LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
KLASIFIKASI PAJAK PENGHASILAN ATAS WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR O
L E H
NAMA : RADE MEILANI NIM : 102600110
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin Puji syukur tiada hentinya penulis ucapkan atas
segala Nikmat dan Rahmat Allah yang tak terhingga hingga penulis mampu
menyelesaikan Tugas akhir yang berjudul “Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib
Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” dengan
lancar tanpa hambatan dan tepat waktu. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi DIII Administrasi Perpajakan FISIP
USU.
Especially dedicated for ibunda Hj. Rosdiana dan ayahanda H.Zainal Abidin
sebagai salah satu bentuk balas jasa penulis atas dukungan moril dan materiil yang
beliau berikan hingga Tugas Akhir ini diselesaikan. Kemudian rasa sayang yang
dalam kepada saudara kandung Ema dan Suci serta Juang dan Azan atas rasa
persaudaraan dan kehangatan kekeluargaan yang menambah semangat penulis dalam
berfikir dan mencari ide-ide baru. tidak pernah lupa rasa terimakasih yang dalam
Kepada Bapak Indra Efendi Rangkuti,S.sos selaku dosen pembimbing dan seluruh
staf pengajar/dosen DIII Administrasi Perpajakan.
Terlebih bagi Teman-teman Administrasi Perpajakan Kelas C 2010 Fani,
Irma, Umi, Devi, Nimas, Rina dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
secara tidak langsung telah memberi pelajaran berharga tentang perselisihan,
pertengkaran, rasa bahagia, dan rasa sedih yang di jalani bersama selama 3 tahun
yang membuat penulis semakin dewasa. Selanjutnya kepada sahabat-sahabat yaitu
Nisa, Diah, dan Kiki atas kesetiaannya menemani penulis mulai dari bangku SMA
hingga kini. Wish this friendship never last. Selanjutnya teruntuk almarhum Ricky
Arbian Syahputra yang menemani penulis dari lulus mengikuti ujian masuk
Universitas Sumatera Utara hingga semester 1 perkuliahan . Penulis banyak belajar
dari sifat almarhum yang ceria, semangat, tidak banyak mengeluh dan pantang
menyerah. Proudly present this for him. Last but not least , hasil Tugas akhir ini saya
peruntukkan kepada Muhammad Taufan Setiawan yang telah menemani dari awal
hingga akhir dengan rasa sabar dalam kebersamaan menghadapi kegiatan perkuliahan
yang cukup melelahkan. Semoga diberikan kelancaran dalam segala urusan dan
semoga sukses dalam berkarya baik di lingkungan Marchingband USU maupun
diluar daripada itu.
Hasil dari Tugas Akhir ini nantinya bukan merupakan hasil individual
melainkan tidak lepas dari hasil semangat dan dukungan dari kerabat dan sanak
saudara secara langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap semoga isi dari
Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak dan membantu dalam penyelesaian
Penulis menyadari Tugas Akhir ini tidak sempurna dan tidak lepas dari
kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian.
Demikian Kata pengantar ini ditulis. Atas kekurangan dalam penulisan
maupun pemaparan mohon maaf dan dimaklumi. Terimakasih.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang Masalah PKLM ... 4
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 8
E. Metode PKLM ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ... 14
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 18
C.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 19
D.Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 20
BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak ... 23
v
D. Pajak Penghasilan ... 26
E. Pajak Penghasilan Orang Pribadi ……….. ... 36
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan (WP OP
PPh) ... 49
B. Data Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi .... 50
C. Laporan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN ... 54
B.SARAN ... 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu cara kerja yang
langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja yang nyata guna memberikan
kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. PKLM merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang langsung ditujukan
untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung
berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari dosen Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Karena sifatnya untuk memberikan
dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas
pada apa yang menjadi tujuan PKLM.
Dengan pesatnya perkembangan sosial dan ekonomi sebagai hasil pembangunan
nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, dan setelah mengevaluasi
perkembangan pelaksanaan Undang - Undang Perpajakan selama beberapa tahun
terakhir, khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan, maka dipandang perlu
untuk dilakukan perubahan Undang - Undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan
peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di
2
Maka peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak
Penghasilan telah mengalami perubahan selama empat kali. Yang berlaku sejak 1
Januari 1984 adalah Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983. Sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan diubah untuk
ketiga kali dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000. Sebagaimana telah
diubah terakhir untuk keempat kalinya dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan.
