• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi drug related problems pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage V di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi drug related problems pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage V di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 - USD Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Imelda Christiyanti NIM : 05 8114 102

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PASIEN HIPERTENSI PADA

CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V DI RSUP. DR SARDJITO

YOGYAKARTA PERIODE 2006-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Imelda Christiyanti NIM : 05 8114 102

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Maha Kasih atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan sebaik-baiknya skripsi yang berjudul ” Evaluasi DRPs Pasien Hipertensi Pada Gagal Ginjal di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

Semua kelancaran dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan”Yesus Kristus”, atas segala limpahan kasih sayang dan penyertaanNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, meskipun jalanNya bukan jalan kita tetapi Dia selalu punya jalan yang terbaik untuk kita.

2. Mamah, papah, atas perhatian, dukungan materi serta doanya yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

3. Ooh-oohku tercinta oh eri, oh doni yang telah banyak memberikan dukungan materi, perhatian, kasih sayang, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini.

(8)

vii

5. dr. Fenty M. Kes, SpPK selaku dosen pembimbing yang tidak pernah lelah dan bosan dalam memberikan arahan dan pendampingan kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

6. Yosef Wijoyo, Msi., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan selama proses penyusunan skripsi ini. 7. Fhery Catur Wibowo atas dukungan dan perhatiannya yang pernah begitu

besar, mengajarkan penulis untuk tidak putus asa dan selalu semangat. 8. Teman-teman terbaikku Vita dan Vika yang selalu bersama-sama saling

memberikan dukungan dalam segala hal. Terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang kalian berikan.

9. Teman-teman kos yang selalu memberi semangat dan teman lembur dalam mengerjakan tugas Monchu, Tara, Widia, Lia, Fani, Siska, Ivon, mba Nana, Yesika, Cory, Fany terima kasih selalu menemani jika penulis kesepian di kos.

10. Segenap laboran atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Tanpa kalian kami tidak dapat praktikum dengan baik

11. Teman-teman seperjuangan Lina, deta, mbak Maya dalam pengambilan data di RSUP Dr. Sardjito

(9)

viii

14. Teman-teman KKN Era, Pepy, Jule, Titin, Lia, Made, Troy yang telah memberi dukungan dan atas pengalaman bersama yang tidak mungkin dilupakan selama 1 bulan kita bersama.

15. Terima kasih kepada dokter di Sardjito yang bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancara

16. Teman-teman anak FKK dan FST-2005, yang selalu membagi senyum dan tawa kepada penulis, pasti selalu kurindukan saat bersama kalian.

(10)
(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

ix

DAFTAR ISI...

x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

INTISARI... xxi

ABSTRACT... xxii

BAB I. PENDAHULUAN...

1

A. Latar Belakang Penelitian...

1

1. Rumusan Masalah...

4

2. Keaslian Penelitian...

5

3. Manfaat Penelitian...

6

B. Tujuan Penelitian...

6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...

8

A. Hipertensi...

8

1. Patogenesis Hipertensi...

9

2. Tujuan Terapi... 10

3. Strategi Terapi... 11

4. Sasaran Terapi... 12

(12)

xi

6. Obat Antihipertensi... 13

7. Patogenesis Hipertensi pada Penyakit Ginjal... 17

B. Gagal Ginjal Kronik... 19

1. Definisi... 19

2. Patogenesis... 20

3. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik... 22

C. Interaksi Obat... 23

D. Drug Related Problems... 24

1. Terminologi Drug Related Problems... 24

2. Kategori dan Penyebab Umum Drug Related Problems... 24

E. Keterangan Empiris... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...

27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B. Definisi Operasional... 28

C. Subjek Penelitian... 30

D. Bahan Penelitian... 30

E. Lokasi Penelitian... 30

F. Tata Cara Penelitian... 30

1. Tahap Orientasi... 31

2. Tahap Pengambilan Data...

31

3. Tahap Penyelesaian Data...

32

G. Tata Cara Analisis Hasil... 32

H. Kesulitan Penelitian... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

A.

Karakteristik Pasien Hipertensi pada Gagal Ginjal... 36

1. Berdasarkan kelompok usia... 37

(13)

xii

3. Obat yang bekerja pada saluran kardiovaskular... 41

4. Obat yang bekerja pada neuro-muskular... 42

5. Obat untuk hormon... 43

6. Obat yang digunakan sebagai antibiotik... 43

7. Obat pada sistem genitor-urinaria... 44

8. Obat yang digunakan pada sistem endkrin dan metabolik... 44

9. Obat yang berfungsi sebagai vitamin dan mineral... 45

10. Obat yang berfungsi sebagai nutrisi... 46

11. Obat untuk dermatologi... 46

12. Obat untuk mata... 47

13. Obat untuk sistem imunitas... 47

C. Kajian Drug Related Problems... 46

1. Dosis terlalu rendah... 48

2. Adverse drug reaction...

48

3. Dosis terlalu tinggi... 49

4. Perlu tambahan terapi obat... 50

D. Outcome Pasien Hipertensi pada Gagal Ginjal... 50

E. Rangkuman Pembahasan... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...

54

DAFTAR PUSTAKA... 56

LAMPIRAN... 59

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1 Klasifikasi Tekanan darah berdasarkan JNC VII ... 9 Tabel 2 Kombinasi Obat-Obat Hipertensi... 17 Tabel 3 Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasar derajat penyakit... 20 Tabel 4 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai derajatnya………….… 23 Tabel 5 Tingkat signifikasi interaksi obat... 23 Tabel 6 Penyebab-penyebab Drug Related Problems... 25 Tabel 7 Distribusi jumlah kasus chronic kidney disease stage v berdasarkan

kelompok usia di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008... 37 Tabel 8 Distribusi jumlah kasus hipertensi pada chronic kidney disease stage v

berdasarkan jenis kelamin di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008……… 38

Tabel 9 Distribusi kelas terapi obat kasus hipertensi pada chronic kidney

disease stage v l yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 39 Tabel 10 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem saluran

gastrointestinal yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 40 Tabel 11 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem saluran

pernafasan yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 41 Tabel 12 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem

kardiovaskular yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 41 Tabel 13 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada neuro-muskular

yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008... 42

Tabel 14 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem hormon yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic kidney disease

(15)

xiv

Tabel 16 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem genitor-urinaria yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic

kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008……… 44

Tabel 17 Golongan, kelompok, zat aktif yang bekerja pada sistem endokrin dan metabolik yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic

kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 44 Tabel 18 Golongan, kelompok, zat aktif yang berfungsi sebagai vitamin dan

mineral yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic

kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008…... 45

Tabel 19 Golongan, kelompok, zat aktif yang berfungsi sebagai nutrisi yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic kidney disease

stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008... 46

Tabel 20 Golongan, kelompok, zat aktif yang berfungsi sebagai obat dermatologi yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode

2006-2008... 46 Tabel 21 Golongan, kelompok, zat aktif yang berfungsi sebagai obat mata yang

digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic kidney disease

stage v di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008...

