• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. URAIAN TEORITIS

2.1 Uang

2.1.3 Fungsi uang

(acceptability). Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability), kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah dibawa (portable), dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value) (Iswardono, 1994: 4).

2.1.3 Fungsi Uang

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan fungsi turunan. Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai (Iswarsono, 1994: 6).

Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of

account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam

barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang dan jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan alat untuk meningkatkan status sosial.

2.1.4 Jenis-Jenis Uang

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral (Iswarsono,1994: 10). Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.

Jenis-jenis uang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.Menurut Bahan Pembuatannya

a. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari logam biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai.

b.Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau dari bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

2.Menurut nilainya

a. Uang Penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakannya.

b.Uang Tanda (token money). Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari bahan yang digunakan.

3.Menurut lembaga/ badan pembuatnya

a. Uang kartal yaitu uang yang dicetak/ dibuat dan diedarkan oleh Bank Sentral.

b.Uang giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh Bank-bank umum (komersial) dalam bentuk Demand Deposit atau yang lebih dikenal dengan Check.

2.1.5 Teori Nilai Uang

Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

1.Teori uang statis.

Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang statis adalah:

• Teori Metalisme (Interinsik). Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.

• Teori Konvensi (perjanjian). Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.

• Teori Nominalisme. Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.

• Teori Negara. Asal mula uang karena negara, apabila negara

menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang disyahkan.

2.Teori uang dinamis.

Teori yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis antara lain:

• Teori kuantitas dari David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula dan juga sebaliknya.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

• Teori kuantitas dari Irving Fisher. Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan oleh Irving Fisher yang memasukkan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang.

• Teori persediaan kas. Teori ini di lihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.

• Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.

Uang merupakan barang yang mempunyai nilai. Ada 2 teori yang mengungkapkan alasan mengapa masyarakat menerima uang yaitu teori barang dan teori nominalisme, yang dapat diperinci sebagai berikut (Harry, 1997: 32):

A. Teori Barang

1.Teori Logam (Katalistis), seperti logam emas yang diterima masyarakat

sebagai uang, karena di dalamnya mengandung nilai interinsik yang disukai umum, tidak berkurang nilainya bila disimpan sepanjang masa.

2.Teori Nilai Batas, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan keperluan

akan barang dan pandangan terhadap uang. B.Teori Nominalisme (Akatalistis)

Yaitu penilaian terhadap uang tidak berdasarkan bahan yang terkandung di dalamnya, tetapi nilai uang dengan sengaja ditetapkan.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

a. Teori Perjanjian, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan perjanjian

(conventional) untuk memakai benda dalam pertukaran, misalnya kurang dari jumlah tertentu diganti permen.

b. Teori Kebiasaan, yaitu Penilaian terhadap uang didasarkan kebiasaan

dalam menggunakan suatu benda tertentu sebagai alat pertukaran (intermediair = perantara) yang menimbulkan paksaaan bagi orang untuk menerima benda sebagai uang.

c. Teori Kenegaraan, dimana pemerintah memberikan kekuatan resmi

kepada uang yang dijadikan alat pertukaran. 2.Teori Nominalisme Petunjuk

a. Teori petunjuk, penilaian terhadap uang karena masyarakat

mempunyai tuntutan (claim) terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Di sini uang sebagai indikator bahwa masyarakat menghasilkan jasa-jasa produktif sebagai andil dalam produksi nasional.

b. Teori Rasialisme dan Toeri Modern, penilaian terhadap uang

berdasarkan teori realisme (fungsional), sedangkan teori modern berdasarkan analisis makro. Secara mikro, uang mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat yaitu sebagai intermediair dalam pertukaran. Secara makro, setiap orang mempunyai penghargaan terhadap suatu benda sebagai uang, maka uang mempunyai fungsi yang tertentu.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.1.6 Jumlah Uang Beredar

Ada beberapa defenisi dari uang beredar (Boediono, 1998: 4) diantaranya adalah:

1. Narrow Money (Uang dalam arti sempit) dan disimbolkan dengan M1 yang meliputi currency yaitu uang tunai yang berada di tangan masyarakat umum dan disebut juga uang kartal (uang kertas dan uang logam) dan uang giral atau Demand Deposit (DD).

Persamaannya : M1=C+DD……….(1)

2. Board Money (uang dalam arti luas) dan disimbolkan dengan M2 yang meliputi M1, deposito berjangka atau time deposit dan saving deposit (SD).

Persamaannya: M1+SD+TD………(2)

3. Defenisi uang beredar lebih luas lagi disimbolkan dengan M3, yang mencakup semua TD dan SD, mata uang domestik atau mata uang asing penduduk negara yang bersangkutan yang terdapat pada lembaga-lembaga keuangan. Semua TD dan SD ini disebut uang kuasi atau quasy money (QM). TD dan SD dalam mata uang asing yang merupakan milik penduduk negara yang bersangkutan tidak termasuk dalam defenisi uang kuasi.