Perubahan ini dimaksud tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang
dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan
produktivitas. Dengan mengarah pada penunjang kebijaksanaan pemerintah dalam
rangka meningkatkan investasi langsung di Indonesia.baik penanaman modal asing
maupun dalam negeri di bidang usaha tertentu dan daerah tertentu yang menjadi
prioritas, penyesuaian tarif untuk meningkatkan daya saing, penambahan atau
perluasan basis perpajakan untuk meningkatkan penerimaan negara serta memberikan
dorongan bagi perkembangan usaha-usaha kecil.
Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Undang - Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian
luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang - Undang ini
disebut Wajib Pajak.
Untuk lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, maka di Indonesia
hingga kini masih menganut Self Assessment System, dimana wajib pajak diberi
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, memotong,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar dan dilaporkan
sesuai keadaan sesungguhnya. Tentu saja dalam pelaksanaannya Wajib Pajak akan
dibimbing dan dibina oleh fiskus. Hubungan kerjasama dan timbal balik yang baik
antar wajib pajak dan fiskus ini otomatis mempermudah Wajib Pajak dalam mendapat
kepastian hukum, konsistensi, transparansi dan keadilan.
Dalam rangka meningkatkan keadilan pengenaan pajak, maka pemerintah
melalui Undang - Undang melakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal-hal
tertentu dan pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya.
Struktur tarif pajak yang berlaku juga perlu diubah dan dibedakan untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi dan untuk Wajib Pajak Badan, guna memberikan beban pajak yang
lebih proporsional bagi masing-masing golongan wajib pajak.
Berangkat dari hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui klasifikasi
(penggolongan) yang menjadi penerimaan pajak penghasilan di suatu instansi
4
Sehingga tercipta dan terangkum judul “Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib
Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM kali ini adalah :
1.1 Untuk mengetahui data klasifikasi penerimaan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.2 Mengetahui laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2011 dan 2012.
1.3 Menganalisa laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan
mengetahui potensi penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
2.1 Manfaat PKLM bagi Mahasiswa yaitu :
a. Mengetahui secara langsung praktik kerja yang sesungguhnya dan
penanganan akan masalah yang dihadapi
b. Menambah skill kerja dan belajar bagaimana bekerja dalam teamwork
d. Belajar sikap kerja baru (work attitude)
e. Mengetahui klasifikasi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
2.2 Manfaat PKLM bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yaitu :
a. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi
pemerintah
b. Menambah sumber - sumber ide baru
c. Menstimulasi loyalitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
kepada masyarakat
d. Mempromosikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
kepada masyarakat khususnya civitas akademika Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU)
2.3 Manfaat PKLM bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:
a. Mempererat hubungan kerjasama antar pihak Program Studi dengan
instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama
6
c. Menambah aplikasi nyata bagi kurikulum
d. Mendorong kemajuan alumni di masa mendatang
C. Uraian Teoritis
Pengertian Pajak mengacu pada Pasal 1 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan Undang - Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang
pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Subjek Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan secara umum meliputi orang pribadi, badan, warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, serta Bentuk
Usaha Tetap (BUT). Subjek Pajak terbagi atas dua, yaitu Subjek pajak Dalam Negeri
dan Subjek Pajak Luar Negeri dengan perlakuan tarif pajak yang berbeda. Yang tidak
termasuk Subjek Pajak adalah kantor perwakilan Asing, pejabat perwakilan
diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dengan syarat tertentu,
tertentu, pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tertentu.
Adapun Objek Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yan diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk
apapun. Pengecualian dari Objek Pajak berupa bantuan atau sumbangan termasuk
zakat yang diterima Badan Amil Zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah,
harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus,
warisan, pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi beasiswa, dan lain sebagainya yang diatur dalam Undang - Undang Pajak
Penghasilan.
Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Orang Pribadi yang menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri pada
Pasal 2 Ayat (3) huruf a Undang – Undang Pajak Penghasilan adalah yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (seratus delapan puluh tiga hari)
8
Berdasarkan pembahasan Pasal 2A Ayat (1) Undang – Undang Pajak
Penghasilan, Kewajiban Pajak subjektif Orang Pribadi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Ayat (3) huruf a dimulai pada saat orang pribadi tersebut lahir, berada atau
berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia
atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tempat diadakannya PKLM adalah Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur. Dengan perincian ruang lingkup :
1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar di KPP Pratama Medan Timur
Tahun 2012 sampai dengan 2013
2. Data klasifikasi (penggolongan) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
Tahun 2012 dan 2013
3. Laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahun 2011 dan 2012
4. Analisa atas laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan
PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi: pengajuan judul, penentuan
judul oleh Ketua Program Studi, penyusunan proposal PKLM, kegiatan
seminar proposal PKLM, revisi proposal, penyetujuan proposal, pembagian
dosen pembimbing, penyetujuan kembali proposal dan bimbingan serta
konsultasi oleh dosen pembimbing hingga pada tahap pemberian izin riset
PKLM.
