• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA

B. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: pajak merupakan

25

penyumbang terbesar dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) .

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga menekan konsumsi minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah.

C. Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari secara syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya adalah sebagai berikut :

a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak hiburan, Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan.

D. Pajak Penghasilan

Dasar Hukum Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan diubah untuk ketiga kali dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000. Sebagaimana telah diubah terakhir untuk keempat kalinya dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Undang - Undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti Undang - Undang Pajak Perseroan 1925, Undang-undang Pajak

27

Menurut Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 Ayat (1) yang menjadi Subjek Pajak adalah :

(1) a. 1. Orang pribadi;

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

b. Badan; dan

c. Bentuk Usaha Tetap

(1a) Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan

(2) Subjek Pajak dibedakan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.

(3) Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai nniat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia , kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sedang yang dijelaskan dalam Pasal 3 Ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan yang tidak termasuk Subjek Pajak yaitu:

a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal-balik; c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

29

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Adapun Objek Pajak Penghasilan tercantum pada Pasal 4 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dengan penguraian sebagai berikut:

(1) Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau untuk menambah kekayaan Waiib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan ataujasa yang diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang – Undang ini;

b. Hadiah dari Undian, pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. Laba usaha;

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupahibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan; dan

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan penambangan.

31

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, ermasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain yang sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi Asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

r. Imbalan bunga sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

s. Surplus Bank Indonesia.

Yang dikecualikan dari Objek Pajak dalam Pasal 4 ayat (3) yaitu:

a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

33

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Penggantian ataua imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura/dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh Bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada Orang Pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari modal yang disetor

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam

bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

35

3. merupakan usaha mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan;dan

4. sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu: 1. diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak

pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan foral,/non formal, yang terstruktur baik didalam negeri maupun luar negeri;

2. tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau pengurus dari Wajib Pajak pemberi beasiswa;

3. komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar;

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan di bidang pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

E. Pajak Penghasilan Orang Pribadi 1. Subjek Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan Pembahasan Pasal 2A Ayat (1) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek Pajak Orang Pribadi terbagi atas:

1.1 Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN)

Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) atau Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atau Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Contoh : Mr. Jones mulai bekerja di Indonesia bulan Oktober 2010 tapi berniat untuk

37

menetap di Indonesia, maka untuk tahun pajak 2010 dianggap SPOPDN. Begitu pula halnya dengan Mr. Smith, warga negara Belanda yang selama setahun berada di Indonesia lebih dari 183 hari walaupun sering pulang pergi ke negaranya.

1.2 Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN)

Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, tapi memperoleh penghasilan dari Indonesia.Contoh: Mr. Jeung Sik tinggal di Korea membeli saham PT. XYZ di Kalimantan. Bila PT. XYZ membagi deviden kepadanya, deviden tersebut akan tetap dipotong pajak (PPh Pasal 26).

2. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Obyek PPh Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi, baik yang berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama & dalam bentuk apapun.

3. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Tarif Pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah)

5 % (lima persen) Diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 250.000.000,00

(lima puluh juta rupiah sampai dengan dua ratus lima puluh juta rupiah)

15 % (lima belas persen)

Diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah)

25 %

(dua puluh lima persen)

Di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30 % (tiga puluh persen)

Sumber : Pasal 17 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

4. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Untuk menghitung PPh (Pajak Penghasilan) Orang Pribadi ada 3 (tiga) macam : 1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan.

2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan. 3. Wajib Pajak berstatus sebagai karyawan.

39

1. Wajib Pajak Menyelenggarakan Pembukuan

Untuk menghitung penghasilan neto-nya, atas penghasilan bruto yang diterima WP yang menyelenggarakan pembukuan, dapat dikurangkan dari biaya yang dapat dikurangkan sesuai dengan UU PPh Pasal 6 ayat A. Biaya yang bersifat bukan pengurang (UU PPh pasal 9 ayat (1) ), biaya-biaya yang terkait dengan penghasilan bukan obyek pajak (UU PPh pasal 4 ayat (3) ) dan biaya yang terkait dengan obyek pajak yang dikenakan PPh final, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dengan rincian:

- Omzet setahun lebih besar atau sama dengan Rp. 4,8 Milliar.

