• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MARTABAK MANIS 39 6.1 Penjualan Martabak Manis

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 1 Manajemen Persediaan

3.1.6 Fungsi Persediaan

Efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi dari suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan persediaan bahan baku. Hal tersebut disebabkan karena persediaan memiliki beberapa fungsi penting. Fungsi-fungsi tersebut menurut Handoko (1992) meliputi :

1. Fungsi Decoupling

Merupakan fungsi persediaan bahan baku yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pemasok. Persediaan bahan baku diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Merupakan fungsi yang menyimpan persediaan sehingga perusahaan dapat membeli bahan baku dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.

21 Persediaan ini mempertimbangkan potongan pembelian dan biaya pengangkutan yang lebih murah karena perusahaan melakukan pembeliandalam jumlah yang besar.

3. Fungsi Anticipation

Yaitu fungsi yang berguna bagi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian waktu kedatangan barang selama periode pemesanan kembal isehingga memerlukan persediaan pengaman. Fungsi ini menjadi pelengkap bagi fungsi

decoupling.

3.1.7 Biaya – Biaya Persediaan

Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan diantaranya (Handoko, 1997):

a. Biaya penyimpanan

Merupakan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Biaya ini terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biaya ini meliputi biaya pemeliharaan, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya asuransi, dan biaya opportunity.

b. Biaya pemesanan (pembelian)

Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan sejak bahan dipesan sampai bahan tersedia di gudang. Setiap kali barang dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order cost).

c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

Merupakan biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedia bahan pada waktu yang diperlukan, bukan biaya nyata melainkan biaya kehilangan kesempatan. Biaya ini merupakan biaya yang sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.

3.1.8 Persediaan Pengaman

Dalam kondisi actual perusahaan sering dihadapkan dengan fluktuasi permintaan. Persediaan penyangga (safety stok) selama periode waktu

22 tenggang merupakan tindakan penanggulangan yang logis dalam mengatasi permintaan yang fluktuatif. Service level adalah peluang untuk dapat memenuhi permintaan selama periode waktu tenggang.

3.1.9 Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Masalah yang sering terjadi pada produsen adalah ketersediaan bahan baku, baik jumlah dan kualitasnya. Menurut Assauri (1999), pengertian bahan baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terdapat bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang dimiliki pabrik tersebut.

3.1.10 Pengendalian Persediaan Metode Konvensional

Metode perencanaan dan pengendalian persediaan yang digunakan pada perusahaan atau metode konvensional menggunakan model persediaan

independen yaitu berupa Economic Order Quantity (EOQ) dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi. Metode ini diasumsikan untuk memenuhi kebutuhan persediaan dimana waktu pemenuhan persediaan terbatas. Pada dasarnya penggunaan model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi sama saja dengan pengguaan model EOQ klasik, yang berbeda hanyalah pada model ini pemenuhan persedian relatif tidak instan atau pemenuhan persediaan tidak dapat cepat dilakukan. Teknis model two bin system ini yaitu suatu jenis barang bahan baku dimasukkan ke dalam satu tempat atau modifikasi dari sistem bin seperti ilustrasi sistem tangki air, bila batas persediaan sudah mencapai posisi level batas pemesanan maka akan dilakukan pemesanan untuk pemenuhan kembali persediaan garang tersebut (Waters. 1992). Berikut ilustrasi dalam bentuk gambar tangki air :

23 Batas garis dimana reorder level

Gambar 4. Ilustrasi Model Two Bin System untuk air dalam tangki Sumber : Waters (1992)

3.1.11 Distribusi Probabilitas

Menurut Hanke, et al.(2003), suatu variabel diskrit acak dapat mengasumsikan hanya nilai-nilai dari himpunan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasilnya sering disebut bilangan bulat, maka distribusi probabilitas acak adalah semua kemungkinan nilai yang dapat dipergunakan variabel bersamaan dengan peluang terjadinya masing-masing. Salah satu cara menentukan distribusi probabilitas bagi variabel tertentu adalah dengan menguji hasil historis (data) dan distribusi probabilitas dapat ditemukan, atau frekuensi relatif, untuk setiap variabel yang mungkin dengan cara membagi jumlah pengamatan dengan jumlah pengamatan total (Heizer dan Render, 2010).