Persamaannya: M1+QM………..(3)

4. Liquiditas Total (L), yang mencakup semua alat liquid yang ada di dalam masyarakat. Jadi, selain TD dan SD juga termasuk obligasi

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

pemerintah dan swasta jangka pendek, wesel perusahaan (commercial

papers), cek mundur, aksep bankir, deposito luar negeri dan sebagainya.

Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan uang beredar, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga, kebijakan meneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor-faktor lain yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.

2.1.7 Teori Permintaan Uang

2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang 1. Pendapat Irving Fisher

Teori permintaan uang kaum klasik yang dikeluarkan Irving Fhiser ini dapat dirumuskan (Mulia, 1998: 44):

MV = PT……….(1) Dimana:

M = jumlah uang beredar

V = perputaran pada perekonomian dalam suatu periode P = tingkat harga barang

T = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu periode Pada persamaan di atas dapat diketahui, jumlah uang yang diterima penjual sama dengan yang dibayarkan pembeli. Ini berlaku untuk seluruh perekonomian, nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang dibeli dalam jangka waktu tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama dengan volume transaksi (V) dikalikan dengan harga rata-rata barang dan jasa

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

tersebut. Disisi lainnya nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan harus sama pula dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M) dikalikan rata-rata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (Vt) sehingga rumus di atas dapat diubah menjadi:

MVt = PT………..………(2)

Vt adalah laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity of

circulation) merupakan variabel yang dipengaruhi (ditentukan) faktor-faktor

lembaga yang ada dalam masyarakat, dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T (volume transaction) sangat ditentukan oleh pendapatan nasional (output dalam masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu tahun. Persamaan di atas dapat dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu:

Md =

Vt PT

...(3)

Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT tetap), maka keseimbangan moneter dapat diketahui, yaitu:

Md = Ms

Dimana: M = penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan

Ms =

Vt PT

………(4)

Dari persamaan (4) dapat diartikan dalam jangka pendek variabel P (harga umum) akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang yang beredar. T ditentukan oleh tingkat output ekuilibrium masyarakat.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Variabel Vt (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan oleh:

a. Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakat b. Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomian

c. Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan sistem kredit, sehingga kebutuhan uang akan menurun.

2. Pendapat Marshall (Cambridge)

Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan perbedaan, dimana ia menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan bukan pada perputaran uang (V) atau pembelanjaan.

Persamaan Marshall dalam transaksi adalah: M = k (PT)

k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunai P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi

T = jumlah transaksi yang terjadi M = jumlah uang beredar

Persamaan Marshall dalam versi pendapatan adalah: M = k (PY)

Y = Pendapatan nasional M = Jumlah uang beredar

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

k = Proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai

Dengan adanya penambahan uang beredar akan meningkatkan harga barang dan jasa.

3. Teori Kuantitas Modern (Milton Friedman)

Friedman menyatakan teori kuantitas adalah teori tentang permintaan uang bukan teori penentuan produk, pendapatan maupun harga. Menurut Friedman, uang adalah satu bentuk kekayaan seperti bentuk kekayaan lainnya (obligasi, kepandaian, tanah). Defenisi kekayaan yang diberikan Frietman adalah seluruh kekayaan yang merupakan sumber pendapatan. Maka tingkat suku bunga memperlihatkan hubungan jumlah kekayaan dengan aliran pendapatan. Hubungan ini diformulasikan: W = i Y W = kekayaan Y = aliran pendapatan i = tingkat bunga

Fridman mengelompokkan bentuk kekayaan sebagai berikut:

1) Uang tunai (M), dimana pendapatan dari uang tunai adalah berupa keamanan dan kemudahan.

2) Obligasi (bond), pendapatan yang diharapkan dari obligasi adalah perubahan harga obligasi dan bunga yang diterima secara berkala.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

4) Pendapatan kekayaan berupa barang fisik tergangtung perubahan harga barang tersebut.

5) Kekayaan yang berbentuk manusia berupa kecakapan atau keahlian (w).

2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas didasarkan pada 3 motif (Harry, 1993: 37):

1) Transaction Motive

Menahan uang kas adalah untuk memungkinkan bagi sektor Rumah Tangga atau sektor bisnis untuk menjalankan usahanya membeli dan menjual. Membiayai pembayaran/ kewajiban yang harus dibayarkannya agar usaha/ bisnis berjalan lancar.

2) Precautionary motive

Menahan uang kas terutama berhubungan dengan ramalan pengeluaran untuk menghadapi keadaan yang darurat (emergency). Motiv pencegahan ini mengakibatkan banyak uang kas yang ditahan. Misalnya untuk berobat.