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Yaitu kegiatan studi mencari data informasi dengan membaca landasan teori.
Buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan,
majalah, surat kabar, catan-catatan maupun bahasa tertulis yang berkaitan
dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Yaitu kegiatan studi dengan cara terjun langsung ke lokasi dilakukannya
PKLM guna mencari data dan informasi serta mempelajari laporan-laporan
10
4. Pengumpulan Data
Kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun laporan
tugas akhir. Terdiri dari :
a. Data Primer: Data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak yang
berkompeten terkait dengan judul laporan PKLM.
b. Data Sekunder: Data yang yang diperoleh dengan studi literatur. Yaitu
mempelajari Undang – Undang Perpajakan, buku referensi, majalah dan
sumber lainnya yang berkaitan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis
permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau
menanyakan solusi/jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah
tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan Pengumpulan data digunakan tiga metode yaitu :
1. Metode Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
berkompeten agar menambah objektifitas tugas akhir berkaitan dengan
kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.
2. Metode Observasi (Pengamatan)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan
dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas
yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi petunjuk atau arahan
terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada
instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan
memiliki resiko yang tinggi.
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Adapun yang menjadi maksud penulis membuat sistematika penulisan laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM.
Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi
12
A. BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM),
tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), uraian teoritis, ruang lingkup PKLM,
metode PKLM, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan laporan PKLM.
B. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM Dalam bab ini terdapat tinjauan umum lokasi PKLM
termasuk sejarah singkat berdirinya, struktur
organisasi, uraian tugas dan fungsi pegawai,
gambaran pegawai/karyawan/anggota personil pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
C. BAB III : GAMBARAN DATA
Bab ini menjelaskan tentang teori teori perpajakan
secara umum dan khusus termasuk ketentuan, fungsi,
subjek, objek, tarif, cara penghitungan, pendaftaran
dan penilaian pajak yang berlaku berdasarkan
D. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini berisi uraian data, laporan data,
pembahasan masalah dan penganalisaan masalah
yang menjadi tujuan utama PKLM.
E. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan pelaksanaan PKLM
berdasarkan data-data yang diperoleh serta saran
penulis guna memperbaiki masalah masalah yang
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah
lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal
Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga
kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan
Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,
267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat
Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama
menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Kantor Pelayanan Pajak Medan
Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
16
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi
enam wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah:
1) Kecamatan Medan Timur
2) Kecamatan Medan Area
3) Kecamatan Medan Tembung
4) Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Barat
2) Kecamatan Medan Sunggal
3) Kecamatan Medan Petisah
4) Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
2) Kecamatan Medan Denai
3) Kecamatan Medan Johor
4) Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Polonia
2) Kecamatan Medan Maimun
3) Kecamatan Medan Baru
4) Kecamatan Medan Tuntungan
5) Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Belawan
2) Kecamatan Medan Marelan
3) Kecamatan Medan Labuhan
18
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
1) Kota Binjai
2) Kabupaten Langkat
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. KPP Pratama
Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasakan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993.
Kantor Pelayanan Pajak modern yang menangani Wajib Pajak terbanyak
adalah KPP Pratama dan Small Tax Office (STO). KPP Pratama baru dibentuk pada
tahun 2006 s.d 2008 . Di tahun 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur diganti
nama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
Pada tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur resmi mengganti
lokasi kantor disebabkan musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 6 Januari
2013 yang menimpa gedung lama KPP Pratama Medan Timur. Mulai tanggal 14
Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur berlokasi kerja di Jalan Suka Mulia No.17A
tepatnya di Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I Lantai IV
Medan. Dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Timur
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja
agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkam secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I)
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II)
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III)
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV)
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
20
10. Seksi Pelayanan
11. Kelompok Jabatan Fungsional
D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha,
Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3
(tiga) Koordinator Pelaksana yaitu : 1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan
Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan 3. Koordinator Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan
pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi
perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data
keluaran dan masukan
2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data dan
3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi
perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV (WASKON)
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I hingga Seksi Pengawasan dan Konsultasi
IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,
melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,
usulan pembetulan ketetapan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding.
