i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KEPUASAN PASIEN BPJS DAN NON BPJS
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT DI PUSKESMAS UMBULHARJO II
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TIRTANADI SODIK
20120340038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KEPUASAN PASIEN BPJS DAN NON BPJS
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT DI PUSKESMAS UMBULHARJO II
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TIRTANADI SODIK
20120340038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN KTI
GAMBARAN KEPUASAN PASIEN BPJS DAN NON BPJS
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT DI PUSKESMAS UMBULHARJO II
Disusun oleh:
TIRTANADI SODIK 20120340038
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 25 Agustus 2016
Dosen pembimbing Dosen Penguji
(drg. Iwan Dewanto, MMR.) (drg. Sri Utami, M.P.H.) NIK: 19721106 200410 173 070 NIK : 19790612 200910173 110
Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Tirtanadi Sodik
NIM : 20120340038
Program Studi : Kedokteran Gigi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya yang terang benderang bagi kita semua, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang akan diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan judul ” Gambaran Kepuasan Pasien BPJS dan Non BPJS terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Umbulharjo II”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini Peneliti menyadari masih banyak kemungkinan kesalahan dan kekurangan sesuai dengan kemampuan peneliti, walaupun peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti mengucapakan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada :
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. drg. Iwan Dewanto, MMR. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta inspirasi gagasan bagi penulis dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. drg. Sri Utami, M.P.H. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta inspirasi gagasan bagi penulis dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
5. Anisa Savitri, Moch. Algifari, Anugrah Ikhsani, Moh. Rifqie N.K, Cita Diplomawati, dan Silviana Andrayani Kurniawan selaku sahabat-sahabat SMA terbaik saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
6. Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa. 7. Rekan satu kelompok dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu kedokteran gigi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Agustus 2016
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Keaslian Penelitian... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
A. Tinjauan Pustaka... 9
1. Kualitas Pelayanan Kesehatan... 9
2. Kepuasan Pasien... 12
3. Jaminan Kesehatan Nasional... 16
4. Puskesmas... 19
B. Landasan Teori... 23
C. Kerangka Konsep... 25
D. Pertanyaan Penelitian... 26
BAB III. METODE PENELITIAN... 27
A. Desain Penelitian... 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27
C. Subjek Penelitian... 27
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 28
E. Variabel Penelitian... 29
F. Definisi Operasional... 29
G. Instrumen Penelitian... 30
H. Jalannya Penelitian... 30
I. Uji Validitas dan Reliabilitas... 32
J. Analisis Data... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35
A. Hasil Penelitian... 35
B. Pembahasan... 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 58
A. Kesimpulan... 58
B. Saran... 59
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner... 33
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner... 34
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 35
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 36
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 37
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan... 37
Tabel 8. Kepuasan Pasien BPJS dan Non BPJS terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Umbulharjo II... 39
Tabel 9. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Kehandalan... 40
Tabel 10. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Tampilan Fisik... 41
Tabel 11. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Daya Tanggap... 42
Tabel 12. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Jaminan... 44
Tabel 13. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Empati... 45
Tabel 14. Dimensi yang Paling Memberikan Dampak Kepuasan terhadap Pasien... 46
ix
INTISARI
Latar belakang : Kualitas pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan. Memuaskan yang dimaksud adalah perbandingan antara persepsi terhadap pelayanan yang diterima dengan harapannya sebelum mendapatkan pelayanan. Kepuasan pasien BPJS dan non BPJS berbeda. Berdasarkan penelitian sebelumnya, perbedaan tersebut cukup signifikan, yaitu kepuasan pasien non BPJS lebih tinggi dari kepuasan pasien BPJS.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II.
Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan quota sampling, dengan subyek penelitian ini adalah pasien poli gigi dan mulut Puskesmas Umbulharjo II. Jumlah sampel adalah 100 pasien, yang dibagi menjadi dua sub populasi, 50 pasien BPJS dan 50 pasien non BPJS. Analisis statistik yang dipakai adalah analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien BPJS dan pasien non BPJS menyatakan puas terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang ditinjau dari lima dimensi kualitas layanan. Kepuasan terbesar pasien BPJS yaitu pada dimensi jaminan atau assurance (82%) dan kepuasan terkecil yaitu pada dimensi kehandalan atau reliability (14%). Kepuasan terbesar pasien non BPJS ada pada dimensi tampilan fisik atau tangible (84%) dan kepuasan terkecil yaitu dimensi empati atau empathy (16%).
Kesimpulan : Kepuasan pasien BPJS lebih baik dibandingkan kepuasan pasien non BPJS di poli gigi dan mulut Puskesmas Umbulharjo II.
x
ABSTRACT
Background : The quality of health services is the level of health services perfection that can make satisfy any users of health services. Satisfaction is a comparison between the perceptions of services received with expectations before getting services. There are differences between the satisfaction of BPJS patients and the satisfaction of non BPJS patients. Based on previous research, the differences between the two are quite significant, the satisfaction of non BPJS patients are higher than the satisfaction of BPJS patients.
Objective : The objective of this study is to provide description of Satisfaction BPJS Patient and Non BPJS Patient of Quality Oral and Dental Department Service in Umbulharjo II Health Center.
Methods : This research is descriptive observational which is using cross sectional model. How sampling using quota sampling, with research subjects are patients of Oral and Dental Department in Umbulharjo II Health Center. The total sample is 100 patients, who were divided into two sub-populations, 50 BPJS patients and 50 non BPJS patients. The statistical analysis used is descriptive analysis with frequency distribution.
