• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, CADANGAN DEVISA DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH UANG

BEREDAR DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Nur Khoiriyah Daulay 040501067 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Medan

Analisis Pengaruh pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan

Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Skripsi

Diajukan oleh:

Nur Khoiriyah Daulay 040501067 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(3)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Medan

Penanggung Jawab Skripsi

Nama : Nur Khoiriyah Daulay

Nim : 040501067

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Moneter

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan

devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang

Beredar di Indonesia

Tanggal, Pembimbing,

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD)

NIP: 132 306 534

(4)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Fakultas Ekonomi

Medan

Berita Acara Ujian

Hari :

Tanggal :

Nama : Nur Khoiriyah Daulay

Nim : 040501067

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Moneter

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan

devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang

Beredar di Indonesia

Ketua Departeman, Pembimbing,

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD)

NIP: 132 206 574 NIP: 132 306 534

Penguji I, Penguji II,

(Paidi Hidayat, SE, M.Si) (T. Diana Bakti, SE, M.Si)

NIP: 132 307 086 NIP: 131 568 370

Universitas Sumatera Utara

(5)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Medan

Persetujuan Administrasi Akademik

Nama : Nur Khoiriyah Daulay

Nim : 040501067

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Moneter

Judu l Skripsi :Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah,

cadangan devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap

Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Tanggal, Ketua Departemen,

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP: 132 206 574

Tanggal, Dekan,

(6)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

The purposes of this research is to analyze the influence of expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest to money supply.

The data in this research are collected from the annual report of Bank Indonesia and Statistical Body Center with use the annual time series data, namely in the period 1988 to 2007. The model analysis is Linier Regression Model with employs the Ordinary Least Square (OLS) method.

In the equation model, the money supply is the dependent variable and expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest are independent variables. The quantitative analysis recommends that the money supply is influenced by expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest.

The determination coefficient (R2) showed that about 99.09%. it means that the money supply could be explained by the independent of variables in the model. The result indicate that the significant variable are expenditure government ( = 2%), the foreign exchange reserve ( = 1%), and SBI rate of interest ( = 2%). The overall test shows that the expediture government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest simultaneously influenced on the increasing of the money supply. { F-test > F- table (583,9094 > 6,11)}.

(7)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan tahunan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan urutan waktu periode tahun 1988 sampai dengan tahun 2007. Model analisis data adalah regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least Square (OLS).

Dalam persamaan model, jumlah uang beredar adalah sebagai variabel terikat sedangkan pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI adalah sebagai variabel bebas. Analisis perhitungan merekomendasikan bahwa jumlah uang beredar dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI.

Koefisien determinasi menunjukkan bahwa sekitar 99,09%. Hal ini berarti bahwa jumlah uang beredar dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang ada di dalam model. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah (α= 2%), cadangan devisa (α= 1%) dan suku bunga SBI (α = 2%) berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. Hasil tes keseluruhan menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar {F-hitung > F-tabel (583,9094 > 6,11)}.

(8)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar

Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafa’atnya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bnga SBI terhadap Jumlah Uang Beredar

di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar

Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata-1 Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata

sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari

kekhilafan dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan masukan yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan

sebagai acuan bagi penulis di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan

pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan

(9)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang,

Ayahanda H. Zulfan Daulay, SAg dan Ibunda Almh Roslaini Tanjung yang

telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, do’a dan

semangat serta motivasi baik moril maupun materi kepada penulis selama ini.

Sarta tak lupa juga kepada Adik-adik penulis tersayang terima kasih atas

dukungan, semangat dan kasih sayangnya.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, selaku dosen pembimbing penulis

yang telah dengan keikhlasan hati membimbing penulis dengan banyak

memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran selama proses

penulisan skripsi ini

5. Bapak Paidi Hadayat, SE, M.Si selaku dosen pembanding I dan Ibu T. Diana

Bakti, SE, M.Si selaku dosen pembanding II yang telah memberikan saran dan

masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen wali Penulis yang telah

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan,

yang telah memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama

(10)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

8. Seluruh Staf pegawai Bank Indonesia cabang Medan dan Badan Pusat

Statistik Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam

memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis.

9. Kepada sahabat-sahabatku, teman-temanku Departemen Ekonomi

Pembangunan khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu terima kasih atas semua dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang

telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

para pembaca sekalian.

Medan, Mei 2008

Penulis

(Nur Khoiriyah Daulay)

(11)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRACT ... i ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Hipotesa ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. URAIAN TEORITIS... 8

2.1 Uang ... 8

2.1.1 Pengertian uang ... 8

2.1.2 Syarat-syarat uang ... 8

(12)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.1.4 Jenis-Jenis uang ...

10

2.1.5 Teori Nilai Uang ...

11

2.1.6 Jumlah Uang Beredar ...

14

2.1.7 Teori Permintaan Uang ...

15

2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang ...

... 1

5

2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes ...

... 1

9

2.1.8 Teori Penawaran Uang ...

20

2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang ...