4.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. Peraturan
Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan
Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP),
menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk
22
dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain
dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan.
5. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Seksi
Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak
2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian
Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “Uraian tugas dan
kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun Daftar Nominatif dan atau
Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan Diperiksa, membuat usulan pembatalan
Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang
(SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan
Pajak ”.
7. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban
produkhukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan dan pelaksanaan regristasi Wajib Pajak. Membawahi
3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu:
1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu
2. Koordinator Pelaksanaan Surat Pemberitahuan
3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.Setiap kelompok tersebut
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.Adapun jumlah Jabatan
Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan
24
KANTOR PELAYANAN PAJAK
Bagan I.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
NO. SEKSI JUMLAH
1. Kepala kantor 1 orang
2. Sub Bagian Umum 6 orang
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9 orang
4. Seksi Pelayanan 16 orang
5. Seksi Penagihan 4 orang
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4 orang
7. Seksi Ektensifikasi Perpajakan 4 orang
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) 8 orang
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) 6 orang
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) 7 orang
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) 7 orang
12. Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang
JUMLAH 83 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA
A. Pengertian Pajak
Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan
tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A.
Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku
Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991: 2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku essay in Taxation yang
diterbitkan di Amerika menyatakan : Tax is compulsory contribution from the person,
to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all,
without reference to special benefit conferred. Dari definisi di atas terlihat adanya
kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang
ditujukan secara khusus pada seseorang. Memang demikian halnya bahwa
bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH. dalam bukunya Dasar-dasar
kas negara berdasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang - Undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi
(timbal-balik) individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
B. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari
berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
25
penyumbang terbesar dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) .
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih
tinggi terhadap minuman keras sehingga menekan konsumsi minuman keras.
Demikian pula terhadap barang mewah.
C. Jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari secara syarat objektifnya, dalam arti
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya adalah sebagai berikut :
a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame,
Pajak hiburan, Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan.
D. Pajak Penghasilan
Dasar Hukum Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah
Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan diubah untuk ketiga kali dengan
Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000. Sebagaimana telah diubah terakhir untuk
keempat kalinya dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Undang - Undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan
27
Menurut Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 Ayat (1) yang
menjadi Subjek Pajak adalah :
(1) a. 1. Orang pribadi;
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
b. Badan; dan
c. Bentuk Usaha Tetap
(1a) Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan
(2) Subjek Pajak dibedakan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak
Luar Negeri.
(3) Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai nniat untuk bertempat
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia , kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sedang yang dijelaskan dalam Pasal 3 Ayat (1) Undang – Undang Pajak
Penghasilan yang tidak termasuk Subjek Pajak yaitu:
a. Kantor perwakilan negara asing;
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat
lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya
tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal-balik;
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
29
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana
dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga Indonesia dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Adapun Objek Pajak Penghasilan tercantum pada Pasal 4 Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dengan penguraian sebagai
berikut:
(1) Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau
untuk menambah kekayaan Waiib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan ataujasa yang diterima
atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam Undang – Undang ini;
b. Hadiah dari Undian, pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. Laba usaha;
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apapun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupahibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada
hubungan hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan di antara pihak yang bersangkutan; dan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan
dalam perusahaan penambangan.
31
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, ermasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain yang sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi Asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
r. Imbalan bunga sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang yang
mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
s. Surplus Bank Indonesia.
Yang dikecualikan dari Objek Pajak dalam Pasal 4 ayat (3) yaitu:
a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
33
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian ataua imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima dalam bentuk natura/dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh Bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak
yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada Orang Pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
atau badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
modal yang disetor
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
j. dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha
35
3. merupakan usaha mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan;dan
4. sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:
1. diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan foral,/non
formal, yang terstruktur baik didalam negeri maupun luar negeri;
2. tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris,
direksi atau pengurus dari Wajib Pajak pemberi beasiswa;
3. komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke
sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang
studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku dan/atau biaya hidup
yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
E. Pajak Penghasilan Orang Pribadi
1. Subjek Pajak Orang Pribadi
Berdasarkan Pembahasan Pasal 2A Ayat (1) Undang – Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi
dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut lahir, berada atau berniat untuk bertempat
tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek Pajak Orang Pribadi terbagi atas:
1.1 Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN)
Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) atau Wajib Pajak Orang
Pribadi adalah Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atau Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
37
menetap di Indonesia, maka untuk tahun pajak 2010 dianggap SPOPDN. Begitu pula
halnya dengan Mr. Smith, warga negara Belanda yang selama setahun berada di
Indonesia lebih dari 183 hari walaupun sering pulang pergi ke negaranya.
