• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN September 2010, Volume 2 Nomor 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN September 2010, Volume 2 Nomor 2"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Pembelajaran Geometri Analit Pada Mahasiswa

Pendidikan Matematika Melalui Lesson Study. (Hal. 120)

Imam Sujudi

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Genetika Melalui Pembelajaran Berbasis Kelompok Memanfaatkan Media Sederhana. (Hal. 129)

Ani Sulistyarsi

Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Gi. (Hal. 136)

Erawan Kurniadi

Peningkatan Penguasaan Konsep Optik Geometri Melalui Praktikum Dan Eksperimen Mahasiswa Program Studi Fisika Ikip Pgri Madiun Tahun Akademik 2010/2011. (Hal. 146)

Heri Siswaya

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. (Hal. 156)

Jeffry Handhika

Upaya Perbaikan Kualitas Pembelajaranan Struktur Aljabar 1 Melalui Model Diskusi Antar Kelompok. (Hal. 162)

(2)

untuk volume 2 no.2. Berbagai penelitian yang mengkaji secara mendalam tentang pembelajaran MIPA telah banyak di kaji oleh berbagai peneliti pendidikan. Namun, implementasinya masih terasa belum sampai pada praktisi pendidikan. Untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian agar dapat digunakan sebagai bahan acuan pembelajaran terutama bagi dunia pendidikan, Jurnal Pendidikan MIPA IKIP PGRI Madiun pada volume ini memuat tiga hasil penelitian tentang pendidikan fisika, satu penelitian tentang pendidikan matematika, dan satu penelitian pendidikan biologi.

Sumbang saran berbagai pihak sangat diharapkan dalam upaya meningkatkan kualitas Jurnal Pendidikan MIPA IKIP PGRI Madiun, dan akhirnya redaksi berharap semoga tulisan dalam edisi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca sehingga mampu menmbah wawasan di bidang pendidikan

(3)

Oleh Imam Sujudi

Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan kerjasama Tim Dosen pada mata kuliah geometri analit. 2) meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dan 3) meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran geometri analit. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan pendekatan strategi Lesson Study melalui tahapan plan, do dan see. Kegiatan dilakukan pada mahasiswa S1 Pendidikan Matematika IKIP PGRI Madiun angkatan 2009/2010. Pengamat atau observer terdiri dari Tim Dosen mata kuliah geometri analit sebagi teman sejawat. Parameter yang diukur adalah kerjasama tim dosen, interaksi mahasiswa, pengusaan konsep mahasiswa melalui keaktifan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran geometri analit melalui Lesson Study dapat 1) meningkatkan kerjasama tim dosen, 2) membelajaran menjadi berpusat pada proses belajar, 3) belajar berlangsung secara aktif dan interaktif, 4) adanya pengalaman-pengalaman pembelajaran yang muncul saat pembelajaran berlangsung, 5) adanya pembelajaran yang memberikan kebebasan dan pemberian wewenang/dukungan yang baik terhadap mahasiswa.

Kata Kunci : Optimalisasi Pembelajaran Geometri Analit, Lesson Study

A. Pendahuluan

Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi

pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling

belajar untuk membangun masyarakat belajar. Perlu diketahui

bahwa Lesson Study bukan suatu metode/model pembelajaran,

tetapi merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik dengan kebersamaan dan saling belajar di antara para pendidik.

Kolegialitas :1) membicarakan praktik pembelajaran, 2)

(4)

bersama mengenai kelas, 4) untuk saling mendorong satu sama lain dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam menyusun perangkat rencana pembelajaran, banyak hal yang didiskusikan, diantaranya: Bagaimana pemfokusan pembelajaran yang sesuai dengan rencana pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapi mahasiswa, misalnya : 1) Pencapaian aspek kognitif pada level tinggi, yaitu: analisis, evaluasi dan kreasi, 2) Pengembangan kompetensi mahasiswa pada aspek afektif, 3) Peningkatan kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia, 4) Kemandirian belajar mahasiswa, 5) Menumbuhkembangkan keberanian mahasiswa mengemukakan

pendapat yang bertanggung jawab dan rasa percaya diri. problem

solving, problem base learning, atau reality base learning.

Lesson study perlu diterapkan karena beberapa alasan yang

mendasarinya diantaranya: 1) pengembangan lesson study dilakukan

dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang

mempertimbangkan pada praktek dan hasil pembelajaran yang

dilaksanakan para dosen, 2) penekanan dari lesson study adalah para

mahasiswa agar memiliki kualitas belajar, 3) pengembangan kompetensi mahasiswa dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, 4) berdasarkan pengalaman real di

kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan

pembelajaran, dan 5) Lesson study akan menempatkan peran para

dosen sebagai peneliti pembelajaran.

B. Pembahasan

Kegiatan Lesson Study 1

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Para dosen bekerjasama secara kolaboratif dalam membuat

perencanaan pembelajaran

b. Melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal mahasiswa dan keadaan kelas.

c. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

d. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran Lesson Study.

(5)

Kegiatan ini merupakan penerapan dari planning atau perencanaan yang sesuai dengan skenario pembelajaran.

a. Kegiatan Awal.

1) Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa. 2) Memotivasi siswa dengan pertanyaan.

3) Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran dan kegiatan yaitu mahasiswa akan berdiskusi secara kelompok dan mempresentasikan hasil diskusinya.

b. Kegiatan Inti

1) Dosen model membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok.

2) Dosen model membentuk 6 kelompok yang terdiri dari 6 atau 7 mahasiswa pada tiap kelompoknya.

3) Mahasiswa mendiskusikan materi dan menunjuk salah satu dari anggota kelompok bertugas mempresentasikan hasil diskusi.

4) Dosen model meminta perwakilan dari masing-masing kelompok mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusi.

5) Dosen model dan observer memantau kegiatan yang dilakukan mahasiswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Dosen model bersama mahasiswa membuat kesimpulan. 2) Dosen model memberikan salam penutup.

3. Pengamatan (observing)

Dalam pelaksanaan pengamatan ini, dosen model berkolaborasi dengan observer untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif

dan digunakan untuk melakukan melakukan lesson study 2

dengan menggunakan instrumen pengamatan yang didapat dari

kegiatan lesson study 1. Pengamatan terhadap aktifitas

mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran diskusi. Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran yang berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

(6)

mendiskusikan hasil kegiatan lesson study. Dari hasil yang diperoleh didapatkan beberapa hal yang perlu didiskusikan,

dianalisis dan ditindaklanjuti ketercapaian dari kegiatan lesson

study 1. Diantara masukan yang didapat dalam kegiatan lesson

study 1 diantaranya:

a. Perlunya pengelolaan kelas sewaktu melakukan kegiatan diskusi kelas,

b. Perlunya kesiapan masing-masing kelompok,

c. Masih adanya siswa yang belum belajar secara baik dalam kelompok,

d. Dosen model perlu lebih aktif memantau mahasiswa yang melakukan kegiatan diskusi kelas,

e. Posisi duduk mahasiswa perlu diatur secara baik,

f. Perlu diadakan evaluasi.