22

2.2 Pengeluaran Pemerintah...

24

2.2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah ...

... 2

8

2.3 Cadangan Devisa ...

... 3

5

2.4 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) ...

39

2.4.1 Penertian Tingkat Bunga ...

... 3

(13)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.4.2 Teori Tingkat Bunga ...

... 3

9

2.4.3 Sertifikat Bank Indonesia ...

... 4

1

2.4.3.1 Pengertian dan Sejarah Penerbitan SBI ...

41

2.4.3.2 Tujuan Penerbitan SBI ...

... 4

2

2.4.3.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI ...

... 4

3

2.4.3.4 Pihak yang Berhak Memiliki SBI ...

... 4

3

2.4.3.5 Karakteristik SBI ...

... 4

4

2.4.3.6 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI ...

... 4

4

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... ... 4 6

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ...

... 4

(14)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

3.2 Jenis dan Sumber Data ...

... 4

6

3.3 Pengolahan Data ...

... 4

6

3.4 Model Analisa Data ...

... 4

7

3.5 Test Godness Fit ...

... 4

8

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...

... 5

0

3.7 Defenisi Operasional Variabel ...

... 5

2

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... 5 3

4.1 Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia ...

... 5

3

4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Indonesia ...

... 5

6

4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ...

... 5

(15)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

4.4 Perkembangan Cadangan Devisa ...

... 6

2

4.5 Perkembangan Suku Bunga SBI ...

... 6

4

4.6 Hasil dan Pembahasan ...

... 6

8

4.6.1 Pengujian Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

... 6

8

4.6.2 Interpretasi Model Linier ...

... 6

9

4.6.3 Uji Kesesuaian ...

... 7

0

4.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...

... 7

6

(16)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

(17)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar 58

4.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 61

4.3 Perkembangan Cadangan Devisa 62

4.4 Perkembangan Suku Bunga SBI 67

4.5 Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X1), Cadangan

Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3) Terhadap

Jumlah Uang Beredar (Y)

(18)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Keseimbangan Pasar Uang 24

2.2 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner 32

2.3 Teori Peacock dan Wiseman 34

2.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 35

2.5 Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga 40

2.6 Proses Pembelian SBI 43

4.1 Uji t- Statistik Variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) 71

4.2 Uji t- Statistik Variabel Cadangan Devisa (X2) 72

4.3 Uji t- Statistik Variabel Suku Bunga SBI (X1) 74

4.4 Uji F-Statistik 75

(19)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APC : Average Propensity to Consume

BBM : Bahan Bakar Minyak

DAU : Dana Alikasi Umum

DD : Demand Deposit

GDP : Gross National Product

GFA : Gross Foreign Assets

IRFCL : International Reserves and Foreign Currency Liquidity

PDB : Produk Domestik Bruto

PDN : Pendapatan Dalam Negeri

PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak

QM : Quasi Money

RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

SBI : Sertifikat Bank Indonesia

SD : Saving Deposit

SOR : Stop Out Rate

(20)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Data Variabel

2 Hasil Regresi Jumlah Uang Beredar (Y) Terhadap Pengeluaran

Pemerintah (X1), Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3)

3 Hasil Regresi Pengeluaran Pemerintah (X1) Terhadap Cadangan

Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3)

4 Hasil Regresi Cadangan Devisa (X2) Terhadap Pengeluaran

Pemerintah (X1) dan Suku Bunga SBI (X3)

5 Hasil Regresi Suku Bunga SBI (X3) Terhadap Pengeluaran

(21)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas

dan ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satu peradaban di dunia ini yang

tidak mengenal dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian

dalam peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak berkembang.

Dilihat dari sejarah perkembangan uang, pertama sekali uang

dikembangkan sebagai alat pembayaran dan fungsi ini merupakan fungsi pokok

dari uang. Pada awalnya masyarakat hanya mengenal uang yang terdiri dari uang

kertas dan uang logam, yang sering juga disebut dengan uang kartal. Pada

perkembangannya, pembayaran dalam transaksi ekonomi dapat dilakukan dalam

bentuk non-tunai, khususnya setelah dimulainya evolusi perbankan pada abad

ke-18 (Henri, 2006: 1).

Dewasa ini dalam sistem pembayaran dikenal uang giral yakni uang yang

berada dalam rekening giro di bank. Sejalan dengan perkembangan industri

perbankan, sekarang ini disamping uang giral terdapat pula uang kuasi.

