• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. GEREJA DAN MASYARAKAT, FUNGSI DAN JABATAN

B. FUNGSI DAN JABATAN

2. Fungsi dan Jabatan

Setiap jemaat memerlukan organisasi, begitu pula dengan Gereja. Demi kesinambungan dan efektifitas perlu dibuat struktur lewat pembatasan fungsi, tanggung jawab, dan tugas. Ada permasalahan di sekitar jabatan gerejawi, terutama terletak di dua bidang. Yang pertama, terletak di bidang percakapan ekumenis yang berbicara tentang bermacam-macam struktur jabatan yang berbeda-beda. Gereja yang berbeda-beda, dan tentang mungkin tidaknya untuk saling mengakui pelayanan jabatan itu. Yang kedua, terletak di sekitar pelayanan mengenai persyaratan untuk masuk jabatan di dalam Gereja-gereja sendiri dan tidak sedikit pula dalam Gereja Katolik.

Keikutsertaan pada Kristus, pelayanan kepada kehidupan dalam pemeliharaan, perjuangan, dan pengampunan merupakan penugasan dan sekaligus identitas dari cara hidup kristiani sendiri. Maka tugas yang lebih cocok bagi jemaat beriman ialah pelayanan pemeliharaan, perjuangan, dan pengampunan, intern dan extern, mempunyai intensitas dan efektifitas yang maksimal, sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam jemaat. Bahwa banyak pemeliharaan serta perjuangan pastoral dan diakonal yang disediakan bagi

jemaat-jemaat oleh pemimpin dan aktivis, jika dilihat dari sudut teologis bersifat laikal sebagai perwujudnyataan keikutsertaan pada Kristus.

Sabda dalam Kitab Suci serta tradisi adalah norma identitas kristiani, dan Tanda-tanda (sakramen) adalah peristiwa mistik-ritual dalam orang beriman berulang-ulang mengaitkan diri dengan Yang Tersalib Yang Bangkit beserta misi-Nya. Karena Dialah tujuan akhir yang ilahi berkehidupan bagi Gereja. Kehadiran Kristus dalam orang miskin sejak zaman para rasul menerima bentuk pelayanan tersendiri dalam jabatan diakon. Tugas diakon ialah membawa keluhan dan tuduhan orang yang berada dalam kesusahan dan ketidakadilan ke tengah-tengah jemaat. Di tengah-tengah jemaat, diakon menjadi wakil, pembela, dan saksi orang miskin.

Bagi pembangunan jemaat kiranya penting menghindari dua macam salah paham. Salah paham yang pertama, ialah mengenai kecenderungan untuk melihat diakon terutama sebagai orang yang melaksanakan bermacam-macam pelayanan pemeliharaan dan perjuangan atas nama jemaat. Diakon bukannya pertama-tama ada untuk melaksanakan diakonia, melainkan untuk menginspirasi seluruh jemaat untuk berdiakonia. Salah paham yang kedua, mengenai kecenderungan yang sudah sangat tua dalam Gereja Katolik untuk memandang tugas diakon sebagai pembantu imam dalam perayaan Sabda dan Sakramen. Tugas diakon ialah untuk menghadirkan orang miskin dalam penghimpunan anggota jemaat, termasuk dalam ibadat liturgis. Dia kemudian harus dan jika perlu memperlengkapi jemaat dan memberikan wujud organisatoris bagi jawaban yang oleh umat akan dilaksanakan dalam rangka keikutsertaan. Ini berarti bahwa dalam setiap

penghimpunan liturgis, diakon harus diberi kesempatan untuk berbicara. Maksudnya ialah bahwa diakon dalam interaksinya dengan pelayanan imam. Diakon adalah orang yang seperti diutus dari lapisan bawah masyarakat dan dari pojok-pojok kesusahan manusia, berulang-ulang memasuki jemaat lokal supaya jemaat itu tidak kehilangan hubungan dengan kenyataan yang merupakan kenyataan Allah.

Pengertian sakramentalitas tidak boleh dipandang sebagai pengangkatan ke dalam tatanan yang lebih tinggi. Yang hakiki adalah pengertian pengutusan. Pengutusan juga dimaksudkan dengan pengertian hierarki. Hierarki berarti bahwa jabatan-jabatan tersebut berasal dari apa yang suci bagi gereja, yaitu presensi Kristus yang historis yang dikaruniakan kepada kita dalam Roh melalui Sabda dan Tanda dan dalam wajah orang miskin. Karena sama seperti Baptisan dan Perjamuan Malam, bagi Gereja dalam Roh Kudus merupakan representasi dan kenangan simbolis dari Yang Tersalib Yang Bangkit. Inilah makna inti semua sakramen.