3.1.12 Model Probabilistik

Model probabilistik merupakan salah satu model persediaan ideal yang dibangun berdasarkan ketidakpastian dimana variabel tidak diketahui secara pasti tetapi mengikuti sejumlah distribusi kemungkinan dalam variabel (probability distribution).

Menurut Waters (1992), ketidakpastian dalam persediaan yaitu: 1. Permintaan.

Permintaan keseluruhan untuk suatu jenis barang dari sejumlah besar konsumen individu. Fluktuasi acak dalam angka dan ukuran dari pesanan- pesanan tersebut diterjemahkan kepada kedalam suatu variabel ketidakpastian keseluruhan permintaan.

24 2. Biaya.

Pada umumnya biaya memiliki kecenderungan meningkat secara kontinu dalam beberapa tahun. Ukuran dan waktu dari peningkatan tidak dapat diprediksi, sehingga biaya persediaan yang akan datang menjadi tidak pasti. 3. Waktu tunggu.

Waktu tunggu terdiri dari beberapa bagian, termasuk masa persiapan, lokasi dan produksi jenis barang tersebut dari pemasok, pengemasan, dokumentasi, pengepalan, transportasi, pengecekan pada saat kedatangan dan sebagainya. Begitu banyak aktivitas dalam rantai ini yang beberapa variasi pasti terjadi. Bila jenis barang tersebut harus dibuat dan dikapalkan secara internasional, ketidakpastian menjadi tinggi, tetapi bila dipasok dari pemasok lokal, ketidakpastian menjadi rendah.

4. Kuantitas pasokan.

Meskipun pesanan dikirimkan sesuai dengan jumlah unit yang dipesan, namun ada kala jumlah yang dikirimkan berbeda dengan yang dipesan. Alasan jelas ini adalah pengecekan kualitas dengan membatalkan beberapa unit yang telah dikirimkan, kehilangan atau kerusakan selama pengapalan, dan kesalahan-kesalahan lainnya. Sebaliknya pemasok mungkin mengizinkan beberapa tambahan atau kelebihan dan mengirimkan beberapa unit dari yang dipesan.

Dalam model probabilistik terdapat dua sistem yaitu periodic review system dan kuantitas pemesanan tetap. Keuntungan sistem periodic review system

adalah dari segi kemudahan untuk dikelola. Terdapat kegiatan rutin untuk mengecek persediaan di waktu yang ditentukan, pemesanan dilakukan, pengiriman dilakukan, barang tiba dan diperiksa dan sebagainya. Periodic review system khususnya sangat bermanfaat untuk jenis persediaan yang murah dengan permintaan tinggi. Kegiatan rutin juga berarti tingkat persediaan diperiksa pada interval yang spesifik dan tidak harus dimonitor secara kontinyu. Sistem kuantitas pesanan tetap membutuhkan persediaan diperiksa secara kontinyu ketika persediaan telah mencapai reorder level (ROL). Keuntungan lain yaitu kemudahan pemesanan untuk beberapa pemesanan jenis persediaan dalam satu

25 kali pemesanan. Hal ini memberikan pemesanan yang lebih banyak dan memungkinkan perusahaan mendapatkan diskon dari pemasok.