1.2 Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN)
Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, tapi memperoleh
penghasilan dari Indonesia.Contoh: Mr. Jeung Sik tinggal di Korea membeli saham
PT. XYZ di Kalimantan. Bila PT. XYZ membagi deviden kepadanya, deviden
tersebut akan tetap dipotong pajak (PPh Pasal 26).
2. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Obyek PPh Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi, baik yang berasal
dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama & dalam
bentuk apapun.
3. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Tarif Pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah)
5 % (lima persen)
Diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 250.000.000,00
(lima puluh juta rupiah sampai dengan dua ratus lima puluh juta rupiah)
15 % (lima belas persen)
Diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah)
25 %
(dua puluh lima persen)
Di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30 % (tiga puluh persen)
Sumber : Pasal 17 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
4. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Untuk menghitung PPh (Pajak Penghasilan) Orang Pribadi ada 3 (tiga) macam :
1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan.
2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan.
39
1. Wajib Pajak Menyelenggarakan Pembukuan
Untuk menghitung penghasilan neto-nya, atas penghasilan bruto yang diterima
WP yang menyelenggarakan pembukuan, dapat dikurangkan dari biaya yang dapat
dikurangkan sesuai dengan UU PPh Pasal 6 ayat A. Biaya yang bersifat bukan
pengurang (UU PPh pasal 9 ayat (1) ), biaya-biaya yang terkait dengan penghasilan
bukan obyek pajak (UU PPh pasal 4 ayat (3) ) dan biaya yang terkait dengan obyek
pajak yang dikenakan PPh final, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Dengan rincian:
- Omzet setahun lebih besar atau sama dengan Rp. 4,8 Milliar.
- Penghasilan Bruto – (Biaya-biaya deductible) = Penghasilan netto.
- Biaya deductible = iuran dana pensiun ; kerugian karena penjualan / pengalihan
harta ; kerugian selisih kurs ; biaya litbang ; beasiswa, magang, pelatihan ; piutang
tak tertagih ; kompensasi kerugian selama 5 (lima) tahun ; Pendapatan Tidak Kena
Pajak khusus Orang Pribadi.
2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan
Mempunyai kewajiban menyelenggarakan pencatatan. Untuk menghitung
penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
(NPPN) sesuai dengan pasal 14 Undang - Undang Pajak Penghasilan. Dengan
- Omzet setahun dan besarnya persentase NPPN ditetapkan dengan KMK
(Keputusan Menteri Keuangan). Penetapannya ditetapkan lebih lanjut dengan
keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-536/PJ./2000.
- Penghasilan bruto x Presentase NPPN = Penghasilan netto
3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan
Berhak atas penghasilannya yaitu gaji berupa biaya jabatan atau biaya pensiun
yang diberikan kepada pegawai tetap atau pensiunan, untuk dijadikan sebagai
pengurang dari penghasilan bruto berupa gaji, tunjangan, uang lembur, premi asuransi
JPK, JKK, JKM, bonus dan lain-lain, yang diterima pegawai tetap. Jika karyawan
membayar premi Jaminan Hari Tua (JHT) juga dapat dijadikan sebagai pengurang
penghasilan bruto untuk penghitungan Pajak Penghasilannya.
Kepada Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan
pengurangan berupa PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) yang besarnya PTKP
ditentukan keadaan pada awal tahun takwim. Untuk penghasilan istri digabung,
tambahan seorang istri (hanya seorang istri) dilakukan dalam hal istri:
- Bukan karyawati tetapi memiliki penghasilan dari pekerjaan bebas yang tidak
berkaitan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
41
- Bagi masing-masing suami istri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-masing
maka PTKP diperlakukan seperti PTKP WP Tidak Kawin. Sedangkan tanggungan
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
- PTKP untuk Wajib Pajak yang melakukan pisah harta adalah sebesar PTKP
masing-masing. Namun status kawin dan tanggungan disertakan pada suami.
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Keterangan
Jumlah PTKP
Per 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember
2012
Jumlah PTKP
Mulai 1 Januari 2013
Untuk diri WP Orang Pribadi Rp.15.840.000,00 Rp. 24.300.000,00
Tambahan untuk WP kawin Rp. 1.320.000,00 Rp. 2.025.000,00
Tambahan untuk isteri yang
penghasilannya di gabung
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak
angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya
(maks. 3 orang)
Masing masing
Rp.1.320.000,00
Masing-masing
Rp. 2.025.000,00
CONTOH PERHITUNGAN
1. Bambang adalah seorang pegawai tetap pada PT. indobuana, telah menikah namun
belum mempunyai anak. Memperoleh gaji sebulan sebesar Rp.2.000.000,00. PT.