47 Tabel 22 Golongan, kelompok, zat aktif yang berfungsi sebagai obat imunitas

yang digunakan untuk terapi pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v l di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008...

47 Tabel 23 Kasus DRPs Dosis Terlalu Rendah untuk Pasien Hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008... 48 Tabel 24 Kasus DRPs Adverse Drug Reaction untuk Pasien Hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008...

(16)

xv

Tabel 25 Kasus DRPs Dosis Terlalu Tinggi untuk Pasien Hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008...

49 Tabel 26 Kasus DRPs Perlu Tambahan Terapi Obat untuk Pasien Hipertensi

pada chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008...

50 Tabel 27 Outcome Pasien Hipertensi pada chronic kidney disease stage v di

(17)

xvi

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kajian DRP’s kasus 1 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 59 Lampiran 2. Kajian DRP’s kasus 2 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 60 Lampiran 3. Kajian DRP’s kasus 3 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 61 Lampiran 4. Kajian DRP’s kasus 4 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 62 Lampiran 5. Kajian DRP’s kasus 5 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 63 Lampiran 6. Kajian DRP’s kasus 6 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 64 Lampiran 7. Kajian DRP’s kasus 7 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 65 Lampiran 8. Kajian DRP’s kasus 8 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 66 Lampiran 9. Kajian DRP’s kasus 9 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 67 Lampiran 10. Kajian DRP’s kasus 10 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 68 Lampiran 11. Kajian DRP’s kasus 11 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

(19)

xviii

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 71 Lampiran 14. Kajian DRP’s kasus 14 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 72 Lampiran 15. Kajian DRP’s kasus 15 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 73 Lampiran 16. Kajian DRP’s kasus 16 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 74 Lampiran 17. Kajian DRP’s kasus 17 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 75 Lampiran 18. Kajian DRP’s kasus 18 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 76 Lampiran 19. Kajian DRP’s kasus 1 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 77 Lampiran 20. Kajian DRP’s kasus 20 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 78 Lampiran 21. Kajian DRP’s kasus 21 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

yogyakarta periode 2006-2008 ... 79 Lampiran 22. Kajian DRP’s kasus 22 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

(20)

xix

Lampiran 23. Kajian DRP’s kasus 23 pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di instalansi rawat inap RSUP Dr. Sardjito

(21)

xx

bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, dan pola pengobatan serta

mengevaluasi kerasionalan peresepan pasien hipertensi pada komplikasi chronic

kidney disease stage v dengan mengacu pada keenam parameter dalam Drug Related

Problems yaitu terapi obat tanpa indikasi, obat yang tidak efektif, dosis terlalu

rendah, adverse drug reaction dan dosis terlalu tinggi yang merupakan masalah yang

dapat timbul selama pasien diberi terapi di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

periode 2006-2008.

Penelitian ini merupakan penelitian non esksperimental dengan menggunakan

rancangan penelitian secara deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien hipertensi dengan

chronic kidney disease stage v.

Jumlah kasus yang dianalisis sebanyak 23 pasien. Hasil penelitian yang

didapat yaitu persentase kasus laki-laki sebesar 56,5% dan perempuan sebesar 43,5%,

pada klasifikasi usia <12 tahun terdapat 4,4%, usia 12-29 tahun terdapat 43,4%, dan

usia >40 tahun terdapat 52,2%. Penelitian ini menggunakan 13 kelas terapi dimana

tiga kelas terapi terbanyak adalah obat kardiovaskular sebanyak 100%, vitamin dan

mineral sebanyak 95,7%, obat neuro muskular dan antibiotik masing-masing

sebanyak 60,9%. Jenis Drug Related Problems

yang terjadi yaitu dosis terlalu rendah

sebanyak 1 pasien 4,3%, dosis terlalu tinggi sebanyak 3 pasien 13%, terapi obat yang

menyebabkan adverse drug reaction sebanyak 3 pasien 13%, dan perlu tambahan

terapi obat sebanyak 7 pasien 30,4%. Outcome pasien yang membaik sebesar 91,3%

dan yang belum membaik sebesar 8,7%. Kombinasi obat hipertensi yang diterima

yaitu 1 obat hipertensi 4,3%, 2 obat hipertensi 4,3%, 3 obat hipertensi 43,5%, 4 obat

hipertensi 21,7%, 5 obat hipertensi 26,1%

(22)

xxi

ABSTRACT

Hypertension represent a cardiovascular disease when somebody has an

increase of blood pressure above normal and causes the increase of morbidity and

mortality. Hypertension represent causes factor primary acute renal failure, chronic

renal failure up to renal failure. The goal of this study are to identify the chacarteristic

of the patient, and determine medical pattern, and to evaluate the prescribing

rationality to hypertension with chronic kidney disease stage v in relevance to six

categories in drug therapy problems such as unnecessary drug therapy, need

additional drug terapy, ineffective drug, dosage to low, adverse drug reaction and

dosage to high which are the problems occured as the patients is being treated at the

instalantion ward of the RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta period 2006-2008.

The study is done in a non experimental way research plan descriptive

evaluation research which have retrospective characteristic. The instrument of this

study is medical record of hypertension with cronic kidney disease.

