• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuape kulah ade nga dengah Pengiki.s ade nga dengah

D. FUNGSI DAN NILAI BUDAYA 1. Fun�i

Masyarakat Besemah di kota Pagaralam adalah salah satu

kelompok masyarakat yang kaya dengan keanekaragaman budaya yakni

seperti adat pergaulan btYang dan gadis.di samping adat dan budaya lairmya. Adat pergaulan bujang dan gadis disebut juga dengan istilah "ragam parejake" mencakup adat sopan santun dan tata karma

bertandang (Beghusik). Adat pergaulan blYang dan gadis merupakan

warisan leluhur yang sarnpai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat terutama yang masih tinggal di dusmv'desa, sedangkan yang tinggal di

pusat perkotaan sudah mengalami perubahan. Adat pergaulan itu

memliki keunikan yang membedakarmya dengan kelompok masyarakat lainnya. Adat pergaulan bujang dan gadis di ranah Besemah berlan�ung secara terbuka dan terang-terangan. Artinya bahwa bujang

dan gadis diberi waktu dan tempat untuk saling berkenalan seperti

diacara persedekahan/kenduri atau acara adat lainnya.

Di acara persedekahan para bujang dan gadis baik dari dusun

ya ng bersangkutan maupun dari dusun lain beramai-ramai turut serta

membantu keluarga yang menyelenggarakan persedekahan tersebut. Sambil bekerja mereka saling bergurau dan dikala senggang mereka beramah tamah di sebuah rumah yang telah disediakan oleh yang punya hajatan. Bujang dan gadis beramah tamah di dampingi oleh orang tua. (baik laki-laki maupun perempuan tetapi yang lebih lazim adalah kaum perempuan). Di saat beramah tamah itulah tradisi lisan seperti "pantun" menjadi media penyampaian maksud Pantun awalnya hanya berfung;;i sebagai media menungkapkan hasrat hati oleh bujang dan gadis. Dengan menggunakan pantun suasana tidak kaku dan tidak temyu pada sesoorang melainkan untuk semua yang mendengar. Pantun yang dilantunkan baik oleh bujang maupun gadis boleh dijawab oleh siapa saja karena belum tertuju pada seseorang. Namun dalam petjalanan selanjutnya pantun menjadi media kamunikasi resmi bujang dan gadis dalam memadu kasih (berpacaran istilah sekarang).

Sastra lisan "pantun" dalam pergaulan btYang dan gadis menjadi bagian terpenting yang harus dikuasai oleh para bujang dan gadis. Para

bujang dan gadis hendaklah pandai berpantun karena penyampaian

maksud dilakukan melalui pantun. Dalam adat besemah pergaulan

bujang dan gadis tidak hanya berlangsung dikala ada hajatan atau pesta

rakyat melainkan bujang juga boleh bertandang ke rumah gadis. Ketika bujang bertandang ke rumah gadis media komunikasi yang digunakan juga berupa pantun, namun pantunnya berbeda dengan disuasana beramai-ramai. Oleh sebab itu seorang b�ang atau pun gadis hendaklah pandai berpantun karena itu berlangsung secara spontan sesuai dengan

situasi dan kondisi ketika bujang dan gadis Beghusik.

Mengamati model pergaulan bujang dan gadis di ranah Besemah yang dominan menggunakan pantun sebagai media komunikasi dapatlah dikatakan bahwa pantun sangat berfung;;i bagi masyarakat tersebut. Penggunaan pantun bagi masyarakat Besemah boleh dikatakan berawal dari masa pergaulan yakni pergaulan bujang dan gadis. Pada masa itu masyarakat sudah mulai berpantun yang sebelumnya hanya sebagai pendengar saja. Kepandaian berpantun sangat dianjmkan bagi masyarakat Besemah karena berpantun tidak saja dalam pergaulan bujang dan gadis, melainkan dalam pelaksanaan upacara adat laimya juga menyertai pantun.

