BAB II PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA
B. Keluarga dalam Perspektif Islam
2. Fungsi Keluarga
Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat, dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi. yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, protektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomis.43
a. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang.
b. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan
42
Kemenag RI, Op.cit., h. 406
43
Mufidah, Psikologi Keularga Islam Berwawasan Gender (Cet. I; Malang : UIN Press, 2008),h. 43.
untuk mengembangkan aspek mental, spiritual, moral, intelektual, dan profesional.
c. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sehingga menciptakan iklim keagamaan didalamnya Dengan demikian keluarga merupakan awal mula seseorang mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya.
d. Fungsi protektif, adalah dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal segala pengaruh negatif yang masuk didalamnya. Gangguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan, dapat menjadi pemicu lahirnya konflik bahkan juga kekerasan. Adapun gangguan eksternal keluarga biasanya lebih mudah dikenali oleh masyarakat karena berada pada wilayah publik.
e. Fungsi sosialisasi, adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal baik interelasi dalam keluarga itu sendiri maupun dalam menyikapi masyarakat yang pluralistik lintas suku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya, bahasa maupun jenis kelaminnya. f. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapat
masing-masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkan suasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai, menghormati, dan menghibur masing-masing anggota keluarga sehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang dan setiap anggota keluarga merasa “rumahku adalah surgaku”.
g. Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana keluarga memiliki aktifitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, mendistribusikan secara adil dan proporsional, serta dapat mempertanggung jawabkan kakayaan dan harta bendanya secara sosial dan moral.
Sedangkan di lingkungan Muhammadiyah keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu difungsikan selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi, sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan dakwah di kemudian hari.
b. Keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswatun hasanah) dalam mempratikkan kehidupan yang islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma‟ruf,
saling menyayangi dan mengasihi, menghormati hak hidup anak, saling menghargai dan menghormati antar angota keluarga, memberikan pendidikan akhlak yang mulia secara paripurna, menjauhkan segenap angota keluarga dari bencana siksa neraka, meembiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan, berbuat adil dan ihsan, memelihara persamaan hak dan kewajiban, dan menyantuni angota keluarga yang tidak mampu.44
Melihat beragamnya fungsi keluarga tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan agama. Artinya keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak mulai belajar mengenal nlai-nilai yang berlaku di lingkungannya, dari hal-hal yang sepele seperti menerima sesuatu dengan tangan kanan sampai dengan hal-hal yang rumit seperti interpretasi yang kompleks tentang ajaran agama atau tentang berbagai interaksi manusia.
3. Fungsi Keluarga Sebagai Madrasah Pertama
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam kelauargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa.45 Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian.46 Keluarga tersebut secara kodrati
44
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah 2001),h. 68.
45
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Cet. IV; Jakarta PT RINEKA CIPTA 2005),h. 57.
46
juga mengemban tugas mendidik dan memelihara anak sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
َّنَأ َرَمُع ِنْب ِ َّاللَّ ِدْبَع ْنَع ٍراَنٌِد ِنْب ِ َّاللَّ ِدْبَع ْنَع ٍكِلاَم ْنَع َةَمَلْسَم ُنْب ِ َّاللَّ ُدْبَع اَنَثَّدَح
ِهِتٌَِّع َر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو ٍعا َر ْمُكُّلُك َلََأ َلاَق َمَّلَس َو ِهٌَْلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص ِ َّاللَّ َلوُس َر
ِلْهَأ ىَلَع ٍعا َر ُلُج َّرلا َو ْمُهْنَع ٌلوُئْسَم َوُه َو ْمِهٌَْلَع ٍعا َر ِساَّنلا ىَلَع يِذَّلا ُرٌِمَ ْلۡاَف
ْمُهْنَع ٌةَلوُئْسَم ًَِه َو ِهِدَل َو َو اَهِلْعَب ِتٌَْب ىَلَع ٌةٌَِعا َر ُةَأ ْرَمْلا َو ْمُهْنَع ٌلوُئْسَم َوُه َو ِهِتٌَْب
ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُك َو ٍعا َر ْمُكُّلُكَف ُهْنَع ٌلوُئْسَم َوُه َو ِه ِدٌَِّس ِلاَم ىَلَع ٍعا َر ُدْبَعْلا َو
ملﺴم و ىراخبلا هاور
(
هِتٌَِّع َر
Artinya:“Ibn umar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya.” (Muttafaqun „alaihi. HR.Al-Bukhari dan Muslim)47
Hadis tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak karena orang tua merupakan pemimpin dan setiap apa yang dipimpinnya akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti termasuk keluarga.