Results : The results showed that the most BPJS patients and non BPJS patients expressed satisfied with the quality dental care and oral terms of the five dimensions of service quality. The greatest satisfaction of BPJS patients is assurance dimension (82%) and the smallest satisfaction is reliability dimension (14%). The greatest satisfaction of non BPJS patients is tangible dimension (84%) and the smallest satisfaction is empathy dimension (16%).
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah hak yang didapatkan oleh setiap pasien,
sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 5 ayat (2) bahwa “Setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau”. Pelayanan kesehatan merupakan suatu kumpulan dari
berbagai jenis layanan kesehatan, mulai dari promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi kesehatan sampai transplantasi
organ (Pohan, 2006).
Kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang mendorong
kepuasan pasien. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut
adalah perbandingan antara persepsi terhadap pelayanan yang diterima dengan
harapannya sebelum mendapatkan pelayanan. Pelayanan dikatakan telah memberikan
suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang tinggi
apabila harapan pasien sebelum mendapatkan pelayanan terpenuhi (Sembel, et al.,
2014). Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan tingkat kepuasan
pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan adalah :
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS.Al-Mumtahanah : 8).
“Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS.Al-Lail : 21).
Keluhan masyarakat masih sering terjadi oleh karena layanan yang
kurang memuaskan, tingginya biaya layanan kesehatan, sarana dan prasarana
kesehatan masih sangat terbatas serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan. Seiring dengan kemajuan
teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan, maka mutu layanan berkualitas
harus pula ditingkatkan. Kepuasan pelanggan atau pasien adalah hal yang
sangat penting yang tidak bisa diabaikan oleh para penentu kebijakan di bidang
kesehatan (Anas dan Abdullah, 2008). Peran pemerintah sangat dibutuhkan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan guna memenuhi kepuasan
pelanggan, salah satu bentuk peran pemerintah yaitu dengan adanya sistem
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dengan diadakannya sistem ini diharapkan
kepuasan pasien dapat meningkat seiring dengan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan,
Tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini
mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk
JKN melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan bahwa Jaminan Sosial Nasional akan
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang
terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Kesehatan
dimulai 1 Januari 2014. Masyarakat atau peserta JKN akan membayar iuran
kepada BPJS dan mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas
kesehatan yang sudah ada. Fasilitas kesehatan yang telah melakukan pelayanan
kesehatan dapat mengajukan klaim kepada BPJS, sehingga BPJS akan
melaksanakan perjanjian kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang ada di
seluruh Indonesia sehingga pelaksanaan jaminan kesehatan dapat terlaksana
secara nasional (Prawisudawati et al., 2014). Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai beberapa masalah yaitu masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui prosedur jaminan kesehatan, pelayanan puskesmas dan klinik yang
ditunjuk sebagai penyedia JKN belum memadai, fasilitas banyak yang belum
memenuhi standar, jumlah dokter terhadap pasien masih kurang ideal dan
masih ada keraguan tentang keamanan sistem data peserta BPJS (Khariza,
2015).
Kepuasan pasien BPJS dan non BPJS berbeda, hasil penelitian
kepuasan pasien di Wonogiri pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kepuasan pasien BPJS dan pasien non BPJS
di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, dengan hasil tingkat
kepuasan pasien non BPJS lebih baik dibandingkan dengan pasien BPJS
dengan selisih rerata keduanya sebesar 39,51%. Berdasarkan pengisian
kuesioner dan wawancara dalam mengukur tingkat kepuasan pasien dapat
dijelaskan bahwa masih terdapat beberapa macam pelayanan yang belum
memuaskan, yaitu pelayanan dokter yang dirasakan kurang karena dokter yang
kurang memuaskan karena perawat yang kurang peduli dan tanggap terhadap
kebutuhan pasien, pelayanan masuk rumah sakit yang lama sehingga membuat
pasien menunggu lama, pelayanan administrasi rumah sakit yang kurang
memuaskan, dan ketidakpuasan pasien terhadap petugas yang tidak transparan
terhadap jumlah dan jenis obat yang sudah digunakan (Sari, 2015).
Puskesmas adalah salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
bekerjasama dengan BPJS dalam pelaksanaan JKN. Peranan dan kedudukan
Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (2014)
mengemukakan pelayanan kesehatan di puskesmas termasuk pelayanan
kesehatan non spesialistik mencakup administrasi pelayanan; pelayanan
promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai; transfusi darah sesuai kebutuhan medis;
pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama serta rawat
inap tingkat pertama sesuai indikasi.
Puskesmas Umbulharjo II merupakan salah satu dari dua puskesmas
yang terdapat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, terletak di jalan
Hibrida No. 194 Miliran, Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo.
Wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo II meliputi tiga kelurahan yaitu
Kelurahan Semaki, Kelurahan Muja Muju dan Kelurahan Tahunan (Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta, 2014). Puskesmas Umbulharjo II merupakan
kesehatan kepada masyarakat (BPJS Kesehatan, 2014). Puskesmas Umbulharjo
II memiliki 2 orang dokter gigi dan 3 perawat gigi. Berdasarkan data yang
diambil pada 22 April 2015 jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional di
Puskesmas Umbulharjo II sebanyak 9.087 jiwa yang terdiri dari 3.481 jiwa
adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan 5.606 jiwa untuk yang Non
Penerima Bantuan Iuran (PBI). Total kunjungan pasien di Poli Gigi Puskesmas
Umbulharjo II yang diambil per 22 April 2015 sebanyak 7591 pasien untuk
tahun 2014, dengan rata-rata 633 pasien perbulan (Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, 2015).
