• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Fraud (Kecurangan)

Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Dalam istilah sehari-hari fraud diberi nama yang berlainan, seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan, pengisapan, penggelapan, pemalsuan, dan lain-lain. Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Salah saji terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32.

2.3.1 Pengertian Fraud

Definisi fraud menurut Black Law Dictionary adalah

1. a knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime.

2. a misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act.

3. a tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material act, or reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

Yang diterjemahkan secara tidak resmi, fraud adalah :

1. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.

2. Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.

3. Suatu kerugian yang dapat timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang

ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Menurut IIA dalam Soepardi (2010) dalam standarnya menjelaskan fraud yaitu

fraud encompasses an array of irregularities and illegal acts charactized by intentional deception. It can be perpetrated for the benefit of or to the detriment of the organization and by persons outside as well as inside organization

Dengan terjemahan sebagai berikut, fraud mencakup suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh seorang di luar atau di dalam organisasi.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Sunarto yang dikutip dalam Zulaiha (2008) yaitu “kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dinyatakan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesuaikan, seringkali disebut kecurangan manajemen (management fraud)”. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraud dalam Tuanakotta (2010 : 194 ) seperti :

Pasal 362 Pencurian : mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.

Pasal 368 Pemerasan dan Pengancaman : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang.

Pasal 372 Penggelapan : dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan.

Pasal 378 Perbuatan Curang : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.

Pasal 369 : merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit.

Pengertian lainnya dikemukakan oleh Hopwood et al dalam Tunggal (2011 : 4) “fraud means by which a person can achieve an advantage over another by false suggestion or suppression of the truth”. Yang bisa diartikan bahwa fraud berarti dimana seseorang dapat mencapai keunggulan atas yang lain dengan sugesti palsu atau penindasan kebenaran.

2.3.2 Penyebab Terjadinya Fraud

Faktor-faktor yang menyebabkan fraud terjadi yaitu pertama karena adanya peluang (opportunity), dengan mempunyai pengetahuan pelaku dapat melihat peluang mewajarkan aktivitas fraud mereka demi untuk mendapatkan kekayaan dan keuntungan. Kedua, tekanan (pressure) dimana keadaan finansial atau non finansial merupakan dorongan paling biasa untuk melakukan fraud. Ketiga, rasional (rationalization) terjadi karena sikap iri hati, dendam, marah, ingin cepat kaya dan percaya mereka hebat dapat menjadi pendorong

untuk seseorang melakukan fraud. Faktor-faktor ini lebih dikenal sebagai fraud triangle atau segitiga fraud.

Penyebab fraud yang dijelaskan Bologna dengan GONE theory dalam Soepardi (2010 : 6) terdiri dari empat faktor yaitu :

1. Greed (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku

serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.

2. Opportunity (kesempatan), berkaitan dengan keadaan

organisasi atau instansi masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan fraud terhadapnya.

3. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk menunjang hidupnya yang menurutnya wajar.

4. Exposure (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku fraud apabila pelaku ditemukan melakukan fraud.

2.3.3 Tanda-Tanda Terjadinya Fraud

Fraud dapat sedini mungkin terdeteksi jika manajemen atau internal auditor jeli melihat tanda-tanda fraud tersebut. Tunggal (2011 : 114) menyatakan tanda-tanda fraud tersebut beberapa diantaranya yaitu :

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya.

2. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. 3. Seseorang menangani hampir semua transaksi yang penting. 4. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai. 5. Perkembangan perusahaan yang sulit.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui dengan jelas tanda-tanda fraud dapat dilihat dari perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh pelaku

untuk menutupi fraud sehingga timbul perbedaan angka-angka. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang tidak jelas juga dapat memicu seseorang melakukan fraud karena karyawan dapat bertindak semena-mena.

Dalam melakukan suatu transaksi yang penting diperlukan beberapa orang untuk menanganinya agar karyawan tidak dapat memanipulasi transaksi yang telah terjadi. Setiap melakukan transaksi juga harus dilengkapi dengan bukti-bukti yang jelas. Perkembangan perusahaan yang sulit juga dapat menimbulkan niat seseorang untuk melakukan

fraud dikarenakan kondisi individual yang ingin menunjang

kehidupannya.

2.3.4 Unsur-Unsur Fraud

Menurut Effendi (2006) yang disampaikan dalam seminar/perkuliahan umum, unsur-unsur fraud antara lain “sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak (collusion), tindakan penggelapan/penghilangan atau false representation dilakukan dengan sengaja, menimbulkan kerugian nyata atau potensial atas tindakan pelaku fraud”.

Unsur-unsur fraud atau penipuan menurut Tunggal (2011 : 96) antara lain sebagai berikut

pertama, suatu perjanjian palsu dari fakta material, atau dalam kasus tertentu suatu pendapat. Kedua, keinginan melakukan suatu tindakan yang salah atau untuk mencapai suatu tujuan yang tidak konsisten dengan peraturan atau kebijakan publik.