Penggunaan pantun dalam pergaulan bujang dan gadis di ranah Besemah tentu mempunyai fung;;i tertentu yang menjadi panutan bagi masyarakat. Secara sedernana fumg;;i pantun dalam pergaulan bujang

dan gadis dapat dikelompokan atas 3 yakni :

1. berfungsi sebagai pengendali emosi,

2. berfungsi sebagai penguat jati diri masyarakat yang bersangkutan dan

3. berfungsi sebagai hiburan

Ketiga fungsi tersebut secar-a bersamaan tetap terpelihara hingga

saat ini. Hal ini terlihat dari kebiasaan masyarakat yang senantiasa menyertai pantun dalam berbagai kesempatan terutama dalam menyampaikan pe;an leluhumya. Jadi pantun itu tidak saja dalam pergaulan bujang dan gadis melainkan dalam acara adat lainnya.

Kondisi ini . tim dapatkan selama melakukan penelitian di Kota

Pagaralam dan khusus pada acara pelaksanaan upacara memandikan

keris pusaka di Desa Pelangkenidai. Selesai memandikan keris pusaka

Jurai Tue menyampaikan petuah-petuah leluhurnya dalam bentuk pantun.

Dalam pergaulan bujang dan gadis tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan emosi baik dari bujang maupun dari gadis. Semakin sering bereka Beghusik semakin diketahui keprioodian masing-masing mereka. Dalam hal itu ada kemungkinan teijadi ketidakcocokan dari berbagai sisi. Masalah ini akan menjadi ganjalan baik bagi gadis maupun bujang dan bagaimana untuk

mengungkapkannya. Bila dibandingkan dengan para bujang gadis sekarang sering terdengar mereka bertengkar karena salah paham, cemburu dan sebagainya dan hal ini kadangkala diketahui oleh orang

lain Tetapi para bujang dan gadis di ranah Besemah meskipun ada perasaan tidak senang dan sebagainya tetap disampaikan melalui pantun. Rangkaian pantun yang pakemnya bersajak aa aa atau ab ab tentu tidaklah mudah mencari kata-kata yang bemunsa kasar, marah, kesal dan sebagainya. Sehingga oogaimanapun ada masalah dengan hubungan mereka yang disampaikan melalui pantun tetap yang baik. Dengan menggtmakan pantun sebagai media penyampaian harapan, emosi dapat terkendalikan dalam arti tidak terucapkan kata-kata yang kasar seperti lazimnya orang berbicara dalam kesehariannya. Penolakan dari seorang bujang atau gadis juga disampaikan dalam bait-bait pantun yang kata­ katanya mempmyai makna yang tersirat. Berberla dengan pergaulan bujang dan gadis yang penyampaian harapan dilakukan secara langsung, lugas dan sangat jelas sekali.

Tatacara pergaulan bujang dan gadis yang media penyampaian harapan melalui pantun termasuk salah satu asset budaya yang dapat memperkuat jati diri masyarakat pendukungnya. Kemahiran berpantm tidaklah d!flapatkan dengan mudah melainkan melalui proses peniruan,

belajar dan mempunyai kesepakatan bersama untuk tetap

melestarikannya Melaksanakan tradisi lama termasuk salah satu bentuk

upaya pelestarian. Masyarakat Besemah mempunyai apres1as1 yang tinggi terhadap budaya leluhurnya, di mana budaya-budaya leluhur itu hingga saat ini masih dikenal oleh masyarakat termasuk generasi muda sekarang. Ini menandakan bahwa proses pewarisan berlangsung secara terns menerus tanpa mengenal batas waktu dan ruang. Maksudnya bahwa kondisi zaman yang sedang gencar mendapat pengaruh dari budaya luar, tetapi masyarakat Besemah masih terlihat dalam kondisi yang tidak banyak terpengaruh oleh budaya luar itu Budaya luar mereka adopsi sebagai penambah pengetahuan, wawasan dan memperkaya budaya lokaL sedangkan tradisi leluhumya masih tetap dilaksanakan.