All case which analized is 23 cases. Present research, with percent cases men

consist 56,5% and female consist 43,5%, at classification patient <12 years old

consist 4,4%, 12-29 years old consist 43,4%, and >40 years old consist 52,2%. this

study used 13 class therapy which is three most drug class therapy are cardiovascular

drug 100%, vitamin and mineral 95,7%, neuro-muscular and antibiotic 60,9%. The

type of drug therapy problems that happened which is dosage to low is 1 case 4,3%,

dosage to high are 3 cases 13%, adverse drug reaction are 3 cases 13%, and need

additional drug terapy are 7 cases 30,4%. The outcome of hypertension with case

chronic kidney disease stage v are those who getting better 91,3% and those who not

yet recovered 8,7%. Combination hypertension drug with chronic kidney disease

stage v are 1 drug hypertension 4,3%, 2 drug hypertension 4,3%, 3 drug hypertension

43,5%, 4 drug hypertension 21,7%, 5 drug hypertension 26,1%

(23)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar belakang

Pasien hipertensi banyak ditemukan di masyarakat dan sekalipun telah diterapi masih banyak yang tekanan darahnya tidak terkontrol. Hal ini dikarenakan kombinasi obat yang tidak sesuai dan banyak obat-obat yang mempunyai efek samping dan kontraindikasi. Sehingga diperlukan obat antihipertensi yang dapat digunakan pada pasien hipertensi yang dapat ditoleransi dengan baik dan mempunyai efek samping yang minimal sehingga ketaatan pemakaian juga lebih baik (Tessy, 2001).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum di masyarakat dan tetap masih menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi hipertensi. Kekerapannya bervariasi namun diperkirakan sekitar 18%. MONICA (Monitoring of Cardiovascular Trends) Jakarta memperlihatkan angka yang lebih tinggi. Dari data The National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES) menunjunkan bahwa pada tahun 1999-2000, insidensi pada

orang dewasa adalah sekitar 29-31%. (cit., Fenty, 2008).

(24)

2

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, maka diperlukan ketelatenan dan biaya yang cukup mahal. Komplikasi yang terjadi karena hipertensi salah satunya adalah penyakit ginjal. Hipertensi merupakan faktor pemicu utama terjadinya penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronis, hingga gagal ginjal terminal. Sebaliknya saat fungsi ginjal mengalami gangguan maka tekanan darah pun akan meningkat dan dapat menimbulkan hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab kejadian gagal ginjal tahap kedua terbanyak setelah diabetes mellitus.

(25)

Untuk membedakan penyakit ginjal menyebabkan naiknya tekanan darah atau sebaliknya tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Hipertensi dalam jangka waktu lama menyebabkan gangguan ginjal, terutama pada penyakit ginjal menahun. Apakah hipertensi yang menyebabkan penyakit ginjal menahun ataukah penyakit ginjal yang menyebabkan naiknya tekanan darah dan untuk mengetahui kedua keadaan ini diperlukan adanya catatan medik yang teratur dan panjang (Tessy, 2001).

Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang ditimbulkan. Hubungan antara hipertensi dan ginjal telah lama diketahui sejak tahun 1836 (Tessy, 2001).

(26)

4

Berdasarkan permasalahan yang sering timbul dalam pemberian obat maka dilakukan evaluasi tentang Drug Related Problems pada pasien yang mempunyai riwayat hipertensi pada chronic kidney disease stage v yang meliputi peresepan yang rasional yaitu tepat dosis, tepat penderita, tepat cara pemberian, terpilih untuk penyakitnya, tepat secara ekonomis, tepat pemberian informasi, tepat monitoring efek samping dan tepat evaluasi hasil pengobatan (Prastowo,1995).

Penelitian mengenai pola pengobatan penyakit hipertensi pada chronic

kidney disease stage v dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, karena RSUP

Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan yang berorientasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Di samping itu, di RSUP Dr. Sardjito penyakit hipertensi paling banyak dijumpai, yang terdiri dari pasien yang menjalani perawatan di instalansi rawat inap. Pada umumnya pasien hipertensi yang menjalani perawatan di instalansi rawat jalan adalah pasien yang menderita hipertensi ringan atau sedang dan tidak mengalami komplikasi. Pasien rawat inap biasanya menderita hipertensi berat dan mengalami komplikasi.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perlu dilakukan studi literature tentang interaksi obat hipertensi pada chronic kidney disease stage v dengan permasalahan seperti disebutkan di bawah ini.

a. Seperti apa karakteristik kasus hipertensi pada chronic kidney disease stage

v pada Instalansi Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

(27)

b. Seperti apa pola pengobatan kasus hipertensi pada chronic kidney disease

stage v pada Instalansi Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

2006-2008?

c. Apakah terdapat Drug Related Problems untuk pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008, yang meliputi : 1) terapi obat tanpa indikasi?

2) indikasi penyakit yang tidak diberi terapi? 3) pemakaian obat yang tidak efektif? 4) dosis yang diterima pasien kurang? 5) terjadi adverse drug reaction? 6) dosis yang diterima pasien berlebih?

d. Seperti apa outcome pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008? 2. Keaslian Penelitian

(28)

6

Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri di Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya karena pada penelitian ini dilakukan evaluasi DRPs terhadap pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v dan periode waktu yang digunakan.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi yang berguna mengenai kerasionalan pengobatan pada pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v dan pengembangan konsep pelayanan

farmasi klinik di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. b. Manfaat praktis

Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan medis terutama dalam penggunaan obat pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(29)

2. Tujuan Khusus

Dimaksudkan tujuan khususnya adalah :

a. mendeskripsikan karakteristik kasus hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta

periode 2006-2008 meliputi usia,dan jenis kelamin.

b. mendeskripsikan pola pengobatan kasus hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta

periode 2006-2008.

c. mendeskripsikan kajian Drug Related Problems yang terjadi pada kasus hipertensi pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta periode 2006-2008, yang meliputi :

1) apakah ada terapi obat tanpa indikasi?

2) apakah ada indikasi penyakit yang tidak diberi terapi? 3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif?

(30)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI

Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Berdasarkan ISH/WHO dan JNC 7 Report 2003. Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Pada seseorang yang menderita komplikasi diabetes mellitus serta ginjal kronik maka pada tekanan darah 130/80 mmHg sudah dikatakan sebagai hipertensi. Kebanyakan penderita hipertensi tidak memberikan gejala sehingga dikenal juga sebagai “Silent Disease”. Keadaan hipertensi yang tidak dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ target.

Batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah bila tekanan darah >130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa di atas 18 tahun).

Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

(31)

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain.

Tekanan darah dilakukan untuk membantu pengertian dokter dan pasiennya mengenai bahaya yang berhubungan dengan hipertensi. Kategori dibawah ini berlaku untuk orang dewasa yang pada saat pemeriksaan tidak minum obat untuk tekanan darah tinggi.