Sebagai lembaga keuangan, peranan perbankan dalam perekonomian

suatu negara sangat besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan

(22)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

tidak dapat lepas dari dunia perbankan jika hendak menjalankan aktivitas

keuangan baik perorangan maupun lembaga sosial atau perusahaan. Begitu

pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan yang menyatakan bahwa

bank merupakan urat nadi dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

pembayaran uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang

beredar. Jumlah uang beredar dapat memperlihatkan kondisi perekonomian suatu

negara. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak akan

menimbulkan inflasi. Untuk ini disadari perlunya pengelolaan pengedaran uang

dan adanya suatu lembaga khusus yang menanganinya, umumnya dilakukan oleh

Bank Sentral atau untuk Indonesia Bank Indonesia yang menurut undang-undang

keberadaannya adalah independen.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan moneter

untuk menstabilkan jumlah uang beredar. Idealnya, jumlah uang yang tercipta

atau tersedia harus seimbang dengan jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta

masyarakat sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang

beredar. Pengendalian jumlah uang beredar pada hakekatnya merupakan salah

satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas

moneter. Pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk

menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor

moneter dan perbankan. Sebagai salah satu unsur penting, sektor moneter dan

(23)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ekonomi. Masyarakat secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan

pemerintah atas sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari

apa yang secara efektif dapat tercapai melalui instrumen tersebut, akibatnya

timbullah anggapan sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai fungsi yang

mampu memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil; kegiatan

investasi; kegiatan produksi; kegiatan distribusi; maupun konsumsi.

Sangat beralasan, tentang upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk

memacu pertumbuhan ekonomi, dengan cara merangsang pertumbuhan sektor riil.

Dengan demikian secara elastik dapat digambarkan adanya pertumbuhan sektor

riil yang memacu peningkatan belanja (pengeluaran) pemerintah akan turut pula

memacu meningkatnya jumlah uang beredar.

Pada umumnya pemerintah memiliki dua kebijakan yang terkait yaitu,

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah satu unsur yang menjadi sangat

penting adalah campur tangan pemerintah agar stabilitas perekonomian nasional

tetap terjaga, antara lain dengan mengedalikan belanja (pengeluaran). Upaya

pengendalian tersebut secara langsung akan menunjukkan kenaikan pendapatan

nasional. Sebagai contoh jika pemerintah akan menaikkan belanja pegawai, maka

tentu saja harus melihat dari kemampuan “membayar” yang terkait dengan pundi

pendapatan nasional (saat itu anggaran belanja pemerintah lebih banyak dibiayai

dari hutang luar negeri). Sedangkan cadangan devisa yang merupakan stok mata

uang asing justru lebih banyak digunakan untuk transaksi pembayaran

(24)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Melihat kenyataan tersebut di atas, maka posisi cadangan devisa menjadi

ukuran kredibilitas pemerintah suatu negara (critical) dalam hal pengelolaan

ekonomi negara. Seandainya cadangan devisa menipis, maka dikhawatirkan pada

jangka pendek akan menurunkan kemampuan pemerintah untuk melunasi

kewajiban hutang luar negerinya, lebih jauh dampak politik akan menimbulkan

ketidak-percayaan masyarakat dan pelaku ekonomi/ bisnis karena akan

menimbulkan ketidakpastian nilai tukar mata uang rupiah terhadap hard

currencies dan memancing kebijakan tidak populer pemerintah yaitu menetapkan

devaluasi.

Operasi moneter untuk menopang rupiah terus menggerogoti cadangan

devisa Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa

Indonesia pada minggu kedua September 2005 tercatat US$ 30.244 miliar. Angka

tersebut berarti turun US$ 91 juta dibandingkan posisi pada minggu pertama

september sebesar US$ 31.154 miliar.

Cadangan devisa Indonesia tahun 2006 diperkirakan bakal terus tergerus

untuk mengimpor BBM. Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (RAPBN) 2006 memperkirakan cadangan devisa hanya US$

27.07 miliar atau turun US$ 3.814 miliar dibandingkan perkiraan realisasi tahun

2005 sebesar US$ 30.721 miliar.

Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (Bank Sentral) untuk

mempengaruhi situasi makro ekonomi yang dilaksanakan melalui pasar uang.

Secara khusus, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai tindakan makro

(25)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Proses penciptaan uang ini dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Dengan

mempengaruhi jumlah uang beredar pemerintah dapat mempengaruhi tingkat suku

bunga yang berlaku di pasar uang. Dan melalui tingkat suku bunga pemerintah

dapat mempengaruhi pengeluaran investasi (I), dan selanjutnya permintaan

agregat (AD), dan pada akhirnya tingkat harga (P), dan output (Azhar, 2003: 5).

Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank

Indonesia merupakan otoritas moneter yang mempunyai tugas menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, antara lain dengan mengendalikan jumlah uang

beredar (Hendri, 2006: 3). Bank Indonesia mengendalikan jumlah uang beredar

dengan menggunakan piranti moneter melalui pendekatan kuantitatif secara tidak

langsung yaitu operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan

cadangan wajib minimum (Mulia, 1998: 24).

Pada dasarnya dengan operasi pasar terbuka, Bank Indonesia

menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk menyedot kelebihan jumlah

uang beredar jika kondisi moneter dinilai terlalu ekspansif atau terlalu panas.

Tingkat diskonto, yaitu tingkat diskonto yang terbentuk dari hasil lelang SBI.

