10. Sistem Penanganan Abu Batubara (Ash Handling)
Sistem penanganan abu terbagi atas dua bagian, yaitu Bottom Ash yang tertinggal dibagian bawah ruang bakar, dan Fly Ash atau abu halus yang terbawa bersama gas sisa pembakaran. Abu sisa pembakaran dibuang ke ash disposal area.
Ash Disposal Area direncanakan mampu menampung selama life time unit kurang lebih hingga 30 tahun. Lokasi Ash Disposal Area terletak di barat daya dan selatan area PLTU Paiton dengan total luas kurang lebih 222 Ha.
Untuk menghindari perembesan yang dapat mencemari air tanah, maka area penimbunan debu diberi lapisan yang kedap air dan dikelilingi oleh selokan yang langsung mengalir ke laut.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
11. Electrostatic Precipitator
Abu hasil pembakaran yang terbawa oleh gas sisa pembakaran melalui GDP (Gas Duct to Precipitator) dilewatkan pada elemen negatif (Wire Frame) pada EP yang mendapat suplai arus searah dari transformator rectifier, berfungsi untuk mengubah arus listrik AC menjadi DC tegangan tinggi.
Abu akan menempel pada elemen positif sedangkan abu yang tidak tertangkap pada elemen positif dihisap ID Fan dan dibuang melalui chimney (cerobong asap). Abu yang menempel pada elemen positif akan jatuh ke Hopper, disebabkan collecting Plate digetarkan oleh DC Electric Rapper.
Pada hopper, abu batubara akan dipanaskan oleh hopper heater untuk mencegah penggumpalan. Level abu batubara di dalam hopper dimonitor oleh nuclear monitor.
Pada hopper terdapat vibrator yang berfungsi mencegah abu batubara tidak menempel pada hopper. Abu dari hopper dihisap ke luar oleh vacuum blowers melalui ash pipe ke fly ash silo.
Untuk menjaga temperatur minimum EP, digunakan Blowers Heater yang mengambil udara luar untuk dipanaskan guna dimasukkan ke dalam penthouse.
a. Ash Handling Process
Sebagai hasil sisa pembakaran batu bara maka dihasilkan 2 jenis debu, yaitu:
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
33
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Bottom Ash merupakan abu berat sisa pembakaran dari batu bara. Bottom Ash ini diambil dari bagian bawah furnace, pyrites, dan mill reject dari tangki yang terletak di setiap mill, dan abu economizer dari tangki yang terletak di bawah hopper economizer. Abu-abu tersebut dibawa oleh submerged scrapper conveyor dan ditampung dalam Bottom Ash Silo dan dibuang setiap 24 jam sekali ke disposal area.
b. Fly Ash
Selain abu berat pada proses pembakaran batu bara juga dihasilkan abu halus (Fly Ash). Fly Ash ini diambil dari Primary Air Heater (Hopper 1), Secondary Air Heater (Hopper 2), Electrostatic Precipitator (Hopper 3-18), dan gas duct.
Setelah melewati ketiga jenis hopper tersebut maka udara sisa pembakaran akan terbebas dari debu sisa pembakaran batubara dan udara bersih tersebut dapat dibuang ke atmosfir melalui chimney / stack.
Sedangkan Fly Ash yang tertangkap akan ditampung di Fly Ash Silo yang berada didekat Stack sebelum akhirnya dibawa ke Ash Disposal Area. Silo ini berfungsi sebagai Surge Tank, dan dilengkapi dengan Vacum Boiler untuk menghisap (menarik debu dari EP Hopper) ke Fly Ash Silo. Fly Ash Silo ini mampu menampung 3 x 24 jam.
Gambar 3.9. Fly Ash Handling System
Pengangkutan abu dari Bottom Ash Silo untuk ditempatkan di Ash Disposal Area menggunakan Dump Truck sedangkan dari Fly Ash Silo menuju Ash Disposal Area menggunakan sistem transportasi pipa
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
(pneumatik) atau truck (manual). Ash Disposal Area adalah suatu lokasi yang digunakan untuk penimbunan ash (abu) yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara dalam Boiler. Adapun lokasi penimbunan terletak di barat daya dan selatan areal PLTU Paiton seluas 200 ha.
Untuk menghindari perembesan yang mencemari air tanah, maka areal penimbunan abu dibuat lapisan yang kerah air dan dikelilingi selokan dan penghijauan. Lebih lanjut untuk menanggulangi dampak abu batu bara yang jumlahnya cukup banyak itu dapat dilakukan pengolahan terhadap bahan tersebut antara lain menjadi bahan bangunan, misalnya sebagai bahan campuran beton, batako, genteng, dan eternit.
