• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

4. Fungsi delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pemerintah. Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengantar aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam. Koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.

Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa pemerintah desa mempunyai tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala desa mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. Mengajukan rancangan pengaturan desa

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mangenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. Membina kehidupan masyarakat desa

g. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif

h. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan dapat menunjukan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam aktivitas pemerintah desa secara integral.

Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:

1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja

2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat

3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas

4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing

5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis

6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan memiliki tanggung jawab

7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali

Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari

kenyataan bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-keterbatasan, baik dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan tersebut tidak memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan, harapan, cita-cita dan kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh orang lain.

Dalam suatu masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana tujuan yang hendak dicapai masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai tidak rumit, kerjasama dengan orang lain sudah dirasakan pentingnya.

Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai jati diri yang khas dengan cita-cita, harapan, keinginan dan kebutuhan yang berbeda, perbedaan tersebut harus diterima dan diakui sebagai kenyataan. Mengakui dan menerima kenyataan secara implisit juga berarti bahwa manusia merupakan makhluk yang dinamis. Salah satu implikasi dinamika itu ialah bahwa makin maju seseorang dan suatu masyarakat maka kebutuhannya pada giliranya menjadikan upaya pencapaiannya semakin sulit (Siagian, 2000:132).

Dua manisfestasi yang menonjol dari dinamika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semakin maju suatu masyarakat, mereka semakin sadar bahwa pemuasan kebutuhan yang bersifat fisik saja seperti sandang, pangan dan papan tidak lagi memadahi seperti kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan sosial, pengakuan akan harkat dan martabat, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat azasi.

2. Berkat keberhasilan suatu Negara menyelenggarakan pembangunan dibidang sosial budaya khususnya pendidikan, para warga Negara dan masyarakat semakin

cerdas sehingga membuat mereka semakin sadar akan hak dan kewajiban, meskipun harus diakui bahwa tidak sedikit diantara mereka yang cenderung lebih mengutamakan perolehan haknya dibandingkan dari kewajiban

Dari dua hal diatas terlihat bahwa dinamika masyarakat baik secara individu sebagai masyarakat dan akhirnya sebagai bangsa menuntut peningkatan peranan pemerintah desa dengan seluruh jajarannya untuk memainkan peranan secara proaktif dan menyelenggarakan fungsinya secara efisiensi dan efektif.

Untuk mewujudkan peranan pemerintah desa tersebut maka perlu dan harus melakukan komunikasi dengan masyarakat supaya mereka mengerti tentang ide pembangunan sehingga dapat dan mau berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang akan dan sedang dilakukan.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

2.1 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok maupun masyarakat untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam rangka mencapai tujuan masyarakat tersebut. Partisipasi dapat di definisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisipasi merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk mambantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua, partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk membangun.

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara (2004:84) partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga Negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat menyetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Menurut Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat di definisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.

Peningkatan partisipasi masyarakat tersebut merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada

pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:

a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan teknologi)

b. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan)

c. Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efesiensi)

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengarkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua dimensi yakni keluar dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri dan kedua, menyangkut partisipasi warga desa terhadap jalannya pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah menyangkut seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal ini dapat tercermin dari penegakkan demokrasi, manjalin hubungan yang harmonis dengan lembaga adat ataupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku.

Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat mensetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Muncul apabila mereka dapat mensetujui suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara maksimal.

Menurut Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang harus ditumbuhkembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki

(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responbility) dari masyarakat

Menurut Taliziduha Ndraha ada beberapa wadah bagi terwujudnya partisipasi masyarakat, sebagai berikut:

1. Wadah partisipasi buah pikiran (yang diberikan dalam rapat), rapat yang dimaksud seperti rapat mingguan di desa, seminar, penataran-penataran.

2. Wadah partisipasi tenaga.

Yang diberikan dalam perbaikan pembangunan agar partisipasi tenaga merupakan pendorong, perlu di usahakan penertiban, penjelasan-penjelasan tentang manfaat. Dari partisipasi ini banyak hal yang didapat antara lain bangkitnya rasa berlomba, rasa tanggung jawab.

3. Wadah partisipasi benda.

Dikalangan masyarakat masih hidup kesediaan memberikan harta benda terhadap usaha yang dirasakan meringankan beban hidup mereka seperti perbaikan kondisi jalan, sumbangan, ronda malam.

4. Wadah partisipasi keterampilan.

Di desa banyak yang memiliki keterampilan, tetapi belakang ini mangalami skill drain, karena mereka telah mengalir ke kota.

Dilihat dari pengamatan penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Faktor-faktor yang bisa menjadi daya pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi yaitu:

a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.

b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.

d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus dihormati dan diakui.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat masyarakat tidak ikut berpartisipasi adalah:

a. Faktor ekonomi

Lapisan masyarakat setempat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya sebagian besar masyarakat memiliki mata pencharian bertani, dengan bertani mereka merasa kebutuhan masih belum mencukupi sehingga, masyarakat menilai bahwa pembangunan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah.

b. Pendidikan yang relatif rendah

Dengan adanya tingkat pendidikan yang relatif rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keahlian dan keterampilan tertentu sehingga, seseorang kurang memahami permasalahan yang dihadapi.

c. Terdapatnya kecederungan kaum elit komunitas atas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

d. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbaur politik artinya pembangunan masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.

