Aktifitas atau tindakan yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran untuk memperlancar arus kopi dari produsen ke konsumen dinamakan fungsi pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi didesa Balee kramat seperti petani, pedagang pengumpul desa, pedagang penngumpul kota, dan pedagang pengecer. Melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Pelaksanaan fungsi–fungsi pemasaran yang diakukan oleh lembaga pemasaran kopi didesa balee kramat dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang diakukan oleh Lembaga Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik
No Lembaga pemasaran Fungsi pemasaran Aktifitas 1 Petani Pertukaran Penjualan
Pertukaran Pembelian dan penjualan Fisik Pemetikan,Pengemasan, , dan
pengangkutan kopi ke tempat penjualan
2 Pedagang pengumpul desa
Fasilitas Informasi pasar dan penjualan Pertukaran Pembelian dan penjualan Fisik Sortasi, pengemasan dan
Pengangkutan 3 Pedagang pengumpul
kota
Fasilitas Informasi pasar dan pembiayaan Sumber: Data Primer Diolah
A. Petani
Petani di daerah penelitian tidak melakukan panen, para pedaganglah yang melakukannya, mereka hanya sekedar membantu. Petani melakukan fungsi pemasaran sebatas pada fungsi pertukaran yaitu melakukan transaksi penjualan dikebun kepada pedagang pengumpul desa karena panennya dilakukan oleh pedagang pengumpul desa maka mereka tidak melakukan fungsi fisik seperti pemetikan, pengangkutan dan pengemasan.
B. Pedagang Pengumpul Desa
Fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengumpul desa yang meliputi fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, Fungsi fisik yaitu pemetikan, pengemasan dan pengangkutan serta fungsi fasilitas yaitu informasi pasar dan pembiayaan. Modal yang digunakan untuk membeli kopi dari petani dengan modal sendiri. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran kopi arabika organik dan non organik yaitu dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Biaya Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik pada Lembaga Pemasaran di tingkat Pedagang Desa
Kopi arabika organi Kopi arabika non organik Biaya dan pemasaran Jumlah (Rp/Kg) Jumlah (Rp/Kg) Harga beli 14.500 12.500
Harga jual 16.500 13.500
- Biaya pemetikan 75 65
- Biaya pengemasan 50 45
- Biaya bongkar muat 45 45
- Biaya retribusi 0,6 0,3
- Biaya penyusutan (2%) 290 250 Total biaya 460,6 395,3
Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa diantaranya biaya pemetikan sebesar Rp. 75 untuk kopi organik dan Rp. 65 untuk kopi non organik. biaya pengemasan sebesar Rp. 50 untuk kopi organik dan Rp. 45 untuk kopi non organik, sedangkan biaya bongkar muat yang dikeluarkan sebesar Rp. 45 untuk kedua kopi tersebut. Biaya retribusi sebesar Rp. 0.6 dan Rp. 0.3 masing-masing kopi dan biaya penyusutan 2 persen. Total biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul desa untuk kopi organik Rp. 460,6 dan Rp. 395,3 untuk kopi non organik.
C. Pedagang Pengumpul Kota
Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran kopi arabika organik dan non organik mulai dari titik produsen ke titik konsumen mempunyai fungsi yang berbeda. Besarnya biaya
pemasaran yang dikeluarkan pedagang kota dalam melakukan fungsi pemasaran kopi dapat dilihat pada tabel tabel 8.
Tabel 8. Biaya Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Kopi Arabiaka Organik dan Non Organik di Tingkat Pedagang Kota
Kopi arabika organik Kopi arabika non organik Biaya dan Pemasaran Jumlah (Rp/Kg) Jumlah (Rp/Kg) Harga beli 16.500 13.500
Harga jual 18.600 14.500
- Biaya pemetikan - -
- Biaya pengemasan 50 40
- Biaya bongkar muat 35 30
- Biaya sortasi 25 20
- Biaya retribusi 0,6 0,3
- Biaya penyusutan (2%) 330 270 Total biaya 440,6 360,3
Sumber: Data primer diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul kota diantaranya biaya pengemasan sebesar Rp. 50 untuk kopi organik dan Rp. 40 untuk kopi non organik, sedangkan biaya bongkar muat yang dikeluarkan sebesar Rp. 35 kopi organik dan Rp. 30 untuk non organik. Biaya sortasi Rp. 25 dan Rp. 20 pada kedua kopi tersebut. Biaya retribusi sebesar Rp. 0.6 dan Rp. 0.3 masing-masing kopi dan biaya penyusutan 2 persen. Total biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul kota untuk kopi organik Rp. 440,6 dan Rp. 360,3 untuk kopi non organik.