3.2.3 Siklus Udara Pembakaran
Siklus udara pembakaran adalah siklus udara yang digunakan untuk proses pembakaran pada PLTU. Terdapat dua udara pembakaran yang
digunkan yaitu udara primer pembakaran dan udara sekunder pembakaran.
Primary Air Fan (PAF) menyediakan 30% udara dari total proses pembakaan. Sebelum udara primer masuk dipanaskan terlebih dahulu melalui pemanas udara awal. Selain itu udara primer pembakaran juga berfungsi sebagai udara transportasi yang mengangkut bahan bakar dari pulverizer meuju uang bakar dan mengeringkan batubara untuk mengurangi kandungan air pada batubara.
Forced Draft Fan ( FDF) menyediakan 70% udara dari udara total dari proses pembakaran.. Sebelum udara sekunder dimasukkan ke ruang bakar dipanaskan melalui pemanas udara awal. Fungsi udara ini selain sebagai pensuplai udara pembakaran juga sebagai pendingin bagian- bagian pembakar (firing system) agar tidak rusak karena panas
(radiasi) api.
Induced Draft Fan (IDF) berfungsi menghisap gas buang agar keluar dari ruang bakar menuju stack dan memberikan tekanan negatif pada ruang bakar agar saat pembakaran terjadi pada ruang bakar aman dan
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
35
POLITEKNIK NEGERI MALANG
panas lebih sempurna karena losisnya kecil. Tekanan pada furnance dijaga sekitar -1 mbar sampai -2 mbarterdapat 2 induct draft fan dimana beroperasi 50% kapasitasnya pada setiap induced Draft Fan dengan harapan bila terjadi trip pada salah satu IDF maka unit hanya mengalami penurunan beban setengah full loadnya.
3.2.4 Siklus Air Pendingin
Siklus air pendingin ii merupakan siklus air laut yang digunakan untuk pendinginan pada PLTU selma produksi energi listrik. Pada siklus air pendingin ini air laut digunakan untuk proses pendinginan uap pada kondensor, pendingin heat exchanger pada close coolig circulating water (CCCW), pendinginan heat exchanger pada vacuum pump cooler, dan pendinginan heat exchanger pada turbin oil cooer. Ir keluaran dari proses pendinginan tersebut kemudian dibuang menuju laut melalui outlet canal.
3.2.5 Siklus Gas Buang
Dari hasil proes pembakaran batubara akan menghasilkangas asap yang membawa material berupa abu terbang ( fly ash) dan padatan dari sisa pembakaran batubara yan disebut abu berat (bottom ash). Bottom ash yang berupa padatan dari sisa pembakaran batubara akan jatuh pada sisi bawah boiler hopper yang kemudian dikeluarkan menggunakan submersible scraper chain conveyor (SSCC) dan ditampung pada bottom ash silo. Dengan bantuan duce draft fan aka membawa gas yang membawa abu sisa pembakaran keluar boiler dan masuk menuju ESP ( Electro Static Precipitator ). Pada ESP ( Electro Static Precipitator ) menggunakan prinsip elektrostatik tegangan tinggi untuk mengurangi kadar abu yang terbawa oleh gas buang agar tidak mencemari lingkungan. Debu akan menempel pada plat-plat ESP ( Electro Static Precipitator ) yang secara periodik ada
hammer yang memukul rangkaian plat sehingga debu akan jatuh dan ditampung di fly ash silo . Setelah melalu ESP ( Electro Static Precipitator ) gas buang dibuang melalui stack .
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
3.2.6 Sistem Pengolahan Air/ Water Treatment Plant (WTP)
Water treatment system direncanakan untuk memnuhi kebutuhan air bersih di PT.PJB UBJ O&M PLTU Paiton yang sumbernya berasal dari air Laut Jawa(Selat Madura). Air tersebut dipompa dan ditampung pada tangki penyimpanan (Well Water Tank). Dari well water tank air dipompa ke atas oleh well water transfer pump ke Service Water Tank yang tingginya 70 meter. Alur air ini terpecah dari service water tank untuk berbagai keperluan.