Tingkat diskonto yang tinggi memberikan sinyal bahwa kebijakan uang ketat

ditempuh Bank Indonesia dalam upaya menurunkan jumlah uang beredar. Apabila

tingkat suku bunga SBI naik maka bank-bank umum akan menaikkan suku bunga

deposito guna memperoleh likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar, karena

tingkat suku bunga yang tinggi maka masyarakat cenderung untuk

mengalokasikan dana yang dimiliki dalam bentuk deposito. Dengan demikian

(26)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai hubungan diantara

variabel-variabel tersebut dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis

mengemukakan masalah yang menjadi objek analisis. Adapun perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap jumlah uang

beredar?

2. Bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah uang beredar?

3. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar?

1.3 Hipotesis

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada

yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap jumlah uang

beredar.

2. Cadangan devisa berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar.

(27)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap

jumlah uang beredar.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah

uang beredar.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah

uang beredar.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi otoritas moneter terhadap

penyusunan kebijakan moneter yang berkaitan dengan jumlah uang

beredar.

2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi

dan peneliti lainnya yang menganalisa masalah yang berkenaan dengan

jumlah uang beredar.

3. Sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i

Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian

(28)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian

(29)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Uang

2.1.1 Pengertian Uang

Menurut Robertson, Uang adalah segala sesuatu yang diterima umum

sebagai alat pembayaran barang-barang. Sedangkan R. S. Sayers mendefenisikan

uang sebagai segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar hutang

(Prathama, 1993 : 6). A. C. Pigou memberikan defenisi bahwa uang adalah segala

sesuatu yang diterima umum untuk dapat dipergunakan sebagai alat penukar.

Menurut Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan dengan mana pemiliknya

dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah yang tertentu pada waktu itu juga.

Dengan demikian, uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat

pembayaran barang-barang, alat penukar, merupakan kekayaan dan dapat

digunakan untuk membayar hutang.

2.1.2 Syarat-syarat Uang

Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika benda tersebut telah

(30)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

(acceptability). Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability),

kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah

dibawa (portable), dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta

memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value)

(Iswardono, 1994: 4).

2.1.3 Fungsi Uang

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran

barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara

barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan

fungsi turunan. Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan

hitung, dan sebagai penyimpan nilai (Iswarsono, 1994: 6).

Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat

mempermudah pertukaran. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of

account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam

barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan

menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga

barang dan jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan

untuk memperlancar pertukaran. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat

penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli

(31)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut

sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat

pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan

alat untuk meningkatkan status sosial.

2.1.4 Jenis-Jenis Uang

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis,

yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral

(Iswarsono,1994: 10). Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib

digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari.

Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki

masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai

kebutuhan.

Jenis-jenis uang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.Menurut Bahan Pembuatannya

a. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari logam biasanya dari emas

atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi

dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah

hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil

tanpa mengurangi nilai.

b.Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap

tertentu dan merupakan alat pembayaran sah. Menurut penjelasan UU

(32)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan

kertas atau dari bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

2.Menurut nilainya

a. Uang Penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang

penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya

dengan bahan yang digunakannya.

b.Uang Tanda (token money). Sedangkan yang dimaksud dengan uang

tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari

bahan yang digunakan.

3.Menurut lembaga/ badan pembuatnya

a. Uang kartal yaitu uang yang dicetak/ dibuat dan diedarkan oleh Bank

Sentral.

b.Uang giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh Bank-bank umum

(komersial) dalam bentuk Demand Deposit atau yang lebih dikenal

dengan Check.

2.1.5 Teori Nilai Uang

Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan

dengan nilai uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau

rendahnya nilai uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini

terbukti dengan banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli yaitu

(33)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

1.Teori uang statis.

Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai

yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang

statis adalah:

• Teori Metalisme (Interinsik). Uang bersifat seperti barang, nilainya

tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan

uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.

• Teori Konvensi (perjanjian). Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk

atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.

• Teori Nominalisme. Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.

• Teori Negara. Asal mula uang karena negara, apabila negara

menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah

uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa

undang-undang pembayaran yang disyahkan.

2.Teori uang dinamis.

Teori yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang.

Teori dinamis antara lain:

• Teori kuantitas dari David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa kuat

atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang

beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai

(34)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

• Teori kuantitas dari Irving Fisher. Teori yang telah dikemukakan David

Ricardo disempurnakan oleh Irving Fisher yang memasukkan unsur

kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang

mempengaruhi nilai uang.

• Teori persediaan kas. Teori ini di lihat dari jumlah uang yang tidak

dibelikan barang-barang.

• Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam

peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai

barang.

Uang merupakan barang yang mempunyai nilai. Ada 2 teori yang

mengungkapkan alasan mengapa masyarakat menerima uang yaitu teori barang

dan teori nominalisme, yang dapat diperinci sebagai berikut (Harry, 1997: 32):

A. Teori Barang

1.Teori Logam (Katalistis), seperti logam emas yang diterima masyarakat

sebagai uang, karena di dalamnya mengandung nilai interinsik yang disukai

umum, tidak berkurang nilainya bila disimpan sepanjang masa.