Tabel I. Klasifikasi Tekanan darah berdasarkan JNC VII Derajat Tekanan sistolik ( mmHg) Tekanan diastolik

Normal < 120 dan < 80 mmHg

Prehipertensi 120 -139 atau 80 -89 mmHg

1 140 - 159 atau 90 -99

2 > 160 atau > 100

Prehipertensi merupakan keadaan dimana tidak memerlukan medikasi namun termasuk pada kelompok yang berisiko tinggi untuk menjadi hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Individu dengan prehipertensi tidak memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk melakukan modifikasi hidup sehat yang penting mencegah peningkatan tekanan darahnya (Anonim, 2009b).

1. Patogenesis Hipertensi

(32)

10

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migran dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala. Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal. Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat pendarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma (Sausalit, Kapojos, Lubis, 2001). 2. Tujuan Terapi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tingginya tekanan darah. Ini berarti bahwa tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya (Setiawati dan Bustami, 1999).

(33)

3. Strategi Terapi

Strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi beberapa tahap yaitu, memastikan bahwa tekanan darah benar-benar mengalami kenaikan pada pengukuran berulang kali, menentukan target dalam penurunan tekanan darah, melakukan terapi non farmakologis meliputi pengamatan secara umum terhadap pola hidup pasien, kemudian terapi farmakologis meliputi pengoptimalan penggunaan obat tunggal antihipertensi dalam terapi, bila perlu berikan kombinasi penggunaan obat antihipertensi, dan melakukan monitoring secara rutin. Terapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologis dan farmakologis (Greene dan Harris, 1999).

Terapi non farmakologis dilakukan dengan modifikasi pola hidup yang berguna untuk menurunkan tekanan darah, menambah efektifitas penggunaan obat antihipertensi dan menurunkan resiko kardiovaskular. Modifikasi utama pola hidup yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain penurunan berat badan pada kasus obesitas, pengurangan asupan kalium, asupan natrium, dan kalsium, melakukan kegiatan fisik seperti olahraga ringan, dan mengurangi konsumsi alkohol (Chobanian dkk., 2003).

(34)

12

pengobatan hipertensi berlangsung seumur hidup. Untuk itu, dibutuhkan strategi terapi yang tepat dan rasional (Prastowo, 1995).

Pengobatan dengan antihipertensi harus dimulai dengan dosis yang terendah obat tersebut yang masih efektif menurunkan tekanan darah. Dosis dinaikkan apabila efek terapeutik yang sesuai belum tercapai. Kombinasi dengan obat antihipertensi lain diberikan bila tekanan darah masih tetap belum terkendali. Ganti obat hipertensi dengan golongan lain bila tidak ada respon atau tidak ditoleransi oleh pasien (Rahardjo, 2001).

4. Sasaran Terapi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatik, dan sistem renin angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas dan faktor endotel mempunyai peranan dalam meningkatkan tekanan darah hipertensi primer. Sasaran terapi penyakit hipertensi yaitu dengan menurunkan curah jantung dan

tahanan perifer (Sausalit dkk., 2001). 5. Gejala Klinis

(35)

GGK dikaitkan dengan retensi garam dan air serta akibat dari penurunan perfusi ginjal sehingga mengaktivasi produksi renin, kemudian angiotensin yang memperantarai vasokontriksi (Price dan Wilson, 1995).

Penurunan luas area filtrasi pada kerusakan sel glomerulus dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang dapat meningkatkan tekanan kapiler glomerulus dan dapat menyebabkan perubahan fungsi dan struktur pada glomerulus. Proses patologi ini menyebabkan glomeulosklerosis yang berakibat pada peningkatan tekanan darah. Tekanan darah harus dikontrol pada 130/80 mmHg atau kurang pada pasien dengan penurunan ginjal dan diabetes dan 130/85 mmHg pada pasien non diabetes (Dipiro dkk., 2005).

6. Obat Antihipertensi

Obat-obat yang digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi dalam beberapa golongan, yang akan dibicarakan dibawah ini :

a. Diuretik

Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Saseen dan Carter, 2005). Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu :

1) diuretik golongan thiazid

Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Presure (JNC VII) merekomendasikan diuretik thiazid

(36)

14

reabsorpsi natrium pada tubulus distal. Diuretik thiazid mulai bekerja 1-2 jam setelah pemberian secara oral dengan durasi selama 12-24 jam. Sebagai contoh bendrofluazid, klortalidon, klorotiazid, klopamid, indapamid (Yulinah dkk, 2008). 2) diuretik kuat

Dalam terapi hipertensi, diuretik kuat merupakan antihipertensi yang lebih kuat dibandingkan dengan diuretik thiazid. Diuretik kuat bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada

escending loop henle dan di tubulus distal ginjal. Sebagai contoh yaitu furosemid,

bumetamid, torasemid (Yulinah dkk, 2008). 3) diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium merupakan antagonis aldosteron. Mekanisme kerjanya dengan cara berkompetisi dengan aldosteron pada bagian reseptor di tubulus distal, sehingga dapat menghambat efek aldosteron pada otot halus arteriola dengan baik, meningkatkan ekskresi garam dan air, mencegah kehilangan kalium dan ion hidrogen (Lacy dkk., 2006). Jenis diuretik ini merupakan diuretik lemah. Obat-obat yang termasuk dalam diuretik ini adalah amilorid, spironolakton, dan triamteren. Penggunaannya terutama pada kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi efek hipokalemia dari diuretik lain (Setiawan dan Bustami, 1999). Diuretik hemat kalium berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan (Benowitz, 2001).

b. Penghambat Adrenergik (beta-bloker)

(37)

miokard menyebabkan curah jantung berkurang. Selain itu adrenoreseptor β juga terletak pada permukaan membran dari sel juxtaglomerular dan penyekat adrenoreseptor β menghambat pelepasan renin. Obat-obat beta-bloker yang sering digunakan adalah atenolol, betaksolol, labetolol (Saseen dan Carter, 2005).

c. Vasodilator

Obat antihipertensi golongan ini menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos vaskuler sehingga menurunkan tahanan vaskuler sistemik yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Penurunan tahanan arteri menimbulkan respon kompensasi oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis. Termasuk dalam kelas terapi ini adalah hidralazin dan minoxidil (Benoiwitz, 2001).

d. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE inhibitor)

Penghambat enzim pengkonversi angiotensin dianggap sebagai terapi kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien hipertensi (Chobanian dkk, 2003). Penghambat enzim konversi angiotensin bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Selain itu juga menghambat degradasi vasodilator poten yaitu brandikinin (Williams, 2000). Penghambat enzim pengkonversi angiotensin juga merangsang sintesis dari beberapa substansi vasodilator termasuk prostaglandin E2 dan protasiklin. Peningkatan brandikinin