Kegiatan Lesson Study 2

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Para dosen bekerjasama secara kolaboratif dalam membuat

perencanaan pembelajaran

b. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

c. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran Lesson Study.

2. Pelaksanaan (acting)

Kegiatan ini merupakan penerapan dari planning atau

perencanaan yang sesuai dengan skenario pembelajaran. a. Kegiatan Awal.

1) Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa.

2) Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran dan kegiatan yaitu mahasiswa akan berdiskusi secara kelompok dan mempresentasikan hasil diskusinya.

b. Kegiatan Inti

1) Mahasiswa mendiskusikan materi dan menunjuk salah satu dari anggota kelompok bertugas mempresentasikan hasil diskusi.

2) Dosen model meminta perwakilan dari masing-masing kelompok mahasiswa untuk mempresentasikan hasil

(7)

diskusi.

3) Dosen model dan observer memantau kegiatan yang dilakukan mahasiswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Dosen model bersama mahasiswa membuat

kesimpulan.

2) Dosen model memberikan evaluasi.

3) Dosen model memberikan salam penutup.

3. Pengamatan (observing)

Dalam pelaksanaan pengamatan ini, dosen model berkolaborasi dengan observer untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif

dan digunakan untuk melakukan melakukan lesson study 3

dengan menggunakan instrumen pengamatan yang didapat dari

kegiatan lesson study 2. Pengamatan terhadap aktifitas

mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran diskusi. Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran yang berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Dalam kegiatan refleksi ini dosen model bersama observer

mendiskusikan hasil kegiatan lesson study. Dari hasil yang

diperoleh didapatkan beberapa hal yang perlu didiskusikan,

dianalisis dan ditindaklanjuti ketercapaian dari kegiatan lesson

study 2. Diantara masukan yang didapat dalam kegiatan lesson

study 2 diantaranya:

a. Perlu dimotivasi untuk masing masing kelompok dan

memberikan reward (penghargaan) atau point tambahan

nilai bagi mahasiswa yang aktif.

b. Penunjukan langsung kelompok yang mempresentasikan materi pembelajaran oleh dosen model,

c. Pemberian motivasi bagi mahasiswa yang sudah mempresentasikan materi pembelajaran agar selalu memperhatikan proses pembelajaran dengan baik sampai pembelajaran selesai,

d. Dosen model perlu memberikan tambahan penjelasan kepada kelompok yang selesai mempresentasikan materi,

(8)

e. Perlu menggunakan media lain dalam menyampaikan materi.

Kegiatan Lesson Study 3

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Para dosen bekerjasama secara kolaboratif dalam membuat

perencanaan pembelajaran

b. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

c. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran Lesson Study.

2. Pelaksanaan (acting)

Kegiatan ini merupakan penerapan dari planning atau

perencanaan yang sesuai dengan skenario pembelajaran. a. Kegiatan Awal.

1) Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa.

2) Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran dan kegiatan yaitu mahasiswa akan berdiskusi secara kelompok dan mempresentasikan hasil diskusinya.

b. Kegiatan Inti

1) Mahasiswa mendiskusikan materi dan menunjuk salah satu dari anggota kelompok bertugas mempresentasikan hasil diskusi.

2) Dosen model meminta perwakilan dari masing-masing kelompok mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusi.

3) Dosen model dan observer memantau kegiatan yang dilakukan mahasiswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Dosen model bersama mahasiswa membuat kesimpulan. 2) Dosen model memberikan evaluasi.

3) Dosen model memberikan salam penutup.

3. Pengamatan (observing)

Dalam pelaksanaan pengamatan ini, dosen model berkolaborasi dengan observer untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif

dan digunakan untuk melakukan melakukan open lesson study

(9)

kegiatan lesson study 3. Pengamatan terhadap aktifitas mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran diskusi. Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran yang berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Dalam kegiatan refleksi ini dosen model bersama observer

mendiskusikan hasil kegiatan lesson study. Dari hasil yang

diperoleh didapatkan beberapa hal yang perlu didiskusikan,

dianalisis dan ditindaklanjuti ketercapaian dari kegiatan lesson

study 3. Diantara masukan yang didapat dalam kegiatan lesson

study 3 diantaranya:

a. Perlu pemahaman konsep materi awal mahasiswa,

b. Dosen model perlu memberikan pemahaman materi awal pada mahasiswa pada saat awal pembelajaran,

c. Menunjuk langsung secara acak mahasiswa untuk presentasi di depan kelas.

d. Perlunya kegiatan praktikum bagi mahasiswa untuk menguatkan kemampuan analisisnya.

Kegiatan Open Lesson Study

1. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a. Dosen model bekerjasama secara kolaboratif dengan tim

observer dalam membuat perencanaan pembelajaran b. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

c. Menyusun lembar pengamatan pembelajaran Open Lesson

Study.

2. Pelaksanaan (acting)

Kegiatan ini merupakan penerapan dari planning atau

perencanaan yang sesuai dengan skenario pembelajaran. a. Kegiatan Awal.

1) Memberi salam dan menanyakan keadaan siswa.

2) Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran dan kegiatan yaitu mahasiswa akan berdiskusi secara kelompok dan

(10)

mempresentasikan hasil diskusinya. b. Kegiatan Inti

1) Mahasiswa mendiskusikan materi dalam dan menunjuk salah satu dari anggota kelompok bertugas mempresentasikan hasil diskusi.

2) Dosen model mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusi.

3) Dosen model dan observer memantau kegiatan yang dilakukan mahasiswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Dosen model bersama mahasiswa membuat kesimpulan. 2) Dosen model memberikan evaluasi.

3) Dosen model memberikan salam penutup.

3. Pengamatan (observing)

Dalam pelaksanaan pengamatan ini, dosen model berkolaborasi dengan observer untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif. Pengamatan terhadap aktifitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran yang berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Dalam kegiatan refleksi ini dosen model bersama observer

mendiskusikan hasil kegiatan open lesson study. Dari hasil yang

diperoleh didapatkan beberapa hal yang perlu didiskusikan,

dianalisis dan ditindaklanjuti ketercapaian dari kegiatan open

lesson study. Diantara masukan yang didapat dalam kegiatan

open lesson study diantaranya:

a. Kegitan pembelajaran berjalan dengan baik, b. Efektif dalam pengelolaan waktu,

c. Kemampuan mahasiswa bertambah dengan ditunjukkannya keberanian dan percaya diri yang tinggi bagi mahasiswa yang menyampaikan materi,

d. Hasil evaluasi yang ada peningkatan.

C. Kesimpulan

Dari kegiatan lesson study yang sudah dilakukan di

(11)

akademik 2009/2010 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pembelajaran menjadi berpusat pada proses belajar, 2. Belajar berlangsung secara aktif dan interaktif,

3. Adanya pengalaman-pengalaman pembelajaran yang muncul saat pembelajaran berlangsung.

4. Adanya pembelajaran yang memberikan kebebasan dan pemberian wewenang/dukungan yang baik terhadap mahasiswa.

(12)

Oleh: ANI SULISTYARSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

ABSTRAK

Praktik pembelajaran konvensional dengan teknik komunikasi oral cenderung

menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana

siswa belajar (student-centered), hasilnya ternyata tidak banyak memberikan

kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Lesson Study

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran kelompok memanfaatkan media sederhana dicoba untuk diterapkan disertai dengan pemanfaatan media sederhana dalam pemodelan genetika.

