• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Bimbingan Konseling Agama

2. Fungsi Bimbingan Konseling Agama

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai layanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus yang dimaksud.

Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling secara umum mengemban sejumlah fungsi. Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau mamfaat dapat dikelompokan menjadi beberapa fungsi, yaitu: Fungsi Pencegahan (preventif), Fungsi Pemahaman. Fungsi

Pengentasan, Fungsi Pemeliharaan, Fungsi Penyaluran, Fungsi Penyesuaian, Fungsi Pengembangan, Fungsi Perbaikan (Kuratif) serta Fungsi Advokasi.33

a) Fungsi Pencegahan (preventif)

Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah 34. Dalam fungsi pencegahan ini, layanan yang diberikan berupa

33 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis Integrasi). 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 39

34 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 2008. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm 42

membantu siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih lanjutan pendidikan (sekolah, memilih jurusan, memilih program sekolah, memilih kegiatan ekstrakulikuler dan lain sebagainya). Pencegahan juga dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih pekerjaan (jabatan) dalam masyarakat. Dalam agama fungsi ini juga berguna untuk mencegah atau menangkal hal-hal negative misalnya ideology, paham dan aliran filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, kebiasaan buruk budaya asing dan moral yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan sunah.

b) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang lingkungan siswa, pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tentang diri sendiri perlu dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, seseorang harus mengenal dirinya sendiri. Setelah itu, ia akan memahami dirinya dan akan mengenal Tuhannya. Jika seseorang telah memahami dirinya dan mengenal Tuhannya maka secara otomatis ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.

c) Fungsi Pengentasan

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan konseling pada hakikatnya merupakan upaya pengentasan.

d) Fungsi Pemeliharaan

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan

maupun hasil-hasil pengembangan yang telah dicapai selama ini 35. Selanjutnya Prayitno dan Erman amti, menyatakan bahwa fungsi pemeliharan di sini bukan sekedar mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan diatas tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Implementasi fungsi ini dalam bimbingan konseling dapat dilakukan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program.

e) Fungsi Penyaluran

Yaitu membantu siswa dalam menyalurkan bakat, minat, kemampuan, aspirasi atau cita-cita. Penyaluran dapat diarahkan pada jenis lanjutan sekolah, pemilihan jurusan, kegiatan ekstrakulikuler, dan lapangan kerja yang sesuai dengan minat, bakat, cita-cita dan kepribadian.

f) Fungsi Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal36. Penyesuaian disini meliputi penyesuaian dengan orang lain dengan dirinya sendiri, dengan program studi atau jurusan, dengan lanjutan sekolah, dengan kondisi dan situasi dimana siswa berada dan penyesuaian dengan jabatan, pekerjaan dan profesinya, apabila ia telah memperoleh pekerjaan.

g) Fungsi Pengembangan

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara terarah. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan konseling membantu agar para siswa berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

35 Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah (Berbasis Integrasi). 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm 46

36 Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. 2006. Bandung: PT Refika Aditama, hlm 9

h) Fungsi Perbaikan (Kuratif)

Yaitu membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan dalam berbicara, bersikap dan bertindak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Termasuk perbaikan dalam cara berfikir, cara merasa, cara merespon sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, pekerjaan, musibah atau kasus yang menimpa atau dialami siswa. Dalam bidang agama adalah membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan dalam memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya (Islam).

i) Fungsi Advokasi.

Layanan bimbingan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentinganya yang kurang mendapat perhatian.

Di atas telah dijabarkan fungsi bimbingan konseling secara umum, dalam Agama Islam, fokus bimbingan dan konseling agama Islam tidak hanya memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental saja tetapi juga secara spiritual, kejiwaan dan emosional. Agama Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali pada bimbingan Al-Qur’an dan sunah. Seperti terhadap individu yang memiliki sikap selalu berprasangka buruk kepada Tuhannya dan menganggap bahwa Tuhannya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam kehidupannya dan ia cenderung menjadi pemarah dan akhirnya merugikan dirinya sendiri dan lingkungannya. Bukanlah perkara yang mudah untuk menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki pemikiran seperti itu, di sinilah fungsi bimbingan dan konseling memberikan bimbingan kepada penyembuhan terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem hidupnya. Jika individu sudah dapat memahami problem dalam hidup, dapat membedakan mana yang hak dan batil, mana yang baik dan buruk untuk dirinya dan orang lain, barulah dikembangkan ke arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka dengan menanamkan

nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang hidup, maka individu akan memperoleh wacana-wacana ilahiah tentang bagaimana mengatasi berbagai masalah, kecemasan dan kegelisahan serta melakukan hubungan komunikasi yang baik dan indah.

Selain itu, individu akan mempunyai kemampuan al-Hikmah, yaitu metode atau cara menghayati rahasia di balik berbagai peristiwa dalam kehidupan secara nurani, empirik dan transedental.37 Dengan kemampuan dan pemahaman yang matang terhadap Al-Qur’an dan Al-Hikmah, maka secara otomatis individu akan terhindar dan tercegah dari hal-hal yang dapat merusak dan menghancurkan eksistensi dan esensi dirinya, baik kehidupan di dunia dan di akhirat. Itulah fungsi khas bimbingan dan konseling dalam Islam, ia tidak hanya memberikan bantuan atau mengadakan perbaikan, peyembuhan, pencegahan demi keharmonisan hidup dan kehidupan dalam kehidupan lahiriah maupun batiniah, tidak hanya kehidupan duniawi tetapi juga ukhrawi. Karena dalam Islam setiap aktivitas kehidupan baik yang berhubungan dengan akal pikiran, perasaan (emosional), dan perilaku harus dipertanggungjawabkan oleh setiap individu dihadapan Tuhan.

Adapun jika kegiatan bimbingan dan konseling itu dikaitkan dengan kehidupan keagamaan anak bimbing, maka tugas guidance conselor dalam hal ini guru agama Islam khususnya tidak akan pernah diketahui kapan berakhir, karena bimbingan konseling keagamaan akan selalu dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat khususnya lingkungan sekolah.

Dengan demikian, maka bimbingan dan konseling agama Islam sebenarnya sangat berhubungan dengan usaha penciptaan suasana/iklim kegiatan kependidikan di lingkungan sekolah, yang bersifat mengarahkan bagi terwujudnya kelancaran proses belajar mengajar yang dilandasi oleh semangat atau perasaan pengabdian kepada Allah, masyarakat, nusa dan bangsa.

37 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) Cet. I, h. 51

Dokumen terkait