• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSEDUR PELAYANAN DAN PEMBERIAN BANTUAN

C. Fungsi dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum Medan

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) berasaskan Pancasila dan berdasarkan konstitusi yang berlaku.

1. Fungsi Lembaga Bantuan Hukum Medan

Lembaga Bantuan Hukum Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menanamkan, menumbuhkan dan menyebar luaskan nilai-nilai negara hukum yang berkeadilan, demokratis serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa kecuali;

2. Menanamkan, menumbuhkan sikap kemandirian serta memberdayakan potensi lapisan masyarakat yang lemah dan miskin sedemikian rupa sehingga mereka mampu merumuskan, menyatakan, memperjuangkan

31Wawancara dengan Bapak Jupenris C. Sidahuruk, SH selaku Wakil Direktur Internal Kantor Lembaga Bantuan Hukum Medan pada hari Rabu,18 April 2018.

serta mempertahankan hak-hak dan kepentingan mereka baik secara individu maupun secara koleksif;

3. Mengembangkan sistem, Lembaga- lembaga serta instrumen- instrumen pendukung untuk meningkatkan efektifitas upaya- upaya pemenuhan hak-hak lapisan masyarakat yang lemah dan miskin;

4. Memelopori, mendorong, mendampingi dan mendukung program pembentukan hukum, penegakan keadilan hukum dan pembaharuan hukum nasional sesuai dengan Konstitusi yang berlaku dan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights);

5. Memajukan dan mengembangkan program- program yang mengandung dimensi keadilan dalam bidang politik, sosial- ekonomi, budaya dan jender, utamanya bagi lapisan masyarakat yang lemah dan miskin.32

2. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum Medan

Tujuan dari Lembaga Bantuan Hukum Medan ialah bergerak dalam bidang Sosial dan Kemanusiaan. Untuk mencapai tujuan Lembaga Bantuan Hukum Medan tersebut di atas, Lembaga Bantuan Hukum Medan akan menjalankan kegiatan sebagai berikut:

1. Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat luas yang tidak mampu tanpa membedakan agama, keturunan, suku, keyakinan politik, jenis kelamin maupun latar belakang sosial budaya;

2. Menumbuhkan, mengembangkan dan memajukan pengertian dan penghormatan terhadap nilai-nilai negara hukum, dan martabat serta

hak-32Wawancara dengan Bapak Jupenris C. Sidahuruk, SH selaku Wakil Direktur Internal Kantor Lembaga Bantuan Hukum Medan pada hari Rabu, 18 April 2018.

hak asasi manusia pada umunya dan meninggikan kesadaran hukum dalam masyarakat pada khususnya, baik kepada pejabat maupun warga negara biasa, agar supaya mereka sadar akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai subjek hukum;

3. Berperan aktif dalam proses pembentukan hukum, penegakan hukum dan pembaharuan hukum sesuai dengan konstitusi yang berlaku dan Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights);

4. Memajukan dan mengembangkan program-program yang mengandung dimensi keadilan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan gender dengan fokus tetapnya pada bidang hukum;

5. Menyelenggarakan pemberian hukum, di dalam maupun di luar pengadilan, termasuk nasehat hukum (konsultasi), pembelaan, mewakili kepentingan umum, negosiasi, mediasi, konsiliasi (Alternativ Dispute Resolution) maupun arbitrase;

6. Menyelenggarakan pendidikan dan penerangan hukum kepada masyarakat tentang pengertian bantuan hukum dalam arti seluas-seluasnya dengan bentuk dan cara-cara antara lain kursus-kursus, ceramah-ceramah, konferensi-konferensi, seminar, workshop, panel diskusi, penerbitan buku-buku, majalah, brosur, pamflet dan lain sebagainya;

7. Mengajukan pendapat baik berupa usul-usul, kritik-kritik maupun komentar tentang masalah-masalah hukum kepada lembaga yang

berwenang dibidang yudikatif, legislatif maupun eksekutif serta kepada masyrakat luas;

8. Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga dan/atau instansi-instansi Pemerintah maupun non-Pemerintah di dalam maupun di luar negeri;

9. Mengadakan studi dan penelitian (research) mengenai masalah-masalah bantuan hukum dalam arti luas yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, poltik dan budaya;

10. Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang antara lain meliputi usaha meningkatkan kesadaran hukum dan kemampuan masyarakat yang tidak mampu dan/atau buta hukum untuk membela dirinya dan memperjuangkan hak-hak dan kepentingan yang sah menurut hukum;

11. Memberikan bimbingan-bimbingan dan latihan praktek hukum bagi para sarjana, terutama sarjana hukum dan mahasiswa yang berniat dalam usaha-usaha lembaga bantuan hukum, antara lain magang dan mock trial;

12. Mendirikan perpustakaan.33

D. Proses Pelayanan dan Pemberian Bantuan Hukum oleh Lembaga Bantuan Hukum Medan

Proses Pelayanan dan Pemberian Bantuan Hukum oleh Lembaga Bantuan Hukum Medan, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

33Wawancara dengan Bapak Jupenris C. Sidahuruk, SH selaku Wakil Direktur Internal Kantor Lembaga Bantuan Hukum Medan pada hari Rabu, 18 April 2018.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma ditegaskan bahwa advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak terlepas dari asas equality before the law dan justice for all. Pemberian bantuan hukum ini merupakan bentuk pengabdian advokat dalam menjalankan profesinya sebagai salah satu unsur sistem peradilan dan salah satu pilar dalam menegakkan hak asasi manusia dan keadilan dalam masyarakat.34

Permohonan bantuan hukum dapat diajukan bersama-sama oleh beberapa pencari keadilan yang mempunyai kepentingan hukum yang sama. Saat permohonan bantuan hukum diterima, advokat atau organisasi advokat atau lembaga bantuan hukum wajib memberikan jawaban paling lama 3 hari, jika Bantuan hukum oleh advokat dilakukan pada setiap tingkat peradilan yang meliputi perkara pidana, perdata, tata usaha negara dan pidana militer, maupun bantuan hukum di luar pengadilan (non litigasi).

Permohonan bantuan hukum dilakukan secara tertulis yang ditujukan langsung kepada advokat atau organisasi advokat atau lembaga bantuan hukum dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang (lurah atau kepala desa yang memberikan surat keterangan tidak mampu yang diketahui camat setempat), jika pencari keadilan tidak mampu membuat permohonan secara tertulis dapat dilakukan dengan lisan yang dituangkan secara tertulis dan ditandatangani advokat dan tembusan permohonan bantuan hukum disampaikan organisasi advokat yang bersangkutan.

34Intisari PP NO. 83 Tahun 2008 Tentang Persayaratan dan Tata Cara Bantuan Hukum untuk Menegakkan Keadilan Secara Prosedural, http://antono-adhi.blogspot.com/2010/04/intisari-pp-no83-tahun-2008-tentang.html?m=1 diakses Pada Kamis, 1 November 2018, Pukul 21.27

permohonan bantuan hukum diajukan pada lembaga bantuan hukum atau organisasi advokat maka lembaga bantuan hukum atau organisasi advokat menetapkan advokat untuk memberikan bantuan hukum.

Keputusan pemberian bantuan hukum harus dilakukan secara tertulis dengan menunjuk nama advokat yang disampaikan kepada pemohon atau instansi yang terkait dengan pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma. Advokat dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma harus sama perlakuannya dengan bantuan hukum yang dilakukan dengan pembayaran honorarium. Pemberian bantuan hukum harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kode etik advokat dan peraturan organisasi advokat dan dilaporkan kepada organisasi advokat atau lembaga bantuan hukum yang laporan tersebut memuat mengenai lamanya penanganan pemberian bantuan hukum dan kompleksitas penyelesaian kasus perkara.