3) Speculative motive

Menahan uang kas adalah untuk mendapat kesempatan mendapat keuntungan yang mungkin melalui ramalan keadaan pasar yang akan datang. Misalnya mengharapkan Dollar akan naik, maka menahan uang Dollar memperoleh keuntungan bila terjadi devaluasi.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.1.8 Teori Penawaran Uang

Penawaran uang dalam teori moneter mempunyai arti yang sama dengan jumlah uang beredar. Pada zaman standar emas, penawaran uang hanya bisa ditambah dengan jalan menaikkan produksi emas, tapi memproduksi emas memerlukan biaya. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak pemerintah, tapi secara otomatis dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah “uang” tersebut. Bila harga emas naik, yaitu bila harga barang-barang lain adalah rendah kalau dinyatakan dalam satuan emas, maka produsen emas akan cenderung menaikkan produksi emasnya. Ini berarti bahwa penawaran uang (atau jumlah uang beredar) semakin banyak, dan ini berarti selanjutnya akan menurunkan harga emas (atau menaikkan harga barang-barang lain). Keadaan sebaliknya akan terjadi kalau harga emas terlalu rendah.

Jumlah uang yang beredar ada diluar kekuasaan pemerintah. Setelah sistem standar kertas semakin meluas penggunaannya, keadaan menjadi sangat berbeda, uang yang beredar dapat ditambah sebanyak yang dikehendaki pemerintah dengan biaya yang cukup rendah. Produksi uang kertas adalah monopoli pemerintah dan jumlah uang yang beredar menjadi sepenuhnya pencerminan kehendak pemerintah (P. Rahardja, 1997: 25).

Dalam perekonomian modern perkembangan uang semakin pesatnya sehingga yang dapat dikategorikan sebagai uang berbeda-beda menurut defenisinya. Dengan kata lain, sesuatu defenisi uang atau mempengaruhi jenis-jenis uang apa saja yang masuk dalam defenisi tersebut.

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Pada mulanya yang dimasukkan dalam defenisi uang hanyalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat dan di edarkan oleh Bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter. Kemudian dengan perkembangannya peranan bank, yang termasuk sebagai uang adalah uang kartal dan uang giral (Demand deposit yakni yang berada dalam rekening giro di Bank umum) dan juga adanya uang kuasi (Near money yaitu uang yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka).

Dari ketiga jenis uang tersebut terdapat perbedaan dalam penggunaannya. Uang kartal dan uang giral digunakan sebagai alat pembayaran sedangkan uang kuasi tidak dapat langsung digunakan sebagai alat pembayaran. Dengan kata lain uang kartal dan uang giral lebih likuid dibandingkan uang kuasi (Suseno, 2002: 12).

Sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam maka yang dimaksud dengan jumlah uang beredar di Indonesia adalah nilai keseluruhan uang yang berada ditangan masyarakat. Pengertian jumlah uang beredar dibagi dua yaitu jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah

jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. M1 = C + D

Dimana:

M = jumlah uang beredar dalam arti sempit C = uang kartal (uang kertas dan uang logam) D = uang giral/ cek

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad money atau M2) adalah M1 ditambah deposito berjangka (Time deposit).

M2 = M1 + TD Dimana:

M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas

TD = Deposito berjangka

Dalam perkembangan selanjutnya pengertian jumlah uang beredar telah berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di sektor keuangan dan perbankan di masing-masing negara.

Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan uang beredar antara lain: tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga, kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor- faktor lain yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.

2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang

Jika permintaan uang disimbolkan dengan Md, dan penewaran uang disimbolkan dengan Ms, maka kondisi keseimbangan pasar uang dapat

disimbolkan sebagai berikut: Ms = Md

Setelah kedua sisi dibagi dengan tingkat harga, maka dapat dirumuskan kondisi keseimbangan pasar uang dalam bentuk persamaan permintaan uang riil agregat sebagai berikut:

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

p Ms

= L (r,Y)

Terlepas dari soal tingkat harga dan output, keseimbangan suku bunga menjadi satu-satunya faktor yang menunjukkan penawaran uang riil sama dengan permintaan agregat.

Kurva permintaan uang riil agregat memotong garis lurus vertikal (yang melambangkan penawaran uang riil) di titik E. pada titik inilah, suku bunga riil keseimbangan tercipta. Kurva yang melambangkan penawaran uang berbentuk

tegak lurus pada

p Ms

, karena Ms diatur secara tetap oleh bank sentral sedangkan

pengaruh harga diabaikan.

Secara grafis keseimbangan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Uang

2.2. Pengeluaran Pemerintah

Permintaan uang riil agregat Tingkat harga uang riil r r2 r1 r0 0 Penawaran uang P0 P1 P2

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggran defisit. Dalam pengertian umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana komposisi pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (G > T).

Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari: (1) pengeluaran rutin dan (2) pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budged) antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat, 1989).

Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjakan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian (amortisasi).

Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga utang oleh

Dokumen terkait