Kepercayaan masyarakat tethadap tradisi lama itu masih ada sehingga hila terjadi suatu hal dalam dusun mereka kembali kepada tradisi lamanya sebagai bentuk pemecahan masalah yang mereka hadapi. Hal seperti ini terlihat pada masyarakat Dusun Pelenangkenidai yang baru-baru ini ( 22 Maret 2011) melaksanakan ritual membersihkan keris pusaka. Upacara ini dilakukan karena telah banyak terjadi hal-hal yang diluar keinginan manusia seperti gagal panen dan yang lainnya. Melalui upacara memandikan keris pusaka mereka memohon maaf dan ampunan kepada Yang Maha Kuasa atas semua kesalahan yang telah dilakukan dan meminta ridho atas semua usaha yang dilakukan agar mendapatkan kemudahan dalam berbagai hal, murah rezeki, masyarakt sehat sejahtera, dan dusliD aman sentosa.

Model pergaulan bujang dan gadis masyarakat Besemah

termasuk hal yang unik tetapi tampaknya juga mengasikan. Dari dahulu masyarakat sudah mempunyai pandangan jauh ke depan tentang pergulan bujang dan gadis. Bujang dan gadis diberi kesempatan untuk beramah tamah di luar rumah yakni pergi ke hutan atau ke kebun. Bila dibandingkan dengan kondisi kini para bujang dan gadis selalu berpacaran ketempat rekreasi yang cukup banyak pilihannya. Dahulu hanya hutan atau kebun sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat sedangkan tempat lain seperti sekarang belum ada. Jadi pada masa dahulu bujang dan gadis juga mempunyai tempat hiburan di luar rumah yakni hutan atau kebun. Meskipun tempat itu jauh dari dusliD mereka pergi bersama-sama dan didampingi oleh seorang orang tua sehingga para bujang dan gadis dapat mengontrol dirinya karena ada orang yang disegani/ dihormati.

Penyampaian harapan melalui pantllll juga termasuk sarana hiburan yang membuat para pendengamya kadangkala tertawa bersama­ sama karena lucu dan sebagainya. Setiap bujang akan Beghusik dengan gadis selalu membawa alat musik berupa ginggong, serdam dan kini lebih banyak membawa gitar. Alat musik itu adalah sebagai media untuk hiburan disamping suara merdu para b1Yang dan gadis. Suasana 174

Beghus ik di rumah atau pun di hutan, kebun mereka lakukan dengan bergembira, bemyanyi bersama-sama yang diiringi oleh alat musik tersebut. Suasana Beghusik tidak kaku melainkan berlangsung dengan santai dan penuh dengan kegembiraan. Adanya orang tua sebagai pemdamping tidak me�Yadi hambatan bagi para bujang dan gadis untuk bergembira ria. Semua itu be�alan lancar sebatas tidak keluar dari adat yang berlaku, adat sopan santun tetap dijaga mereka duduk tetap berkelompok bujang sama bujang dan gadis sama gadis pula sedangkan orang tua berada di antra mereka.

Dalam suasana santai mereka bemyanyi bersama-sama di samping saling melemparkan pmtun. Selain bemyanyi mereka juga

saling berbalasan pantun baik yang sudah dipersiapkan sebelumnya

maupun secara spontanitas. Hiburan lain yang tak terlupakan adalah

berejwzg yakni pmtun yang dinyanyikan. Berejung dilantunkan dengan suara yang merdu yang juga diiringi dengan alat musik. Berejung biasanya digunakan dalam perjalanan menuju hutan atau kebun.

Masing-masing rombongan itu berbeda jalan. Jadi dari arah yang

berbeda mereka berejung yang intinya untuk mengetahui posisi mereka

. .

masmg-masmg.

Hiburan sesuatu hal yang sangat diperlukan oleh setiap orang,

begitu juga para bujang dan gadis yang Beghusik. Hiburan merupakan

bagian dari kehidupan manusia karena melalui hiburan dapat

menghilangkan perasaan kesa� jengkel dan sebagainya. Di samping itu

melalui hiburan juga dapat mendatang inspirasi bam untuk kehidupm yang lebih layak. Kebutuhan akan hiburan mudah didapatkan baik secara individu maupun kelompok asalkan mempunyai kemampuan. Bentuk hiburan yang dilakukan masyarakat Besemah terutama bujang dan gadis adalah pergi ke hutan, kebun bernyanyi bersama bergernbira ria. Pergi ke hutan, ke kebun adalah untuk refresing menghilangkan