1. Pre Water Treatment System
Pada Pre Water Treatment System ini air dari service water tank dialirkan secara gravitasi ke clasifier. Di dalam clasifier air mengalami proses pengadukan dan proses penginjeksian alum sulfate serta feric chloride. Dengan adanya kedua proses tersebut maka kotoran dalam air akan mengendap menjadi lumpur. Dari clasifier air dialirkan secara gravitasi ke sand filter, di dalam sand filter ini kotoran dalam air yang belum mengendap akan tersaring sehingga air menjadi bersih. Air bersih tersebut dialirkaan menuju clear well tank.
2. Demineralizer Water System
Pada Demineralizer Water System ini air dipompa oleh filtered water transfer pump dari clear well tank menuju kation exchange. Pada kation exchange ini diinjeksikan acid berupa asam chlorida (HCl) yang berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif yang terdapat yang terdapat dalam air. Kemudian air dialirkan menuju decarbunator, pada decarbunator ini air dijatuhkan dari atas dan dihembus/spray udara dari bawah oleh deca rbunator booster pump yang berfungsi untuk menghilangkan kadar karbondioksida (CO2 ) dalam air. Dari decarbonator air dialirkan menuju anion exchanger dan diinjeksi dengan basa berupa natrium hidroksida (NaOH) sehingga ion-ion positif dalam air akan terikat. Kemudian air dialirkan menuju mix bed ion exchangers yang berfungsi mengikat ion positif maupun ion negatif yang masih terkandung dalam air. Dari mix bed ion exchanger air murni tersebut dialirkan menuju demineralised water tank dan diteruskan ke
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
37
POLITEKNIK NEGERI MALANG
condensate water tank. Air murni yang ada pada condensate water tank tersebut siap digunakan untuk dialirkan ke turbine condenser.
Gambar 3.10.Demineralizer Trains A dan B
Gambar 3.11. Demineralizer Water System
Gambar 3.12.Acid dan Caustic Tank
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Pada power plant PLTU paiton ini memiliki komponen-komponen utama, yaitu: 1. Mill 2. Boiler 3. Turbine 4. Generator 1. Mill
Mill berfungsi mengelilingi batubara dengan bantuan PA Fan batubara yang telah berbentuk serbuk dapat dengan mudah terdorong ke boiler yang selanjutnya akan mengalami proses firing. Fungsi dari PA Fan (Primary Air Fan) sendiri untuk mendorong batubara yang telah berbentuk serbuk dalam mill menuju boiler dengan melalui 4 saluran. 2. Boiler
Boiler yang digunakan pada PLTU Paiton ini termasuk boiler negative, artinya tekanan pada ruang bakarnya lebih kecil dari tekanan udara di luar. Pada PLTU Paiton tekanan di dalamnya sekitar -12 mmH2O.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
39
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Gambar 3.14. Pola Pusaran Api di dalam
F urnace
Boiler yang digunakan pada PLTU Paiton terdiri dari beberapa bagian utama antara lain :
Furnace : Tungku pembakaran batu bara
Steam Drum : Pemisahan fase uap dan fase cair
Economizer : Berfungsi memanaskan air
Reheater : Pemanasan ulang uap dari High Pressure Turbin
Superheater : Pemanasan lanjut uap dari Steam Drum sebelum memutar turbin
Wall Tube : Pemanasan air di Steam Drum yang masih memiliki fase cair
Boiler Water Circulating Pump : Pompa yang menyalurkan air ke Wall Tube
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Gambar 3.15. Skema Konstruksi Komponen-Komponen Sistem Pembakaran pada Boiler
3. Turbine
Turbin berguna untuk menyalurkan energi mekanik ke generator. Turbin dapat dibedakan berdasarkan media penggeraknya, yaitu dengan uap, gas, maupun air.
Turbin uap pada dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Dua jenis turbin uap ini memiliki perbedaan pada mekanisme penggerakan turbin oleh aliran uap.
Pada turbin impuls, turbin memanfatkan gaya impuls dari uap berkecepatan tinggi. Untuk turbin reaksi, turbin memanfaatkan perubahan tekanan dari aliran uap untuk menggerakkan turbin.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
41
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Gambar 3.16. Turbin impuls dan Turbin reaksi
PLTU Paiton menggunakan 4 buah turbine untuk menggerakkan generator. Keempat turbine tersebut adalah HP ( High Pressure ) Turbine, IP ( Intermediate Pressure ) Turbine, LP ( Low Pressure ) Turbine A dan LP ( Low Pressure ) Turbine B.
