• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kredit Pada Umumnya 1 Pengertian Kredit

3. Fungsi dan Tujuan Kredit

Pemberian kredit oleh perbankan menempati porsi terbesar dari kegiatan usaha Bank dalam penyaluran dana, yaitu 84,32% dari seluruh aktiva produktif perbankan. Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan.52

a. Tujuan umum

Kredit yang diberikan oleh Bank merupakan suatu pendapatan dari usaha Bank di samping jenis usaha yang lain. Pemberian kredit oleh Bank kepada debitur mempunyai tujuan tertentu, yaitu:

Sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional dan sebagai suatu sumber dana yang dapat disalurkan kepada masyarakat umum untuk digunakan dalam pembangunan nasional secara menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan baik hukum, ekonomi, sosial, budaya, melalui lembaga keuangan yang efisien dan

52

Heru Soepraptomo, Hak Tanggungan Sebagai Pengaman Kredit Perbankan. Bandung: Citra PT. Aditya Bakti, 1996, hal. 98.

dipercaya oleh masyarakat serta makin dijangkau oleh setiap masyarakat di seluruh tanah air dengan menciptakan iklim yang mendukung agar mampu meningkatkan peran aktif masyarakat.

b. Tujuan khusus

- Mencari keuntungan, yaitu bertujuan memperoleh hasil dari pemberian kredit, terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan pada nasabah; - Untuk meningkatkan dan membantu usaha nasabah yang memerlukan

dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Bantuan dana tersebut diharapkan dapat mengembangkan dan memperluas usaha debitur - Membantu pemerintah, bagi pemerintah semakin banyak kredit yang

disalurkan oleh pihak Bank akan semakin baik. Hal ini berarti adanya peningkatan di berbagai sektor. Keuntungan pemerintah dari pemberian kredit ini adalah sektor penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah Bank, memberikan kesempatan kerja dalam hal kredit pengembangan usaha atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa dan meningkatkan devisa negara.

- Manfaat lain bagi pemerintah dan masayarakat adalah penyaluran kredit kepada dunia usaha secara makro ekonomi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan meningkatnya sektor riel.

Tujuan Kredit adalah sebagai berikut :

pemberian kredit berupa bunga kredit.

2) Bagi kepentingan umum dan masyarakat adalah agar dapat dicapai peningkatan produktivitas dan daya guna suatu barang/modal untuk memenuhi kebutuhan manusia yang disertai kelancaran peredaran sosial ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Bagi nasabah atau debitor adalah profitability dan responsibility,yaitu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atas usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit bank dan untuk dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian.

Fungsi Kredit adalah sebagai berikut :

Suatu kredit mencapai fungsinya apabila sosial ekonomis, baik bagi debitor, kreditor maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitor dan kreditor, mereka memperoleh keuntungan, juga mengalami peningkatan kesejahteraan, sedangkan bagi negara mengalami tambahan penerimaan negara dari pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.

Sebagai lembaga keuangan, peranan bank dalam perekonomian sangatlah dominan. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya. Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha bisnis di dunia ini yang bebas kredit. Bahkan, negara-negara kaya pun membutuhkan kredit dari lembaga- lembaga keuangan internasional, apalagi negara-negara menengah dan negara miskin.

Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna atau utility dari uang. 2. Kredit dapat meningkatkan daya guna atau utility dari barang. 3. Kredit dapat meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang. 4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 7. Kredit adalah sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 4. Dasar Hukum Perjanjian Kredit

Berbicara masalah Perkreditan maka perlu kiranya kita mengerti apa yang menjadi dasar di dalam pemberian dari suatu kredit. Perjanjian kredit adalah merupakan salah satu bentuk perjanjian dari banyak bentuk perjanjian yang ada di dalam dunia usaha, yang menimbulkan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. Di dalam Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh karena itu untuk sahnya perjanjian kredit sebagaimana untuk sahnya suatu perjanjian seperti yang diisyaratkan oleh Pasal 1320 KUH Perdata harus dipenuhi. Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.53

Perjanjian kredit juga harus memuat asas-asas perjanjian sebagaimana perjanjian pada umumnya. Sedangkan menurut Pasal 1338 KUH Perdata bahwa pada dasarnya Perjanjian berasaskan:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Yakni semua orang bebas untuk mengadakan sesuai dengan yang dikehendakinya, tidak terikat pada bentuk dan syarat tertentu. b. Asas Konsensualisme

Yakni perjanjian sudah dapat dikatakan selesai dengan adanya kata sepakat dari para pihak yang membuat perjanjian.

2. Asas Kekuatan Mengikat

Yakni setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak, mengikat seperti undang-undang dan tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. 54

- Pada Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang Selain di dalam KUHPerdata, pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, juga dikenal adanya beberapa ketentuan yang menjadi pedoman dalam memberikan kredit, sebagaimana disebutkan sebagai berikut:

53

R.Subekti, KUH Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, Pasal 1320, halaman 339

54

Moch. Djais SH.,CN.,MHum dan Suradi SH.,MHum, Kontrak (Pelatihan Kemahiran Hukum Kerjasama PT.PLN distribusi Jateng-Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang), Hal. 1-2

mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

Sedangkan pada ayat 2, Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia .

- Pada Pasal 11 ayat (1),(2), (3), dan (4) Undang-Undang Perbankan menyebutkan:

1. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh pihak bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan.

2. Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30 % (tiga puluh persen) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit, atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank kepada:

a) Pemegang saham yang memiliki 10 % (sepuluh perseratus) atau lebih dari modal disetor bank;

b) Anggota Dewan Komisaris; c) Anggota Direksi;

d) Keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c;

e) Pejabat bank lainnya; dan

f) Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

4. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam ayat (1), (2), dan (3).

- Pada Pasal 15 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 11 berlaku juga bagi Bank Perkreditan Rakyat.

- Pada Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yangmempercayakan dananya kepada Bank.

Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pihak pemerintah di dalam Undang - Undang Perbankan, mengenai ketentuan kredit, pada dasarnya bukanlah untuk membatasi kegiatan Bank, melainkan untuk menerapkan prinsip kehati- hatian dalam mengelola dana masyarakat, memperkecil resiko kerugian yang mungkin timbul serta untuk melindungi kepentingan masyarakat.

Dokumen terkait