Hasil dari implementasinya adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh: 1) pembelajaran berbasis kelompok mengubah mahasiswa menjadi lebih siap dan lebih respon dalam belajar, 2) komunikasi dan interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa dan dengan dosen meningkat frekwensinya, 3) pemanfaatan media sederhana memudahkan pemodelan genetika dan berdampak pada peningkatan pemahaman.

Kata kunci: pembelajaran kelompok, media sederhana, kualitas pembelajaran

A. Pendahuluan

Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan, terutama menyangkut kualitasnya. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya. Laporan United Nation Development Program (UNDP) tahun 2005 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-110 dari 117 negara. Laporan UNDP tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah.

Sadar akan hasil-hasil pendidikan yang belum memadai, maka banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk

(13)

melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut, adalah melakukan perubahan atau revisi kurikulum secara berkesinambungan, program kemitraan antara sekolah dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, proyek peningkatan kualifikasi guru dan dosen, dan masih banyak program lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikan. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana siswa dan guru belajar dan bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar. Reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar dan belajar, bukan semata-mata

berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curriculum.

Dengan demikian, praktik-praktik pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa belajar.

Salah satu alternatif atau upaya guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif adalah Lesson Study yang belakangan ini sering diperbincangkan didunia pendidikan. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvensional semacam ini lebih cenderung menekankan pada

bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa

belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita

maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah,

terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard

(penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.

(14)

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru atau dosen secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang

Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik

melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan

berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning

untuk membangun komunitas belajar. Bill Cerbin & Bryan Kopp

mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama,

yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta

Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui

inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Lewis (2002) mengemukakan bahwa ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru atau dosen, apabila dia melaksanakan LS secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru atau dosen, yaitu (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.

Dalam tahap perencanaan, para guru atau dosen yang tergabung

dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang

mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini

(15)

mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini team LS juga menyusun instrument pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas

Lesson Study yang lainnya. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk

diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh salah satu team LS yang ditunjuk. Refleksi ini bertujuan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru atau dosen yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru atau dosen yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan

untuk pelaksanaan Lesson Study berikutnya.

B. Pembahasan

Dalam pelaksanaan tahap pertama pelaksanaan pembelajaran LS yaitu perencanaan dimana guru atau dosen yang menjadi model beserta team berdiskusi membahas mengenai desain pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran diperoleh beberapa masukan dari observer sebagai berikut:

1. Pembelajaran LS yang berbasis dengan kelompok, menjadikan sifat egois dari masing-masing anggota kelompok muncul karena menginginkan menjadi yang terbaik tanpa menghiraukan anggota kelompoknya yang belum paham.

2. Banyak mahasiswa yang belum siap dalam menghadapi pembelajaran dengan ditandai masih banyak mahasiswa yang tidak

(16)

membawa buku penunjang dan ada mahasiswa yang miskonsepsi terhadap materi yang dipelajari

3. Masih banyak mahasiswa yang tidak respon terhadap materi pelajaran dimungkinkan karena adanya suasana pembelajaran yang berbeda dengan biasanya menjadikan mahasiswa perlu menyesuaikan diri

4. Komunikasi dan interaksi antara mahasiswa dengan dosen masih kurang

5. Mahasiswa tampak tidak siap dan tidak paham apa yang sedang dipelajari

6. Terdapat mahasiswa yang merasa acuh tak acuh terhadap pembelajaran

Tindakan perbaikan berdasarkan hasil pengamatan:

1. Sebelum dimulai proses pembelajaran sebaiknya mahasiswa diberitahu materi apa yang akan dipelajari dan mahasiswa diberikan beberapa referensi mengenai materi yang akan dipelajari

2. Perlu memberikan motivasi-motivasi kepada mahasiswa pada tahap awal pembelajaran

Hasil pelaksanaan pembelajaran tahap kedua diperoleh beberapa masukan dari observer sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran menjadi lebih hidup ditandai dengan hidupnya komunikasi antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan dosen.

2. Mahasiswa lebih siap dalam menerima pelajaran

3. Bahan kimia yang sulit untuk didapat menjadikan praktikum kurang maksimal

4. Aspek-aspek pembelajaran muncul pada diri mahasiswa

5. Masih terdapat mahasiswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran

6. Pembelajaran menjadi lebih hidup, komunikasi antara individu dengan individu dan individu dengan dosen lebih terjalin

Tindakan perbaikan berdasarkan hasil pengamatan: perlu mengkroscek kesiapan siswa dengan mengadakan pretest

Hasil pelaksanaan pembelajaran tahap ketiga diperoleh beberapa masukan dari observer sebagai berikut:

(17)

1. Untuk proses pembelajaran ini mahasiswa lebih aktif dan lebih baik, jika dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomorik semua aspek ini nampak pada hampir semua mahasiswa

2. Pada proses pembelajaran ini mahasiswa bisa dikatakan hampir semua melakukan aktivitas pembelajaran, tapi masih ada satu mahasiswa yang memang dari pembelajaran yang pertama sampai yang ketiga ini menampakkan sikap yang sama yaitu merasa acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran

3. Dilihat dari awal sampai akhir proses pembelajaran lebih baik mahasiswa lebih aktif dan bisa dikatakan ada kemajuan yang lebih bagus dibandingkan dengan proses pembelajaran yang sebelumnya walaupun pada proses pembelajaran ada beberapa mahasiswa yang masih bermain-main sendiri tanpa memperhatikan apa yang dipelajari

4. Dari pembelajaran kali ini mahasiswa lebih aktif dibandingkan dengan sebelumnya dan bisa dikatakan hampir 75% mahasiswa aktif dalam pembelajaran tetapi ada mahasiswa yang kurang fokus dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan ada juga mahasiswa yang pasif saat pembelajaran langsung.

Tindakan perbaikan berdasarkan hasil pengamatan: 1. Perlu memotivasi mahasiswa secara terus menerus

2. Perlu mengadakan evaluasi akhir dalam proses pembelajaran

Hasil pelaksanaan pembelajaran tahap keempat diperoleh beberapa masukan dari observer sebagai berikut:

1. Mahasiswa lebih sulit dalam memahami konsep materi

2. Mahasiswa mulai bosan dengan pembelajaran karena diadakan secara terus menerus

3. Mahasiswa kurang maksimal dalam pembelajaran

4. Desain tempat duduk yang kurang mendukung menjadikan diskusi kurang maksimal

5. Proses kooperatif kurang berjalan dengan maksimal 6. Diskusi kelompok yang belum berjalan dengan baik

Tindakan perbaikan berdasarkan hasil pengamatan:

1. Setting tempat duduk perlu dilakukan lebih baik sehingga membantu anggota kelompok bekerja sama

(18)

2. Mahasiswa masih kurang mampu memahami materi yang relatif lebih butuh penalaran

Pemanfaatan media sederhana menggunakan biji-bijian dan kancing baju memudahkan pemodelan genetika. Mahasiswa mengalami proses pembelajaran bermakna yang memudahkan pemahaman dan mengingat konsep. Dampak akhir yang dipetik adalah peningkatan pemahaman terhadap knsep genetika.