kejenuhan dari rutinitas sehari-hari mencari penghidupan. Hiburan itu

perlu, tidak ada rnanusia yang tidak butuh hiburan karena hiburan adalah sernangat kehidupm. Suasana seperti ini tidak berlan�ung setiap hari

tetapi ada batasnya pada waktu tertentu. Selama pergaulan bujang dan

gadis berlan�ung, tahapan seperti tersebut di atas akan dilalui sernua sekurang-kurangnya satu kali. Setiap tahapan baik bl.!iang rnaupun gadis tidak sendirian rnelainkan menyertai teman-ternannya di samping orang tua pendamping. Keikutsertaan ternan-ternan adalah sebagai langkah

awal bagi rnereka un.tuk turut dalarn pergaulan bl.!ing gadis tersebut.

Berawal dari situ rnereka sudah terbisa dan adakalanya di saat itu mereka langsung pula rnenemukan tautan hatinya, ada rasa ketetpikatan diantara mereka.

2. Nilai Budaya

Pengtmgkapan nilai budaya yang tetkandung dalam adat pergaulan bujang dan gadis Besemah di Kota Pagaralam diawali dari makna kata tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Nilai Budaya adalah "Konsep abstrak mengenai rnasalah dasar yang sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia". Berdas atka'n pada definisi tersebut dapat dikatakan bahwa adat pergaulan bujang dan gadis masyarakat Besemah merupakan sesuatu yang sangat bernilai bagi masyarakat. Adat pergaulan bujang dan gadis adalah tata cara pergaulan bujang dan gadis yang diperoleh melalui proses belajar. Sopan santun dalam pergaulan b�ang dan gadis adalah bagian dari adat istiadat yang mereka agungkan sampai saat ini Oleh sebab itu masyarakat sangat met'Yaga pergaulan bujang dan gadis agar tidak keluar dari adat yang telah berlaku semenjak lama. Sifat keterbukaan masyarakat terhadap pergaulan b�ang dan gadis dimaksudkan untuk menjaga agar para bujang dan gadis tidak melakukan perbuatan yang tercela karena merasa tetkekang. Bila di suatu dusun ada persedekahan atau pesta rakyat maka

di situ disediakan sebuah rurnah untuk bujang dan gadis Beghusik yang

didampingi oleh salah seorang orang tua. Hal ini tidak saja sebatas kernauan mas yarakat melainkan sudah diatur dalam ketentuan adat Besemah.

Pergaulan adalah suatu hal yang sangat penting seklali bagi masyarakat terutama pergaulan bujang dan gadis. Bujang dan gadis sebelum melangsungkan pemikahan terlebih dahulu mereka hams saling kenai mengenal. Hal ini sangat menjadi perhatian bagi masyarakat karena pernikahan itu bukanlah hal yang dianggap main-main. Bujang

dan gadis yang akan menikah hams sudah saling mengenal baik

kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Hal ini s angat penting

diketahui oleh setiap pasangan agar mereka bisa mengatur strategi untuk

mengatasinya. Manusia itu tidak ada yang sempurna oleh karenanya

manusia itu perlu berusaha dan belajar demi mencapai kesempurnaan

itu Berkaitan dengan hal itu alangkah baiknya hila btYang dan gadis

yang kan menikah sudah sarna-sama mengetahui kelebihan dan kekurangan pasangan masing-masing. Adat pergaulan bujang dan gadis itu pada intinya adalah untuk saling mengenal calon pasangan dan

belajar memahami kelebihan dan kekurangan setiap orang. Bila bujang

dan gadis yang menikah tidak melalui tahapan seperti tersebut di atas

maka dikawatirkan akan terjadi hal-hal diluar keinginan dan berakibat pada gagalnya perkawinan tersebut Tetapi sebaliknya tidak pula met'Yamin sepenuhnya bahwa perkawinan yang langgeng itu adalah petkawinan yang diawali dengan saling kenai mengenal.

