Gambar 2. Gafik Beda Rataan Jumlah Daun antara 2-7 MST
Kelengkungan Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kelengkungan daun dapat
dilihat pada lampiran 32 hingga 33. Dari sidik ragam diperoleh bahwa persilangan
tidak berbeda nyata terhadap parameter kelengkungan daun. Rataan
kelengkungan daun dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Kelengkungan Daun
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Persilangan Rataan AxB 1.63 AxC 1.53 AxD 1.48 BxA 1.39 BxC 1.53 BxD 1.59 CxA 1.39 CxB 1.56 CxD 1.44 DxA 1.54 DxB 1.45 DxC 1.51
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari tabel 5 dapat dilihat kelengkungan daun yang terbesar pada
persilangan AxB (1.63 cm) dan yang terendah pada persilangan BxA dan BxD
(1.59 cm).
Umur Berbunga Jantan (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga jantan (hari)
dapat dilihat pada lampiran 34 hingga 35. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga jantan. Rataan umur
berbunga jantan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan Umur Berbunga Jantan (hari)
Persilangan Rataan AxB 52.50 ab AxC 53.00 ab AxD 54.50 a BxA 53.17 ab BxC 49.67 b BxD 51.17 ab CxA 52.00 ab CxB 51.17 ab CxD 51.67 ab DxA 52.17 ab DxB 49.50 b DxC 49.50 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 35) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter umur berbunga jantan. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa umur
berbunga jantan tercepat pada persilangan DxB dan DxC (49.50 hari) yang
berbeda nyata pada persilangan AxD dan tidak berbeda nyata pada persilangan
AxB, AxC, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxA dan yang telama pada
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Histogam beda rataan umur berbunga jantan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Histogam Beda Rataan Umur Berbunga Jantan
Umur Berbunga Betina (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga betina (hari)
dapat dilihat pada lampiran 36 hingga 37. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga betina. Rataan umur
berbunga betina dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan Umur Berbunga Betina (hari)
Persilangan Rataan AxB 55.33 ab AxC 56.00 ab AxD 57.17 a BxA 57.00 ab BxC 53.00 ab BxD 54.17 ab CxA 55.17 ab CxB 54.00 ab CxD 55.00 ab DxA 56.00 ab DxB 52.50 b DxC 53.00 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari sidik ragam (lampiran 37) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter umur berbunga betina. Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa umur
berbunga betina tercepat pada persilangan DxB (52.50 hari) yang berbeda nyata
pada persilangan AxD dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC, BxA,
BxC, BxD, CxA, CxB, CxD, DxA dan DxC serta yang telama pada persilangan
AxD (57.17 hari).
Histogam beda rataan umur berbunga betina dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Histogam Beda Rataan Umur Berbunga Betina
Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun diatas tongkol
(helai) dapat dilihat pada lampiran 38 hingga 39. Dari sidik ragam diperoleh 0
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
bahwa persilangan tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun diatas tongkol.
Rataan jumlah daun diatas tongkol dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)
Persilangan Rataan AxB 5.17 AxC 5.67 AxD 5.50 BxA 5.83 BxC 6.67 BxD 6.17 CxA 6.00 CxB 6.67 CxD 6.33 DxA 5.83 DxB 7.00 DxC 7.00
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 8 dapat dilihat jumlah daun diatas tongkol terbanyak terdapat
pada persilangan DxB dan DxC (7.00 helai) dan daun yang tersedikit terdapat
pada persilangan AxB (5.17 helai).
Umur Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen (hari) dapat
dilihat pada lampiran 40 hingga 41. Dari sidik ragam diperoleh bahwa persilangan
tidak berbeda nyata terhadap umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 9. Rataan Umur Panen (hari)
Persilangan Rataan AxB 90.33 AxC 91.00 AxD 92.17 BxA 102.00 BxC 88.00 BxD 89.17 CxA 99.33 CxB 218.50 CxD 90.00 DxA 100.33 DxB 87.50 DxC 87.67
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 9 dapat dilihat umur panen yang tercepat pada persilangan DxB
(87.50 hari) dan yang terlama pada persilangan CxB (218.50 hari).
Laju pengisian biji (g/hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari laju pengisian biji (g/ hari)
dapat dilihat pada lampiran 42 hingga 43. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter laju pengisian biji. Rataan laju
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 10. Rataan Laju Pengisian Biji (g/hari)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 43) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter laju pengisian biji. Dari table 10 dapat dilihat bahwa laju
pengisian biji terbesar terdapat pada persilangan DxC (2.49 g/ hari) yang berbeda
nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC,
AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan yang terkecil pada
persilangan DxA (0.75 g/ hari).