Indobuana mengikuti program Jamsostek. Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing 0,30% dan 0,50% dari gaji. Sedangkan Bambang membayar iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Bambang membayar iuran pensiun pada PT. Indobuana yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp.50.000,00.
Pertanyaan : Berapakah PPh terutang Bambang yang harus dibayar setiap
43
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap
Gaji sebulan Rp.2.000.000,-
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 10.000,-
Premi Jaminan Kematian Rp. 6.000,-
Penghasilan Bruto Rp. 2.016.000,-
1. Biaya jabatan 5% x Rp.2.016.000 = Rp. 100.800,-
Pengurangan
2. iuran Pensiun Rp. 50.000,-
3. iuran Jaminan Hari Tua Rp. 40.000,-
Rp. 190.800,-
Penghasilan neto sebulan Rp.
1.825.200,-Penghasilan neto setahun Rp.1.825.200; x 12 (bulan) = Rp.21.092.400,-
PTKP
- Untuk WP Orang Pribadi Rp.15.480.000,-
- tambahan untuk WP Kawin Rp. 1.320.000,-
Rp. 17. 160.000,-
Penghasilan Kena Pajak Setahun (PKP) Rp. 4.742.400,-
Pembulatan Rp. 4.740.000,-
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp. 4.740.000,- = Rp. 237.100,- (dibagi 12)
2. Neill McLearry adalah seorang karyawan memperoleh gaji pada bulan Januari
2013 dalam mata uang asing sebesar US$ 2.000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk
bulan Januari 2013 berdasarkan Keputusan Menteri keuangan adalah Rp.
11.250,00 per US$ 1.00 . Neill Mclearry berstatus menikah dengan 1 anak. Berapa
PPh Pasal 21 terutang atas penghasilannya di Tahun 2013?
PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang sebagian atau seluruhnya diperoleh dalam mata uang asing.
Gaji sebulan (US$ 2000 x Rp.11.250,-) = Rp.22.500.000,-
Pengurangan:
Biaya Jabatan: 5% x Rp.22.500.000,- = Rp.1.125.000,-
Maksimum diperkenankan Rp . 500.000,
Penghasilan Neto sebulan Rp. 22.000.000,-
Penghasilan Neto setahun 12 x Rp. 22.000.000,- Rp.264.000.000,-
PTKP ( berdasarkan
- untuk WP Pribadi Rp. 24.300.000,-
- untuk WP Kawin Rp. 2.025.000,-
- untuk 1 anak Rp. 2.025.000,-
Rp. 28.350.000,-
45
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp.185.650.000,- = Rp. 27.847.500,-
Rp. 30.347.500,-
PPh Pasal 21 Terutang sebulan
Rp. 30.347.500,- dibagi 12 = Rp. 2.528.958,-
5. Pendaftaran dan Penilaian
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Kepadanya akan
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
NPWP merupakan suatu sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Juga digunakan untuk
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak serta membantu dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah mempunyai NPWP maka wajib
baginya melaksanakan kewajiban perpajakannya berupa menghitung,
memperhitungkan, melapor dan menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan nya ke
Wajib Pajak diwajibkan melaporkan sendiri PPh terutang dengan mengisi secara
benar laporan penghasilan dan lain-lainnya pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
untuk setiap bulan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada akhir tahun pajak.
Berikut penjelasan singkat tentang SPT Tahunan WP Orang Pribadi:
Apa itu SPT Tahunan?
SPT Tahunan PPh adalah formulir yang diisi Wajib Pajak untuk melaporkan identitas
diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan penghitungan pajaknya setiap tahun
SPT Tahunan yang harus diisi oleh WP Orang Pribadi? Formulir SPT Tahunan untuk Orang Pribadi terbagi atas 3 yaitu:
1. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan antara lain dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770;
2. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai
karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan Iainnya yang bukan dari usaha atau
pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770 S dan ;
3. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari hanya satu pemberi kerja
yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali dari bunga
bank dan bunga koperasi, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770SS
SPT Tahunan PPh WP OP dapat diperoleh di tempat tempat yang telah ditentukan,
47
a. Kantor Pelayanan Pajak terdekat;
b. Pojok Pajak atau Mobil Pajak keliling yang dapat anda temui di tempat-tempat
keramaian;
c. diunduh melalui situs www.pajak.go.id
Apakah dengan mengisi SPT Tahunan WP akan selalu membayar PPh?