(38)

16

e. Calcium Cannel Bloker (CCB)

Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat gerakan ion kalsium yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polos, otot jantung dan saraf. Dengan berkurangnya kadar kalsium bebas dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kadar kontraksi otot polos pembuluh darah, kontraksi otot jantung. Penurunan kontraktil otot jantung akan mengakibatkan penurunan curah jantung. Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, diltiazem, amlodipin, verapamil dan felodipin (Yulinah dkk, 2008). f. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Antagonis Reseptor Angiotensin II mempunyai sifat menghambat yang mirip dengan ACE inhibitor. Perbedaan obat-obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainnya, sehingga tidak menimbulkan efek samping batuk kering. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah lorasartan, valsartan, kandesartan (Anonim, 2000c).

g. Antihipertensi Bekerja di Sentral

(39)

menurunkan denyut jantung, dan tahanan perifer. Klonidin sering digunakan untuk terapi hipertensi berat (Saseen dan Carter, 2005).

Tabel II. Kombinasi Obat-obat Hipertensi diuretik

Beta-bloker

CCB ACE

inhibitor

Alfa-bloker

Diuretik + - + +

Beta-bloker + * - +

Antagonis Ca

- * + +

ACE inhibitor

+ - + +

Alfa-bloker + + + +

Keterangan: + = sesuai - = tidak sesuai

* = verapamil dan diltiazem kontraindikasi dengan beta-bloker karena memiliki efek yang sinergis yaitu pada otot dan frekuensi denyut jantung

7. Patogenesis Hipertensi pada Penyakit Ginjal

(40)

18

Gambar 1. Algoritma hipertensi untuk pasien dengan CKD (Dipiro dkk, 2005)

Tekanan darah > 130/80mmHg

BP > 15-20/10mmHg ingin dicapai, kombinasi step 1 dan 2 Sasaran BP = <130/80mmHg, atau <125/75mmHg untuk pasien proteinuria

Step 1 Mulai ACEI atau ARB

Cek Scr (Serum creatinin) dan K dalam 1 minggu. Jika Scr atau K naik > 30%,

Bila BP tidak mencapai

(<130/80mmHg, atau <125/75mmHg untuk pasien proteunuria)

Step 2 Tambahkan diuretik

Jika CrCl >30ml/min, beri diuretik thiazid Jika CrCl <30ml/min, beri diuretik kuat

BP tidak tercapai

Step 3

Tambahkan long acting CCB, bisa dipertimbangkan pemberian β bloker dosis rendah daripada CCB,pada pasien angina, heart failure atau arrhytmia

BP tidak tercapai

Step 4

Tambahkan β bloker dosis rendah atau α/ β bloker (jika belum digunakan) NOTE: penggunaan β bloker dan nondihidropiridin CCB dihindarkan pada pasien tua dan kondisi tidak normal

Step 4

Tambahkan golongan dari CCB yang lain (seperti dihidropiridin CCB jika agen nondihidropiridin tidak sedang digunakan). NOTE: penggunaan β bloker dan nondihidropiridin CCB sebaiknya dihindarkan pada pasien tua dan kondisi tidak normal

BP tidak tercapai

Tambahkan long acting α-bloker, central α-antagonis, atau vasodilator. NOTE: central α-agonis (clonidin) sebaiknya tidak digunakan dengan β

bloker karena kemungkinan besar menyebabkan bradikardi yang parah

(41)

B. Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) 1. Definisi

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50ml/menit (Suhardjono dkk., 2001).

Kriteria penyakit ginjal kronik adalah sebagai berikut :

a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi yaitu: kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam test pencitraan (imaging tests)

b. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50 ml/ menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Tessy, 2001).

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :

LFG (ml/menit/1,73m2) =

) / ( 72

) 140

(

dl mg plasma kreatinin

x

badan berat x umur

(42)

20

Tabel III. Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/ menit/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG turun sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29

5 Gagal Ginjal terminal (CKD stage v) < 15 atau dialisis

(Tessy, 2001). 2. Patogenesis

Gambaran umum perjalanan gagal ginjal dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dan kecepatan filtrasi glomerulus (GRF) sebagai persentase keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) dengan rusaknya nefron secara progresif oleh penyakit ginjal kronik (Price dan Wilson, 1995).

(43)

seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dimana gagal ginjal stadium akhir ini timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagi respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal dan sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis dan transplantasi ginjal (Price dan Wilson, 1995).

(44)

22

fungsi ginjalnya dan bertambah rendah Hb-nya, makin berat anemianya. Orang yang tidak mempunyai ginjal atau mulai dialisis dengan sisa fungsi ginjal yang minim akan paling berat anemianya. Anemia pada penderita GGK mulai terjadi pada laju filtrasi atau glomerular filtration rate (GFR) yang kurang dari 60 ml/mn

atau kadar kreatinin serum atau darah lebih dari 2-3 mg% (anonim, 2009f). 3. Penatalaksanaan Penyakit Gagal Ginjal

Pengobatan gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama terdiri dari tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif dan mencegah atau mengatasi komplikasi. Tahap kedua yaitu berupa dialisis merupakan pengobatan jika terapi konservatif tidak efektif. Indikasi pasien untuk mengawali dialisis adalah: adanya anoreksia, mual, muntah yang menetap, khususnya diikuti dengan penurunan berat badan, penurunan kadar serum albumin, tidak terkontrolnya hipertensi dan gagal jantung kongestif, dan gejala neurologi atau pruritus, hiperkalemia, asidosis, kegagalan terapi konservatif, kelebihan cairan. Kebutuhan untuk dialisis seharusnya mulai direncanakan suatu waktu klirens kreatinin pasien (Clcr) jatuh dibawah 15ml/menit (Dipiro dkk, 2005).

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut Tessy, 2001 adalah : a. terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

b. pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition) c. memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

(45)

f. terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal

Tabel IV. Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya

Derajat LFG (ml/menit/1,73m2) Rencana tatalaksana

1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi

pemburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler

2 60-89 Menghambat pemburukan (progression) fungsi

ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 <15 Terapi pengganti ginjal

(Tessy, 2001).