- Penghasilan Bruto – (Biaya-biaya deductible) = Penghasilan netto.

- Biaya deductible = iuran dana pensiun ; kerugian karena penjualan / pengalihan harta ; kerugian selisih kurs ; biaya litbang ; beasiswa, magang, pelatihan ; piutang tak tertagih ; kompensasi kerugian selama 5 (lima) tahun ; Pendapatan Tidak Kena Pajak khusus Orang Pribadi.

2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan

Mempunyai kewajiban menyelenggarakan pencatatan. Untuk menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) sesuai dengan pasal 14 Undang - Undang Pajak Penghasilan. Dengan rincian sebagai berikut:

- Omzet setahun dan besarnya persentase NPPN ditetapkan dengan KMK (Keputusan Menteri Keuangan). Penetapannya ditetapkan lebih lanjut dengan

keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-536/PJ./2000.

- Penghasilan bruto x Presentase NPPN = Penghasilan netto

3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan

Berhak atas penghasilannya yaitu gaji berupa biaya jabatan atau biaya pensiun yang diberikan kepada pegawai tetap atau pensiunan, untuk dijadikan sebagai pengurang dari penghasilan bruto berupa gaji, tunjangan, uang lembur, premi asuransi JPK, JKK, JKM, bonus dan lain-lain, yang diterima pegawai tetap. Jika karyawan membayar premi Jaminan Hari Tua (JHT) juga dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk penghitungan Pajak Penghasilannya.

Kepada Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan pengurangan berupa PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) yang besarnya PTKP ditentukan keadaan pada awal tahun takwim. Untuk penghasilan istri digabung, tambahan seorang istri (hanya seorang istri) dilakukan dalam hal istri:

- Bukan karyawati tetapi memiliki penghasilan dari pekerjaan bebas yang tidak berkaitan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami

41

- Bagi masing-masing suami istri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-masing maka PTKP diperlakukan seperti PTKP WP Tidak Kawin. Sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

- PTKP untuk Wajib Pajak yang melakukan pisah harta adalah sebesar PTKP masing-masing. Namun status kawin dan tanggungan disertakan pada suami.

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Keterangan Jumlah PTKP Per 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2012 Jumlah PTKP Mulai 1 Januari 2013

Untuk diri WP Orang Pribadi Rp.15.840.000,00 Rp. 24.300.000,00

Tambahan untuk WP kawin Rp. 1.320.000,00 Rp. 2.025.000,00

Tambahan untuk isteri yang penghasilannya di gabung

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maks. 3 orang) Masing masing Rp.1.320.000,00 Masing-masing Rp. 2.025.000,00 CONTOH PERHITUNGAN

1. Bambang adalah seorang pegawai tetap pada PT. indobuana, telah menikah namun belum mempunyai anak. Memperoleh gaji sebulan sebesar Rp.2.000.000,00. PT. Indobuana mengikuti program Jamsostek. Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,30% dan 0,50% dari gaji. Sedangkan Bambang membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.

Bambang membayar iuran pensiun pada PT. Indobuana yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp.50.000,00.

Pertanyaan : Berapakah PPh terutang Bambang yang harus dibayar setiap bulannya pada Tahun 2010?

43

Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap

Gaji sebulan Rp.2.000.000,-

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 10.000,-

Premi Jaminan Kematian Rp. 6.000,-

Penghasilan Bruto Rp. 2.016.000,-

1. Biaya jabatan 5% x Rp.2.016.000 = Rp. 100.800,-

Pengurangan

2. iuran Pensiun Rp. 50.000,-

3. iuran Jaminan Hari Tua Rp. 40.000,-

Rp. 190.800,-

Penghasilan neto sebulan Rp.