2.Teori Nilai Batas, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan keperluan

akan barang dan pandangan terhadap uang.

B.Teori Nominalisme (Akatalistis)

Yaitu penilaian terhadap uang tidak berdasarkan bahan yang terkandung

di dalamnya, tetapi nilai uang dengan sengaja ditetapkan.

(35)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

a. Teori Perjanjian, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan perjanjian

(conventional) untuk memakai benda dalam pertukaran, misalnya

kurang dari jumlah tertentu diganti permen.

b. Teori Kebiasaan, yaitu Penilaian terhadap uang didasarkan kebiasaan

dalam menggunakan suatu benda tertentu sebagai alat pertukaran

(intermediair = perantara) yang menimbulkan paksaaan bagi orang

untuk menerima benda sebagai uang.

c. Teori Kenegaraan, dimana pemerintah memberikan kekuatan resmi

kepada uang yang dijadikan alat pertukaran.

2.Teori Nominalisme Petunjuk

a. Teori petunjuk, penilaian terhadap uang karena masyarakat

mempunyai tuntutan (claim) terhadap barang-barang yang dihasilkan

oleh masyarakat. Di sini uang sebagai indikator bahwa masyarakat

menghasilkan jasa-jasa produktif sebagai andil dalam produksi

nasional.

b. Teori Rasialisme dan Toeri Modern, penilaian terhadap uang

berdasarkan teori realisme (fungsional), sedangkan teori modern

berdasarkan analisis makro. Secara mikro, uang mempunyai fungsi

tertentu dalam masyarakat yaitu sebagai intermediair dalam

pertukaran. Secara makro, setiap orang mempunyai penghargaan

terhadap suatu benda sebagai uang, maka uang mempunyai fungsi

(36)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.1.6 Jumlah Uang Beredar

Ada beberapa defenisi dari uang beredar (Boediono, 1998: 4) diantaranya

adalah:

1. Narrow Money (Uang dalam arti sempit) dan disimbolkan dengan M1

yang meliputi currency yaitu uang tunai yang berada di tangan

masyarakat umum dan disebut juga uang kartal (uang kertas dan uang

logam) dan uang giral atau Demand Deposit (DD).

Persamaannya : M1=C+DD……….(1)

2. Board Money (uang dalam arti luas) dan disimbolkan dengan M2 yang

meliputi M1, deposito berjangka atau time deposit dan saving deposit

(SD).

Persamaannya: M1+SD+TD………(2)

3. Defenisi uang beredar lebih luas lagi disimbolkan dengan M3, yang

mencakup semua TD dan SD, mata uang domestik atau mata uang asing

penduduk negara yang bersangkutan yang terdapat pada

lembaga-lembaga keuangan. Semua TD dan SD ini disebut uang kuasi atau quasy

money (QM). TD dan SD dalam mata uang asing yang merupakan milik

penduduk negara yang bersangkutan tidak termasuk dalam defenisi uang

kuasi.

Persamaannya: M1+QM………..(3)

4. Liquiditas Total (L), yang mencakup semua alat liquid yang ada di

(37)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

pemerintah dan swasta jangka pendek, wesel perusahaan (commercial

papers), cek mundur, aksep bankir, deposito luar negeri dan sebagainya.

Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

perubahan uang beredar, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga,

kebijakan meneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor-faktor lain

yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.

2.1.7 Teori Permintaan Uang

2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang 1. Pendapat Irving Fisher

Teori permintaan uang kaum klasik yang dikeluarkan Irving Fhiser ini

dapat dirumuskan (Mulia, 1998: 44):

MV = PT……….(1)

Dimana:

M = jumlah uang beredar

V = perputaran pada perekonomian dalam suatu periode

P = tingkat harga barang

T = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu periode

Pada persamaan di atas dapat diketahui, jumlah uang yang diterima

penjual sama dengan yang dibayarkan pembeli. Ini berlaku untuk seluruh

perekonomian, nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang

dibeli dalam jangka waktu tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama

(38)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

tersebut. Disisi lainnya nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan harus sama

pula dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M) dikalikan

rata-rata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju

perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (Vt) sehingga rumus di atas

dapat diubah menjadi:

MVt = PT………..………(2)

Vt adalah laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity of

circulation) merupakan variabel yang dipengaruhi (ditentukan) faktor-faktor

lembaga yang ada dalam masyarakat, dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T

(volume transaction) sangat ditentukan oleh pendapatan nasional (output dalam

masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu tahun. Persamaan di atas

dapat dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu:

Md =

Vt PT

...(3)

Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT

tetap), maka keseimbangan moneter dapat diketahui, yaitu:

Md = Ms

Dimana: M = penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan

Ms =

Vt PT

………(4)

Dari persamaan (4) dapat diartikan dalam jangka pendek variabel P

(harga umum) akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang

(39)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Variabel Vt (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan

oleh:

a. Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakat

b. Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomian

c. Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan

sistem kredit, sehingga kebutuhan uang akan menurun.