Advokat dilarang menolak permohonan bantuan hukum secara cuma-cuma, tetapi bila terjadi penolakan, advokat mengajukan keberatan kepada organisasi advokat atau lembaga bantuan hukum yang bersangkutan.

Pasal 1 ayat (2) Kode Etik Advokat Indonesia, ditegaskan mengenai sikap non diskriminatif dari seorang advokat. Advokat harus bersedia memberi nasihat-nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukannya tanpa membeda-bedakan agama, kepercayaan, suku, keturunan, keyakinan politik, dan kedudukan sosialnya.

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2013 2013 tentang Syarat dan Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi paling sedikit identitasnya dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum, menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, dan melampirkan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon.

Pasal 5 ayat (1) menjelaskan, bahwa pemberian bantuan hukum meliputi masalah keperdataan, masalah hukum pidana, dan masalah hukum tata usaha negara, baik secara litigasi maupun non litigasi.

Mengenai Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi, dilakukan oleh advokat yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau Advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum. Pemberian bantuan hukum oleh advokat, tidak menghapuskan kewajiban advokat tersebut untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dijelaskan pada Pasal 15, yaitu dilakukan dengan cara:

a. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyidikan dan penuntutan;

b. Pendamping dan/atau menjalankan kuasa dalam proses pemeriksaan di persidangan; atau

c. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima Bantuan Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Sedangkan Pemberian Bantuan Hukum secara non litigasi meliputi:

1. Penyuluhan hukum;

2. Konsultasi hukum;

3. Investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik;

4. Penelitian hukum;

5. Mediasi;

6. Negosiasi;

7. Pendampingan di luar pengadilan; dan/ atau 8. Drafting dokumen hukum.

Menurut Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013, sumber pendanaan Penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan pada APBN. Selain itu, pendanaan dapat berasal dari:

a. Hibah atau sumbangan; dan/atau

b. Sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

PP ini juga menegaskan, bahwa Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan Anggaran Penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam APBD, dengan melaporkan penyelenggaraan dimaksud kepada Menteri Hukum dan HAM dan Menteri dalam Negeri (Mendagri). Guna mendapatkan anggaran dimaksud, Pemberi Bantuan Hukum baik lembaga bantuan hukum maupun organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum mengajukan rencana Anggaran Bantuan Hukum kepada Menteri Hukum dan HAM pada tahun anggaran sebelum tahun anggaran pelaksanaan Bantuan Hukum. Selanjutnya, Menteri Hukum dan HAM akan

melakukan pemeriksaan terhadap berkas pengajuan anggaran itu dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas diterima.35

Pasal 25 Ayat (1) PP ini dijelaskan, bahwa dalam hal pengajuan rencana pengajuan Anggaran dinyatakan memenuhi persyaratan, Menteri Hukum dan HAM menetapkan Anggaran Bantuan Hukum yang dialokasikan untuk Pemberi Bantuan Hukum. Sementara pada Pasal 25 Ayat (3) disebutkan, Menteri dan Pemberi Bantuan Hukum akan menindaklanjuti penetapan Anggaran Bantuan Hukum dengan membuat perjanjian pelaksanaan Bantuan Hukum. Nilai Anggaran Bantuan Hukum yang disepakati dalam perjanjian, menurut PP ini, mengikuti penetapan Menteri Hukum dan HAM, yang merupakan batasan tertinggi penyaluran dana Bantuan Hukum.

35PP No. 42 Tahun 2013: Pemberian Bantuan Hukum Gratis Bagi Orang Miskin, www.kopertis12.or.id/2013/06/11/pp-no-42-tahun-2013-pemberian-bantuan-hukum-gratis-bagi-orang-miskin.html diakses pada Kamis, 1 November 2018, Pukul 22.35

BAB III

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM MEDAN DALAM PENYELESAIAN DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA A. Peran Lembaga Bantuan Hukum Medan dalam Penyelesaian dan

Penanganan Perkara Perdata

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok orang miskin.