C. Kesimpulan

1. Pembelajaran berbasis kelompok mengubah mahasiswa menjadi lebih siap dan lebih respon dalam belajar.

2. Komunikasi dan interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa dan dengan dosen meningkat frekwensinya.

3. Pemanfaatan media sederhana memudahkan pemodelan genetika dan berdampak pada peningkatan pemahaman.

D. Pustaka

Akhmad Sudrajat. 2010. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses

dan Hasil Pembelajaran.

3

http://paremgpm.wordpress.com/2010/06/03/lesson-study-untuk-meningkatkan-proses-dan-hasil-pembelajaran/

Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan:

LPMP-Jawa Barat

Wikipedia. 2007. Lesson Study. Online:

http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study

Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson

Study. Lesson Study Project. online: http

://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm

Catherine Lewis. 2004. Does Lesson Study Have a Future in the

United States?. Online:

http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm Lesson Study Research Group online:

(19)

FPMIPA IKIP PGRI MADIUN ABSTRAK

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) bertujuan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian dilakukan di kelas VII E MTs Negeri 1 Madiun yang pada tiap siklusnya dilakukan pengukuran terhadap kualitas pelaksanaan pembelajaran, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode angket, dan metode tes. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data kualitas pelaksanaan pembelajaran. Metode angket digunakan untuk memperoleh data motivasi belajar siswa. Metode tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa.

Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 79,5 dan meningkat pada siklus II sebesar 90,90. Hasil motivasi belajar siswa pada siklus I 86,09, dan siklus II 92,25. Kemampuan kognitif rata-rata pada pembelajaran sebelumnya 62,00, siklus I sebesar 65,00, dan siklus II 74,94. Simpulan: penerapan model pembelajaran koopertaif tipe GI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus siswa kelas VII E MTs Negeri 1 Madiun.

Kata kunci: motivasi, Group Investigation, hasil belajar

A. PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, pengukuran terhadap berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan hasil yang memadai.

Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran di MTs Negeri 1 Madiun adalah hasil belajar siswa masih relatif rendah.

(20)

Nilai ulangan harian di kelas VIIE rata-ratanya mencapai 62, berada dibawah rata-rata nilai SKBM yaitu 65. Berdasarkan informasi dari guru, salah satu faktor penyebabnya adalah motivasi belajar siswa yang masih rendah. Jika dibiarkan secara terus menerus, maka siswa akan enggan belajar fisika sehingga hasil belajarnya cenderung rendah.

Berdasarkan kondisi diatas, maka perlu diupayakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan motivasi siswa.

Pencapaian tujuan melalui model pembelajaran non kooperatif cenderung pada persaingan perorangan sehingga dalam prosesnya banyak siswa yang malu bertanya pada guru, pura-pura telah paham pada materi yang dijelaskan guru, siswa yang diam dianggap telah paham. Kondisi ini memicu siswa yang pandai untuk membiarkan temannya yang kurang pandai agar tidak menjadi pesaingnya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang pandai akan berusaha membantu dan mendorong temannya untuk sama-sama berhasil sehingga siswa yang kurang pandai akan termotivasi.

Pada pembelajaran kooperatif, tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi juga memastikan bahwa anggota kelompok telah mengambil peran dan memberi kontribusi untuk menguasai tugas yang diberikan. Dengan demikian siswa yang pandai harus membantu menjelaskan kepada temannya yang kurang atau belum menguasai sehingga tercapai tujuan bersama. Jadi tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam diantaranya tipe STAD, GI, Jigsaw dan lain-lain. Dalam penelitian ini

dipilih model pembelajaran koopertif tipe GI (Group Investigation)

karena fase-fase pembelajarannya paling kompleks, sehingga penerapannya cocok untuk kelas tinggi atau unggulan seperti kelas VII E MTsN 1 Madiun. Fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe GI

(21)

diantarannya yaitu seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir, evaluasi dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok atau individu. Harapan akhir, pembelajaran kooperatif tipe GI dapat lebih memacu peningkatan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Metode ini pertama-tama dirancang oleh Herbert Thelen, dan selanjutnya diperluas oleh Sharan dan kawan-kawan. Model pembelajaran kooperatif GI termasuk model pembelajaran kooperatif murni, karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses

kelompok (group process skills).

Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran koopertaif tipe GI dapat diterapkan pada semua jenis pelajaran termasuk fisika dan berbagai tingkat usia serta dapat juga digunakan pada semua pokok bahasan, salah satunya pada pokok bahasan gerak lurus. Adapun deskripsi langkah-lngakah pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilaksanakan dalam berbagai tahap sesuai dengan Sharan dan kawan-kawan adalah sebagai berikut:

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum ynag biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Selanjutnya para siswa diorganisasikan menjadi 2 hingga 6 orang anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas. Komposisi klompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2. Perencanaan kooperatif

Para siswa beserta guru merencanakan prosedur belajar khusus tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih setiap kelompok

3. Implementasi

(22)

dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan aktifitas siswa dengan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mengevaluasi inforamsi pada tahap ketiga dan merencanakan informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan didepan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari sub topik yang telah dipelajari. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok, atau keduanya.

7. Penghargaan kelompok

Guru memberikan penghargaan untuk menghargai upaya dan hasil belajar individu maupun kelompok.

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII E MTs Negeri I Madiun yang berjumlah 46 orang siswa.. Kelas VII E dipilih sebagai subyek penelitian dengan alasan kemampuan awal siswa termasuk kualifikasi sedang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

(PTK) atau classroom action research yang dicirikan dengan adanya

tindakan dalam memudahkan memecahkan permasalahan. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa

siklus yang masing-masing terdiri dari kegiatan perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1) hasil observasi kualitas pelaksanaan pembelajaran, 2) nilai kemampuan kognitif, 3) motivasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan angket. Observasi yang

(23)

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung menggunakan lembar observasi yang ditujukan untuk mengukur kualitas pelaksanaan pembelajaran. Data hasil belajar siswa diambil diakhir kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan instrument berupa soal obyektif sebanyak 5 soal. Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Metode angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif meliputi: 1) reduksi data, 2) deskripsi data, 3) penarikan kesimpulan.

B. PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Model Kooperatif Tipe GI

Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dirangkum pada tabel berikut :

Perbandingan Hasil Pelaksanaan Pembelajaran

Keterangan: Jumlah skor maksimum 44

Tabel tersebut menunjukkan kualitas pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Peningkatan tersebut disebabkan guru dalam menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran kepada siswa sudah sesuai keruntututan materi dan guru aktif dalam memotivasi siswa dengan memberi pertanyaan lebih kepada siswa, sehingga lebih dari 5 siswa yang

bertanya, dan mengemukakan pendapat.2. Refleksi Siklus I

Evaluasi tindakan dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan selama tindakan siklus I. Berdasarkan data hasil tindakan ditunjukkan kelemahan-kelemahan, yaitu:

a. Siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan 8 siswa.

b. Terdapat 2 dari 7 kelompok belajar yang aktif dalam melakukan diskusi dan mengemukakan pendapat hanya 1 orang siswa.