Orang Pribadi yang mengisi SPT Tahunan tidak selalu harus membayar PPh.
Yang diwajibkan membayar kembali PPh-nya, apabila yang bersangkutan dalam
perhitungan pada formulir induknya dinyatakan “PPh kurang bayar”. Bahkan Orang
Pribadi akan mendapatkan pengembalian PPh dari KPP apabila dinyatakan dalam
formulir induknya “lebih bayar” .
Setelah diisi dengan benar, kemanakah WP menyampaikan SPT Tahunan PPh WP OP?
a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP;
b. Drop Box;
c. Pos/Jasa Ekspedisi yang disertai Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP
terdaftar;
d. e-Filing (Formulir 1770S & 1770SS).
Bagaimana cara menyetor PPh yang terutang?
Pajak yang telah dihitung, disetorkan ke Kas Negara melalui Bank tempat
pembayaran pajak atau Kantor Pos. Batas waktu pembayaran PPh WP OP adalah tiga
Apabila pajak terutang atau SPT Tahunan PPh OP tidak/terlambat disampaikan
dikenai sanksi berupa bunga sebesar 2% perbulan mulai dari berakhirnya
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran. Atau dennda
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
1. Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan (WP OP PPh)
Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih inti, penulis akan memaparkan
terlebih dahulu data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan yang
terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2012 sampai
[image:58.612.147.492.415.530.2]dengan data terakhir Mei 2013.
Tabel 4.1
Jumlah WP OP PPh Terdaftar Pada KPP Pratama Medan Timur
TAHUN JUMLAH WP OP PPh
2012 5.891 WP
s/d Mei 2013 1.977 WP
JUMLAH 7.868 WP
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan yang terdaftar sampai Mei 2013
bertambah sekitar 33,55 % dari data tahun 2012. Kenaikan ini tentu akan menambah
2. Data Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi
Kegiatan ekonomi masyarakat dari berbagai sektor dalam ruang lingkup KPP
Pratama Medan Timur tentu sangat beragam. Maka dibutuhkan suatu
pengelompokkan dalam struktur administrasi perpajakan agar lebih tertib guna
mencapai transparansi pendapatan negara. Dengan itu pemerintah memberi setiap
kode bagi jenis-jenis kegiatan ekonomi Wajib Pajak. Semua perincian kegiatan
Ekonomi masyarakat dirangkum dalam satu peraturan mengenai Klasifikasi
Lapangan Usaha (Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012).
Pajak Penghasilan diklasifikasikan dalam beberapa kategori berdasarkan
Klasifikasi Lapangan Usaha nya. Rincian data Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib
Pajak berjumlah sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk dijelaskan satu
persatu. Maka penulis hanya mendapatkan data klasifikasi berdasarkan Kategori.
Kategori dalam Klasifikasi Lapangan Usaha menunjukkan garis pokok penggolongan
kegiatan ekonomi. Data ini disertai jumlah Wajib Pajak pada masing-masing
51
Tabel 4.2
Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 Pada KPP Pratama Medan Timur
NO. KATEGORI JUMLAH WP OP
1 INDUSTRI PENGOLAHAN 5
2 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 4
3 JASA PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS 1
4 KEGIATAN JASA LAINNYA 929
5 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN
MINUM
1
6 PERDAGANGAN 20
DATA LAINNYA YANG TIDAK DIKETAHUI 6.908
Total 7.868
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013
Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP
Pratama Medan Timur secara garis besar yang diketahui pada tahun terakhir terbagi
atas 6 (enam) kategori dengan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 960 WP.
Yang terdiri dari industri pengolahan, jasa kesehatan, jasa profesional ilmiah dan
teknis, kegiatan jasa lainnya, penyediaan akomodasi dan makan minum dan
perdagangan.di tambah data lainnya yang tidak diketahui sebanyak 6.908 WP. Untuk
Kegiatan jasa lainnya termasuk di dalamnya Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil,
Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi. Sedangkan kategori Perdagangan terdiri
Persentase penerimaan pajak penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi
terbesar berdasarkan data gabungan Tahun 2012 dan 2013 ada pada data lainnya yang
tidak diketahui yaitu sebanyak 6.908 WP atau 87,79% dari keseluruhan WP OP PPh
terdaftar. Pada kategori Kegiatan Jasa Lainnya (termasuk di dalamnya Pegawai
Swasta, PNS, Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi) sebanyak 929 WP atau
11,80%. Kemudian kategori Industri Perdagangan sebanyak 20 WP atau 0,25%,
Industri Pengolahan sebanyak 5 WP atau 0,06%, kategori Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial sebanyak 4 WP atau 0,05%. Sedangkan yang paling sedikit berada
pada kategori Jasa Profesional Ilmiah dan Tekhnik serta penyediaan akomodasi dan
makan minum yaitu masing-masing 1 (satu) orang WP atau menyumbang hanya
sekitar 0,012% dari total WP OP PPh terdaftar di KPP Pratama Medan Timur.