Puskesmas Umbulharjo II merupakan puskesmas yang telah
mendapatkan sertifikat Internasional Organization fot Standardization (ISO) 9001:2008 (Humas Pemkot YK, 2014). Sertifikat ISO didapatkan apabila
puskesmas telah memenuhi standar menyangkut pelayanan medis, operasional
sampai petugas front office yang kesehariannya berhubungan langsung dengan pendaftaran pasien. Standar ISO dapat mengurangi keluhan dari masyarakat,
namun pada kenyataannya masih banyak pengaduan masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas Umbulharjo II. Keluhan yang paling banyak dikeluhkan
pasien adalah ketersediaan fasilitas, terutama tempat parkir, taman, dan fasilitas
masyarakat berkebutuhan khusus serta waktu tunggu pelayanan (Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, 2015).
Keluhan-keluhan tersebut sangat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai gambaran kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap
kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II.
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang dapat diajukan berdasarkan latar belakang di
atas adalah bagaimanakah gambaran kepuasan pasien BPJS dan non BPJS
terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Umbulharjo II.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap kualitas pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dimensi kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
paling memberikan dampak kepuasan terhadap pasien BPJS dan non
BPJS.
b. Mengetahui dimensi kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
paling tidak memberikan dampak kepuasan terhadap pasien BPJS dan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi agar dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Umbulharjo II.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di Puskesmas Umbulharjo II dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai suatu karya yang di harapkan dapat menambah
pengalaman dan wawasan bagi peneliti.
E. Keaslian Penelitian
1. Kepuasan Pasien di Balai Pengobatan Gigi (BPG) Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya (Jalimun, et al., 2014). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah keduanya meneliti mengenai
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada
tujuan dan teknik pengambilan sampel. Penelitian Jalimun et al. (2014) bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan kepuasan
pasien di Balai Pengobatan Gigi (BPG) Puskesmas Kahuripan Kota
juga tidak menggunakan dimensi SERVQUAL dalam instrumen
penelitiannya.
2. Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta JAMKESMAS di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (Jacobis, 2013). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah keduanya menggunakan dimensi
SERVQUAL pada instrumen penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada subyek penelitiannya,
penelitian Jacobis (2013) dilakukan terhadap pasien rawat inap peserta
Jamkesmas di BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado sedangkan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan terhadap pasien
BPJS dan non BPJS yang menerima pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Umbulharjo II.
3. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Bahu (Sembel, et al., 2014). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah keduanya merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian Sembel et al. (2014) dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada teknik pengambilan sampel yang menggunakan teknik
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Kualitas
didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan atau konsumen terhadap
produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut
(Wijaya, 2011 cit. Mongkaren, 2013). Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen
(Tjiptono, 2002 cit. Amrizal, et al., 2014).
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka
terima dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap
atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Kualitas pelayanan
dipersepsikan baik dan memuaskan jika jasa yang diterima atau dirasakan
(perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan
sangat baik dan berkualitas. Kualitas pelayanan dipersepsikan buruk jika
jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan (Amrizal, et al., 2014). Kualitas pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Zeithaml (2002 cit. Jacobis, 2013) mengemukakan terdapat 10 dimensi yang harus diperhitungkan dalam melihat tolak ukur kualitas
pelayanan yaitu sebagai berikut:
a. Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi. b. Reliable, terdiri atas kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan
pelayanan yang disajikan dengan tepat.
c. Responsiveness, kemauan untuk membantu pasien bertangggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
d. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam memberikan pelayanan.
e. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan pasien serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
f. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan pasien.
g. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko.
h. Acces, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan. i. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan suara,
keinginan atau aspirasi pasien, sekaligus kesediaan untuk selalu
j. Understanding the Customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pasien.
Parasuraman, et al., (1994 cit. Jacobis, 2013) mengkristalkan kesepuluh dimensi kualitas jasa tersebut ke dalam 5 dimensi utama yang
kemudian disebutnya dimensi SERVQUAL. Kelima dimensi inilah yang
menjadi acuan dalam menilai kualitas jasa yang diberikan oleh penyedia
jasa, di dalamnya terkandung sepuluh dimensi dasar dari kualitas.
Dimensi-dimensi tersebut yaitu:
a. Kehandalan (Reability) : kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
b. Daya tanggap (Responsiveness) : kemampuan para petugas untuk membantu para pasien dalam memberikan pelayanan yang tepat.
c. Jaminan (Assurance) : mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para petugas, bebas dari bahaya,
resiko dan keragu-raguan.
d. Empati (Emphaty) : meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
pasien.
2. Kepuasan Pasien
Pelanggan dalam pelayanan kesehatan dapat:
a. Pelanggan internal, yaitu para tenaga medis, paramedis, nonmedis atau
pelaksana fungsional lainnya seperti laboratorium, radiologi, gizi,
ambulan, blood bank, yang kesemuanya saling membutuhkan, saling tergantung dalam suatu sistem pelayanan kesehatan intern.
b. Pelanggan eksternal, yaitu pelanggan yang sesungguhnya menjadi
sasaran dari misi organisasi pelayanan kesehatan, yaitu para pasien,
famili dan sahabatnya serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan organisasi (Wijono, 2000).
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya (Supranto, 2006).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).
Kepuasan pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang
sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Supranto, 2006).
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut
adalah perbandingan antara persepsi terhadap pelayanan yang di terima
dengan harapannya sebelum mendapatkan pelayanan. Harapan pasien
terpenuhi, berarti pelayanan tersebut telah memberikan suatu kualitas yang
pasien tidak tercapai, diartikan kualitas pelayanan tersebut tidak memenuhi
apa yang diharapkan (Sembel, et al., 2014).
Nilai adalah pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu
produk, yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah
diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut.