Keempat-empatnya terpasang dalam satu poros dengan generator. Adapun spesifikasi dari keempat turbine tersebut adalah:
Gambar 3.17 Spesifikasi turbin pada PT. PJB UBJ O&M PLTU Paiton
Pada bagian bawah LP Turbine A dan LP Turbine B, terdapat ruang condenser yang berfungsi untuk mendinginkan sisa-sisa uap setelah memutar LP turbine tersebut. Didalam condenser terjadi kondensasi dengan bantuan air dingin yang diambil dari laut dan dialirkan melalui pipa-pipa
yang jumlahnya sangat banyak sehingga dengan kondisi seperti ini uap dan air dapat saling terpisah.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Ditinjau dari tekanan operasi, condenser dibedakan atas : 1. Atmospheric condenser
2. Vacuum condenser
Sesuai persyaratan operasi PLTU, maka condenser yang dipakai adalah Vacum condenser. Alas an yang utama adalah memperoleh “heat duties” yang sebesar -besarnya pada turbine uap. Sasaran operasi Vacum condenser adalah hanya beberapa derajat diatas suhu air pendingin. Apabila diasumsikan suhu air pendingin sekitar 20 °C maka kondensor boleh beroperasi pada suhu sekitar 30 °C (85 °F). Tekanan jenuh air untuk suhu
tersebut adalah 0,042 bar absolute (0,60 psia).
Kondensor yang melayani PLTU dengan daya 300 MW akan dialiri oleh uap sekitar 200 kg/detik dengan kecepatan aliran sampai dengan 60 m/detik pada tekanan sekitar 0,05 bar absolute.
Dari perhitungan perpindahan panas dapat ditaksir luas daerah pertukaran panas yang diperlukan lebih dari 20.000 m². untuk keperluan luas ini dapat
digunakan 1.500 buluh dengan diameter 25 mm dan panjang sekitar 20 m.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
43
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Gambar 3.19. Komponen Turbin Uap
Gambar 3.20. Sistem Turbin Uap
3.1. Sistem Kontrol Turbin
Sistem kontrol pada turbin terdiri dari beberapa macam yaitu DEH ( Digital Electro-Hydraulic ), MEH ( Micro Electro-Hydraulic ), ETS ( Emergency Trip System ), TSI ( Turbine Supervisory Instrument ).
DEH itu sendiri adalah proteksi yang digunakan untuk mengamankan turbin saat terjadi kondisi yang salah atau trip.
DEH ( Digital Electro Hidraulic ) biasanya digunakan untuk mengontrol kecepatan, beban, dan tekanan uap turbin. DEH menerima sinyal-sinyal tersebut lalu mengirim perintah ke system EH. DEH juga bisa digunakan untuk mengoperasikan, melindungi, mengontrol, dan memonitor uap turbin meskipun pada kondisi kerja yang berbeda.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Gambar 3.21. Sistem Kontrol Turbin 4. Generator
Generator dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian yang berputar (rotor) dan bagian yang tidak berputar (stator). Pada PLTU Paiton motor-motor besar yang menjadi statornya adalah kumparan dan rotornya berfungsi sebagai magnet sementara yang juga menimbulkan medan magnet. Pada bagian rotor medan magnetnya dibangkitkan oleh kumparan (exciter) atau penguat medan magnet yang terdiri dialiri oleh arus DC pada bagian rotor ini adalah supaya medan magnet yang ditimbulkan memiliki ar ah yang sama dan tetap sehingga proses pemotongan medan listriknya dapat teratur sehingga gaya gerak listrik dapat ditimbulkan oleh generator. Adapun spesifikasi dari generator yang dipakai di PLTU Paiton ini adalah:
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
45
POLITEKNIK NEGERI MALANG
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Transformator
Transformator merupakan peralatan yang dapat memindahkan daya listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain dalam frekuensi yang sama. Tegangan yang diterima dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun prinsip dasar dari transformator adalah berdasarkan induksi bersama (mutual induksi) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh dua
magnet.
Dengan demikian, maka suatu transformator adalah suatu alat yang :
Mentransfer daya listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian yang lain.
Bekerja tanpa suatu perubahan frekuensi.
Bekerja dengan sistem induksi elektromagnetik.
Bekerja pada tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Pada PLTU Paiton unit 9 ada beberapa jenis transformator, namun yang berkaitan langsung dengan sistem pembangkitan listrik yaitu :
a. Main Transformer/Generator Transformer (1 buah) b. Unit Auxiliary Transformer (1 buah)
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Main Transformer yaitu transformator yang mengubah tegangan listrik keluaran generator dari 20 kV menjadi 500 kV, selain itu juga bertugas sebagai penyalur daya generator ke rel dengan terlebih dahulu dikurangi oleh beban pemakaian sendiri. Pada PLTU Paiton Unit 9 terdapat 1 buah Main Transformer.