Kewajiban negara yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Ada tiga pihak yang diatur di undang-undang ini, yakni penerima bantuan hukum (orang miskin), pemberi bantuan hukum (organisasi bantuan hukum) serta penyelenggara bantuan hukum (Kementerian Hukum dan HAM RI). Hak atas bantuan hukum sendiri merupakan non derogable rights, sebuah hak yang tidak dapat dikurangi dan tak dapat ditangguhkan dalam kondisi apapun.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, bahwa bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah hukum. Area bantuan hukum yang dapat meliputi kasus-kasus perdata, pidana dan tata usaha negara baik secara litigasi dan non litigasi.

Bantuan hukum litigasi meliputi:

2. Kasus pidana, meliputi penyidikan, dan persidangan di pengadilan tingkat I, persidangan tingkat banding, persidangan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali;

3. Kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan pengadilan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali; dan

4. Kasus tata usaha negara, meliputi pemeriksaan pendahuluan dan putusan pendahuluan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali.

Pemberian bantuan hukum litigasi oleh pemberi bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima bantuan bantuan hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.

Undang-Undang bantuan hukum sudah membatasi kualifikasi penerima bantuan hukum hanya bagi masyarakat yang tidak mampu. Pasal 5 menyatakan:

“Penerima Bantuan Hukum sebagaimana didalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri”.

(1) “Hak dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan atau perumahan”.

Tentang Pemberi Bantuan Hukum dalam Undang-Undang Bantuan Hukum No. 16 Tahun 2011, Pasal 9 huruf a Pemberi Bantuan Hukum berhak melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen dan mahasiswa fakultas

hukum. Dengan perannya masing-masing, dalam melakukan pemberian bantuan hukum, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum harus melampirkan bukti tertulis pendelegasian dan atau pendampingan dari advokat yang dapat dicantumkan dalam surat kuasa. Dalam SEMA No. 10 Tahun 2010 Pasal 7 ayat (4), “bahwa tidak hanya Advokat saja yang boleh beracara dipengadilan, tetapi Mahasiswa Fakultas Hukum, Dosen dan Paralegal dapat beracara di Pengadilan sehingga dapat melatih mahasiswa dan paralegal dalam membantu peran Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Bantuan hukum dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman terdapat pada Bab XI dalam Pasal 56 dan 57 Pasal 56 ayat (1) menjelaskan bahwa hak dari seseorang yang tersangkut dalam suatu perkara untuk mendapatkan bantuan hukum dari Pemberi Bantuan Hukum, sesuai dengan sifat dan hakekat dari suatu negara hukum yang menempatkan supremasi hukum diatas segalanya yang berfungsi sebagai pelindung dan pengayom terhadap semua warga masyarakat disamping adanya jaminan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

Selanjutnya Pasal 56 ayat (2) menjelaskan negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 ayat (1) menjelaskan bahwa pada setiap pengadilan negeri dibentuk Pos Bantuan Hukum untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum sebagai landasannya Undang-Undang Bantuan Hukum jo Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Contenant On Civil And Political Ri.

Kebutuhan hukum masyarakat dari sisi bantuan hukum sangat penting untuk mencapai peradilan yang merdeka dan adil, maka dari itu Undang-Undang Peradilan Umum pada Pasal 68B yang menjelaskan bahwa bantuan hukum berhak

diperoleh oleh siapa saja yang tersangkut perkara hukum, dan biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu ditanggung oleh negara. Kemudian Pasal 68C menyebutkan pembentukan Pos Bantuan Hukum yang memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi siapa saja yang tidak mampu yang sedang tersangkut perkara hukum sampai putusannya inkrah.