Pelanggan atau pasien dalam pelayanan kesehatan membutuhkan pelayanan
serta manfaat dari produk atau pelayanan tersebut. Pasien mengeluarkan
biaya, waktu dan tenaga guna mendapatkan suatu pelayanan. Kriteria nilai
bagi pelanggan (customer value) dapat digambarkan sebagai berikut:
Kualitas Layanan Nilai bagi pelanggan = x
Biaya Waktu
Suatu jasa dapat dikatakan berkualitas serta memuaskan pelanggan,
namun belum tentu jasa tersebut bernilai bagi pelanggan itu. Suatu produk
semakin bernilai, berarti bertambahlah kebutuhan pelanggan yang dapat
dipenuhi oleh produk tersebut (Rangkuti, 2006). Kepuasan pasien
dipengaruhi banyak faktor, antara lain yang bersangkutan dengan:
a. Pendekatan dan perilaku petugas berhubungan dengan perasaan pasien,
terutama saat pertama kali datang.
b. Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang seharusnya dilakukan,
dikerjakan dan apa yang dapat diharap.
c. Prosedur perjanjian.
e. Fasilitas umum (toilet, telepon, parkir, ruang tunggu, loket pembayaran)
yang tersedia.
f. Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy dan pengaturan kunjungan.
g. Outcome terapi dan perawatan yang diterima (Wijono, 2008).
Terdapat beberapa faktor dari diri pasien yang mempengaruhi
kepuasan sebagai berikut:
a. Umur
Kelompok umur yang kurang dari 30 tahun cenderung lebih
banyak menuntut dan berharap banyak terhadap kemampuan pelayanan
kesehatan dasar dan cenderung mengkritik daripada kelompok umur
yang lebih dari 30 tahun (Lumenta, 1989 cit. Abdilah dan Ramdan, 2009). Gunarsa dan Gunarsa (2008) mengungkapkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada kesehatannya,
dimana terjadi kemunduran struktur dan fungsi organ, sehingga
masyarakat yang berusia lebih tua cenderung lebih banyak
memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan usia muda.
Contohnya pada pasien berusia tua yang mengalami gangguan
muskuloskeletal, akan mengalami penurunan fungsi pada kesembuhan
tulangnya, dimana dapat mengakibatkan keterbatasan yang panjang,
sehingga dapat meningkatkan ketergantungan pada orang lain kemudian
karena dipengaruhi emosional, sebagian jumlah orang tua dengan
pada orang yang lebih muda. Hal ini karena orang usia tua umumnya
lebih bersifat terbuka, sehingga pasien usia tua tuntutan dan harapannya
lebih rendah dari pasien usia muda. Hal ini yang menyebabkan pasien
usia tua lebih cepat puas daripada pasien usia muda.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin memiliki pengaruh pada pandangan terhadap jasa
yang diberikan. Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara
detail, sementara laki-laki tidak mengindahkan hal tersebut. Cara
mengelola hubungan untuk kaum laki-laki, mereka cenderung lebih tidak
peduli dengan hal yang dikemukakan oleh perempuan, karena itu mereka
dianggap lebih fleksible dibandingkan perempuan (Gunarsa, 2008). c. Pendidikan
Ada teori yang menyatakan seseorang dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi cenderung banyak menuntut atau mengkritik terhadap
pelayanan yang diterimanya jika memang menurutnya kurang puas.
Beberapa dengan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, ia
cenderung lebih banyak menerima karena tidak tahu apa yang
dibutuhkannya, asal sembuh saja itu sudah cukup baginya (Abdilah dan
Ramdan, 2009).
d. Pekerjaan
Kelompok masyarakat yang bekerja cenderung dipengaruhi oleh
lingkungan pekerjaan juga lingkungan keluarga, sehingga seseorang yang
pelayanan yang diterimanya jika memang tidak merasa puas bagi dirinya
dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Penjelasan lanjutan
menyatakan bahwa faktor itu tidak mutlak demikian, karena ada faktor –
faktor lain yang mempengaruhi.
e. Penghasilan
Sumber dana sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat. Tingkat tercapainya pelayanan medis juga ditentukan biaya
yang meningkat, sehingga faktor ekonomi sebenarnya menjadi penyebab
utama naik dan turunnya tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan. Penghasilan seseorang yang semakin tinggi akan
menyebabkan semakin tinggi pula harapan atau keinginannya, namun
faktor ini tidak mutlak demikian adanya, tidak terlepas dari sesuatu hal
yang mempengaruhinya (Lumenta, 1989 cit. Abdilah dan Ramdan, 2009).
3. Jaminan Kesehatan Nasional
a. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau
anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004). Jaminan kesehatan
adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Yandrizal
dan Suryani, 2015).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
SJSN, JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari
SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang kepesertaannya bersifat wajib (mandatory). Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan sebuah Sistem jaminan sosial yang
diberlakukan di Indonesia. Jaminan sosial ini merupakan salah satu
bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Negara Republik
Indonesia guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar yang layak (Prawisudawati, et al., 2014). b. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 peserta
Jaminan Kesehatan Nasional adalah setiap orang termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan atau pemerintah. Peserta JKN
adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan
rincian sebagai berikut:
1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
2) Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin
a) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu Pegawai
Negeri Sipil; (2) Anggota TNI; (3) Anggota Polri; (4) Pejabat
Negara; (5) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; (6) Pegawai
Swasta; dan (7) Pekerja yang tidak termasuk nomor (1) sampai
dengan nomor (6) yang menerima Upah.
b) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu: (1)
Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; (2) Pekerja
yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah; dan (3)
Pekerja sebagaimana dimaksud nomor (1) dan nomor (2), termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
c) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: (1) Investor;
(2) Pemberi Kerja; (3) Penerima Pensiun; (4) Veteran; (5) Perintis
Kemerdekaan; dan (6) Bukan Pekerja yang tidak termasuk nomor
(1) sampai dengan nomor (5) yang mampu membayar Iuran.
d) Penerima pensiun terdiri atas: (1) Pegawai Negeri Sipil yang
berhenti dengan hak pensiun; (2) Anggota TNI dan Anggota Polri
yang berhenti dengan hak pensiun; (3) Pejabat Negara yang
berhenti dengan hak pensiun; (4) Penerima Pensiun selain nomor
(1), (2), (3); dan (5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada nomor (1) sampai
e) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri
diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri
(Tim Penyusun Badan Sosialisasi dan Advokasi JKN, 2013).
c. Hak dan kewajiban peserta JKN
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS kesehatan berhak
mendapatkan:
1) Identitas peserta.
2) Manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS kesehatan.
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS kesehatan berkewajiban
untuk:
1) Membayar iuran.
2) Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS kesehatan dengan
menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau
pindah kerja (Tim Penyusun Badan Sosialisasi dan Advokasi JKN,
2013).
4. Puskesmas
a. Pengertian puskesmas
Puskesmas merupakan suatu unit terendah dalam struktur
organisasi negara yang langsung berhadapan dengan masyarakat, yang
melakukan fungsi melayani kesehatan masyarakat (Weningsih, 2014).
Kabupaten/Kota (UPTD) yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Wijono, 2008). Tujuan
Puskesmas antara lain :
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
langsung, serta sehingga masyarakat ikut serta dalam upaya kesehatan
secara terus menerus dan seoptimal mungkin.
2) Meningkatkan derajat kesehatan (Saragih, 2010).
b. Puskesmas dalam sistem JKN
Berdasarkan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan, Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang ikut bekerjasama dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional. Weningsih (2014) berpendapat bahwa puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab terhadap pelayanan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Keberadaan Puskesmas sebagai unit terdepan yang langsung berhadapan
dengan masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat peserta Jaminan
Kesehatan Nasional. Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar
c. Pelayanan kesehatan puskesmas
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas ialah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan: Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) (Weningsih, 2014). Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan yang merupakan pelayanan yang
bersifat pribadi dengan tujuan utama untuk menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan pelayanan yang
bersifat publik sengan tujuan utama untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
d. Puskesmas Umbulharjo II
Puskesmas Umbulharjo II merupakan salah satu dari dua
puskesmas yang terdapat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Terletak di jalan Hibrida No. 194 Miliran, Kelurahan Muja Muju,
Kecamatan Umbulharjo. Wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo II
meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Semaki, Kelurahan Muja Muju
dan Kelurahan Tahunan (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2014).
Puskesmas Umbulharjo II merupakan salah satu puskesmas yang telah
mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 (Humas Pemkot YK, 2014).
Sertifikat ISO didapatkan apabila puskesmas telah memenuhi standar
menyangkut pelayanan medis, operasional sampai petugas front office
yang kesehariannya berhubungan langsung dengan pendaftaran pasien.
Puskesmas Umbulharjo II memiliki 2 orang dokter gigi dan 3
perawat gigi. Berdasarkan data yang diambil pada 22 April 2015 jumlah
peserta JKN di Puskesmas Umbulharjo II sebanyak 9.087 jiwa yang
terdiri dari 3.481 jiwa adalah PBI dan 5.606 jiwa untuk yang non PBI.
Total kunjungan pasien di Poli Gigi Puskesmas Umbulharjo II yang
diambil per 22 April 2015 sebanyak 7591 pasien untuk tahun 2014,
dengan rata-rata 633 pasien perbulan (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,
B. Landasan Teori
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan jaminan kesehatan yang
diselenggarakan pemerintah untuk seluruh masyarakat agar dapat merasakan
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Jaminan Kesehatan
Nasional menggunakan mekanisme asuransi kesehatan nasional yang
kepesertaannya bersifat wajib. Masyarakat atau pesertanya akan membayar
iuran kepada BPJS kesehatan selaku badan yang menyelenggarakan JKN dan
mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah
ada.
Salah satu fasilitas kesehatan yang ikut bekerjasama dalam
penyelenggaraan JKN adalah puskesmas. Puskesmas merupakan fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang mempunyai fungsi melayani kesehatan
masyarakat. Puskesmas sebagai provider dalam pelaksanaan JKN harus
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas agar dapat
melayani kesehatan masyarakat dengan baik. Pelayanan kesehatan yang
dikatakan berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang standar profesinya
terpenuhi dengan baik serta terciptanya hasil-hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan, menyangkut pelayanan pasien, diagnosa dan perawatan.
Pasien dapat merasa puas apabila pelayanan kesehatan yang diberikan
sudah berkualitas sehingga pasien akan percaya terhadap sistem JKN yang
dicanangkan oleh pemerintah. Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien
yang timbul akibat pelayanan yang telah diterimanya setelah pasien
pelayanan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien baik
yang berasal dari diri pasien itu sendiri maupun dari luar yaitu umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan mutu pelayanan kesehatan.
Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yang menjadi tolak ukur kepuasan
pasien yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), tampilan fisik (tangible). Kepuasan pasien BPJS dan non BPJS berbeda, hasil penelitian kepuasan pasien di Wonogiri
pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kepuasan pasien BPJS dan pasien non BPJS di RSUD Dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri, dengan hasil tingkat kepuasan pasien non BPJS
lebih baik dibandingkan dengan pasien BPJS dengan selisih rerata keduanya
C. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Akan diteliti
: Tidak diteliti
Kepuasan
Provider/Puskesmas
Jenis Kelamin
Pendidikan
Sosial Ekonomi (Pekerjaan dan
Penghasilan) Umur
Pelayanan
Dimensi Kualitas Pelayanan:
1. Kehandalan (reliability) 2. Daya tanggap
(responsiveness) 3. Jaminan (assurance) 4. Empati (empathy)
5. Tampilan fisik (tangible)
Pasien BPJS Pasien Non BPJS
Pelayanan Administrasi Biaya
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap
kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II?