Fungsi seperti mengantar orang masuk ke dalam jemaat melalui katekese dan pelayanan pembaptisan sebagai inisiasi kristiani. Fungsi itu juga adalah mempertemukan anggota gereja satu dengan yang lain di dalam jemaat, yaitu membuka mereka yang satu terhadap yang lain dan membangkitkan komunikasi iman satu dengan yang lain. Usaha mempertemukan itu terwujud lewat macam kegiatan kelompok dan pembinaan, dan dalam bermacam-macam kegiatan organisasi dan pembangunan masyarakat. Esensi dalam penghimpunan ini adalah doa bersama, maka kebaktian doa tertentu juga

termasuk fungsi ini. Singkatnya, semua usaha di atas secara bersama dapat disebut fungsi koinonia. Fungsi koinonia itu dilaksanakan lewat tugas-tugas yang bertujuan untuk membentuk jemaat beriman yang sungguh-sungguh.

Fungsi ini merupakan fungsi khusus lain, yang melaksanakan fungsi ini di Gereja-gereja setempat dapat disebut pator menurut gambaran Injil seorang gembala yang menggembalakan dan mengumpulkan kawanan domba. Perebutan para pastor dan pendeta menunjukkan betapa pentingnya fungsi koinonial ini bagi umat kristiani. Yang menonjol ialah bahwa Hukum Gereja Katolik tidak melihat pembangunan jemaat sebagai tugas imam. Namun, orang profesional koinonial ini tidak perlu menjadi imam atau pendeta atau diakon. Ada kemungkinan struktural yang lain. Di pihak Katolik sedang berkembang jabatan laikal, yaitu petugas pastoral.

Jenis kepemimpinan gerejawi diharapkan terarah kepada pengembangan komunikasi. Perlu mengembangkan bahasa iman dan lapangan bahasa di mana anggota Gereja secara pribadi dapat mengenali diri sebagai orang kristiani. Memberi dan menerima motivasi dan pembinaan untuk keikutsertaan pada Kristus. Maka, perlu secara dialogal, memajukan kisah, kesaksian, pelayanan, dan perayaan sehingga dengan itu akan terjadi keterbukaan terhadap apa yang terdengar, seperti dari luar melalui perantaraan jabatan imam dan diakon. Di banyak tempat sedang dikembangkan tim pastoral yang terdiri atas imam, diakon, dan petugas pastoral.

Fungsi dan jabatan ini perlu dibagi-bagi maka perlu juga pembagian bentuk-bentuk kerja dan bentuk-bentuk penghayatan yang tradisional, yaitu

merayakan, belajar dan melayani. Orang belajar tidak hanya dari Sabda dan Tanda tetapi juga dari apel orang miskin yang diantarai oelh fungsi diakonal. Dan juga kurang diperhatikan bahwa di dalamnya terjadi pembentukan persekutuan, yaitu fungsi koinonial.

Kotbah dapat berfungsi ganda karena dapat merupakan penjelasan tentang Kitab Suci, tentang Sabda dan tradisi (keimanan). Dapat juga merupakan penjelasan mengenai kebutuhan dan masalah tertentu (diakonal), atau juga dapat dimaksudkan untuk mempertemukan anggota Gereja dalam iman mereka. Atau untuk memotivasi mereka melakukan aktivitas bersama-sama (koinonial). Melayani tidak hanya menunjukkan sikap yang harus meresapi semua tugas jabatan dan juga tidak dikhususkan untuk fungsi diakon, melainkan menunjukkan sifat khas keberadaan kristiani yang dalam seluruh keikutsertaan pada Yesus dalam menjalankan pelayanan terhadap kehidupan.

Maka, melayani tidak merupakan salah satu tugas jabatan gerejawi, melainkan sikap hidup yang harus dimiliki oleh semua anggota Gereja sebagai orang yang dibaptis tanpa membeda-bedakan jabatan. Pada poros yang satu, kita mencantumkan, imami, diakonal, dan koinonial dan pada poros yang lain: merayakan, belajar, dan melayani sebagai sarana untuk menggambarkan vitalitas dan untuk mengidentifikasi segi-segi kuat dan lemah dalam umat kristiani yang konkret.

Dokumen terkait