Orang tua secara direncanakan maupun tidak direncanakan akan menanamkan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam sikap atau perilaku serta keperibadiannya. Selanjutnya dengan disadari maupun tidak disadari, anak membawa nilai-nilai atau kebiasaan-kebiasaan
47
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin. Terj. Arif Rahman Hakim, (Solo: Insan Kamil (terjemah) Arif Rahman Hakim, 2011). h.360
keluarga itu dalam berintraksi sosial di lingkungan luar. Dalam konsepsi Islam, keluarga adalah penanggungjawab utama Terpeliharanya fitrah anak. Dengan demikian penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak lebih disebabkan oleh ketidakwaspadaan orangtua atau pendidik terhadap perkembangan anak".48
Anak bagi keluarga merupakan anugrah yang diberikan Allah SWT yang memiliki dua potensi yakni baik dan buruk. Hal tersebut tergantung bagaimana pendidikan yang diberikan oleh kedua orng tuanya. Orang tua memiliki peran yang tidak dapat diremehkan bagi masa depan anak. Anak memiliki fitrah yang dibawanya, tergantung kepada usaha pendidikan dan bimbingan yang dilakukan kedua orang tuanya. Sebagaimana Rasulullah saw bersanda:
:َلاَق ،ِّي ِرْه ُّزلا ْنَع ، ُسُنوٌُ اَن َرَبْخَأ ،ِ َّاللَّ ُدْبَع اَن َرَبْخَأ ،ُناَدْبَع اَنَثَّدَح
:َلاَق ،ُهْنَع ُ َّاللَّ ًَ ِض َر َة َرٌْ َرُه اَبَأ َّنَأ ،ِنَمْح َّرلا ِدْبَع ُنْب َةَمَلَس وُبَأ ًِن َرَبْخَأ
ْوَأ ِهِناَدِّوَهٌُ ُها َوَبَأَف ،ِة َرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوٌُ َّلَِإ ٍدوُل ْوَم ْنِم اَم " :ِ َّاللَّ ُلوُس َر َلاَق
اَهٌِف َنوُّس ِحُت ْلَه ،َءاَعْمَج ًةَمٌِهَب ُةَمٌِهَبْلا ُجَتْنُت اَمَك ِهِناَس ِّجَمٌُ ْوَأ ،ِهِنا َر ِّصَنٌُ
ِ ْلَخِل َلٌِدْبَت لَ لاَهٌَْلَع َساَّنلا َرَطَف ًِتَّلا َِّاللَّ َة َرْطِف :ُلوُقٌَ َّمُث ،َءاَعْدَج ْنِم
ملﺴم و ىراخبلا هاور (مٌَِّقْلا ُنٌِّدلا َكِلَذ ِهَّللا
Artinya:“Abdan menceritakan kepada kami (dengan berkata), Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rhman memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah ra. Berkata: Rasulullah saw. Bersabda: setiap anak lahir (dalam keadan) fitrah, kedua orang tuanya (yang memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. Sebagaimana
48 Abdurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 144
binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacat (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain) kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan menurut fitrah manusia itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).49
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik terdapat hubungan darah. Karena itu kewenangannya pun bersifat kodrati pula. Sifat yang demikian, membawa hubungan antara pendidik dan terdidik menjadi sangat erat.
49
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). Terj. Amiruddin, Jilid XXIII, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h.568
33