2. Manakah dimensi kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang paling
memberikan dampak kepuasan terhadap pasien BPJS dan non BPJS?
3. Manakah dimensi kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang paling
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan cross-sectional. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi masa kini, lebih menekankan pada
fakta faktual daripada penyimpulan (Nursalam, 2008). Jenis data pada
penelitian ini adalah data kuantitatif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Umbulharjo
II.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2016.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Puskesmas Umbulharjo II salah satu dari dua
puskesmas yang terletak di Kecamatan Umbulharjo yang populasi
datang ke poli gigi dan mulut Puskesmas Umbulharjo II adalah 20 orang
perhari.
2. Sampel dan Besar Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik quota sampling, yaitu pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2012). Besar jumlah sampel ditentukan berdasarkan trend kunjungan pasien poli gigi dan mulut Puskesmas Umbulharjo II yaitu
sebanyak 100 responden yang dibagi menjadi 2 (dua) sub populasi, yaitu
sub populasi pasien BPJS sebanyak 50 responden dan sub populasi pasien
non BPJS sebanyak 50 responden.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Umbulharjo II maksimal telah berkunjung 2 kali.
b. Pendidikan minimal SMP dan mampu berkomunikasi dengan baik.
c. Pasien yang bukan berasal dari keluarga yang berkerja di bidang
kesehatan.
2. Kriteria Eksklusi
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian : Kepuasan pasien BPJS dan non BPJS terhadap kualitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II.
2. Variabel Terkendali : Pasien peserta BPJS dan bukan peserta BPJS.
3. Variabel Tak Terkendali :
a. Jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
b. Jenis kelamin.
c. Umur pasien.
d. Sosial ekonomi pasien meliputi pekerjaan dan penghasilan pasien.
F. Definisi Operasional
1. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan gigi dan mulut yang diperolehnya
setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya, yang
diukur menggunakan kuesioner menggunakan skala Likert dengan skala pengukuran data interval. Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan 5
dimensi pengukuran kualitas pelayanan menurut Parasuraman, yaitu
kehandalan (reliability), tampilan fisik (tangible), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty).
2. Pasien BPJS dan non BPJS adalah pasien yang berkunjung ke poli gigi dan
mulut Puskesmas Umbulharjo II dengan memiliki serta menunjukkan atau
G. Instrumen Penelitian
Kuesioner tentang karakteristik responden, dengan pertanyaan yang
berisi tentang umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sosial ekonomi yang
meliputi pekerjaan dan penghasilan pasien perbulan, kepesertaan dalam JKN
dan banyaknya kunjungan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien dengan
kuesioner yang dimodifikasi dari buku Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan yang ditulis oleh Prof. J. Supranto, M.A., APU. Penilaian kuesioner menggunakan skala Likert dengan skala 4, yaitu skala dengan penilaian Sangat Setuju (SS) = 4 ; Setuju (S) = 3 ; Tidak Setuju (TS) = 2 ; dan Sangat Tidak
Setuju (STS) = 1. Alasan dipilihnya skala Likert dengan 4 pilihan jawaban karena untuk menghindari kecenderungan sentral dari jawaban responden.
Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala interval untuk data
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan nilai jenjang interval sebagai interval
untuk menentukan kategori kepuasan pasien, yaitu sangat puas, puas, tidak
puas, atau sangat tidak puas dari suatu variabel, dengan rumus sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Penelitian dilakukan dengan 2 tahap pelaksanaan penelitian, yaitu:
1. Tahap pra penelitian
a. Konsultasi dengan dosen pembimbing.
c. Ujian proposal penelitian.
d. Mengurus surat ijin penelitian.
e. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
2. Tahap penelitian
a. Pemberian kuesioner kepada sampel penelitian yang sudah menerima
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Umbulharjo II, yaitu
50 pasien BPJS dan 50 pasien non BPJS.
b. Pengisian informed consent sebagai tanda persetujuan untuk dijadikan subjek penelitian.
c. Pengisian kuesioner penelitian oleh subjek tanpa ada intervensi dari pihak
lain
Gambar 2. Alur Penelitian Pembuatan Kuesioner
Sampel
Uji Validitas dan Reliabilitas
Informed
Pengisian Kuesioner
Analisis Data
Hasil
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 40 responden di poli gigi
Puskesmas Jetis, yaitu 20 pasien BPJS dan 20 pasien non BPJS. Menurut
Notoatmodjo (2012), agar diperoleh distribusi nilai pengukuran mendekati
normal maka jumlah responden untuk uji kursioner dengan menggunakan uji
validitas dan reliabilitas paling sedikit 20 responden.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas
pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung korelasi antar butir-butir
pernyataan secara keseluruhan dengan menggunakan korelasi product moment. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila nilai signifikansi lebih besar dari r tabel dengan df=N-2. Dalam penelitian ini nilai df=
40-2=38. Selanjutnya melihat di r tabel df 38 pada signifikansi 5% (0,05)
sehingga di dapatkan nilai r tabel = 0,320. Hasil uji validitas dapat dilihat
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat diipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,
2012). Untuk menentukan reliabilitas ini digunakan analisis Cronbach Alpha. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai koefisien alpha yang diperoleh sama dengan atau lebih besar daripada 0,6 (Arikunto,
2010). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Jumlah pertanyaan Chronbach’s Alpha
28 0,922
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan hasil pada Tabel 2. diketahui bahwa kuesioner
dianggap reliabel karena memiliki nilai alfa > 0,6. Berdasarkan uji
validitas dan reliabilitas kuesioner, didapatkan hasil bahwa terdapat 4
pertanyaan yang dikeluarkan dari kuesioner yaitu pada variabel T4, T7,
Rs4, dan E4, sehingga jumlah pertanyaan yang digunakan untuk
penelitian sebanyak 26 pertanyaan.
J. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pasien BPJS dan non BPJS
yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Umbulharjo II sebanyak 100 responden, yang terdiri dari 50 pasien BPJS
dan 50 pasien non BPJS.
a. Karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Usia Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
16-20 tahun 4 (8) 7 (14)
21-30 tahun 6 (12) 17 (34)
31-40 tahun 13 (26) 11(22)
41-50 tahun 17 (34) 9 (18)
> 50 tahun 10 (20) 6 (12)
Total 50 (100 50 (100)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 50 responden
BPJS dan 50 responden non BPJS memiliki hasil persentase yang
berbeda ditinjau dari kelompok umur. Persentase tertinggi dalam
kelompok responden BPJS adalah pada kelompok umur 41-50 tahun
yaitu sebanyak 17 responden (34%), sedangkan kelompok responden non
BPJS persentase yang tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Laki-laki 16 (32) 12 (24)
Perempuan 34(68) 38 (76)
Total 50 (100) 50 (100)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa jumlah responden
yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 34 responden
(68%) pada kelompok BPJS dan sebanyak 38 responden (76%) pada
kelompok non BPJS.
c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
SMP 11 (22) 8 (16)
SMA 20 (40) 27 (54)
Sarjana 16 (32) 12 (24)
Lain-lain 3 (6) 3 (6)
Total 50 (100) 50 (100)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
SMA merupakan persentase yang tertinggi pada kelompok BPJS maupun
d. Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Status Pekerjaan Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa dari 50 responden
kelompok BPJS status pekerjaan pada kolom lain-lain mempunyai
presentase tertinggi yaitu 17 responden (34%), sedangkan dari 50
responden kelompok non BPJS status pekerjaan pada kolom lain-lain dan
wiraswasta mempunyai presentase tertinggi yaitu 16 responden (32%).
e. Karakteristik responden berdasarkan rata-rata penghasilan.
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Penghasilan Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
500.000-1.000.000 1 (2) 2 (4)
1.000.000-2.000.000 12 (24) 7 (14)
2.000.000-5.000.000 16 (32) 14 (28)
>5.000.000 3 (6) 2 (4)
Tidak berpenghasilan 18 (36) 25 (50)
Total 50 (100) 50 (100)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 7. menunjukkan bahwa pada kelompok BPJS
mempunyai presentase tertinggi yaitu 32% pada kelompok BPJS dan
28% pada kelompok non BPJS. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa dari
100 responden hanya 57 responden saja yang dapat mengutarakan
rata-rata penghasilannya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Umbulharjo II adalah responden dengan status pekerjaan
lain-lain, yaitu responden yang kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan
seperti ibu rumah tangga.
2. Gambaran Kepuasan Pasien BPJS dan Non BPJS terhadap Kualitas
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Umbulharjo II
Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan kategori
kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 26 x 4 = 104
Nilai terendah untuk setiap indikator Kepuasan : 26 x 1 = 26
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 26 104
= 19,5
Sehingga kategori penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai 26 – 45,5 : Sangat Tidak Puas
Nilai 46 – 65,5 : Tidak Puas
Nilai 66 – 85,5 : Puas
Tabel 8. Kepuasan Pasien BPJS dan Non BPJS terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Umbulharjo II
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 8. menunjukkan bahwa pasien BPJS dan non BPJS rata-rata
menyatakan puas terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Umbulharjo II, yaitu sebesar 82% untuk kelompok pasien
BPJS dan 78% untuk kelompok pasien non BPJS, hanya 4% atau 2
responden pada kelompok pasien non BPJS yang menyatakan tidak puas.
3. Dimensi Kepuasan Pasien BPJS dan non BPJS
a. Kepuasan pasien ditinjau dari dimensi kehandalan (reliability)
Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan
kategori kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 4 x 4 = 16
Nilai terendah untuk setiap indikator Kepuasan : 4 x 1 = 4
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 4 16
= 3
Nilai 4 – 7 : Sangat Tidak Puas
Nilai 8 – 11 : Tidak Puas
Nilai 12 – 15 : Puas
Nilai 16 – 19 : Sangat Puas
Tabel 9. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Kehandalan
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa lebih banyak yang
menyatakan puas pada pasien BPJS dan non BPJS, yaitu 80% pada
pasien BPJS dan 78% pada pasien non BPJS, ditinjau dari dimensi
kehandalan yang berisi mengenai prosedur pelayanan, sikap petugas serta
hasil yang didapat setelah mendapatkan perawatan.