2. Pendapat Marshall (Cambridge)

Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan

perbedaan, dimana ia menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan

dalam uang kas atau penguasaan bukan pada perputaran uang (V) atau

pembelanjaan.

Persamaan Marshall dalam transaksi adalah:

M = k (PT)

k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunai

P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi

T = jumlah transaksi yang terjadi

M = jumlah uang beredar

Persamaan Marshall dalam versi pendapatan adalah:

M = k (PY)

Y = Pendapatan nasional

M = Jumlah uang beredar

(40)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

k = Proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai

Dengan adanya penambahan uang beredar akan meningkatkan harga

barang dan jasa.

3. Teori Kuantitas Modern (Milton Friedman)

Friedman menyatakan teori kuantitas adalah teori tentang permintaan

uang bukan teori penentuan produk, pendapatan maupun harga. Menurut

Friedman, uang adalah satu bentuk kekayaan seperti bentuk kekayaan lainnya

(obligasi, kepandaian, tanah). Defenisi kekayaan yang diberikan Frietman adalah

seluruh kekayaan yang merupakan sumber pendapatan. Maka tingkat suku bunga

memperlihatkan hubungan jumlah kekayaan dengan aliran pendapatan. Hubungan

ini diformulasikan:

W =

i Y

W = kekayaan

Y = aliran pendapatan

i = tingkat bunga

Fridman mengelompokkan bentuk kekayaan sebagai berikut:

1) Uang tunai (M), dimana pendapatan dari uang tunai adalah berupa

keamanan dan kemudahan.

2) Obligasi (bond), pendapatan yang diharapkan dari obligasi adalah

perubahan harga obligasi dan bunga yang diterima secara berkala.

(41)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

4) Pendapatan kekayaan berupa barang fisik tergangtung perubahan harga

barang tersebut.

5) Kekayaan yang berbentuk manusia berupa kecakapan atau keahlian (w).

2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas didasarkan

pada 3 motif (Harry, 1993: 37):

1) Transaction Motive

Menahan uang kas adalah untuk memungkinkan bagi sektor Rumah

Tangga atau sektor bisnis untuk menjalankan usahanya membeli dan

menjual. Membiayai pembayaran/ kewajiban yang harus dibayarkannya

agar usaha/ bisnis berjalan lancar.

2) Precautionary motive

Menahan uang kas terutama berhubungan dengan ramalan pengeluaran

untuk menghadapi keadaan yang darurat (emergency). Motiv pencegahan

ini mengakibatkan banyak uang kas yang ditahan. Misalnya untuk

berobat.

3) Speculative motive

Menahan uang kas adalah untuk mendapat kesempatan mendapat

keuntungan yang mungkin melalui ramalan keadaan pasar yang akan

datang. Misalnya mengharapkan Dollar akan naik, maka menahan uang

(42)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.1.8 Teori Penawaran Uang

Penawaran uang dalam teori moneter mempunyai arti yang sama dengan

jumlah uang beredar. Pada zaman standar emas, penawaran uang hanya bisa

ditambah dengan jalan menaikkan produksi emas, tapi memproduksi emas

memerlukan biaya. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak

pemerintah, tapi secara otomatis dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah

“uang” tersebut. Bila harga emas naik, yaitu bila harga barang-barang lain adalah

rendah kalau dinyatakan dalam satuan emas, maka produsen emas akan cenderung

menaikkan produksi emasnya. Ini berarti bahwa penawaran uang (atau jumlah

uang beredar) semakin banyak, dan ini berarti selanjutnya akan menurunkan harga

emas (atau menaikkan harga barang-barang lain). Keadaan sebaliknya akan terjadi

kalau harga emas terlalu rendah.

Jumlah uang yang beredar ada diluar kekuasaan pemerintah. Setelah

sistem standar kertas semakin meluas penggunaannya, keadaan menjadi sangat

berbeda, uang yang beredar dapat ditambah sebanyak yang dikehendaki

pemerintah dengan biaya yang cukup rendah. Produksi uang kertas adalah

monopoli pemerintah dan jumlah uang yang beredar menjadi sepenuhnya

pencerminan kehendak pemerintah (P. Rahardja, 1997: 25).

Dalam perekonomian modern perkembangan uang semakin pesatnya

sehingga yang dapat dikategorikan sebagai uang berbeda-beda menurut

defenisinya. Dengan kata lain, sesuatu defenisi uang atau mempengaruhi

(43)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Pada mulanya yang dimasukkan dalam defenisi uang hanyalah uang

kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat

dan di edarkan oleh Bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter.

Kemudian dengan perkembangannya peranan bank, yang termasuk sebagai uang

adalah uang kartal dan uang giral (Demand deposit yakni yang berada dalam

rekening giro di Bank umum) dan juga adanya uang kuasi (Near money yaitu uang

yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka).

Dari ketiga jenis uang tersebut terdapat perbedaan dalam penggunaannya.

