• Tidak ada hasil yang ditemukan

Key word : Hypertension, chronic kidney disease stage v, DRPs

PENELAAHAN PUSTAKA

B. Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) 1.Definisi 1.Definisi

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50ml/menit (Suhardjono dkk., 2001).

Kriteria penyakit ginjal kronik adalah sebagai berikut :

a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi yaitu: kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam test pencitraan (imaging tests)

b. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/ menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Tessy, 2001).

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :

LFG (ml/menit/1,73m2) = ) / ( 72 ) 140 ( dl mg plasma kreatinin x badan berat x umur − *) pada perempuan dikalikan 0,85

20

Tabel III. Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/ menit/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG turun sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29

5 Gagal Ginjal terminal (CKD stage v) < 15 atau dialisis

(Tessy, 2001). 2. Patogenesis

Gambaran umum perjalanan gagal ginjal dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dan kecepatan filtrasi glomerulus (GRF) sebagai persentase keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) dengan rusaknya nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik (Price dan Wilson, 1995).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik terjadi penurunan cadangan ginjal, pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pasien mudah terkena infeksi seperti infeksi infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas,maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air

seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dimana gagal ginjal stadium akhir ini timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagi respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal dan sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis dan transplantasi ginjal (Price dan Wilson, 1995).

Salah satu yang dipengaruhi karena adanya kerusakan ginjal adalah terjadinya anemia yang dapat terjadi, karena kerusakan sumsum tulang yang menyebabkan sel darah merah tidak dapat terbentuk akibat tidak adanya atau kurangnya eritropoetin, karena rusaknya jaringan ginjal, juga dapat disebabkan oleh sel darah merah yang abnormal, sehingga mudah rusak atau lisis. Penyebab lainnya adalah karena penyakit imunologis, defisiensi nutrisi, dan penyakit sistemik. Faktor lain yang menjadi penyebab anemia GGK adalah pembuatan sel darah merah yang membutuhkan asupan protein, mineral besi, vitamin B12, asam folat yang menjadi terhambat akibat adanya racun ureum yang menumpuk dalam tubuh karena tidak bisa dibuang oleh ginjal yang sakit, serta diakibatkan terganggunya asupan makanan, berupa nafsu makan yang hilang, mual, muntah, dan gangguan saluran cernak yang lain. Derajat anemia terkait dengan derajat kerusakan ginjal, bertambah berat kerusakannya, atau bertambah sedikit sisa

22

fungsi ginjalnya dan bertambah rendah Hb-nya, makin berat anemianya. Orang yang tidak mempunyai ginjal atau mulai dialisis dengan sisa fungsi ginjal yang minim akan paling berat anemianya. Anemia pada penderita GGK mulai terjadi pada laju filtrasi atau glomerular filtration rate (GFR) yang kurang dari 60 ml/mn

atau kadar kreatinin serum atau darah lebih dari 2-3 mg% (anonim, 2009f). 3. Penatalaksanaan Penyakit Gagal Ginjal

Pengobatan gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama terdiri dari tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif dan mencegah atau mengatasi komplikasi. Tahap kedua yaitu berupa dialisis merupakan pengobatan jika terapi konservatif tidak efektif. Indikasi pasien untuk mengawali dialisis adalah: adanya anoreksia, mual, muntah yang menetap, khususnya diikuti dengan penurunan berat badan, penurunan kadar serum albumin, tidak terkontrolnya hipertensi dan gagal jantung kongestif, dan gejala neurologi atau pruritus, hiperkalemia, asidosis, kegagalan terapi konservatif, kelebihan cairan. Kebutuhan untuk dialisis seharusnya mulai direncanakan suatu waktu klirens kreatinin pasien (Clcr) jatuh dibawah 15ml/menit (Dipiro dkk, 2005).

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut Tessy, 2001 adalah : a. terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

b. pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition) c. memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

d. pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular e. pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

f. terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal

Tabel IV. Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya

Derajat LFG (ml/menit/1,73m2) Rencana tatalaksana

1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi

pemburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler

2 60-89 Menghambat pemburukan (progression) fungsi

ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 <15 Terapi pengganti ginjal

(Tessy, 2001).

Dokumen terkait