b. Kepuasan pasien ditinjau dari dimensi tampilan fisik (tangible)
Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan
kategori kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 10 x 4 = 40
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 10 40
= 7,5
Sehingga klasifikasi penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai 10 – 17,5 : Sangat Tidak Puas
Nilai 18 – 25,5 : Tidak Puas
Nilai 26 – 33,5 : Puas
Nilai 34 – 41,5 : Sangat Puas
Tabel 10. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Tampilan Fisik
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 10. pasien yang menyatakan yang menyatakan
puas lebih banyak, baik pada kelompok pasien BPJS maupun non BPJS,
yaitu 86% pada pasien BPJS dan 84% pada pasien non BPJS. Dimensi
tampilan fisik ini membahas mengenai keadaan gedung puskesmas, alat
medis yang dipakai serta penampilan dari dokter gigi yang telah
c. Kepuasan pasien ditinjau dari dimensi daya tanggap (responsiveness) Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan
kategori kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 3 x 4 = 12
Nilai terendah untuk setiap indikator Kepuasan : 3 x 1 = 3
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 3 12
= 2,25 → 2
Sehingga klasifikasi penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai 3 – 5 : Sangat Tidak Puas
Nilai 6 – 8 : Tidak Puas
Nilai 9 – 11 : Puas
Nilai 12 – 14 : Sangat Puas
Tabel 11. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Daya Tanggap
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Dimensi daya tanggap ini membahas mengenai kecepatan dokter
gigi dalam menangani keluhan, kejelasan informasi yang diberikan serta
waktu tunggu poli gigi di puskesmas tersebut. Berdasarkan Tabel 11.
didapatkan hasil bahwa kebanyakan pasien menyatakan puas, yaitu 78%
untuk pasien BPJS, dan 76% untuk pasien non BPJS, terdapat responden
yang menyatakan sangat tidak puas pada kelompok pasien non BPJS,
yaitu sebesar 4%.
d. Kepuasan pasien ditinjau dari dimensi jaminan (assurance)
Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan
kategori kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 6 x 4 = 24
Nilai terendah untuk setiap indikator Kepuasan : 6 x 1 = 6
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 6 24
= 4,5
Sehingga klasifikasi penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai 6 – 10,5 : Sangat Tidak Puas
Nilai 11 – 15,5 : Tidak Puas
Nilai 16 – 20,5 : Puas
Tabel 12. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Jaminan
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 12. mayoritas responden menyatakan puas,
yaitu 82% untuk pasien BPJS, dan 74% untuk pasien non BPJS. Dimensi
jaminan ini membahas mengenai keamanan, kemampuan dokter gigi
dalam menangani keluhan serta penjelasan prosedur kerja.
e. Kepuasan pasien ditinjau dari dimensi empati (empathy)
Nilai jenjang interval digunakan sebagai interval untuk menentukan
kategori kepuasan pasien dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai Jenjang Interval =
Pertanyaan
Nilai tertinggi untuk setiap indikator Kepuasan : 3 x 4 = 12
Nilai terendah untuk setiap indikator Kepuasan : 3 x 1 = 3
Jumlah kriteria pertanyaan = 4
Maka, Nilai Jenjang Interval =
4 3 12
= 2,25 → 2
Sehingga klasifikasi penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai 3 – 5 : Sangat Tidak Puas
Nilai 6 – 8 : Tidak Puas
Nilai 12 – 14 : Sangat Puas
Tabel 13. Kepuasan Pasien Berdasarkan Dimensi Empati
Kepuasan Pasien Pasien BPJS Pasien non BPJS
n (%) n (%)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 13. pasien yang menyatakan puas adalah
paling banyak, yaitu 92% pada kelompok pasien BPJS, dan 74% pasda
kelompok pasien non BPJS. Dimensi empati membahas mengenai rasa
simpati, empati dokter gigi terhadap keluhan serta komunikasi antara
pasien dan dokter gigi.
f. Dimensi kualitas pelayanan yang paling memberikan dampak kepuasan
terhadap pasien BPJS dan non BPJS
Data yang disajikan didalam Tabel 14. diperoleh dari menjumlahkan
kepuasan pasien kategori sangat puas dan puas dari tiap dimensi yang
ada, hal ini dilakukan mengetahui mengetahui besar kepuasan pasien tiap
Tabel 14. Dimensi yang Paling Memberikan Dampak Kepuasan terhadap Pasien
Dimensi
Kepuasan Pasien Pasien BPJS
n (%)
Pasien non BPJS n (%)
Reliability 43 (86) 43 (86)
Tangible 49 (98) 48 (96)
Responsiveness 48 (96) 44 (88)
Assurance 50 (100) 46 (90)
Empathy 47 (94) 42 (84)
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 14. kepuasan pasien BPJS yang paling tinggi
adalah pada dimensi assurance, yaitu sebesar 100% dan kepuasan pasien non BPJS paling tinggi adalah pada dimensi tangible, yaitu sebesar 96%. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang paling memberikan dampak
kepuasan terhadap pasien BPJS adalah dimensi assurance dan pasien non BPJS adalah dimensi tangible.
g. Dimensi kualitas pelayanan yang paling tidak memberikan dampak
kepuasan terhadap pasien BPJS dan non BPJS
Data yang disajikan didalam Tabel 15. diperoleh dari menjumlahkan
kepuasan pasien kategori tidak puas dan sangat tidak puas dari tiap
dimensi yang ada, hal ini dilakukan mengetahui mengetahui besar
Tabel 15. Dimensi yang Paling Tidak Memberikan Dampak Kepuasan terhadap
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 15. kepuasan pasien BPJS yang paling rendah
adalah pada dimensi reliability, yaitu 14% dan kepuasan pasien non BPJS paling rendah adalah pada dimensi empathy, yaitu 16%. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang paling tidak memberikan dampak
kepuasan terhadap pasien BPJS adalah dimensi reliability dan pasien non BPJS adalah dimensi empathy.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, yaitu 50 orang
dari kelompok pasien BPJS, dan 50 orang dari kelompok pasien non BPJS.
Gambaran hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien BPJS dan pasien non
BPJS yang lebih banyak menggunakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di Puskesmas Umbulharjo II adalah pasien berjenis kelamin perempuan,
lebih banyak daripada pasien berjenis kelamin laki-laki, yaitu 34 (68%)
pasien BPJS dan 38 (76%) pasien non BPJS. Perempuan lebih banyak