Peran Lembaga Bantuan Hukum Medan (LBH) dalam proses penyelesaian perkara perdata didasarkan pada jasa hukum yang diberikannnya. Jasa diberikan secara cuma-cuma dan dalam peradilan perdata, dimana hakim mengejar kebenaran formil, yakni kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan di depan sidang pengadilan sehingga penting sekali peranan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sebagai pendamping dari kliennya yang buta hukum untuk melewati setiap proses peradilan dengan prosedur yang benar.36

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan merupakan salah satu organisasi bantuan hukum yang menjalankan sebagaimana Undang-Undang Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011 dengan kerja sama dengan BPHN. Dan satu-satunya Mencari bantuan hukum juga harus mencari sendiri tidak dicarikan oleh Hakim. Hal ini juga menjadi peranan Lembaga Bantuan Hukum Medan untuk lebih memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkhusus yang miskin ataupun yang buta hukum bahwa mereka juga mempunyai hak mendapatkan bantuan hukum, tidak pasrah karena tidak dapat membayar jasa Advokat. Proses peradilan perdata terdiri dari tahap-tahap yang dilewati untuk menyelesaikan perkara tersebut. Adapun tahap-tahap ini dimulai dari tahap pengajuan Gugatan, Pemeriksaan di Muka Pengadilan, dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan.

36Wawancara dengan Bapak Jupenris C. Sidahuruk, SH selaku Wakil Direktur Internal Kantor Lembaga Bantuan Hukum Medan pada hari Rabu, 18 April 2018.

Organisasi Bantuan Hukum yang terakreditasi B dari 13 Organisasi Bantuan Hukum yang terakreditasi di Sumatra Utara.

B. Ruang Lingkup Kasus Hukum Perdata

Hukum perdata ialah hukum atau ketentuan yang mengatur kewajiban, hak-hak, serta kepentingan antar individu dalam masyarakat yang sifatnya privat (tertutup). Oleh karena itu hukum perdatalah yang akan mengatur dan menentukan agar di dalam pergaulan masyarakat orang dapat saling mengetahui dan menghormati hak-hak dan kewajiban orang yang satu terhadap yang lainnya, antar sesamanya, sehingga (hak dan kewajiban) tiap-tiap orang dapat terjamin dan terpelihara dengan sebaik-baiknya.

Ruang lingkup hukum perdata, antara lain:

a. Hukum perdata dalam arti luas

Hukum perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum privat meteriil, yaitu segala hukum pokok (hukum materiil) yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan, termasuk hukum yang tertera dalam Kitab Undang Hukum Perdata (KUHPer), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), serta yang diatur dalam sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti mengenai koperasi, perniagaan, kepailitan, dll.

b. Hukum perdata dalam arti sempit

Hukum perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan dari hukum dagang. Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana terdapat di dalam KUHPerdata.

Hukum perdata juga meliputi Hukum Acara Perdata, yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di muka hakim berdasarkan Hukum Perdata, mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan gugatan terhadap seseorang, kekuasaan pengadilan mana yang berwenang untuk menjalankan gugatan dan lain sebagainya. Hukum perdata juga terdapat di dalam Undang-Undang Hak Cipta, UU Tentang Merk dan Paten, keseluruhannya termasuk dalam hukum perdata dalam arti luas.

Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materiil dan hukum perdata formil. Hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan perdata.

Hukum perdata formil mengatur pertikaian hukum mengenai kepentingan-kepentingan perdata atau dengan perkataan lain, cara mempertahankan peraturan-peraturan-peraturan hukum perdata materiil dengan pertolongan hakim.37

37Prof. Dr. Mr. L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 220

Proses beracara perdata di pengadilan langsung bersumber atau datang pada inisiatif dari pihak berkepentingan yang dirugikan. Dalam proses mengadili, hukum acara perdata mengatur cara mengadili perkara perdata di muka pengadilan perdata oleh seseorang yang disebut dengan hakim perdata. Jika dalam suatu kasus terjadi pelanggaran norma hukum perdata, maka kasus hukum tersebut akan ditindaki oleh pengadilan setelah adanya pengaduan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh pihak yang lain. Pihak yang mengadukan pelanggaran nantinya disebut sebagai penggugat dan pihak yang dilaporkan akan disebut sebagai tergugat dalam perkara tersebut.