Uang kartal dan uang giral digunakan sebagai alat pembayaran sedangkan uang

kuasi tidak dapat langsung digunakan sebagai alat pembayaran. Dengan kata lain

uang kartal dan uang giral lebih likuid dibandingkan uang kuasi (Suseno, 2002:

12).

Sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam maka yang dimaksud

dengan jumlah uang beredar di Indonesia adalah nilai keseluruhan uang yang

berada ditangan masyarakat. Pengertian jumlah uang beredar dibagi dua yaitu

jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah

jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral.

M1 = C + D

Dimana:

M = jumlah uang beredar dalam arti sempit

C = uang kartal (uang kertas dan uang logam)

(44)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad money atau M2) adalah M1

ditambah deposito berjangka (Time deposit).

M2 = M1 + TD

Dimana:

M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas

TD = Deposito berjangka

Dalam perkembangan selanjutnya pengertian jumlah uang beredar telah

berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di sektor

keuangan dan perbankan di masing-masing negara.

Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

perubahan uang beredar antara lain: tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga,

kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor- faktor lain

yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.

2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang

Jika permintaan uang disimbolkan dengan Md, dan penewaran uang

disimbolkan dengan Ms, maka kondisi keseimbangan pasar uang dapat

disimbolkan sebagai berikut:

Ms = Md

Setelah kedua sisi dibagi dengan tingkat harga, maka dapat dirumuskan kondisi

keseimbangan pasar uang dalam bentuk persamaan permintaan uang riil agregat

(45)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

p Ms

= L (r,Y)

Terlepas dari soal tingkat harga dan output, keseimbangan suku bunga menjadi

satu-satunya faktor yang menunjukkan penawaran uang riil sama dengan

permintaan agregat.

Kurva permintaan uang riil agregat memotong garis lurus vertikal (yang

melambangkan penawaran uang riil) di titik E. pada titik inilah, suku bunga riil

keseimbangan tercipta. Kurva yang melambangkan penawaran uang berbentuk

tegak lurus pada

p Ms

, karena Ms diatur secara tetap oleh bank sentral sedangkan

pengaruh harga diabaikan.

Secara grafis keseimbangan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Uang

(46)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu

anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggran defisit. Dalam pengertian

umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan sama

dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana

komposisi pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (G > T).

Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi

masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah

merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka

pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran

pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai

dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari: (1)

pengeluaran rutin dan (2) pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005

mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budged) antara pengeluaran rutin

dan pengeluaran pembangunan.

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan

dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,

pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui

pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga

kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan

(47)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas

perekonomian (Djunasien dan Hidayat, 1989).

Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan

yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan

stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,

penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat

sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai

yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu,

lonjakan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang

luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara

pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian

(amortisasi).

Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga utang oleh

pemerintah akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia kerena terjadi

transfer pendapatan dari kelompok masyarakat yang membayar pajak kepada

kelompok masyarakat yang menjadi kreditur. Dampak dari aliran dana ini masih

berputar di dalam negeri karena masing-masing pihak adalah warga negara

Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar negeri, terjadi aliran dampak

ekonomi (multiplier effect) yang berbeda. Pihak-pihak yang menerima

pengembalian pinjaman adalah pihak kreditur di luar negeri (Mangkoesoebroto,

1994).

Jumlah utang luar negeri yang semakin besar menyebabkan anggaran

(48)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Meningkatnya jumlah pembayaran bunga utang tersebut selain disebabkan oleh

membengkaknya jumlah utang jatuh tempo juga dipengaruhi oleh perubahan nilai

tukar rupiah terhadap mata uang asing. Selain pengeluaran untuk belanja pegawai

dan pembayaran bunga utang, pos lain yang menarik adalah pengeluaran

pemerintah untuk berbagai subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan cukup

besar adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi ini muncul pada tahun

1997/1998 sebagai akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia

menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan BBM hingga melebihi hasil

penjualan BBM itu sendiri, akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi

terutama terhadap minyak tanah dan solar.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk

membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik

pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan

lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi

berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus

bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN

secara keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka

pencapaian sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin

(Nota Keuangan dan APBN, 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, formulasi

distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran memegang peranan

(49)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mengurangi secara

bertahap peran pembiayaan yang bersumber dari luar negeri tanpa mengurangi

upaya menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan

pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan

pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada

departemen dan lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk

Departemen Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam

dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan

yang dikelola daerah (Djamin, 1993).

Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan

dengan kemampuan dana dalam negeri, maka pembiyaan proyek masih tetap

dibutuhkan. Pada tahun 1999-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang

bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu,

pembiayan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi

kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif

dan efesien. Dengan demikian, pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan

bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas

sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran.

Persentase pembiayaan proyek terhadap PDB terus diupayakan menurun

sebagai cerminan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar

(50)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN. Pembiayaan proyek

dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan,

kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam rangka mendukung program jaringan

pengaman sosial, penyediaan sarana dan prasarana transportasi, pembangunan di

bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping itu juga akan

dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam, telekomunikasi,

dan pembangunan prasarana perkotaan.