C. Interaksi Obat

Interaksi obat didefinisikan sebagai respon klinis atau farmakologis yang muncul dari pemberian kombinasi obat yang berbeda, dimana efek klinis yang muncul dari dua atau lebih kombinasi obat tersebut dapat diantisipasi dengan pemberian obat secara tunggal/terpisah (Tatro, 2001).

Tabel V. Tingkat Signifikasi Interaksi Obat

Tingkat signifikasi Keparahan Pelaporan

1 Berat (major) Terbukti

2 Sedang (moderate) Terbukti

3 Ringan (minor) Terbukti

4 Berat/sedang (major/moderate) Mungkin terjadi

5 Ringan (minor) Mungkin terjadi

Tidak ada (any) Tidak terjadi

(46)

24

D. Drug Related Poblems

1. Terminologi Drug Related Problems

Drug Related Problems merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan

yang terjadi pada pasien yang dikarenakan atau diduga karena penggunaan obat dan kejadian tersebut terjadi pada saat pencapaian efek terapi suatu obat. Identifikasi DRPs merupakan perhatian dari penilaian keputusan akhir yang dibuat dalam tahap proses patient care. Diketahui terdapat 7 jenis DRPs yang dapat disebabkan oleh suatu obat dan harus dicari solusinya dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical care (Cipolle, 2004).

Drug Therapy Problems merupakan suatu masalah klinis yang tidak dapat

diselesaikan atau dicegah jika penyebab dari permasalahan yang muncul tidak diketahui secara jelas. Sangat penting untuk mengetahui dan mengkategorikan tidak hanya jenis dari DRPs yang terjadi tetapi juga penyebab dari DRPs tersebut (Cipolle, 2004).

2. Kategori dan Penyebab Umum Drug Related Problems

(47)

Tabel VI. Penyebab-penyebab Drug Related Problems (Cipolle, 2004)

No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

1

Terapi obat tanpa indikasi

(unnecessary

drug therapy)

Ada indikasi obat yang sudah tidak tepat saat itu Terapi dengan dosis toksik

Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat menggunakan terapi tunggal

Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi (tanpa obat) Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman

Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol,dan merokok 2 perlu tambahan terapi obat (need for additional drug therapy)

Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan obat baru Terapi untuk mencegah timbulnya risiko atau kondisi medis yang baru atau terapi profilaksis

Kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapaisinergisme atau efek adiktif

3 Obat yang tidak efektif

(ineffective drug)

Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif Kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat

Bentuk sediaan obat tidak sesuai

Obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami

4 Dosis terlalu rendah (dose too

low)

Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon yang diinginkan

Imterval dosis terlalu rendah untuk dapat mengahasilkan respon yang diinginkan

Interaksi obat menurunkan jumlah zat adiktif yang tersedia

Durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan

5

Efek samping obat

(adverse drug

reaction)

Obat diberikan terlalu cepat

Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat Pasien teridentifikasi memiliki risiko terhadap obat tersebut

Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau makanan

Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta pergeseran tempat ikatan

Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat

6

Dosis terlalu tinggi (dosage too

high)

Dosis terlalu tinggi

Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang diharapkan Dosis obat dinaikkan terlalu cepat

Akumulasi obat karena terapi jangka panjang

Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien

7

Kepatuhan pasien (compliance)

Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan sengaja maupun karena tidak mengerti

(48)

26

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi peresepan pada pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 yang terkait dengan Drug Related Problems yang merupakan masalah-masalah yang dapat timbul selama pasien diberi terapi dan diharapkan dapat memberi gambaran mengenai masalah utama kejadian Drug Related

Problems pada fase administrasi sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi

kejadian Drug Related Problems pada penggunaan obat hipertensi pada chronic

(49)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai evaluasi DRPs pasien hipertensi

pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008 termasuk penelitian non eksperimental dengan

rancangan deskriptif evaluatif, yang bersifat reprospektif. Penelitian bersifat

retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran

terhadap dokumen terdahulu yaitu berupa rekam medis pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008. Penelitian merupakan rancangan deskriptif karena

data yang diperoleh dari lembar rekam medis kemudian dievaluasi berdasarkan studi

pustaka, dan dideskripsikan dengan memaparkan kejadian yang ada, kemudian

ditampilkan dalam bentuk tabel. Penelitian non eksperimental merupakan penelitian

yang dilakukan terhadap sejumlah ciri subjek menurut keadaan apa adanya tanpa

(50)

28

B. Definisi Operasional

1. Pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v adalah orang yang

didiagnosis hipertensi serta gagal ginjal terminal sehingga harus menjalani

hemodialisis dan menjalani Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

2006-2008.

2. Jumlah pasien yang dimaksud adalah banyaknya orang yang terdiagnosis

hipertensi dan mengalami chronic kidney disease stage v yang teramati di

Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito pada periode 2006- 2008.

3. Jumlah obat yang dimaksud adalah banyaknya macam obat yang diberikan untuk

pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap

RSUP Dr. Sarjito periode 2006- 2008.

4. Jenis obat adalah nama dagang maupun nama generik yang diberikan untuk pasien

hipertensi pada chronic kidney disease stage v dalam satu kali periode perawatan

di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008.

5. Lembar catatan medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang

memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,

diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat, hasil

laboratorium, lama perawatan, dan lembar resume pasien dewasa yang menerima

obat hipertensi dan chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP

(51)

6. Karakteristik pasien meliputi distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan diagnosis.

7.

Karakteristik peresepan obat meliputi macam obat, jenis obat, rute pemberian

obat, aturan pemakaian obat yang meliputi kekuatan obat dan frekuensi

pemakaian obat.

8. Jumlah obat adalah banyaknya jumlah obat yang dikonsumsi oleh pasien selama

perawatan.

9. Dosis obat adalah ukuran banyaknya obat dalam satuan yang diberikan kepada

pasien.

10. Kelas terapi adalah kelompok efek terapi yang diberikan untuk pasien hipertensi

pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008.

11. Kombinasi obat hipertensi adalah jumlah golongan obat hipertensi yang

digunakan oleh pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v selama

menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

12. Outcome adalah keadaan pada waktu pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v keluar dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

13. Membaik adalah keadaan pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v

pada saat keluar sudah mengalami penurunan tekanan darah dan komplikasi yang

(52)

30

14. Belum membaik adalah keadaan pasien hipertensi pada chronic kidney disease

stage v saat keluar dari rumah sakit belum mengalami penurunan tekanan darah

dan/ penyembuhan pada komplikasi yang di derita.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah kasus pasien yang dirawat di

Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008. Jumlah kasus dalam

penelitian ini adalah sebanyak 23 kasus.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien

hipertensi pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Instalansi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito, Jalan

Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta.