Pergaulan bujang dan gadis merupakan salah satu wujud kebudayaan dan berkaitan dengan nilai-nilai sehingga mempunyai arti penting bagi masyarakat pendukungnya. Arti penting tersebut tampak dahm kenyataan bahwa melalui rangkaian pergaulan bujang dan gadis, dan peralatan yang digunakan dapat diperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa serta mengungkapkan makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Menurut Tylor, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah keseluruhan yang komplek yang didalarrmya terkandung ilmu

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan

kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat ( dalam Ematip 2001

:48).

Sedangkan

Koentjaraningrat

(ibit:48)

merumuskan kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan basil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan bel ajar.

Dari definisi tersebut jelas bahwa kemahiran masyarakat berpantun adalah basil karya manusia yang diperoleh melalui belajar dan menjadi milik masyarakat yang bersangkutan. Kemudian berpantun itu menjadi bagian dari adat istiadat, yang terjadi dalam pelaksanaan upacara adat dan acara resmi lainnya.. Keseriusan masyarakat melestarikan tradisi lisan "pantun" tersebut akhirnya menjadi identitas masyarakat Besemah di Kota Pagaralam khususnya dan Sl.Dllatera Selatan secara keseluruhan. Dalam tatacara pergaulan bujang gadis banyak ditemukan nilai-nilai yang sangat berharga dan datnt dijadikan sebagai contoh bagi semua orang. Nilai-nilai tersebut banyak bersifat tuntunanlpanutan, ajaran yang mudah diserap oleh semua orang. Nilai­ nilai itu tertuang dari tatacara pergaulan bujang dan gadis dan nilai-nilai itu masih relevan dengan kondisi tnda saat ini Artinya nilai budaya hanya datnt diungkapkan melalui telaahan terhadap unsur-unsur yang nampak atau menggejala. J adi nilai-nilai budaya yang terdapat tnda tatacara pergaulan bujang gadis dapat diungkapkan melalui aktivitas manusia dalam proses berinteraksi bujang dan gadis dan media yang digunakan. Berikut ini diuraikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tatacara pergaulan bujang dan gadis masyarakat Besenah di Kota Pagaralam seperti yang telah dideskripsikan antara lain:

1. Nilai Kesabaran

Nilai kesabaran sangat diperlukan dalam pergaulan bujang dan gadis. Secara umum semua tahapan pergaulan bujang dan gadis di atas memerlukan kesabaran dalam pelaksanaannya. Nilai kesabaran yang tersirat pada tatacara pergaulan bujang gadis itu yang sangat menonjol pada saat

Beghusik.

Ketika bujang datang

Beghusik

tidak bisa langsung

ke rumah gadis melainkan memberi kode dahulu dan menunggu sampai ayah dan saudara laki-lakinya turun dari rumah. Manunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan apalagi bila yang ditunggu itu memang kebiasaan gerak geriknya lama. Setelah bapak dan saudara laki- laki gadis turun dari rumah belum juga bujang boleh ke rumah malainkan dialog dulu dengan ibu si gadis. Setelah itu bujang menunggu .

lagi karena si gadis sudah tidur harus dibangunkan dulu. Sebenamya si gadis tersebut bukan tidur melainkan si ibu menyuruh si gadis berdandan karena ada bujang bertandang. Setelah gadis berdandan dan duduk dirungan rumah barulah ibu menyuruh bujang naik ke rumah.

Demikian hal berayak ke hutan atau ke kebun juga butuh kesabamn karena hutan atau pun kebun terletak jauh dari dusun. Bel urn

lagi nantinya pulang membawa bemban untuk orang tua si gadis. Perjalan jauh itu ditempuh dengan penuh kesabamn, letih berjalan jangan dijadikan sebagai hal yang menjadi rusaknya hubungan diantara mereka. Aturan adat mesti ditaati walaupun kadangkala bertentangan dengan hati nurani, semua itu pasti ada hikmalmya. Hal-hal yang sudah menjadi ketentuan adat sejak lama tentu sudah diuji kemampanannya sehingga bias bertahan hingga saat ini. Aktivitas pergaulan bujang gadis yang menuntut kesabaran tidak hanya sebatas dalam pergaulan tersebut melainkan bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya.