Sebaliknya, keuntungan utama dari sistem kuantitas tetap adalah memesan sejumlah pemesanan persediaan dalam jumlah yang konstan. Pemasok juga dapat mengetahui berapa banyak yang akan dikirim dan administrasi serta transpotasi dapat lebih diatur dalam kebutuhan yang spesifik. Keuntungan lainnya adalah bahwa sistem dapat menyelenggarakan pesanan secara optimal untuk beberapa jenis persediaan yang memiliki karakter masing-masing. Dengan demikian jenis persediaan dengan permintaan yang sedikit akan dipesan sesering dengan jenis persediaan dengan permintaan yang banyak. Sistem kuantitas pemesanan tetap lebih fleksibel menyesuaikan frekuensi terhadap permintaan. Keuntungan lainnya pada sistem kuantitas pemesanan tetap ini yaitu sistem ini dapat memberikan persediaan yang lebih sedikit, karena pada kuantitas tetap terdapat pula persediaan pengaman yang dapat membantu mengatasi ketidakpastian dalam waktu tunggu.

Dalam model probabilistik dengan sistem kuantitas pemesanan tetap, secara garis besar terdiri dari dua model yaitu model untuk permintaan yang terpisah (biasanya untuk produk yang musiman), dan model untuk permintaan yang kontinyu (untuk produk yang diproduksi secara kontinyu). Model untuk permintaan yang terpisah untuk selanjutnya disebut model for diskrit demand dan untuk permintaan kontinyu disebut service level models.

3.2Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan martabak manis Air Mancur yang memiliki kendala dalam hal ketersediaan bahan baku yang masih belum optimal, membuat perusahaan terganggu dalam hal berproduksi sehingga mengalami kerugian baik dari biaya yang harus ditanggung akibat pemesanan bahan baku yang tidak tentu dan hilangnya kesempatan berpoduksi lebih disaat permintaan konsumen meningkat. Permintaan konsumen terhadap martabak manis tidak tentu dan cenderung berfluktuatif dan ini menjadi faktor sulitnya perusahaan dalam manajemen persediaan yang optimal.

Menganalisa manajemen persediaan perusahaan dapat dilakukan dengan memulai identifikasi kebijakan perusahaan dalam sistem pengadaan bahan baku

26 sehingga dapat diketahui volume pemakaian bahan baku, biaya-biaya persediaan bahan baku, harga bahan baku, dan waktu tunggu (lead time). Setelah identifikasi diketahui, maka dapat dilakukan analisis pengendalian persediaan bahan baku.

Analisis persediaan bahan baku terbagi menjadi dua yang berfungsi untuk mengetahui dan membandingkan antara pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dengan pengendalian persediaan bahan baku yang akan dianalisis oleh penulis. Model pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan berupa model EOQ model Two Bin System dimana sistem pemenuhan kembali stok bahan baku dilakukan perusahaan pada saat jumlah stok bahan baku berada pada posisi dimana perusahaan harus melakukan pemesanan untuk pemenuhan kembali bahan baku yang habis (reorder level). Titik dimana perusahaan menentukan saat kapan harus melakukan pemesanan kembali adalah pada saat stok bahan baku tersisa sebesar 10 sampai 20 persen. Akan tetapi perusahaan tidak melakukan perencanaan persediaan bahan baku secara tertulis namun hanya melakukan perencanaan biasa dimana bila melihat beberapa hari kedepan terdapat hari libur nasional maka perusahaan akan merencanakan pemesanan bahan baku yang dilebihkan dari pemesanan biasa sebesar 10 sampai 20 persen. Peneliti akan melakukan analisis pengendalian bahan baku yang berbeda dengan yang dilakukan perusahaan untuk dibandingkan yang nantinya akan dipilih mana yang lebih efisien, metode analisis tersebut adalah model persediaan probabilistik dengan model service level model. Metode probabilistik dengan model service level models ini dipilih karena berdasarkan dengan kondisi perusahaan yang melayani job order yang sifatnya tidak pasti dan juga mampu menggambarkan kondisi nyata pada perusahaan. Kondisi yang tidak pasti ini berawal karena perusahaan tidak bisa memprediksi berapa permintaan konsumen setiap harinya (tidak konstan) maka dilakukan analisis probabilistik dengan model

service level model. Kemudian dari data hasil olahan ini akan dilakukan perhitungan nilai persediaan akhir yang akan dibandingkan dengan nilai persediaan akhir yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan rekomendasi perusahaan mana yang akan disarankan untuk diterapkan.