Target

Uraian Siklus I Siklus II Peningkatan

Siklus I Siklus II

Jumlah skor 35 40 5 -

(24)

c. Terdapat 10 dari 46 siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan diskusi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

d. Rata-rata kemampuan kognitif kurang dari SKBM, yaitu 64,72. e. Nilai rata-rata motivasi belajar siswa mencapai 86,08 dan belum

sesuai dengan target yang ditentukan. 3. Rencana Tindakan Siklus II

Berdasarkan kelemahan-kelemahan pada pelaksanaan tindakan pada siklus I disusun tindakan pada siklus II sebagai berikut :

a. Memberi motivasi siswa agar siswa berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan memberi nilai tambah (+) bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan b. Memberikan penghargaan berupa nilai (+) pada kelompok yang

melakukan diskusi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat.

c. Lebih aktif dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan diskusi.

d. Guru lebih meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan materi agar siswa bisa memahami materi yang disampaikan. e. Guru aktif dalam memberikan inovasi dalam membangkitkan

motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Refleksi Siklus II

Pada tahap ini dikaji peningkatan-peningkatan yang muncul selama pelaksanaan siklus II dibandingkan siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan peningkatan yang terjadi meliputi :

a. Siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat 8 siswa.

b. Dalam setiap kelompok yang aktif dalam diskusi dan mengemukakan pendapat 2 siswa.

c. 24 dari 46 siswa sudah memahami prosedur dalam melakukan diskusi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan..

d. Kemampuan kognitif siswa meningkat, rata-rata 75,91.

e. Hasil motivasi belajar siswa meningkat 92,25, tetapi masih belum sesuai dengan target yang telah ditentukan yaitu 95.

(25)

pelaksanaan pada siklus II lebih baik dibanding siklus I dan hasil motivasi belajar mengalami peningkatan meskipun belum mencapai target yang diinginkan.

5. Motivasi Belajar Siswa

Perbandingan motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II disajikan dalam tabel berikut :

Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siswa

Tabel tersebut menunjukkan hasil motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I tetapi tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Grafik Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Keterangan:

A = Partisipasi dalam kelompok

B = Motivasi dalam mendalami pelajaran C = Ketertarikan pada pelajaran fisika

D = Dorongan untuk bersaing dalam berprestasi E = Motivasi berprestasi

Target Pencapaian

Uraian

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Peningkatan Hasil observasi motivasi siswa dalam KBM 90 95 86,08 92,25 6,17 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% A B C D E Siklus 1 siklus 2

(26)

Motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Dari 5 indikator yang ditentukan, partisipasi dalam kelompok pada siklus I adalah 93,91% meningkat menjadi 95,65% pada siklus II dengan peningkatan 1,74. Motivasi dalam mendalami pelajaran pada siklus I adalah 86,96% meningkat menjadi 92,12% pada siklus II dengan peningkatan 5,17. Ketertarikan pada pelajaran fisika pada siklus I adalah 88,26% meningkat menjadi 90,86% pada siklus II dengan peningkatan 2,60. Dorongan untuk bersaing dalam berprestasi pada siklus I adalah 88,69% meningkat menjadi 90,00% pada siklus II dengan peningkatan 1,31. Motivasi berprestasi pada siklus I adalah 72,60% meningkat menjadi 92,60% pada siklus II dengan peningkatan 20,0.

1. Hasil Tes Kemampuan Kognitif Siswa

Kemampuan kognitif siswa dari siklus I ke siklus II dirangkum pada tabel berikut:

Perbandingan Hasil Kemampuan Kognitif Siswa

Tabel tersebut menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar. Hasil ulangan I yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dibawah 65 sebanyak 11 siswa. Siswa yang mendapat nilai diatas 65 sebanyak 35. Ini berarti pada siklus I terdapat sebanyak 11 siswa yang belum tuntas, dengan peningkatan 5.

Hasil ulangan II yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 4 siswa. Siswa yang mendapat nilai diatas 75 sebanyak 42. Ini berarti pada siklus II terdapat 4 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus.

Target Pencapaian

Uraian

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Peningkatan

(27)

C. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

tipe GI (Group Investigation) mengalami peningkatan dari siklus I

sebesar 79,5% meningkat menjadi 90,90% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 14,99, sehingga dengan meningkatnya pelaksanaan pembelajaran maka motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus juga mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan gerak lurus di MTs Negeri 1 Madiun. Motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 86,08 dari target sebesar 90, sedangkan siklus II sebesar 92,25 dari target sebesar 95 dengan peningkatan 20,0. Kemampuan kognitif siswa pada siklus I sebesar 64,72, sedangkan siklus II 75,91 dengan peningkatan 11,19.

D. Daftar Pustaka

Anita Lie, 2005. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widea

Sarana Indonesia.

Arikunto, Suharsini. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Baharuddin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT.

Rineka Cipta.

Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, Dr, MPd. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R &D. Bandung:.Alfabeta Bandung.

Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Upress. UNESA.

Teguh, Sugiyarto, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTS

(28)

Nasional. PT. Jepe Press Media Utama.

Wina Sanjaya, Dr. MPd. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana Prenda

(29)

AKADEMIK 2010/2011

Oleh: Heri Siswaya

Program Studi Pendidikan Fisika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran praktikum dan eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep Optik Geometri pada mahasiswa Program Studi Fisika semester VB IKIP PGRI Madiun. Selain itu juga untuk mengetahui dampak pada mahasiswa dengan menggunakan metode praktikum dan eksperimen. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian mahasiswa semester VB dengan jumlah mahasiswa 37. Data yang digunakan adalah data keaktifan mahasiswa, yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran dan data prestasi belajar fisika mahasiswa yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar fisika yang diberikan pada tiap akhir siklus. Penelitian dilaksanakan dalam empat siklus, dua siklus menggunakan metode praktikum dan dua siklus menggunakan metode eksperimen. Dari penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui adanya peningkatan keaktifan mahasiswa dari siklus I 53,1% meningkat pada siklus II menjadi 57,2%, meningkat pada siklus III menjadi 65,1% dan pada siklus IV meningkat menjadi 73,6 %. Penguasaan konsep mahasiswa melalui tes prestasi belajar yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus dapat diketahui terdapat peningkatan yaitu rata-rata pada siklus I adalah 68.4 meningkat pada siklus II menjadi 70,9, meningkat pada siklus III menjadi 77,0 dan pada siklus IV meningkat menjadi 80,9. Dampak pada mahasiswa jika menggunakan praktikum, mahasiswa cenderung melakukan instruksi – instruksi yang ada dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) tanpa ada tantangan untuk inovasi kurang dapat menggali kemampuan mahasiswa secara maksimal. Jika menggunakan metode eksperimen, mahasiswa dapat berpikir lebih mendalam dan dapat melakukan kerja ilmiah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode praktikum dan eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep belajar mata kuliah Optik Geometri mahasiswa fisika semester VB IKIP PGRI Madiun tahun akademik 2010/2011.