6.6. Marjin Pemasaran
Analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemasaran suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Marjin
pemasaran adalah perbedaan harga yang terjadi di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Besarnya marjin pemasaran ditentukan oleh besarnya biaya pemasaran yang terjadi dengan besarnya keuntungan di setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegitan rantai distribusi suatu produk. Biaya pemasaran terdiri dari komponen biaya pengemasan, biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya retribusi. Sedangkan keuntungan pemasaran diukur dari besarnya imbalan jasa yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan dalam pembelian dan penjualan produk. Berikut ini uraian lebih rinci dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Marjin Pemasaran Kopi pada Saluran kopi Arabika Organik dan Non Organik (Rp/Kg) No Unsur Marjin Saluran kopi arabika organik Saluran kopi arabika non organik 1 2 3
Harga Jual Petani
Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa Biaya pemetikan
Biaya pengemasan Biaya bongkar muat Biaya retribusi
Biaya penyusutan (2%) Keuntuangan
Marjin Harga jual
Harga Beli Pedagang Pengumpul kota Biaya pemetikan
Biaya pengemasan Biaya bongkar muat Biaya sortasi Biaya retribusi Biaya penyusutan Keuntuangan Marjin Harga jual 14.500 14.500 75 50 45 0.6 290 1.539,4 2.000 16.500 16.500 - 50 35 25 0,6 330 1.659,4 2.100 18.600 12.500 12.500 65 45 35 0,3 250 604,7 1.000 13.500 13.500 - 40 30 20 0,3 270 639.7 1.000 14.500
Total Biaya pemasaran Total marjin 2.297.6 4.100 488.8 2.000 Famer’s share 77,95 86,20
Tabel diatas menunjukkan marjin yang diterima saluran pemasaran kopi arabika organik sebesar Rp. 4.100, nilainya lebih besar dibandingkan dengan marjin pemasaran yang diterima kopi non organik yaitu sebesar Rp 2.000. Apabila dilihat dari jumlah marjin dan farmer’s share yang diterima petani saluran pemasaran, maka saluran pemasaran pemasaran kopi non organik sudah lebih efisien dari pada saluran pemasaran kopi organik. Sedangkan farmer’s share yang diterima petani kopi non organik juga lebih besar besar dibandingkan dengan petani kopi organik.
Tabel 10. Besar Biaya dan Keuntungan Pemasaran Kopi serta Penyebarannya Biaya pemasaran Keuntuangan Pemasaran Lembaga pemasaran Organik
(Rp/kg) Non Organik (Rp/kg) Organik (Rp/kg) Non Organik (Rp/kg)
Pedagang pengumpul desa Pedagang pengumpul kota
450,6 440,6 395,3 390,3 1.539,4 1.659,4 604,7 639.7 Total 901,2 755,6 2.297,6 488,8
Tabel diatas menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima saluran pemasaran kopi arabika organik oleh pedagang pengumpul desa dan kota lebih besar daripada keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul desa dan kota saluran pemasaran kopi arabika non organik.
Tabel 11. Rata-Rata Rasio Keuntungan dengan Biaya Pemasaran Kopi pada Saluran Kopi Arabika Organik dan Non Organik
Saluran pemasaran Keterangan Keuntungan Biaya Rasio (B/C) Kopi arabika organik P. Pengumpul desa
P. Pengumpul kota 1.539,4 1.659,4 450,6 440,6 3,42 3,77 Total 2.297,6 901,2 7,19
Tabel diatas menunjukkan bahwa kopi arabika organik dan non organik di tingkat pengumpul kota memperoleh rasio (B/C) terbesar untuk kopi arabika organik. Rasio (B/C) yang di terima oleh pedagang pengumpul kota sebesar 3,77, artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan pengumpul kota akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3,77, sedangkan rasio terkecil diterima oleh pedagang pengumpul desa. Untuk kopi arabika non organik Rasio (B/C) yang di terima oleh pedagang pengumpul kota sebesar 3,77, artinya setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan pengumpul kota maka akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,64. Sedangkan rasio terkecil diterima oleh pedagang pengumpul desa. Dapat disimpulkan keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang pengumpul kota pada kedua saluran kopi tersebut.
6.7. Farmer’s share
Indikator penting untuk mengetahui perbandingan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima petani adalah analisis Farmer’s
share. Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran.
Semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin rendah bagian dari harga yang diterima petani.
Bagian harga yang diterima petani adalah bagian harga yang dibayarkan oleh konsumen yang dapat dinikmati oleh petani. Semakin tinggi bagian harga yang diterima petani, maka pemasaran dapat dikatakan efisien. Pemilihan saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap besarnya marjin pemasaran yang ada pada akhirnya juga akan mempengaruhi besarnya bagian harga yang diterima oleh
yang diterima petani semakin rendah. Besarnya Farmer’s share yang diterima petani pada saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 12. Farmer’s share pada Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik di Aceh Tengah
Saluran Pemasaran Harga ditingkat petani (Rp/ Kg)
Harga ditingkat Konsumen (Rp /Kg)
Farmer’s share (%) Kopi Arabika organic 14.500 18.600 77,95 Kopi Arabika Non
Organik
12.500 14.500 86,20
Dari tabel diatas menunjukan bahwa besarnya harga yang diterima petani kopi arabika non organik lebih rendah daripada pemasaran kopi arabika organik. Tetapi apabila dilihat dari segi bagian yang diterima petani adalah saluran pemasaran kopi arabika organik, dimana petani hanya memperoleh farmer’s share sebesar 77,95 persen. Sedangkan pemasaran kopi arabika non organik menghasilkan Farmer’s share sebesar 86,20 persen. Hal ini menunjukan bahwa saluran pemasaran kopi arabika non organik lebih efesien Farmer’s sharenya. Hal ini terbukti dari besarnya selisih antara harga di tingkat petani dan harga di tingkat konsumen.
Dari penjelasan dapat kita disimpulkan bahwa posisi tawar petani masih tergolong lemah karena harga sudah ditetapkan oleh pedagang pengumpul desa, walaupun demikian pendapatan petani masih menguntungkan. Farmer’s share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran pemasaran komoditas kopi arabika dalam usahataninya.