27

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

Pengendalian Persediaan Ideal Metode Probabilistik

Rekomendasi alternatif pengendalian persediaan bahan baku

Kondisi actual

perusahaan / metode

two bin sistem

Biaya persediaan bahan baku Harga bahan baku Lead time

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Volume pemakaian bahan baku

Identifikasi kebijakan perusahaan dalam pengadaan bahan baku martabak manis Masalah perusahaan :

Ketersediaan bahan baku yang belum optimal/manajemen persediaan yang belum optimal

28

IV.

METODE PENELITIAN

4.1Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilaksanakan di Martabak Air Mancur lokasi Jl. Sudirman Bogor, dan telah dilaksanakan sejak bulan September 2011 – Maret 2012.

4.2Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini diambil menggunakan data primer maupun data sekunder berupa data-data yang dimiliki perusahaan antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1. Kebijakan operasional perusahaan Manajemen 2. Sejarah perusahaan Manajemen 3. Struktur organisasi Manajemen 4. Produk yang dihasilkan Bagian produksi 5. Penjualan bulanan Bagian pemasaran

6. Bahan baku yang digunakan Bagian produk development 7. Lead time pembelian bahan baku Bagian purchasing

8. Mesin-mesin produksi Bagian mesin produksi

4.3Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data primer maupun data sekunder dilakukan dengan dua pendekatan sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan melakukan sudi literatur dan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Untuk menambah informasi dan data sekunder yang dikumpulkan, pustaka yang dikaji tidak terbatas hanya pada pustaka yang dipublikasikan tetapi juga pustaka yang digunakan secara terbatas.

29 b. Studi Lapang

Studi lapang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek kajian, guna menunjang penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan sampling dalam pengambilan data primer dengan menggunakan teknik

non-probability berupa purposive sampling karena objek secara personal telah ditetapkan yaitu yang sudah dijelaskan pada tabel di atas. Data primer ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner kepada sumber yang akan diwawancara yang berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan jenis data yang akan di ambil pada tabel di atas. Sedangkan dalam pengambilan data sekunder berasal dari data penjualan bulanan martabak manis pada tahun 2009-2011 serta data pembelian bahan baku selama September-Desember 2011.

4.4Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tiga tujuan pada pendahuluan sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan juga disesuaikan dengan ke-3 tujuan tersebut. Penelitian ini akan dianalisis dengan cara kuantitatif yaitu dengan mengolah data sekunder yang digunakan peneliti untuk mendapatkan model dari hasil olahan data interval/ratio yang ditabulasikan menggunakan software komputer yaitu SpredSheet (Microsoft Excell 2007) dan

Minitab 14 untuk menghitung standar deviasi dam rataan dalam pendekatan probabilistik. Model persediaan konvensional yang akan di analisis adalah model EOQ dengan two bin system tanpa kendala investasi, sedangkan model persediaan ideal yang akan digunakan adalah metode probabilistik dengan model service level model yang pada akhirnya akan dipilih dan digunakan sebagai alternatif yang sesuai dengan perusahaan dalam perencanaan pengendalian bahan baku produksi.

4.4.1 Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan/Konvensional

Identifikasi awal meliputi identifikasi proses produksi dalam perusahaan dan kebijakan dalam proses produksi. Selain itu juga identifikasi pengendalian persediaan yang ada di perusahaan, jenis-jenis persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan, kebijakan dalam pengendalian persediaan bahan baku, cara perusahaan mengatur persediaan, cara pembelian bahan baku ke pemasok, harga

30 bahan baku, fasilitas penyimpanan bahan baku yang tersedia, dan cara pemeliharaan persediaan bahan baku.