Kata kunci: Metode Pembelajaran Praktikum dan Eksperimen, Keaktifan,

(30)

A. Pendahuluan

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapan pun dan dimana pun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang tentu meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep, yang dapat menunjang, kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.

Mahasiswa khususnya di IKIP harus mempersiapkan diri mencari bekal dalam rangka untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan program studinya. Pemahaman konsep yang mendalam sangat diperlukan karena mereka nantinya harus mentansfer ilmu pengetahuan, mendidik, mengarahkan dan sebagai motivator untuk mengembangkan ilmunya di tingkat sekolah menengah. Pemahaman secara mendalam konsep-konsep fisika merupakan bagian dari keberhasilan pembelajaran. Untuk tujuan tersebut dalam rangka dapat memahami suatu konsep fisika kita harus mengetahui karakteristik setiap konsep-konsep tersebut. Konsep fisika hampir seluruhnya diperoleh dari hasil eksperimen dan pengamatan mendalam, sehingga untuk memahami konsep fisika secara mendalam tentu saja juga harus menggunakan metode sesuai dengan metode bagaimana konep itu ditemukan. Mungkin tanpa menggunakan metode sesuai dengan penemuan konsep itu bisa memahami namun pemahaman itu tidak bisa sampai 100%. Bagi seseorang yang tidak menggunakan konsep itu mungkin tidak ada masalah namun bagi seorang mahasiswa yang nantinya harus mentranfer sesuai dengan konsep aslinya hal itu sangat pemahaman konnsep secara mendalam sangat diperlukan.

B. Pembahasan

Penelitian ini tergolong dalam penelitian tindakan kelas (Class

(31)

perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:25) “Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Secara singkat, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada”. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan peneliti. Dalam PTK, keempat langkah dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai peneliti mencapai hasil sesuai dengan harapan. Agar lebih jelasnya, langkah-langkah dari PTK di atas dapat dilihat pada gambar berikut:

Perencanaan Pelaksanaan Perencanaan Siklus I Refleksi Obsevasi Pelaksanaan Siklus II Refleksi Observasi Perencanaan Pelaksanaan Observasi SiklusIII Refleksi Laporan

(32)

Mata kuliah Optik Geometri merupakan mata kuliah yang didalamnya berisi materi-materi yang sarat dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan menjumpai materi tersebut dalam kehidupan sehari – hari namun belum mengetahui bagaimana konsep sebenarnya jika ditinjau dari keilmuan.

Sifat materi dalam optic geometri yang diperolehnya melalui gejala-gejala alam yang dapat kita amati maka disini metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode percobaan dan eksperimen. Dengan metode praktikum diharapkan mahasiswa mampu melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan sehingga mendapatkan hasil sesuai harapan. Dengan metode eksperimen mahasiswa dituntut mampu merancang, memprediksi, melakukan kegiatan, menyimpulkan dari hasil eksperimen.

Siklus I

Pada siklus I pembelajarannya menggunakan metode praktikum. Dengan metode ini juga bisa kita amati kemampuan afektif dan psikomotorik mahasiswa. Misalnya bagaimana cara mahasiswa merangkai atau mengatur peralatan sehingga bisa dihasilkan percobaan yang tepat. Bagaimana mahasiswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk dapat mengamati peristiwa pembiasan dengan baik. Dalam pelaksanaan perkuliahan dosen menggunakan peralatan yang kira-kira mudah didapat mahasiswa. Alat sebenarnya adalah kit optik buatan pabrik, namun kita mencoba menggunakan peralatan yang dapat dicari dengan mudah. Misalnya untuk mendapatkan sinar yang lurus dengan intensitas tinggi menggunakan sinar laser mainan, kertas, kaca plan paralel, penggaris, busur derajat jangka dan pensil.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat pembelajaran mahasiswa masih kurang aktif dan antusias dalam melaksanakan praktikum. Banyak mahasiswa yang kurang aktif saat pembelajaran. Pada siklus ini tingkat keaktifan mahasiswa baru 53,1 %. Pada saat akhir pembelajaran setelah diberi soal untuk mengetahui konsep Optik Geometri khususnya pembiasan rata-rata nilai mahasiswa adalah 68,4.

(33)

1. Dengan menggunakan sinar laser mainan kurang optimal untuk mendapatkan garis lurus yang sangat tipis sehingga untuk menentukan mana garis yang tepat agak sulit.

2. Baterai sinar laser cepat habis sehingga ada salah satu kelompok yang belum selesai, sinar laser tak bisa digunakan sehingga harus gantian dengan kelompok lain

3. Ruangan kurang besar sehingga suasana saat percobaan kurang nyaman karena peralatan diletakkan di atas kursi kuliah yang jarak antara satu kelompok dengan kelompok lain sangat berdekatan.

Setelah dilakukukan refleksi, sebagai solusi harus digunakan sumber cahaya yang diperkuat dengan lensa positip kemudian dilewatkan celah berbentuk garis atau menggunakan sinar laser yang standar lab. yaitu menggunakan sumber listrik PLN.

Siklus II

Pertemuan kedua membahas tentang pembiasan cahaya pada prisma masih menggunakan metode percobaan. Dengan konsep pembiasan cahaya yang melewati dua medium yang berbeda seperti dibahas pada pertemuan I, diaplikasikan pada prisma. Pada pembelajaran ini ada perubahan peralatan berdasarkan hasil refleksi yaitu menggunakan cahaya lampu yang dilewatkan pada lensa cembung kemudian baru ke lubang garis kecil baru ke prisma. Ruang pembelajaran juga berubah yaitu dalam ruang yang cukup besar ber AC dan menggunakan meja yang panjang sehingga mudah untuk melakukan percobaan. Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat :

1. Melukiskan pembiasan cahaya pada prisma

2. Menentukan sudut deviasi yang dibentuk pada prisma

3. Melukiskan grafik hubungan antara sudut datang dengan sudut deviasi

4. Menentukan sudut deviasi minimum dari grafik hasil percobaan. 5. Menurunkan persamaan untuk menentukan deviasi minimum

(34)

6. Menentukan deviasi minimum dengan menggunakan rumus

Setelah selesai percobaan mahasiswa berdiskusi bersama. Saat berdiskusi mahasiswa antusias dan aktif. Tingkat keaktifan mahasiswa yaitu 57,2 %. Sedangkan setelah dilakukan tes prestasi belajar untuk mengetahui penguasaan konsep rata-rata nilai mahasiswa 70,9. Dari hasil praktikum pada umumnya menghasilkan sudut deviasi yang sama namun ada yang berbeda. Berdasarkan hasil diskusi hal ini disebabkan oleh penentuan garis pada sinar bias yang kadang-kadang tidak tepat di tengah-tengah.