1.825.200,-Penghasilan neto setahun Rp.1.825.200; x 12 (bulan) = Rp.21.092.400,- PTKP

- Untuk WP Orang Pribadi Rp.15.480.000,- - tambahan untuk WP Kawin Rp. 1.320.000,-

Rp. 17. 160.000,-

Penghasilan Kena Pajak Setahun (PKP) Rp. 4.742.400,-

Pembulatan Rp. 4.740.000,-

PPh Pasal 21 Terutang

5% x Rp. 4.740.000,- = Rp. 237.100,- (dibagi 12)

2. Neill McLearry adalah seorang karyawan memperoleh gaji pada bulan Januari 2013 dalam mata uang asing sebesar US$ 2.000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2013 berdasarkan Keputusan Menteri keuangan adalah Rp. 11.250,00 per US$ 1.00 . Neill Mclearry berstatus menikah dengan 1 anak. Berapa PPh Pasal 21 terutang atas penghasilannya di Tahun 2013?

PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang sebagian atau seluruhnya diperoleh dalam mata uang asing.

Gaji sebulan (US$ 2000 x Rp.11.250,-) = Rp.22.500.000,-

Pengurangan:

Biaya Jabatan: 5% x Rp.22.500.000,- = Rp.1.125.000,-

Maksimum diperkenankan Rp . 500.000,

Penghasilan Neto sebulan Rp. 22.000.000,-

Penghasilan Neto setahun 12 x Rp. 22.000.000,- Rp.264.000.000,-

PTKP ( berdasarkan - untuk WP Pribadi Rp. 24.300.000,- - untuk WP Kawin Rp. 2.025.000,- - untuk 1 anak Rp. 2.025.000,- Rp. 28.350.000,-

45

PPh Pasal 21 Terutang

5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15% x Rp.185.650.000,- = Rp. 27.847.500,- Rp. 30.347.500,- PPh Pasal 21 Terutang sebulan

Rp. 30.347.500,- dibagi 12 = Rp. 2.528.958,-

5. Pendaftaran dan Penilaian

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

NPWP merupakan suatu sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Juga digunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak serta membantu dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah mempunyai NPWP maka wajib baginya melaksanakan kewajiban perpajakannya berupa menghitung, memperhitungkan, melapor dan menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan nya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana WP terdaftar.

Wajib Pajak diwajibkan melaporkan sendiri PPh terutang dengan mengisi secara benar laporan penghasilan dan lain-lainnya pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa untuk setiap bulan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada akhir tahun pajak. Berikut penjelasan singkat tentang SPT Tahunan WP Orang Pribadi:

Apa itu SPT Tahunan?

SPT Tahunan PPh adalah formulir yang diisi Wajib Pajak untuk melaporkan identitas diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan penghitungan pajaknya setiap tahun SPT Tahunan yang harus diisi oleh WP Orang Pribadi?

Formulir SPT Tahunan untuk Orang Pribadi terbagi atas 3 yaitu:

1. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan antara lain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770;

2. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan Iainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770 S dan ;

3. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari hanya satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali dari bunga bank dan bunga koperasi, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770SS

SPT Tahunan PPh WP OP dapat diperoleh di tempat tempat yang telah ditentukan, yaitu:

47

a. Kantor Pelayanan Pajak terdekat;

b. Pojok Pajak atau Mobil Pajak keliling yang dapat anda temui di tempat-tempat keramaian;

c. diunduh melalui situs www.pajak.go.id

Apakah dengan mengisi SPT Tahunan WP akan selalu membayar PPh?

Orang Pribadi yang mengisi SPT Tahunan tidak selalu harus membayar PPh. Yang diwajibkan membayar kembali PPh-nya, apabila yang bersangkutan dalam

Dokumen terkait