4.4.2 Penentuan Biaya Persediaan

Biaya persediaan yang dianalisis adalah biaya pemesanan kembali ditambah biaya penyimpanan bahan baku martabak manis yaitu tepung terigu, gula pasir, dan telur ayam. Biaya pemesanan (RC) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan berkenaan dengan pemesanan dan penerimaan bahan baku dari pemasok. Biaya ini berhubungan dengan pesanan tetapi tidak berhubungan dengan besarnya pemesanan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya telepon, biaya administrasi, dan biaya transportasi. Biaya pemesanan selama empat bulan dapat dihitung dengan mengalikan frekuaensi pemesanan dalam satu kali pemesanan. Biaya penyimpanan yang diperkirakan yaitu biaya yang telah ditetapkan MAM lima persen dari biaya pembelian bahan baku.

4.4.3 Sistem Persediaan Perusahaan

Sistem pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan adalah model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi. Model ini merupakan hasil pengamatan di perusahaan yang sesuai dengan beberapa asumsi dalam model tersebut dan perusahaan juga tidak memperhitungkan biaya investasi dalam kegiatan pengendalian persediaannya. Untuk melihat rincian kesesuaian model yang dilakukan perusahaan dengan model yang ditetapkan dapat dilihat pada lampiran 2. Model ini digunakan untuk memenuhi persediaan dimana waktu pemenuhan persediaan terbatas.

Jumlah pesanan ekonomis (Qo) pada model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi menggunakan rumus yang sama dengan model EOQ klasik. Perbedaan antara model EOQ klasik dengan model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi, yaitu pada model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi perlu dicari reorder level (ROL) untuk menentukan batas persediaan minimum, sehingga pesanan dilakukan. Namum perusahaan telah menentukan ROL sebesar 15 persen dari total penggunaan bin.

31 Biaya persediaan selama empat bulan menurut model EOQ dengan model Two Bin System tanpa kendala investasi dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya pemesanan selama empat bulan dengan biaya penyimpanan persediaan selama empat bulan. Biaya pemesanan dihitung dengan mengalikan frekuensi pesanan dengan biaya per pesanan. Biaya penyimpanan dihitung dengan mengalikan ROL dengan biaya penyimpanan per unit per empat bulan.

4.4.4 Sistem Persediaan Ideal

pengendalian persediaan bahan baku ideal yang digunakan adalah model probabilistik dengan sistem pemesanan tetap. Pada model ini terdapat dua model yaitu model for discrete demand dan service level models. Model for discrete demand terdapat asumsi yang diijinkannya kekurangan persediaan, namun pada

model for discrete demand, asumsi ketidakpastian terhadap permintaanlah yang menjadi sangat penting, waktu tunggu dianggap pasti. Namun pada service level models , kekurangan persediaan tidak diijinkan, karena permintaan yang kontinu, namun ketidakpastian terhadap permintaan dan waktu tunggu menjadi asumsi lainnya yang membedakan dengan model for discrete demand. Ketidakpastian terhadap permintaan dan waktu tunggu, dapat digunakan bersama-sama pada

service level models, dapat pula asumsi ketidakpastian permintaan digunakan, sedangkan waktu tunggu pasti dan demikian pula sebaliknya, ketidakpastian waktu tunggu digunakan sedangkan permintaan relatif pasti.

Oleh karena itu permintaan pada usaha makanan martabak manis di MAM relative tidak pasti permintaannya, maka model probabilistik yang kemungkinan sesuai untuk usaha ini adalah dengan service level models dengan asumsi permintaan tidak pasti, dan skala kepercayaan 95 persen. Menurut Waters (1992), Rumus yang digunakan dalam model probabilistik dengan asumsi perminntaan yang tidak pasti, yaitu :

ROL = LT (waktu tunggu) x demand + safety stock Safety stock = Z x σ x

HC’ = safety stock x HC

32 Keterangan :

LT : waktu tunggu

Z : normal distribution diketahui 0,05 terhadap selang kepercayaan 95 persen pada tabel distribusi normal sebesar 1,65 (nilai Z)

σ : standar deviasi

demand : yang digunakan adalah permintaan/pemakaian bahan baku

HC’ : estimasi total biaya pemesanan

HC : Holding cost atau biaya penyimpanan (Rp/satuan/waktu) RC : biaya pemesanan per pesanan

Qo : total pemesanan optimal

Biaya persediaan yang dihitung adalah biaya persediaan dari safety stock

yaitu dengan mengalikan jumlah safety stock dengan biaya penyimpanan per unit per satuan waktu.

