• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.3 Fungsi Seni Pertunjukan

Di Indonesia terdapat banyak organisasi seni pertunjukan yang tersebar di berbagai tempat, di kota besar, di kota kecil, dan bahkan di pelosok pedalaman. Masing-masing organisasi tentu memiliki tujuan atau misi yang akan dicapai oleh organisasi bersangkutan. Dengan demikian tata cara pengelolaan pun telah dilakukan sesuai dengan misi, fungsi, dan stratanya. Apabila dicermati berdasarkan sisi penikmatnya, secara garis besar seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer yaitu, (Soedarsono: 2002): 1) sebagai sarana ritual, 2) sebagai sarana hiburan pribadi, 3) sebagai presentasi estetis.

Fungsi sebagai sarana ritual, jelas bahwa penikmatnya adalah kekuatan yang tak kasat mata seperti dewa, arwah nenek moyang. Apabila penikmatnya adalah pelakunya sendiri, seperti misalnya pertunjukan tayub, bajidoran, maka fungsi seni tersebut tentu sebagai sarana hiburan. Namun jika penikmatnya adalah penonton yang harus membayar maka fungsi seni pertunjukan dimaksud sebagai presentasi estetis.

Menurut Soedarsono (2002: 130) menjelaskan fungsi seni sebagai hiburan tidak banyak membutuhkan persyaratan. Seni untuk hiburan tidak terikat pada misi tertentu. Seni yang mampu memberikan kesenangan pada seorang atau kelompok orang yang berada disekitar pertunjukan. Sebagai media tontonan seni pertunjukan harus dapat menghibur penonton, menghilangkan stres dan

34

menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni pertunjukan ini biasanya tidak ada kaitannya dengan upacara ritual. Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil pada peringatan kelahiran, resepsi pernikahan dan bertujuan untuk memberi pengalaman estetis kepada penonton. Seni pertunjukan disajikan agar dapat memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya, oleh karena itu sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan. Sebagai seni pertunjukan/ tontonan adalah tergolong pertunjukan, karena pertunjukannya lebih mengutamakan bobot nilai seni dari tujuan lainnya. Fungsi hiburan pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Hiburan bagi penonton dan 2) Hiburan bagi pemain.

Sudut pandang penonton mengenai fungsi seni sebagai hiburan, banyak penonton yang menghadiri acara pertunjukan hanya untuk memperoleh sesuatu yang menghibur. Kategori menghibur penonton melihat dari kostumnya yang menarik dan pantas, iringannya cocok, dan penyajiannya rapi dan lancer (Sedyawati 1986: 159-160). Selain pertunjukan berfungsi sebagai hiburan untuk penonton, pertunjukan juga berfungsi sebagai hiburan bagi para pemainnya. Pemain atau niaga, sinden dan dalang dapat menjadikan pertunjukan sebagai hiburan, karena mereka mampu mempunyai kepuasan batin pada saat pertunjukan, dan pemain juga dapat memenuhi kebutuhan estetiknya dengan cara berekspresi melalui pertunjukan (Soedarsono 2002: 132).

Karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman yang senantiasa merujuk pada nilai-nilai buday,

35

norma-norma sosial ataupun pndangan hidup yang berlaku dalam masyarakat (Soeteja, 2009: 7).

Seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karya-karyanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melaikan karena kemampuanya menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Budhisantoso 1994 (dalam Soeteja, 2009: 7), sampe pada kesimpulan bahwa kesenian apapun perwujudannya, mempunyai fungsi sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Fungsi tersebut adalah:

1. Sarana kesenangan dan hiburan

Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni, orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi. Disela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang akan menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu iyalah dengan melakukan kegiatan berkesenian diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya seni untuk memberi kesenangan pribadi.

Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana objektif yang dapat di ikuti oleh banyak orang tanpa menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kenikmatan dan kepuasaan jiwa bagi orang yang menikmatinya.

36

2. Sarana pernyataan jati diri

Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan kepribadianya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan mengungkapkan jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran yang mencerminkan kepribadianya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan bahkan tidak jarang menjadi pujaan (idola).

3. Sarana integratif

Peryataan dan perwujudan pemikiran seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya.

4. Sarana pendidikan

Sebagai sarana pendidikan, seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat tradisional, seni digunakan sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni.dalam era modern saat ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukan bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian disekolah membantu mendorong berbagai potensi yang dimiliki para peserta belajar.

37

Sejarah

Revitalisasi Kesenian Dalang Jemblung di Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

Dalang Jemblung di Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

Revitalisasi Fungsi Pertunjukan 1. Sebagai Hiburan 1.1 Penonton 1.2 Pemain 2.4 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.

