• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan

3. Fungsi Kepemimpinan

Dalam kaitannya dengan fungsi kepemimpinan, dimana efektivitas kepemimpinan hanya akan terwujud jika dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Dalam membuat keputusan, pemimpin yang memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.

Sugandi (2011:129-130), mengemukakan bahwa secara operasional, fungsi kepemimpinan dibedakan dalam lima fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi instruktif, fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menerjemahkannya menjadi instruksi atau perintah. Selanjunya perintah tidak aka nada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan;

b. Fungsi konsultatif, yang merupakan komunikasi dua arah, meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang menghruskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi ini dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik

(feed back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif, dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstrusikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakini dirinya bahwa dari siapapun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinan;

c. Fungsi partisipasi, fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesame orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan, dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan. Sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat maupun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada. Musyawarah

sebagai kesempatan berpartisipasi harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi;

d. Fungsi delegatif, fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat dan menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi atau jabatannya apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercaayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien;

e. Fungsi pengendalian, fungsi ini merupakan fungsi control. Fungsi ini cenderung satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas

anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok atau organisasinya.

Wirawan (2013:64-95) mengemukakan fungsi kepemimpinan, yaitu: (1) Menciptakan visi. Visi adalah apa yang diimpikan, keadaan masyarakat yang dicita-citakan, apa yang ingin dicapai oleh pemimpin dan para pengikutnya di masa yang akan datang. Visi yang memotivasi dan mendorong serta mengenergi anggota organisasi bergerak untuk menciptakan perubahan; (2) Mengembangkan budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan norma, nilai, asumsi, filsafat organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan oleh pemimpin organisasi dan diajarkan kepada para anggota baru dan diterapkan dalam perilaku organisasi mereka; (3) Menciptakan sinergi. Setiap anggota organisasi yang berada di unit-unit organisasi yang mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda, wajib memberikan kontribusinya untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka direkrut dengan tujuan untuk ikut serta merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kontribusinya secara maksimal kepada organisasi dalam kesatuan tujuan dan gerak kea rah tujuan organisasi; (4) Menciptakan perubahan. Pemimpin sebagai agen perubahan harus menciptakan perubahan secara kontinue dengan memperhatikan berbagai

variable perubahan karena perubahan itu menghadapi ketidakpastian masa yang akan datang. Pemimpin harus mampu mengatasi resistensi terhadap perubahan yang dilakukannya, dan memahami manajemen perubahan; (5) Memotivasi para pengikut. Pemimpin harus menumbuhkan dan mendorong motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik para pengikutnya; (6) Memberdayakan pengikut (empowerment). Pemberdayaan merupakan suatu tindakan membangun, mengembangkan dan meningkatkan kekuasaan melalui kerja sama, berbagi, dan kerja bersama. Pemberdayaan harus dilakukan melalui proses yang sistematis, dimulai dari analisa kualitas pengikut untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pengikut, kemudian menentukan tujuan pemberdayaan yang digunakan untuk menyusun intervensi pemberdayaan, lalu melaksanakan pemberdayaan secara sistematis dengan mengobservasi perubahan, perkembangan dan respon para pengikut, dan diakhiri dengan evaluasi dan balikan pemberdayaan yang hasilnya akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan manajemen sumber daya manusia; (7) Mewakili sistem sosial. Pemimpin harus bertindak sebagai tokoh, simbol dan wajah sistem sosial yang dipimpinnya; (8) Manajer konflik. Konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan akan selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan ras, agama, pendidikan, jenis kelamin, budaya, pengalaman, dan sebagainya; dan (9) Membelajarkan organisasi (learning

organization) agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang dilayani.

Selanjutnya, Siagian (2003:47-48) mengemukakan ada lima fungsi kepemimpinan, yaitu; (1) Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan; (2) Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi; (3) Pimpinan selaku komunikator yang efektif; (4) Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik; (5) Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, ojektif, dan netral.

Sedangkan Wahjosumidjo (2003:41) mengemukakan bahwa seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok, yaitu: (1) Task related atau problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat; dan (2) Group maintenance function atau social function, meliputi: pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih besar, memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat. Dengan demikian, seorang pemimpin yang efektif apabila pemimpin tersebut memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah dan kemampuan dalam pembinaan kelompok.

Lebih lanjut, Wahjosumidjo, (2003:42-48), Mengemukakan empat macam fungsi penting seorang pemimpin, yaitu; (1) Mendefinisikan misi dan peran

organisasi (involves tehe definition of the institusional organizational mission and role) yang harus dipandang sebagai suatu proses yang dinamis; (2) Mengejawantahkan tujuan organisasi (the institusional embodiment of pupose). Pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan, harus memahami tujuan serta ciri-ciri organisasi sebagai sistem terbuka yang mentransformasikan manusia dan sumber-sumber fisik yang diterima sebagai input dari lingkungannya ke dalam barang-barang dan pelayanan yang akhirnya dikembalikan ke lingkungan sebagai konsumen; (3) Mempertahankan keutuhan organisasi (to defend the organization’s integration). Dalam kehidupan organisasi modern telah menjadi kompleks, terjadi berbagai macam spesialisasi, dan pengelompokan (segmental) yang menyebabkan lebih sulit untuk memelihara keutuhan organisasi. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kontrol yang tepat melalui dua cara, yaitu; vertikal melalui otoritas dan peraturan, serta mendatar melalui pertemuan, task force, dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan. Prinsip keterkaitan (linkages) diperlukan untuk memberikan arah kesaling ketergantungan; dan (4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi (the ordering of internal conflict). Dalam organisasi modern, konflik tidak bisa dihindarkan, karena organisasi memiliki fungsi sebagai alat perubahan. Konflik timbul dapat bersumber dari faktor internal, seperti struktur organisasi dan sumber daya manusia, dan dapat pula bersumber dari faktor eksternal, yaitu adanya

macam-macam perubahan dan perkembangan, seperti lingkungan, teknologi, organisasi, suasana politik, dan kepemimpinan. Olehnya itu, seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi serta mengendalikannya sehingga konflik dapat ditertibkan.

C. Konsep Kepemimpinan Pelayan