33

V.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Bapak Kyky Sanjaya merupakan pendiri dari MAM. Kyky Sanjaya berasal dari Bangka, walaupun pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar namun beliau berhasil mendirikan MAM pada tanggal 17 Juli 1993 dengan produk martabak dan menu pendamping lainnya. Merek dagang Martabak Air Mancur merupakan nama yang digunakan yang sesuai dengan lokasinya yang terletak di Jl. Sudirman Bogor.

Pada tahun 1993 bapak Kyky ingin menciptakan image dari sebuah makanan kecil yang biasa dijajakan di jalanan menjadi sebuah image yang lebih baik di mata masyarakat dengan mengubah kualitas dan kemasan serta lokasi yang lebih baik menjadi suatu lokasi yang menetap tidak lagi di gerobak biasa. Bapak Kyky melihat potensi martabak sebagai makanan khas Indonesia yang masih jarang dikembangkan di kota Bogor dan berharap menjadi makanan yang menjadi cirri khas untuk kota Bogor. Inovasi produk martabak yang dilakukan bapak Kyky adalah martabak buah seperti Martabak Pisang dan Martabak Nangka pada tahun 1996 dan mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat karena ini merupakan martabak buah pertama di kota Bogor.

Selanjutnya sampai pada tahun 2004, MAM sudah menjadi ikon martabak di kota Bogor yang sangat digemari, sehingga pada tahun tersebut bapak Kyky mengembangkan MAM dengan membuka cabang di Jl. Pajajaran. Pada awalnya lokasi Pajajaran masih mengontrak di ruko milik pedagang sate kemudian dalam setahun bapak Kyky membeli sebuah ruko besar di sekitar lokasi tersebut.

Pada tahun 2006 terjadi hak alih pemilik yang tadinya MAM ini milik Kyky Sanjaya kemudian dijual seluruhnya namun tidak termasuk hak cipta MAM, dijual kepada seorang insinyur bernama Indra J. Harahap. Alih pemilik ini tidak merubah sistem manajemen dari MAM itu sendiri karna seluruh operasional masih yang lama namun seluruh aset termasuk manajemen sudah menjadi milik Bapak Indra. Bapak Indra sendiri saat ini berdomisili di Medan dan seluruh kegiatan operasional diserahkan tanggung jawabnya kepada manajer MAM.

34 Jam operasional MAM ini dibuka mulai pukul 10 pagi hingga pukul 9 malam namun pada saat libur akhir pekan jam operasional bisa ditambahkan satu jam yaitu hingga jam 10 malam.

5.2 Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi MAM adalah struktur lini dan pegawai dimana pada organisasi ini pelimpahan wewenang berlangsung secara vertical dan sepenuhnya dari pimpinan kepada unit dibawahnya. Struktur organisasi MAM dipimpin oleh seorang pimpinan yaitu bapak Indra J. Harahap. Pimpinan dibantu oleh manajer dan supervisor. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.

Karyawan MAM terdiri dari karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Total karyawan berjumlah 29 orang. Tingkat pendidikan yang dimiliki karyawan, mulai dari SD, SMP, sampai lulusan SMU. Mereka umumnya ditempatkan pada bagian produksi, penjualan, hingga pramusaji. Supervisor dan manajer memiliki tingkat pendidikan D3 hingga S1.

5.3.1 Deskripsi Kerja

Deskripsi kerja sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan terutama perusahaan yang memiliki skala cukup besar dengan sistem manajemen yang

Dokumen terkait