Berdasarkan data diatas (lihat Tabel 4.2), kita dapat mengetahui kategori
penerimaan pajak penghasilan dalam ruang lingkup KPP Pratama Medan Timur.
Namun disayangkan data jumlah WP terbanyak saat ini tidak diketahui masuk dalam
kategori mana. Data klasifikasi ini tidak dapat dibaca oleh sistem komputer pegawai
karena adanya beberapa perubahan pada kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 233/PJ/2012 yang
diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012 tentang
Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak (lihat Lampiran) yang berlaku sejak 1
53
Dari analisa ini, tampaknya perlu adanya upaya yang lebih dari fiskus untuk
menjaring lebih banyak lagi Wajib Pajak guna mendukung pembangunan negara dari
Pajak Penghasilan. Karena dari sekian banyak kegiatan ekonomi yang ada dalam
ruang lingkup KPP Pratama Medan Timur, hanya sedikit yang mendaftarkan diri
sebagai Wajib Pajak. Contohnya dari data Tahun 2012 sampai dengan Mei 2013 ini,
Wajib Pajak Orang Pribadi yang masuk dalam kategori Perdagangan hanya berjumlah
20 orang sedang kita tahu bahwa dari 3 kecamatan yakni Kecamatan Medan Timur,
Perjuangan dan Kecamatan Medan Tembung terdapat cukup banyak kegiatan
perdagangan. Baik yang besar maupun eceran. Hal ini seharusnya menjadi perhatian
bagi fiskus dan masyarakat. Perlu diadakannya sosialisasi, pemberitahuan yang rutin
melalui media dan pendekatan yang baik dari fiskus ke masyarakat agar masyarakat
merasa sadar akan pentingnya pajak. Namun tidak hanya berhenti pada kesadaran
masyarakat saja, profesionalitas fiskus dalam tugasnya membantu dan membina
masyarakat harus diwujudkan secara nyata. Profesionalitas itu harus bisa
direalisasikan tanpa mengharap imbalan seperti halnya melakukan korupsi melalui
suap yang bukan hanya mencoreng nama instansi tempat ia bekerja namun juga
mengkhianati kepercayaan masyarakat dalam waktu yang lama. Dan tentu saja butuh
waktu yang tidak cepat untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat.
3. Laporan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
Setelah membahas Klasifikasi Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi
penerimaan pajak penghasilan selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2011 dan 2012.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan gambaran jumlah penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Namun
penulis terbatas hanya pada data jumlah pembayaran pada Pajak Penghasilan
[image:63.612.151.484.366.454.2]Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Berikut datanya:
Tabel 4.3
Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013
Kenaikan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pasal 25/29
sebanyak Rp. 3.915.149.612,- Tahun 2011 ke tahun 2012 menunjukkan bahwa
penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan orang pribadi mencapai angka yang
lumayan besar sehingga seharusnya dapat digali lebih luas lagi. Namun penulis belum
mendapatkan data penerimaan Pajak Penghasilan untuk Tahun 2013 guna
perbandingan disebabkan jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi hanya Tahun Pajak Jumlah (dalam Rupiah)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari pencarian judul, melakukan
riset, mengumpulkan data dan menganalisa, penulis pada akhirnya akan membuat
suatu rangkuman kesimpulan. Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah:
1. Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau bagian tahun
pajak.
2. Subjek Pajak Penghasilan terdiri dari : Orang pribadi, Warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, Badan dan Bentuk Usaha Tetap.
3. Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut
lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada
saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek
Pajak Orang Pribadi terbagi atas: Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
(SPOPDN) dan Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN).
4. Obyek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan
berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama &
dalam bentuk apapun.
5. Berdasarkan penghitungan pada Tahun 2012 sebanyak 5.891 Wajib Pajak Orang
Pribadi yang telah mendaftarkan diri.