Histogam beda rataan laju pengisian biji dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Histogam Beda Rataan Laju Pengisian Biji
Persilangan Rataan AxB 2.36 a AxC 2.12 a AxD 2.26 a BxA 1.38 ab BxC 2.23 a BxD 1.98 ab CxA 1.46 ab CxB 2.02 ab CxD 2.39 a DxA 0.75 b DxB 2.06 ab DxC 2.49 a
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam dan sidik ragam untuk daya gabung
dari berat tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada lampiran 44 hingga 46. Dari
sidik ragam dan sidik ragam untuk daya gabung diperoleh bahwa persilangan
berbeda nyata terhadap parameter berat tongkol tanpa kelobot. Rataan berat
tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rataan Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g)
Persilangan Rataan AxB 108.83 ab AxC 96.50 ab AxD 106.67 ab BxA 83.33 ab BxC 100.67 ab BxD 90.33 ab CxA 86.00 ab CxB 110.00 ab CxD 108.67 ab DxA 46.17 b DxB 92.00 ab DxC 115.50 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 45) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter berat tongkol tanpa kelobot. Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa
berat tongkol tanpa kelobot terberat terdapat pada persilangan DxC (115.50 g)
yang berbeda nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada
persilangan AxB, AxC, AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Histogam berat tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Histogam Beda Rataan Berat Tongkol Tanpa Kelobot
Jumlah Biji Per Tongkol (biji)
Data hasil pengamatan, sidik ragam,dan sidik ragam untuk daya gabung
dari jumlah biji per tongkol (biji) dapat dilihat pada lampiran 47 hingga 49. Dari
sidik ragam diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata terhadap parameter
jumlah biji per tongkol. Rataan jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rataan Jumlah Biji Per Tongkol (biji)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Persilangan Rataan AxB 327.00 a AxC 276.83 ab AxD 335.67 a BxA 246.67 ab BxC 313.17 a BxD 277.17 ab CxA 243.67 ab CxB 333.33 a CxD 321.50 a DxA 124.83 b DxB 294.50 a DxC 356.00 a
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari sidik ragam (lampiran 47) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter jumlah biji per tongkol. Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa
jumlah biji per tongkol terbanyak terdapat pada persilangan DxC (356.00 biji)
yang berbeda nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada
persilangan AxB, AxC, AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan
yang terkecil pada persilangan DxA (124.83 biji).
Histogam beda rataan jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada
gambar 7.
Gambar 7. Histogam Beda Rataan Jumlah Biji Per Tongkol
Berat Biji Pertongkol (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam, dan sidik ragam untuk daya gabung
dari berat biji per tongkol (g) dapat dilihat pada lampiran 50 hingga 52. Dari sidik
ragam diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata terhadap parameter berat biji
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 13. Rataan Berat Biji Pertongkol (g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 47) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter berat biji per tongkol. Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa berat
biji per tongkol terbanyak terdapat pada persilangan DxC (86.68 g) yang berbeda
nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC,
AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan yang terkecil pada
persilangan DxA (33.87 g).
Histogam beda rataan berat biji per tongkol dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Histogam Beda Rataan Berat Biji Per Tongkol
Persilangan Rataan AxB 82.77 a AxC 74.23 ab AxD 79.13 a BxA 62.23 ab BxC 78.05 ab BxD 69.23 ab CxA 65.10 ab CxB 82.48 a CxD 83.53 a DxA 33.87 b DxB 72.25 ab DxC 86.68 a
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Bobot 100 Biji (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam, dan sidik ragam untuk daya gabung
dari bobot 100 biji (g) dapat dilihat pada lampiran 53 hingga 55. Dari sidik ragam
diperoleh bahwa persilangan tidak berbeda nyata terhadap bobot 100 biji. Rataan
bobot 100 biji dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Rataan Bobot 100 Biji (g)
Persilangan Rataan AxB 25.21 AxC 27.70 AxD 23.42 BxA 25.57 BxC 25.07 BxD 25.30 CxA 27.70 CxB 24.57 CxD 27.42 DxA 18.44 DxB 24.94 DxC 25.10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 14 dapat dilihat Bobot 100 biji yang terbanyak terdapat pada
persilangan AxC dan CxA sebesar 27.70 g dan yang terendah terdapat pada
persilangan DxA sebesar 18.44 g.
Pengujian Daya Gabung Umum
Nilai efek daya gabung umum terhadap berat tongkol tanpa kelobot,
jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan Bobot 100 biji dapat dilihat
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 15. Nilai efek daya gabung umum terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan Bobot 100 biji.
Tetua
Berat tongkol Jumlah biji Berat biji per Bobot 100 tanpa kelobot (g) per tongkol (biji) tongkol (g) biji (g)
Bisma 104.00 78.71ab 313.17a 25.44
Sukmaraga 91.44 69.84b 279.00ab 25.31
Srikandi Kuning 101.56 85.42a 228.56b 53.65
Lamuru 84.56 73.87b 178.28b 52.96
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 % Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai efek daya gabung umum berat tongkol
tanpa kelobot pada tetua Bisma yang memiliki nilai tertinggi yaitu 104.00 dan
yang terendah pada tetua Lamuru yaitu 84.56.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek daya gabung umum yang
tertinggi pada tetua Srikandi Kuning yaitu 85.42 dan yang terendah pada tetua
Sukmaraga yaitu 69.84.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek daya gabung umum yang
tertinggi pada tetua Bisma yaitu 313.17 dan yang terendah pada tetua Lamuru
yaitu 178.28.