Hasil refleksi :

1. Secara umum sudah bagus, mahasiswa aktif

2. Kerja tiap kelompok agak lambat akibat dari pemahaman terhadap petunjuk kurang

3. Untuk efisien waktu LKM dibagikan sebelumnya

4. Anggota dalam satu kelompok sebaiknya sedikit sehingga semua siswa bisa lebih aktif.

5. Agar mahasiswa tidak sekedar melaksanakan petunjuk percobaan yang telah dibuat sebaiknya menggunakan metode eksperimen

Pada pertemuan ketiga membahas tentang lensa cembung dengan metode eksperimen. Setelah pembelajaran mahasiswa diharapkan dapat :

1. Merancang percobaan untuk menentukan jarak fokus lensa cembung.

2. Melakukan percobaan untuk menentukan jarak fokus lensa cembung.

3. Merancang percobaan untuk menentukan jarak dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.

4. Melakukan percobaan untuk menentukan jarak dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.

5. Melukiskan pembentukan bayangan oleh lensa cembung.

Peralatan yang digunakan kit optik. Dengan peralatan yang disediakan mahasiswa diharapkan dapat merancang suatu eksperimen

(35)

sehingga dapat menentukan besarnya jarak fokus lensa cembung. Metode ini dapat digunakan untuk menggali kemampuan mahasiswa dalam merancang, melaksanakan, dan mengambil kesimpulan dari suatu eksperimen. Jadi mahasiswa tidak hanya sebagai pelaku yang dituntun dengan petunjuk praktikum.

Selama pembelajaran seluruh mahasiswa aktif karena harus berfikir lebih dahulu untuk melakukan eksperimen. Metode ini lebih banyak memerlukan waktu dibanding metode percobaan. Setelah selesai eksperimen beberapa kelompok mempresentasikan hasil eksperimennya. Ternyata menghasilkan jarak fokus yang hampir sama. Ada perbedaan sedikit antara kelompok satu dengan yang lain kemungkinan hal ini disebabkan oleh penentuan bayangan di layar ada yang tidak betul-betul tajam sinarnya. Selama pembelajaran tingkat keaktifan mahasiswa lebih meningkat disbanding siklus sebelumnya, yaitu 65,1 %. Sedangkan tes prestasi belajar mahasiswa rata-rata 77,0. Hasil Refleksi :

1. Proses pembelajaran mahasiswa aktif

2. Masih ada satu dua mahasiswa yang belum aktif karena anggota kelompok masih terlalu banyak

3. Ada kelompok yang masih sulit merumuskan permasalahan sehingga jawaban sementara sulit ditentukan

4. Mahasiswa masih sulit menentukan posisi bayangan maya. Solusi yang dapat dilakukan adalah kelompok dibuat kecil, mahasiswa dibimbing cara merumuskan permasalahan. Setiap selesai pembelajaran mahasiswa diberi soal untuk dikerjakan secara kelompok dengan tujuan agar mahasiswa dapat menerapkan materi yang telah dipelajari.

SIKLUS IV

Pertemuan ke IV membahas tentang difraksi pada kisi. Pada pertemuan ini menggunakan metode eksperimen dan menggunakan alat kit optik. Dengan pengalaman metode eksperimen pada pertemuan III diharapkan mahasiswa sudah bisa melakukan eksperimen dengan baik

(36)

walaupun materi berbeda. Pembelajaran ini bertujuan untuk : 1. Merancang percobaan difraksi cahaya pada kisi

2. Melakukan percobaan difraksi pada kisi untuk menentukan panjang gelombang sinar laser

3. Menentukan nilai panjang gelombang sinar laser

Dengan pendahuluan memberi materi tentang difraksi dengan tanya jawab kemudian melakukan eksperimen mahasiswa dapat benar-benar memahami materi. Dari hasil diskusi kelas nilai panjang gelombang sinar laser hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen mahasiswa mendekati kebenaran. Selama pembelajaran berjalan dengan baik semua siswa aktif dan sudah terbiasa dengan kerja kelompok serta terbiasa berdiskusi untuk memecahkan masalah. Tingkat keaktifan mahasiswa yaitu 73,6%. Sedangkan setelah diadakan tes prestasi belajar di akhir siklus nilai rata-rata 80,9. Jadi metode ini efektif untuk menggali kemampuan mahasiswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

Hasil refleksi :

1. Lingkungan di luar kelas ada mahasiswa lain sehingga sedikit mengganggu

2. Karena keterbatasan alat maka kelompok besar. Ini menyebabkan kurang efektif bagi mahasiswa yang motivasi belajarnya kurang

C. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini dpat disimpulkan sebagai berikut.

a. Terdapat peningkatan keaktifan mahasiswa dari siklus I 53,1% meningkat pada siklus II menjadi 57,2%, meningkat pada siklus III menjadi 65,1% dan pada siklus IV meningkat menjadi 73,6 %. b. Penguasaan konsep mahasiswa pada mata kuliah Optik Geometri juga meningkat terbukti hasil tes prestasi belajar yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus dapat diketahui terdapat peningkatan yaitu rata-rata pada siklus I adalah 68.4 meningkat pada siklus II menjadi 70,9, meningkat pada siklus III menjadi

(37)

77,0 dan pada siklus IV meningkat menjadi 80,9.

c. Dampak pada mahasiswa jika menggunakan praktikum, mahasiswa cenderung melakukan instruksi – instruksi yang ada dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) tanpa ada tantangan untuk inovasi kurang dapat menggali kemampuan mahasiswa secara maksimal. Jika menggunakan metode eksperimen, mahasiswa dapat berpikir lebih mendalam dan dapat melakukan kerja ilmiah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode praktikum dan eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep belajar mata kuliah Optik Geometri.

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pembelajaran dan refleksi selama siklus I sampai dengan IV maka pembelajaran fisika pada umumnya materi Optik khususnya :

1. Menggunakan metode eksperimen 2. Alat yang standart

3. Anggota kelompok kecil ( 3 atau 4 per kelompok)

4. Saat diskusi dipilih secara acak kelompok yang presentasi

5. Selama pembelajaran dosen sebagai fasilitator untuk tercapainya tujuan pembelajaran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin dan Es Nur Wahyuni, 2007, Psikologi Pendidikan, Ar Ruzz

Media.

Douglas C Giancoli, Physics(Principles with Aplication), Prentice Hall International, Inc

Nasution, 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara.

Safarudin, 2005, Manajemen Pembelajaran, Kuantum Teaching.

Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,

Rineka Cipta.

Sutrisno, 1987, Metodologi Research, Yayasan Penelitian Fakultas

Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Sutrisno,1979, Seri Fisika Dasar, Gelombang dan Optik, ITB, Bandung

Suharsimi Arikunto, 1992, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik, Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 1993, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi

Aksara.

Sanapiah Faisal, 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha

(39)

Oleh : Jeffry Handhika

jeffry.handhika@yahoo.com

Pokok bahasan Teori Atom merupakan salah satu materi Fisika Modern yang bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami. Dampaknya nilai hasil belajar mahasiswa rendah. Alternatif solusi yang dapat digunakan adalah melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan metode diskusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Fisika pada matakuliah Fisika modern menggunakan pembelajaran berbasis masalah melalui metode diskusi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Melalui metode diskusi, pembelajaran berbasis masalah diimplementasikan pada mahasiswa semester 4 kelas A yang berjumlah 41 orang pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan pada siklus I dan

siklus II.Rata-rata hasil belajar ranah kognitif awal sebagai base line sebesar 64,09,

pada siklus I sebesar 66,63 dan pada sikus II sebesar 79,46. Persentase aktivitas belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan dari 43,33% menjadi 56,45% pada siklus I, 65,50% pada siklus II.