F. Tata Cara Penelitian

Jalannya penelitian meliputi tiga tahap yaitu tahap orientasi, tahap

(53)

1.

Tahap orientasi

Dimulai dengan menentukan masalah yang akan dijadikan bahan penelitian

kemudian mengurus perijinan untuk melihat lembar rekam medis pasien hipertensi

pada chronic kidney disease stage v l di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008.

2.

Tahap pengambilan data

Pada tahap pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan penelusuran data di

Instalansi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, kemudian didapatkan data

printout mengenai jumlah pasien, nomor rekam medis, jenis kelamin, usia, lama

perawatan, unit perawatan, diagnosis utama, diagnosis lain, komplikasi, alamat

pasien. Dari data printout didapatkan 26 lembar rekam medis, namun dalam analisis

yang digunakan oleh penulis hanya digunakan 23 kasus dengan menghitung

banyaknya rawat inap pasien yang terjadi pada periode 2006-2008. Pengurangan

jumlah pasien yang diteliti dalam penelitian ini disebabkan karena 2 pasien ternyata

tidak terdiagnosis sebagai pasien hipertensi pada gagal ginjal terminal dan 1 pasien

tidak ditemukan rekam medisnya.

Dari jumlah rekam medis yang digunakan tersebut kemudian data rekam

medis masing-masing kasus ditulis dalam lembar pencatatan. Data yang dikumpulkan

(54)

32

daftar pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam

catatan keperawatan dan ringkasan pemeriksaan.

3.

Tahap penyelesaian data

a.

Pengolahan data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan.

Tabel data berisi mengenai karakteristik pasien yang akan dikelompokkan

berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pola pengobatan yang menampilkan

distribusi kelas terapi dan kajian mengenai Drug Related Problems yang

dijabarkan dengan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan).

b.Evaluasi data

Pengelompokan kelas terapi yang digunakan pada analisis kasus berdasarkan

pustaka acuan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008 dan

Informasi Obat Nasional Indonesia 2000. Pembahasan Drug Related Problems

dalam analisis penelitian ini menggunakan pustaka Drug Information Handbook

14

th

edition, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS Indonesia

Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008, Drug Interaction Facts 1-2, Jurnal

Renal Artery sterosis. Evaluasi yang dilakukan secara per kasus.

G.

Tata Cara Analisis Hasil

Analisis data dilakukan dengan melihat karakteristik pasien berdasarkan usia

(55)

stage v dibagi menjadi 13 kelas terapi, kemudian terbagi ke dalam masing-masing

golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat yang digolongkan

berdasarkan pada MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008. Kajian

Drug Related Problems dengan metode SOAP pada masing-masing kasus, kemudian

dibuat rangkuman pembahasan Drug Related Problems, dimana pada masing-masing

tabel tersebut dijabarkan nomor kasus, jenis obat, penilaian, dan rekomendasi

terhadap Drug Related Problems yang terjadi. Pada analisis Drug Related Problems

hanya digunakan enam parameter karena keterbatasan dalam penelitian yang tidak

dapat mengawasi pasien maka kepatuhan pasien tidak diikutsertakan. Pada analisis

outcome dengan melihat jumlah pasien yang membaik dan belum sembuh. Pada obat

hipertensi yang digunakan pada pasien chronic kidney disease stage v digunakan

kombinasi obat yang dikelompokkan berdasarkan jumlah obat yang digunakan oleh

masing-masing pasien. Tata cara analisis dilakukan sebagai berikut :

1.

Karakteristik pasien

a.

Persentase umur pasien dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia, yaitu <12

tahun, 12-39 tahun, dan >40 tahun. Masing-masing kelompok dihitung

dengan cara menghitung pasien pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah

keseluruhan pasien yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

b.

Persentase jenis kelamin pasien dikelompokkan menjadi pasien dengan jenis

(56)

34

pasien pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan

pasien yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

2.

Persentase kelas terapi obat pada masing-masing tahun dikelompokkan menjadi

13 kelas terapi, dihitung dengan cara membagi antara jumlah pasien pada tiap

kelas terapi per tahun dengan jumlah keseluruhan pasien pada tiap tahun tersebut

kemudian dikalikan 100%. Persentase total kelas terapi dihitung dengan cara

membagi antara jumlah pasien pada tiap kelompok kelas terapi dengan jumlah

keseluruhan kemudian dikalikan 100%.

3.

Persentase total jenis zat aktif yang digunakan pada masing-masing kelas terapi

dihitung dengan cara membagi antara jumlah pasien pada tiap jenis zat aktif

dengan jumlah keseluruhan pasien kemudian dikali 100%.

4.

Kajian Kajian Drug Related Problems dijelaskan dengan metode SOAP. Pada

bagian Subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, usia, diagnosis, keluhan

utama, perjalan penyakit, kondisi umum, dan keadaan pulang pasien. Bagian

Objective digambarkan dengan tabel mengenai data laboratorium dan tekanan

darah. Sedangkan Drug Related Problems akan dijabarkan pada Assessment yang

kemudian akan dipecahkan melalui Plan.

5.

Kajian Drug Related Problems kemudian dirangkum, yaitu dengan

mengelompokkan pasien yang terjadi pada keenam Drug Related Problems

beserta jenis obat dan zat aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap

(57)

6.

Outcome pasien dikelompokkan menjadi 2 golongan untuk pasien yang membaik

dan belum sembuh, dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap

kelompok outcome kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien yang

didapat dan dikalikan dengan 100%.

7.

Kombinasi obat hipertensi yang diberikan pada pasien dikelompokkan menjadi 5

kelompok, dihitung dengan cara menghitung jumlah kombinasi pada tiap pasien

kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien dan dikalikan dengan 100%.

H.

Kesulitan Penelitian

Dalam pengambilan data untuk penelitian ini penulis mengalami beberapa

kesulitan, antara lain penggunaan istilah medis yang sulit dimengerti oleh penulis

karena tidak biasa digunakan dalam dunia Internasional, penggunaan bahasa daerah

dalam catatan medik, dan kurang lengkapnya data yang ada pada rekam medis.