Penafsiran dalam hukum perdata memperbolehkan untuk melakukan berbagai interprestasi terhadap Undang-Undang Hukum Perdata. Sehingga akibat yang ditimbulkan dari pemberlakuan hukum bisa disimpangi atau bersifat relatif.

Berikut adalah data kasus perdata yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum Medan tahun 2014-2018.

Lima tahun belakangan ini banyak kasus perdata yang ditangani oleh LBH Medan. Kasus perdata yang diadukan masyarakat kepada LBH Medan di tahun 2014 sebanyak 110 kasus, di tahun 2015 berjumlah 63 kasus, di tahun 2016 berjumlah 25 kasus, di tahun 2017 berjumlah 31 kasus dan di tahun 2018 mengalami kenaikan menjadi 65 kasus yang ditangani oleh LBH Medan. Dalam perkara perdata ini bermacam-macam masalah yang diselesaikan tetapi yang paling banyak adalah kasus tanah serta sengketa yang terjadi dalam rumah tangga dan perkara perburuhan.

110

63

25 31

65

0 20 40 60 80 100 120

2014 2015 2016 2017 2018

DATA KASUS PERDATA LBH MEDAN TAHUN 2014-2018

KASUS PERDATA

Perjuangan LBH Medan di pengadilan dalam menangani kasus-kasus itu silih berganti mengalami menang dan kalah di pengadilan. Tetapi soal itu adalah biasa dan tidak sampai mengurangi apresiasi masyarakat terhadap LBH Medan.

Buktinya, LBH Medan sampai detik ini masih tetap survive dalam menangani perkara.38

C. Penanganan Kasus Hukum Perdata oleh Lembaga Bantuan Hukum Medan

Penanganan kasus hukum perdata pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan diberikan dalam layanan bantuan hukum non litigasi dan litigasli. Klien yang datang diterima dan dikelompokan apakah kasus tersebut diterima atau ditolak/direkomendasikan ke kantor pengacara apabila tidak memenuhi kriteria penerima bantuan hukum. Klien harus membawa data diri dan menceritakan kronologi kasusnya untuk diberikan pemahaman terahadap posisi kasusnya, apabila datanya cukup maka klien ditawari untuk memberikan kuasa hukumnya kepada pemberi bantuan hukum.

Kasus hukum perdata tetap dilakukan untuk ditangani apabila dalam kasus nonlitigasi yaitu dengan upaya mediasi atau audiensi, apabila kasus tersebut tidak dapat terselesaikan maka kasus hukum perdata tersebut akan diteruskan ke litigasi dan diteruskan oleh pemberi bantuan hukum sampai kasusnya terselesaikan atau mendapat ketetapan hukum. Dalam hal pengajuan penanganan prodeo ke Pengadilan Negeri klien harus melengkapi persyaratan yaitu fotokopi KTP, Kartu Keluarga, dan Surat keterangan tidak mampu untuk dimohonkan ijin penanganan

Kasus hukum perdata tetap dilakukan untuk ditangani apabila dalam kasus nonlitigasi yaitu dengan upaya mediasi atau audiensi, apabila kasus tersebut tidak dapat terselesaikan maka kasus hukum perdata tersebut akan diteruskan ke litigasi dan diteruskan oleh pemberi bantuan hukum sampai kasusnya terselesaikan atau mendapat ketetapan hukum. Dalam hal pengajuan penanganan prodeo ke Pengadilan Negeri klien harus melengkapi persyaratan yaitu fotokopi KTP, Kartu Keluarga, dan Surat keterangan tidak mampu untuk dimohonkan ijin penanganan

Dokumen terkait