2.2.1. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G merupakan

pandangan kaum keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam

perkonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional.

Variabel Y (pendapatan nasional), C (pengeluaran konsumsi) dan G (pengeluaran

pemerintah). Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamati dari

waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah

dalam pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1997). Apabila ruas kiri dan

ruas kanan dibagi dengan Y, maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y

Menurut Keynes untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam

(51)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional,

sehingga dapat mengimbangi penerunan nilai APC (Average Propensity to

Consume) dalam perekonomian. Pendapatan setelah diperhitungkan transfer

pemerintah dan pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah disebut sebagai

disposable income. Dengan perkataan lain, besarnya disposable income suatu

masyarakat sama dengan besarnya transfer pemerintah (Tr) dikurangi besarnya

pajak (Tax) yang dipungut oleh pemerintah. Persamaannya adalah sebagai berikut

(Reksoprayitno, 1985):

Yd = Y – Tx + Tr

Dari persamaan tersebut, dapat diturunkan persamaan di bawah ini:

Y = Yd + Tr – Tx

Maka:

C + I + G = Y = Yd + Tr – Tx

Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam

pengertian fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara

keseluruhan. Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda

dari peningkatan pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana

pemerintah melaksanakan anggaran surplus dalam menekan pengeluaran

pemerintah. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka

pemerintah mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan

meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu penurunan dalam pengeluaran

pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional

(52)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami

peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya

peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka

suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan

menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda menciptakan

tambahan lapangan pekerjaan (Kamaluddin, 1999).

2. Teori Wagner

Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian

apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah

pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur

hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi,

kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat

diformulasikan sebagai berikut:

PkPP = Pengeluaran Pemerintah per kapita

PPk = Pendapatan Nasional per kapita

1,2…..n = Indeks Waktu (tahun)

Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut

(53)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

yang bebas bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Sebagaimana

ditunjukkan dalam gambar 2.2 secara relatif peranan pemerintah semakin

meningkat. Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran

pemerintah selalu meningkat yaitu: tuntutan peningkatan perlindungan keamanan

dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang

mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi dan ketidakefesienan

birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy, 1997).

Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara

industri-industri dan hubungan industri-industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan

kompleks sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi

semakin besar. Namun hukum Wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasar

pada suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukkan

dalam gambar 2.2, dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk

eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 di bawah ini:

Pengeluaran pemerintah/GDP

Kurva 1

(54)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Sumber: Mangkoesoebroto, 2001

Gambar 2.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner

3. Teori Peacock dan Wiseman

Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu

berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari

pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar.

Peacock dan wiseman menyatakan sebagai berikut: masyarakat mempunyai suatu

tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami

besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin

meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan

pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Jadi dalam

keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya disebabkan

oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar

pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.

Konsekuensinya menimbulkan tuntutan untuk memperoleh penerimaan

(55)

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

swasta untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut

sebagai efek pergantian (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial

menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Pengentasan

gangguan tidak cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah

harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul

kewajiban melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah yang

semakin bertambah, bukan hanya karena GNP meningkat, tetapi karena adanya

kewajiban baru tersebut.

Akibat lebih lanjut adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat

semula meskipun gangguan telah berakhir. Selain itu banyak aktivitas pemerintah

yang baru kelihatan setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi

(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya

konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, efek ini disebut sebagai efek

konsentrasi (concentration effect). Dengan adanya ketiga efek tersebut

menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah sehingga setelah perang selesai,

tingkat pajak tidak menurun kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini (Mangkoesoebroto, 2001):

Gambar

Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Uang
Gambar 2.3. Teori Peacock dan Wiseman
Gambar 2.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Gambar 2.5. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
+7

Referensi

Dokumen terkait

The statistical analysis shows that wood species, log diameter and their interaction gave significance to highly significant effects on veneer recovery.. Key words: wood species,

tingkat risiko yang mungkin akan dihadapinya dengan cara melakukan diversifikasi dalam portofolio dengan harapan apabila nilai saham pada suatu perusahaan jatuh sedangkan nilai

difficulties in comprehending texts adopted from Hello Magazine faced by the second year students of SMK Diponegoro Salatiga. The model

Nilai validasi antara konsentrasi hasil pemodelan dan konsentrasi hasil pengukuran langsung memenuhi kriteria dengan nilai RMSPE yang lebih kecil dari pada 10%, dimana

Penyelesaian persamaan Laplace yang dilakukan untuk mendapatkan medan potensial pada penampang konduktor berbentuk bujur sangkar dilakukan secara manual, sedangkan

Indikator:Siswa mampu mengerjakan dan menjelaskan jawaban penyelesaian secara runtut; Siswa dapat melibatkan pengetahuan yang didapat sebelumnya dengan tepat

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul

Inkonsistensi struktural didalam pengangkatan dan penempatan guru sebagaimana diangkat didalam literatur sekunder berhubungan hanya dengan guru-guru PNS karena guru-guru kontrak