Ketiga, menyamar suatu tujuan melalui pemalsuan dan kesalahan representasi untuk melaksanakan suatu rencana. Keempat, kepercayaan pelanggar terhadap kelalaian atau ketidaktelitian dari korban. Kelima, penyembunyian dari kejahatan

2.3.5 Klasifikasi Fraud

Fraud dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam menurut

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) yaitu:

a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Fraud yang dilakukan oleh manajemen yaitu dalam bentuk salah

saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Fraud ini dapat bersifat finansial atau non finansial. b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘kecurangan kas’ dan kecurangan atas persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement)

c. Korupsi (Corruption)

Korupsi terjadi apabila memenuhi tiga kriteria yang merupakan syarat bahwa seseorang bisa dijerat undang-undang korupsi, ketiga syarat itu adalah : 1) melawan hukum, 2) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, 3) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Menurut Tunggal (2011 : 82) fraud terbagi dalam beberapa jenis yaitu :

a. Kecurangan Korporasi (Corporate Fraud)

Kecurangan korporasi atau kejahatan ekonomi (economic crime) biasanya dilakukan oleh pejabat, eksekutif, atau manajemen pusat laba dan perusahaan publik untuk memuaskan kebutuhan ekonomis jangka pendek mereka. b. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Financial

Reporting)

Contoh kecurangan ini adalah 1) memanipulasi, memalsukan, atau mengubah catatan atau dokumen. 2) menyembunyikan atau menghilangkan pengaruh transaksi yang lengkap dari dokumen. 3) mencatat transaksi tanpa substansi. 4) salah menerapkan kebijakan akuntansi. 5) gagal mengungkapkan informasi yang signifikan.

c. Kecurangan Manajemen (Management Fraud/White Collar-Crime)

Tujuan white collar-crime adalah untuk mencuri jumlah uang yang besar daripada jumlah uang yang kecil, dan modus operasinya adalah dengan menggunakan teknologi dan komunikasi massa daripada tindakan brutal dan alat-alat kasar.

d. Kegagalan Audit (Audit Failure)

Kegagalan audit mengakibatkan kantor akuntan publik berhadapan dengan litigasi yang mahal dan kehilangan reputasi. Kegagalan audit disebabkan : 1) kesalahan interpretasi auditor terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). 2) kesalahan interpretasi terhadap standar auditing yang berlaku umum (GAAS) atau implementasi GAAS. 3) kesalahan karena adanya kecurangan.

e. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Kecurangan karyawan biasanya melibatkan perpindahan aktiva dari pemberian kerja. Kadang-kadang merupakan suatu tindakan langsung dari pencurian atau manipulasi.

Fraud juga dapat terjadi pada perusahaan dengan menggunakan

sistem komputerisasi. Computer fraud dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menyalahgunakan waktu komputer atau

mencuri sumber daya komputer dan memanipulasi data atau memasukkan data yang tidak benar.

2.3.6 Cara Mencegah Fraud

Menurut Tuanakotta (2007 : 159) ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud yaitu “fraud by need, by greed, and by opportunity”. Maksud dari ungkapan tersebut adalah apabila kita ingin mencegah fraud, hilangkan atau tekan sekecil mungkin penyebabnya. Menurut Miqdad (2008 : 52) seorang auditor intern juga dapat melakukan beberapa hal untuk mencegah terjadinya fraud antara lain :

1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik.

2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian, dengan cara : review kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, pemisahan tugas.

3. Meningkatkan kultur organisasi melalui implementasi prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG). 4. Mengefektifkan fungsi internal audit.

Dalam mencegah terjadinya fraud, Hartini (2010) memberikan beberapa saran agar fraud tersebut dapat dihindari. Saran itu antara lain :

1. Tingkatkan pengendalian intern yang terdapat di perusahaan.

2. Lakukan seleksi pegawai secara ketat, gunakan jasa psikolog dalam penerimaan pegawai.

3. Tingkatkan keandalan internal audit departemen antara lain dengan :

a. Memberikan balas jasa yang menarik.

b. Memberikan perhatian yang cukup besar terhadap laporan mereka.

c. Mengharuskan internal auditor melaksanakan continuing professional education (melanjutkan pendidikan profesional).

4. Berikan imbalan yang memadai untuk seluruh pegawai, timbulkan sense of belonging (rasa kepemilikan) diantara pegawai.

5. Lakukan rotation of duties (rotasi tugas) dan wajibkan para pegawai untuk menggunakan hak cuti mereka.

6. Lakukan pembinaan rohani.

7. Berikan sanksi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.

8. Tumbuhkan iklim keterbukaan di dalam perusahaan.

9. Manajemen harus memberikan contoh dengan bertindak jujur, adil dan bersih.

10. Buat kebijakan tentang fair dealing (kejujuran). 11. Buat program whistle blowing (pengakuan saksi)

Dokumen terkait