutuhan software terkait dengan proses bisnis bisa dilakukan penyesuaian dengan cepat, karena kebutuhan tersebut dibuat berdasarkan service.

Gambar

Gambar 1.1 Enterprise
Gambar 1.2 Komponen Utama Teknologi InformasiSoftwareHardware
Gambar 1.3 ERP dan Proses Bisnis
Gambar 2.1 Definisi Arsitektur Enterprise
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2014) dilakukan di Departemen Fisioterapi ISIC (Institute of Rehabilitation Science), dengan subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki 18-22 tahun berjumlah 50 orang,

Hal ini juga membuktikan bahwa potensi Pajak Reklame yang dapat diraih kota Bandung sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum optimal karena masih banyak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rasionalization (rasionalisasi), capability

Berdasarkan definisi mengenai sikap yang telah disampaikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau

Meskipun sudah berusaha melawan kecanggungannya, Charlie tetap gagal karena dalam dirinya sendiri Charlie tidak memiliki keyakinan yang kuat dan keteguhan hati

Pengolahan dan analisis data akan dilakukan kepada 174 data untuk yang mengetahui produk pengganti karena ada beberapa data yang outlier sehingga 26 data yang

3 Siswa dengan bimbingan guru baik dalam membuat kesimpulan tentang gabungan bangun datar yang membentuk balok.. 4 Siswa dengan bimbingan guru membuat sangat baik

Di Indonesia penelitian tentang faktor yang mempengaruhi holding period saham biasa membuktikan bahwa market value yang menunjukkan ukuran perusahaan (Atkin dan Dyl,