Kata Kunci : PBM, diskusi, hasil belajar, aktivitas belajar Mahasiswa

A. Pendahuluan

Fisika Modern adalah salah satu matakuliah yang bersifat abstrak dan membutuhkan kemampuan pemahaman yang tinggi dan tergolong sulit. Guna mempelajari matakuliah fisika modern, mahasiswa akan dihadapkan pada konsep, hukum dan formulasi fisika dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada beberapa masalah dalam proses belajar-mengajar pada matakuliah fisika modern, yaitu adanya kekurangsiapan mahasiswa dalam menerima materi, kurang termotivasinya mahasiswa terhadap matakuliah fisika modern, adanya perbedaan pemahaman informasi yang mereka peroleh terhadap matakuliah fisika modern, kesulitan mahasiswa dalam mengemukakan pendapat dan rendahnya kepercayaan diri mahasiswa. Metode

(40)

pembelajaran yang selama ini diterapkan merupakan metode berbasis

teaching, di mana dosen menerangkan panjang lebar, mahasiswa hanya

mendengarkan dan mencatat materi yang diajarkan. Dengan metode ini, yang aktif hanya dosen saja, sementara mahasiswa pasif. walaupun dosen selalu memberikan kesempatan bertanya kepada para mahasiswa, tetapi hanya sebagian kecil yang menggunakan kesempatan tersebut. Belum ada rangsangan bagi mahasiswa untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses pengajaran. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pengembangan model dan metode pembelajaran yang efektif untuk memotivasi mahasiswa dalam memahami, menjelaskan dan menerapkan ilmu fisika modern secara konseptual.

Model pembelajaran berbasis masalah melalui diskusi merupakan solusi alternatif dalam mengatasi berbagai permasalahan diatas. Pemberian masalah tidak hanya memberikan pertanyaan secara langsung saja kepada mahasiswa, dosen juga dapat memberikan permasalahan yang dapat didiskusikan dalam kelompok dan dilengkapi dengan memberikan tugas rangkuman kepada mahasiswa sebelum proses diskusi dilaksanakan. Dengan metode diskusi mahasiswa dapat mengemukakan pertanyaan, pendapat sesuai dengan pemahamannya sehingga terjadi tukar-menukar pemikiran yang dapat melatih proses berfikir mahasiswa. Dengan diberikannya masalah, pertanyaan langsung dan tugas rangkuman sebelum diskusi diharapkan mahasiswa memiliki informasi awal sehingga diskusi lebih hidup. Selain itu juga mahasiswa dapat termotivasi untuk belajar dengan adanya pertanyaan maupun tugas yang diberikan oleh dosen. Fungsi lainnya adalah untuk mengarahkan mahasiwa pada pokok bahasan, sehingga pada pelaksanaan diskusi nantinya tidak terlalu melebar, lebih efektif dan efisien. Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti mengangkat judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa”

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi untuk

(41)

meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah Fisika Modern Pokok Bahasan Teori Atom?

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010 mahasiswa semester 5 A sejumlah 41 mahasiswa, dengan 18 mahasiswa laki-laki dan 23 mahasiswa perempuan. Objek penelitian ini adalah mahasiswa. Varibel yang diambil adalah hasil belajar mahasiswa dan aktivitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran. Prosedur kerja penelitian dilaksanakan seperti bagan siklus model penelitian tindakan kelas pada gambar 1 berikut :

(Arikunto, 2006,97)

Gambar 1. Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas

Pengambilan data hasil belajar mahasiswa digunakan dengan metode tes soal, data tentang aktivitas belajar diambil dengan

menggunakan lembar observasi dan check list. Indikator pembelajaran

Siklus I Perencanaan Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan Perencanaan berdasarkan refleksi siklus I

Observasi Refleksi

Siklus III, Jika diperlukan

(42)

fisika modern menggunakan pembelajaran berbasis masalah melalui metode diskusi berhasil bila ketuntasan rata-rata hasil belajar kognitif fisika modern minimal 65, indikator lainya adalah persentase aktivitas belajar mahasiswa dalam kategori baik (>60%) atau baik sekali (<80%).

B. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan berupa siklus-siklus pembelajaran. Dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran dilakukan peneliti yang bertindak sebagai dosen, dosen rumpun lainnya sebagai pengamat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya satu kali pertemuan dengan waktu 120 menit. Berdasarkan observasi dan evaluasi maka hasil penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Siklus pertama

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi serta planning. Adapun

keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut :

a. Hasil Evaluasi pada siklus pertama mengalami peningkatan

untuk rata-rata hasil belajar kognitif base line 64,09 menjadi

66,63.

b. Aktivitas belajar mahasiswa di kelas 43,33% (kategori cukup) menjadi 56,45% (kategori cukup), faktor penyebabnya antara lain Pendapat yang diungkapkan mahasiswa cenderung sama, Diskusi masih dikuasai oleh mahasiswa yang pandai, Observer tidak dapat mencatat nama-nama mahasiswa, karena banyak yang belum dikenal, Setiap pembahasan perlu direview agar tidak perjadi pengulangan permasalahan, Kelompok 10 (bagian belakang) kurang mengikuti diskusi secara maksimal, Mahasiswa ada yang menggunakan HP pada saat pembelajaran, posisi duduk di awal tidak representatif untuk diskusi.

Walaupun hasil belajar sudah memenuhi standar minimal kelulusan, namun persentasi aktivitas belajar mahasiswa belum memenuhi kriteria pada indikator yakni kategori baik (lebih dari

Gambar

Tabel tersebut menunjukkan hasil motivasi belajar siswa pada siklus  II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I tetapi tidak sesuai  dengan target yang telah ditentukan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menduduki jabatan di bidang cutting di PT Bina Busana Internusa 2 diperlukan kompetensi pada skill, knowledge dan karakter yang mampu menguasai manajemen produksi,

Dampak perubahan lahan tambak ini terhadap aspek sosial dapat dilihat dari jumlah penduduk di daerah penelitian yang bekerja pada sektor perikanan yaitu pada tahun 2006

Pada dasarnya, kedua sufiks ini mempunyai arti yang sama namun adjketiva yang diikuti oleh sufiks ini lebih mewujudkan bentuk atau rasa dari adjketiva itu sendiri dan dapat

Setelah melakukan analisis dan penelitian terhadap sistem yang sedang berjalan pada bagian penjualan dan bagian akuntansi pada PT Trisakti Manunggal Jaya

Mengingat permasalahan yang telah dikemukakan ternyata persepsi konsumen tentang negara asal suatu merek sangatlah penting dalam menimbulkan minat pembelian suatu produk

Lingkup pekerjaan : Melakukan inventarisasi data infrastruktur industri pengguna energi panas bumi, melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul dan selanjutnya

Adanya variasi waktu penahanan yang diberikan pada briket batok kelapa muda pada proses pirolisis fluidisasi bed menggunakan media gas argon, mampu memperbaiki

Obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena pada prinsipnya, pencegahan sekaligus penanganan berbagai jenis penyakit tidak bisa terlepas dari