Kondisi zaman yang beraneka ragam tingkah laku manusia

mestilah dihadapi dengan sabar. Lain orang lain pula tingkah laku dan kebiasaannya yang kadangkala tidak sama dengan yang ada pada diri sendiri. Memahami berbagai perilaku orang lain sangt perlu sekali karena interaksi dengan orang lain tidak dapat dihindari sebagai cirri masyarakat yang betkemoong. Dalam hal ini kesabamn sangat

diutamakan karena setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda

sesuai dengan latar belakangnya masing-masing. Kesabamn yang telah tetanam sejak dini memudahkan setiap orang itu untuk berinteraksi

dengan siapa saja dan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan

kondisi yang sedang berkembang.

Melihat tatacara pergaulan bujang gadis itu tampaknya dibutuhkan kesabamn karena dalam pelaksanaannya banyak mengalami kesulitan yang mau tak mau mesti dilalui. Melalui aktivitas tersebut secara tidak langsung sudah membentuk karakter orang untuk memiliki rasa sabar didalam dirinya. Tanpa disengaja kesabamn itu tertanam dalam diri karena bila tidak sabar maka pergaulan bujang gadis itu tidak dapat dilaksanakan.

2. Nilai Smi

Nilai seni adalah nilai yang didapatkan khusus dalam bidang seni, yang berkenaan dengan hakekat seni dan berlcesenian (Sedyawati,

1992 dalam Ematip 2001 :49). Sebagai suatu sistem nilai budaya, nilai dapat dipahami melalui sub unsur antara lain konsep estetika (keindahan), sikap Icreatifitas laya smi, harmoni, hiburan dan sebagainya. Dalam pengertian umum nilai seni tidak lain adalah unsure nilai budaya yang diukur dengan rasa senang yang ditimbulkan oleh bentuk-bentuk yang menyenangkan yang tercipta melalui bahasa, suara, bunyi, bangunan dan gernk. Dari seluruh hasil eipta tersebut melahirkan bentuk seni seperti seni sastra, seni suarn, seni musik, seni kriya dan seni tari. Sehbungan dmgan hal tersebut maka dalam pergaulan bujang dan

gadis Besemah terdapat bermaeam-maeam seni seperti:

a. Seni Musik, seni musik tradisional masyarnkat Besemah pada masa silam terbentuk dari perpaduan antarn bunyi-bunyian dan peralatan

yang eukup sederhana. Alat musik yang digunakan adalah ginggong

yang terbuat dari tembaga berbentuk tusuk konda dan serdam yang yang bentuknya hamper sama dengan seruling terbuat bambu yang telah mengalami proses. Alat musik ini dimainkan dengan earn di tiup baru mengeluarkan suara. Irama yang dikelurlcan oleh alat musik ini tergantung kepada kepandaian pemainnya dalam meniup alat musik tersebut. Alat musik in digunakan untuk mengiringi rejung yang ditembangkan oleh hl!iang mauptm gadis. Sejalan

dengan perkembangan zaman dan laneamya arus transportasi

sehinga barang-barang luar mudah masuk termasuk alat musik modem seperti gitar. Akhir-akhir ini gitar menjadi pilihan pertama

bagi bujang yang hendak Beghusik Setiap Beghusik mereka

membawa gitar sebagai alat musik yang mereka gunakan untuk bemyanyi bersama-sama. Alat musik gitar earn menggunakannya

berbeda dengan ginggong dan serdam yakni dengan cara dipetik

baru mengeluarlcan btmyi. Tidak semua orang bias main gitar hanya orang-orang tertentu saja, tetapi melihat pada model pergaulan bujang gadis Besemah yang peralatan utamanya adalah alat musik, maka dapat di pastikan sebagian besar mereka pandai memainkan alat mt5ik tersebut

b. Seni Suarn, seni suara dapat ditemukan pada tembang yang

dilantunkan oleh hl!iang dan gadis ketika Beghusik. Berejung salah

satu seni suara yang ditembang oleh bujang dan gadis ketika mereka

barayak ke hutan atau kebun. Suarn merdu yang dikeluarkan oleh

bujang maupun gadis adalah kekayaan tersendiri yang dimiliki