Partisipasi yang dilibatkan warga desa adalah menyangkut keikutsertaan yang bertalian dengan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan yang dapat terlihat dari bentuk partisipasi masyarakat baik dari segi moral ataupun material. Ikut menyumbang ide-ide, peduli terhadap pembuatan keputusan dan hasil keputusan, berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan desa dan senantiasa menunaikan kewajibannya selaku warga Negara yang baik yaitu dengan membayar pajak yang berguna pendanaan pembangunan di desa itu sendiri pada khususnya maupun untuk pembangunan Negara ada umumnya merupakan sedikit contoh bagaimana bentuk dari partisipasi masyarakat yang harus dilakukan. Selanjutnya partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan yang sering di abaikan dan hampir tidak kelihatan adalah partisipasi dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa selama ini kebijakan-kebijakan yang ada adalah kebijakan yang diambil secara sepihak yaitu pemerintahan itu sendiri baik dari level yang paling atas (pemerintah pusat) sampai pada akhirnya jatuh kepada kepala desa. Pengambilan keputusan ini seringkali tidak melibatkan masyarakat desa sehingga pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan sulit menterjemahkan kebijakan yang ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun keinginan masyarakat setempat.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat akan sangat tergantung kepada siapa yang menentukannya, bagaimana proses penentuannya serta bagaimana diimplementasikanya agar masyarakat dapat membangun opini dan menentukan berpihakan publik, maka diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu harus ada

rumusan ataupun strategi yang di ciptakan guna melibatkan masyarakat dalam pengambilaan keputusan mengenai kebijakan yang bersifat langsung melibatkan kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.

Hidayat (2004:74) membuat strategi perencanaan bersama masyarakat yaitu melalui serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat berusaha menguatkan kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat antar berbagai pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat) dalam menghasilkan kebijakan yang benar-benar dibutuhkan daerah.

Strategi perencanaan masyarakat yang dilakukan adalah untuk menjadikan partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan alasan kebaikan hati melainkan dimaksudkan sebagai suatu pelayanan dasar yang tersedia dan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan daerah di era ini. Adapun tujuan dari serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat meliputi antara lain mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan antara masyarakat dengan pemerintahannya, mendorong masyarakat dan aparat pemerintah secara bersama-sama untuk mencapai jalan keluar dari berbagai masalah umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan demokratisasi, membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan pembangunan daerah secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang diupayakan. Untuk itu keterlibatan antara kedua belah pihak ini (Aparat pemerintah dan masyarakat) dalam pembangunan sangatlah di butuhkan guna kemajuan bersama sebagai bentuk orientasi dari pembangunan.

Dengan demikian selanjutnya penulis akan menekan penulisan ini pada sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kebijakan

yang ada di desa tersebut, pertisipasi yang berbentuk materi yang merupakan bentuk parstisipasi paling konkret dalam pembangunan, partisipasi dalam tenaga yang tercermin dari keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangatlah dibutuhkan guna kemajuan bersama sebagai motivasi guna pembangunan yang berkelanjutan.

2.2 Pembangunan

dalam Agus Suryono memberikan definisi pembangunan bahwa pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative caution). Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga negaranya (Budiman, 1995:1).

Menurut Suroto, pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di perlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau di perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang

optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif. (Suroto, 1983:78).

Pembangunan sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan mempunyai beberapa implikasi tertentu. Pertama, berarti memberikan perhatian terhadap kapasitas, terhadap apa yang diperlukan dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua, ia mencakup keadilan (equity), perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan kuasa dan wewenang, dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang manfaat tertentu maka mereka akan menerima manfaat pembangunan. Dan pada akhirnya pembangunan berarti perhatian yang sungguh-sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa masa depan dapat ditunjang kelangsungannya. (Ketaren, 2008:37)

Randy dan Riant memberikan definisi pembangunan secara sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatanya. Dana tersebut dihimpun dari warga Negara dalam bentuk: pajak, pungutan, serta yang di peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan pembangunan, motivasi pelaku pembangunan, dan perioritas pembiayaan pembangunan. (Randy dan Nugroho, 2006:10)

F. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49) konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep adalah:

a. Peranan merupakan perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan jabatan atau fungsinya.

b. Pemerintah desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa.

c. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang (benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).

d. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik.

G. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional berisi tentang indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur

variabel. Maka yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian adalah pemerintah desa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Indikator dari pemerintah desa dilihat dari fungsi kepemimpinan kepala desa:

a. Fungsi instruktif, menentukan perintah, mengerjakan perintah, bagaimna cara mengerjakan.

b. Fungsi konsultatif, cara menetapkan keputusan.

c. Fungsi partisipasi, mengaktifkan orang-orang dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya.

d. Fungsi delegasi, melimpahkan wewenang sementara kepada bawahan.

Dan indikator dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan:

a. Wujud atau demensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam Musrenbang, misalnya berupa ide, gagasan, materi maupun sumbangan.

b. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat diibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan, sperti penyusunan program pembuatan jalan, jembatan, sumur bersih, rumah layak huni, Mandi Cuci Kakus (MCK) dan lain-lain.

c. Kesesuaian pembangunan derah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat. Artinya apakah program yang ditetapkan sesuai dengan hasil musrenbang yang telah dilaksanakan.

d. Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penelitian dilakukan

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang disajikan sebagai bahan pertimbangan objek penelitian

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang besifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Adapaun lokasi penelitian dilakukan di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi (Riau).

C. Informan penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaskudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi

dan sampel (Suyanto, 2005:171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus ini penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan

Dokumen terkait