Sumber: Sasetya Tunjung Widyati, 2015 Bentuk Pertunjukan 1. Dialog 2. Cerita 3. Babak 4. Alur 5. Amanat 6. Dalang 7. Sutradara 8. Sinden 9. Pemain/ Aktor 10. Sesaji 11. Iringan 12. Tata Rias 13. Tata Busana

14. Tata Suara dan Bahasa 15. Tata Lampu

38

Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana revitalisasi kesenian Dalang Jemblung di Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Revitalisasi dilakukan dengan cara mendeskripsikan mengenai sejarahnya dalang jemblung di Kabupaten Banyumas dan menampilkan kembali bentuk pertunjukan Dalang Jemblung yang meliputi dialog, lakon, babak, alur, amanat, dalang, sutradara, sinden, pemain/ aktor, sesaji, iringan, tata rias, tata busana, tata suara dan bahasa, tata lampu, dan tata panggung agar kesenian Dalang Jemblung terlihat lebih menarik dan diminati masyarakat. Fungsi pertunjukan Dalang Jemblung bagi masyarakat yaitu sebagai hiburan yang ditinjau dari sudut pandang penonton dan dari sudut pandang pemain.

Peneliti ingin mengungkap sejarah dalang jemblung di Kabupaten Banyumas, bentuk pertunjukan dan fungsi pertunjukan menurut teori revitalisasi. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian Revitalisasi Kesenian Dalang Jemblung di Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, terdiri dari sejarah dalang jemblung, bentuk pertunjukan dalang jemblung dan fungsi pertunjukan dalang jemblung.

100 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Revitalisasi dilakukan dengan cara menampilkan kembali bentuk pertunjukan Dalang Jemblung yang meliputi dialog, iringan, tata panggung, tata rias, tata busana, tata suara, dan cerita tanpa merubahnya. Pertunjukan Dalang Jemblung di Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas merubah sedikit pada tatanan panggung, yaitu menggunakan panggung dengan ukuran lebar 6x3 m dan tinggi panggung satu meter, kemudian diatas panggung diletakan meja beserta kursi, diatas meja tersebut diletakan sesaji yang terdiri dari tumpeng lengkap dengan lauk pauk. Unsur utama pada kesenian Dalang Jemblung yaitu pada dialog dan dalang. Dalang pada kesenian dalang jemblung ini berperan juga sebagai dalang utama atau sering disebut dengan sutradara. Busana yang dikenakan pun sangat sederhana, untuk pemain laki-laki hanya menggunakan beskap, jarik, stagen dan blangkon. Pembeda antara dalang dan pembantu dalang pada warna beskap, sedangkan untuk pemain wanita mengenakan kebaya, jarik dan stagen serta slendang yang diselempangkan diatas bahu. Hiasan kepala hanya menggunakan sanggul dan melati. Dimanapun pertunjukan, di dalam ruangan atau luar ruangan para pemain biasanya tidak menggunakan alas kaki, bilapun mengenakan alas kaki biasanya mengenakan alas kaki masing-masing karena tidak ada ketentuan untuk sama setiap pemain. Tata rias wajah untuk sinden atau pemain wanita menggunakan rias korektif yang hanya

101

mempertegas bagian dari wajah, dan untuk pemain laki-laki hanya menambahkan alas bedak saja.

Fungsi pertunjukan seni dalang jemblung adalah sebagai hiburan artinya pertunjukan tersebut menjadi salah satu sarana hiburan bagi mereka untuk mendapat kesenangan dan kegembiraan. Fungsi hiburan terbagi menjadi dua, yaitu hiburan bagi penonton dan hiburan bagi pelaku (pemain). Hiburan dari sudut pendang penonton ditinjau dari penampilannya yang lucu saat memainkan perannya, sehingga penonton merasa terhibur dan merasa senang setelah menonton pertunjukan dalang jemblung. Hiburan dari sudut pandang pemain, kegiatan pentas dalang jemblung dapat memberikan rasa senang dan kepuasan yang dapat dinikmati menurut seleranya sendiri, yaitu seni dalang jemblung sebagai kegiatan selingan dari pekerjaan rutinnya. Pementasan Dalang Jemblung dipentaskan bersamaan dengan kebutuhan lain seperti HUT Kabupaten Banyumas, HUT RI, dan peringatan Hari Raya Idul Fitri.

5.2 Saran

Demi terjaganya kesenian yang mengalami revitalisasi khususnya Kesenian Dalang Jemblung, yang dapat peneliti sarankan untuk warga Kabupaten Banyumas khususnya warga Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas untuk terus melestarikan kesenian yang mulai mengalami kepunahan khususnya kesenian Dalang Jemblung dengan cara, seringnya dipentaskan pada acara-acara yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas ataupun Pemerintah Desa, khususnya Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas.

102

Demi berkembangnya Kesenian Tradisional Kabupaten Banyumas, khususnya kesenian-kesenian dari Banyumas, yang dapat peneliti sampaikan untuk Dinporabudpar adalah terus menghidupkan kembali kesenian-kesenian yang mulai punah agar terus dapat dinikmati oleh masyarakat. Serta perlu lebih ditingkatkannya sosialisasi pada kesenian-kesenian yang mengalami revitalisasi dengan cara dipentaskannya pada acara-acara Kabupaten guna memperkenalkan kesenian tradisional Kabupaten Banyumas kepada masyarakat luar.

103

Dokumen terkait