Gambar 4.8 Main Transformer / Generator Transformer Adapun spesifikasi teknis dari transformator ini, yaitu :
Manufacture : Xian XD Transformer, China Primary Voltage : 500 kV
Secondary Voltage : 18 kV OnLoad Tap Voltage : 8×1.25% Primary Current : 923.8 A Secondary Current : 23093 A Connection : YNd1 Frecuency : 50 Hz Phase : 3 Capacity : 800 MVA
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
47
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Unit Auxiliary Transformer (UAT) adalah transformator yang berfungsi untuk menyuplai daya bagi keperluan sendiri pada unit pembangkitan, antara lain untuk keperluan daya motor, penerangan, dan untuk keperluan lainnya. Pada PLTU Paiton Unit 9 terdapat satu buah UAT.
Gambar 4.9 Unit Auxiliary Transformer Adapun data teknisnya sebagai berikut :
Manufacture : Xian XD Transformer, China Primary Voltage : 20 kV
Secondary Voltage : 6,3 kV On Load Tap Voltage : 2×2.5% Primary Current : Secondary Current : Connection : D-yn11yn11 Frecuency : 50 Hz Phase : 3 Capacity : 63 MVA
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
Standby Service Transformer (SST) adalah transformator yang digunakan sebagai back up dari UAT apabila generator terjadi gangguan yang menyebabkan generator trip. Selain itu SST juga digunakan untuk menyuplai daya bagi start awal generator, yaitu penguatan awal generator. Daya SST ini diambil dari sistem interkoneksi, yaitu dari Gardu Induk Paiton. Seperti UAT, SST juga terdiri dari satu buah.
Gambar 4.10 Standby Service Transformer Adapun data teknisnya sebagai berikut :
Manufacture : Xian XD Transformer, China Primary Voltage : 150 kV
Secondary Voltage : 6,3 kV On Load Tap Voltage : 8×1.25% Primary Current : 242.5 A Secondary Current : 3207.5 A
Connection : YN and yn0-yn0+d
Frecuency : 50 Hz
Phase : 3
Capacity : 63 MVA
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
49
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Hubungan antara ketiga transformator tersebut dapat dijelaskan pada gambar 4a dan gambar 4b.
~ Y Y Y Y Y Y Y Y Y M Y Y M Generator Main Transformer Excitation Transformer Standby Service Transformer Unit Auxiliary Transformer
Gardu Induk Gardu Induk
20 kV side 500 kV side 150 kV side 6,3 kV side 6,3 kV side Bus A 6,3 kV Bus B 6,3 kV PDC Transformer PDC Transformer
Bus 400 Volt Bus 400 Volt
Gambar 4.11 Hubungan Main Transformer, Unit Auxiliary Transformer dan Standby Service Transformer di PLTU Paiton Unit 9
4.2 Bagian Utama 1. Inti besi.
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current . Untuk trafo daya di PLTU Paiton Baru, secara umum diklasifikasikan sebagai 3-limb core untuk trafo SST dan UAT dan 5-limb core untuk trafo GT.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
a) 3-limb
b) 5-limb.
Gambar 4.12 Inti Besi
2. Kumparan transformer.
Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
Gambar 4.13 Kumparan fasa RST
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
51
POLITEKNIK NEGERI MALANG
3. Minyak transformer.
Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam dalam minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai isolasi dan media pemindah, sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
4. Bushing.
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.
Gambar 4.14 Bushing 5. Tangki konsevator.
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak
trafo, tangki dilengkapi dengan konservator.
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017
PT.PJB UBJ O&M PAITON
4.3 Peralatan Bantu 1. Pendingin.
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi-rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/ sistem pendingin untuk
menyalurkan panas keluar transformator.
Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa: 1. Udara/gas
2. Minyak. 3. Air.
4. Dan lain sebagainya.
Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara: 1. Alamiah (natural)
2. Tekanan/paksaan (force).
Pada cara alamiah (natural), pengaliran media sebagai akibat adanya perbedaan suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari media tersebut ke udara luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas antara media (minyak-udara/gas), dengan cara melengkapi transformator dengan sirip-sirip (radiator ).
Bila diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat lagi, cara natural/alamiah tersebut dapat dilengkapi dengan peralatan untuk mempercepat sirkulasi media pendingin dengan pompa-pompa sirkulasi minyak, udara dan air. Cara ini disebut pendingin paksa ( Forced ).
Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 2017