Kesulitan yang lain juga merupakan keterbatasan dalam penelitian ini yaitu

sulit untuk menganalisis kepatuhan pasien karena penulis tidak mengamati jalannya

perawatan pasien tetapi hanya melihat berdasarkan rekam medis dan tidak mengamati

(58)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai kerasionalan pola pengobatan pasien hipertensi pada

chronic kidney disease stage v (CKD st v) di RSUP Dr. Sardjito periode

2006-2008 dilakukan dengan menelusuri kasus pasien rawat inap. Hasil penelitian mengenai kerasionalan peresepan pasien hipertensi pada chronic kidney disease

stage v di RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008 dibagi menjadi 4 bagian yaitu

karakteristik pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v, pola pengobatan pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage v, kajian Drug

Related Problem’s dan outcome yang dicapai, kemudian yang akan dirangkum

pada akhir pembahasan. Karakteristik pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v meliputi kelompok usia dan jenis kelamin. Pola pengobatan pasien

hipertensi pada chronic kidney disease stage v meliputi kelas terapi beserta golongan obat pasien selama dirawat di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008 dan kajian keenam parameter Drug Related Problem’s yang akan dijelaskan dengan metode SOAP serta dirangkum dalam bentuk tabel dan berdasarkan kategori Drug Related Problem’s yang terjadi pada tiap kasus.

(59)

sedangkan distribusi berdasarkan kelompok jenis kelamin dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang menderita penyakit hipertensi pada chronic kidney disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008.

Berdasarkan kelompok umur, pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v digolongkan menjadi 3 kelompok usia, yaitu kelompok 3 yaitu :

<12 tahun, 12-39 tahun, dan >40 tahun. 1. Berdasarkan kelompok usia

Tabel VII. Distribusi jumlah kasus chronic kidney disease stage v berdasarkan kelompok usia di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008

Kelompok Umur (%) Total

2006 2007 2008

< 12 tahun 1 4,4

12-39 tahun 3 6 1 43,4

> 40 tahun 10 2 52,2

Dari data didapatkan penderita chronic kidney disease stage v banyak diderita diatas umur 40 tahun, hal ini karena chronic kidney disease stage v kebanyakan disebabkan oleh hipertensi dimana manifestasi timbulnya chronic

kidney disease stage v terjadi setelah beberapa tahun penyebab muncul. Penderita

chronic kidney disease stage v dibawah umur 12 tahun pada umumnya bersifat

congenital/bawaan dan pada penelitian didapatkan 1 pasien yang berumur 12 tahun. Pada usia 12-39 tahun didapatkan 10 pasien yang terkena chronic kidney

disease stage v. Dikaitkan dengan semakin bertambahnya umur maka terjadi

penurunan fungsi organ tubuh termasuk ginjal terutama pada pasien lanjut usia. Menurut Price & Wilson (1995), pada penyakit gagal ginjal kronik nilai

(60)

38

GFR juga turun pada usia lanjut. Sesudah usia 30 tahun GFR menurun dengan kecepatan 1ml/menit/tahun (Paullin, 2005).

2. Berdasarkan kelompok jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, pasien hipertensi pada chronic kidney disease

stage v di RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008, didapatkan hasil untuk jenis

kelamin perempuan sebanyak 10 pasien dengan persentase sebesar 43,5% dan untuk laki-laki didapatkan 13 pasien dengan persentase sebesar 56,5%. Hal ini disebabkan pada laki-laki lebih mudah terkena penyakit kardiovaskular karena pola dan gaya hidup yang biasanya kurang teratur dan sehat

Tabel VIII. Distribusi jumlah kasus hipertensi pada chronic kidney disease

stage v berdasarkan jenis kelamin di Instalansi Rawat Inap

RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008

Jenis kelamin Jumlah Kasus % total

2006 2007 2008

Perempuam 3 6 1 43,5

Laki-laki 8 5 56,5

B. Pola Pengobatan Pasien Hipertensi pada Chronic Kidney Disease Stage V Obat-obat yang digunakan oleh pasien hipertensi pada chronic kidney

disease stage v di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

2006-2008 dibagi menjadi beberapa kelas terapi. Pada penelitian ini kelas terapi yang digunakan pada pasien sebanyak 13 kelas terapi, yang kemudian terbagi kedalam masing-masing golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat. Pembagian kelas terapi dalam penelitian ini berdasarkan pustaka acuan Drug

Information Handbook dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7

(61)

Tabel IX. Distribusi kelas terapi obat kasus hipertensi pada chronic kidney

disease stage v yang dirawat Di Instalansi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjit

Gambar

Gambar 1. Algoritma hipertensi untuk pasien dengan CKD (Dipiro dkk, 2005)
Tabel III. Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit Penjelasan Kerusakan ginjal dengan LFG normal
Tabel V.  Tingkat Signifikasi Interaksi Obat  Tingkat signifikasi Keparahan
Tabel VI. Penyebab-penyebab Drug Related Problems  (Cipolle, 2004) Jenis DRP Contoh Penyebab DRP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kedua, yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini pada remaja di Desa Sekotong Barat menurut Amaq Anom (yang telah mengawinkan anaknya) adalah karena persoalan

Pada penelitian ini ekstrak spons menunjukkan adanya bioaktivitas beberapa ekstrak spons yang berpotensi membunuh bakteri E. Dalam penelitian ini tampak bahwa

Bagi masyarakat Arfak khususnya Suku Hattam yang mendiami Kampung Hanghouw, konsep igya ser hanjob dipandang sebagai bagian dari tata kehidupan sosial masyarakat adat terutama dalam

 UNTUK MOTOR INDUKSI 3 FASA BEDA FASA TEGANGAN MENGHASILKAN MEDAN PUTAR YANG BERBEDA FASA DAN GAYA YANG ARAHNYA BERBEDA, GAYA TOTAL ADALAH PENJUMLAHAN SECARA VEKTOR, DAN RESULTAN

Perlakuan kapur 100 % setara Al-dd yang diberikan lebih awal ditambahltan TSP nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya terhadap bobot

Selain itu, melalui persamaan multiple regresi yang diperoleh dapat dilakukan peramalan terhadap nilai pencapaian OEE pada periode mendatang dan membantu pihak

Pada percobaan ini kita akan menganalisa tentang antena melalui pengukuran gain, level sinyal yang terjadi antara antena pemancar dan penerima yang

ini (current condition) dianalisis dengan 5 enabler Nonaka, yang merupakan kondisi prasyarat suatu organisasi agar bisa mengembangkan knowledge management, khususnya untuk