Pada parameter bobot 100 biji, efek daya gabung umum yang tertinggi
pada tetua Srikandi Kuning yaitu 53.65 dan yang terendah pada tetua Sukmaraga
yaitu 25.31.
Pengujian Daya Gabung Khusus
Nilai efek daya gabung khusus terhadap berat tongkol tanpa kelobot,
jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji dapat dilihat
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 16. Nilai efek daya gabung khusus terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji.
Persilangan
berat tongkol Jumlah Biji Berat Biji per Bobot 100 tanpa kelobot (g) Per tongkol (biji) tongkol (g) Biji (g) AxB 8.69 25.26 6.34 0.79 AxC -4.18 -14.49 -2.26 1.37 AxD -4.51 -10.78 -4.08 -2.16 BxC -4.51 -10.78 -4.08 -2.16 BxD -4.18 -14.49 -2.26 1.37 CxD 8.69 25.26 6.34 0.79
Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai efek daya gabung khusus berat tongkol
tanpa kelobot pada persilangan AxB dan CxD yang memiliki nilai tertinggi yaitu
8.69 dan yang terendah pada persilangan AxD dan BxC yaitu -4.51.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek daya gabung khusus yang
tertinggi pada pada persilangan AxB dan CxD yaitu 25.26 dan yang terendah pada
persilangan AxC dan BxD yaitu -10.78.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek daya gabung khusus yang
tertinggi pada persilangan AxB dan CxD yaitu 6.34 dan yang terendah pada
persilangan AxD dan BxC yaitu -4.08.
Pada parameter bobot 100 biji, efek daya gabung khusus yang tertinggi
pada persilangan AxC dan BxD yaitu 1.37 dan yang terendah pada persilangan
AxD dan BxC yaitu -2.16.
Pengujian Resiprokal
Nilai efek resiprokal terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 17. Nilai efek resiprokal terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji.
Persilangan
berat tongkol Jumlah Biji Berat Biji per Bobot 100 tanpa kelobot (g) Per tongkol (biji) tongkol (g) Biji (g)
BxA 96.08ab 286.83ab 72.50a 25.39
CxA 91.25ab 260.25bc 69.67ab 27.70
DxA 76.42b 230.25c 56.50b 20.93
CxB 105.33a 323.25a 80.27a 24.82
DxB 91.17ab 285.83ab 70.74ab 25.12
DxC 112.09a 338.75a 85.11a 26.26
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai efek resiprokal berat tongkol tanpa
kelobot pada persilangan DxC yang memiliki nilai tertinggi yaitu 112.09 dan
yang terendah pada persilangan DxA yaitu 76.42.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek resiprokal yang tertinggi pada
pada persilangan DxC yaitu 338.75 dan yang terendah pada persilangan DxA
yaitu 230.25.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek resiprokal yang tertinggi pada
persilangan DxC yaitu 85.11 dan yang terendah pada persilangan DxA yaitu
56.50.
Pada parameter bobot 100 biji, efek resiprokal yang tertinggi pada
persilangan CxA yaitu 27.70 dan yang terendah pada persilangan DxA yaitu
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Pembahasan
Hasil analisis data secara statistik untuk pengujian daya gabung
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter berat tongkol tanpa
kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol. Sedangkan berat 100 biji,
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Nilai efek daya gabung umum menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah biji per tongkol dan berat biji per tongkol sedangkan pada berat
tongkol tanpa kelobot dan bobot 100 biji tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Nilai efek daya gabung yang tertinggi pada jumlah biji per tongkol adalah
pada varietas Srikandi kuning yaitu sebesar 85,42 dan yang terendah adalah pada
varietas Sukmaraga yaitu sebesar 69,84. Nilai efek daya gabung yang tertinggi
pada berat biji per tongkol adalah pada varietas Bisma yaitu sebesar 313,17 dan
yang terendah adalah pada varietas Lamuru yaitu sebesar 178,28. Hal ini
menunjukkan bahwa varietas Bisma dan Srikandi kuning memiliki kemampuan
daya gabung umum yang paling baik dibandingkan varietas lainnya. Hal ini sesuai
dengan literatur Basuki, (1995) dalam Wahyudi, dkk (2006) yang menyatakan
bahwa jika suatu galur tetua disilangkan dengan galur tetua lain dan turunannya
menunjukkan penampilan rata-rata lebih tinggi dari pada seluruh persilangan,
tetua tersebut dikatakan mempunyai DGU yang baik. Dan pendapat Iriany, dkk
(2003) menyatakan bahwa suatu galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan
perlu diketahui daya gabungnya. Daya gabung merupakan ukuran kemampuan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Nilai efek resiprokal menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap berat
tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol dan berat biji per tongkol
sedangkan pada bobot 100 biji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai
efek resiprokal yang tertinggi pada berat tongkol tanpa kelobot adalah pada
persilangan DxC yaitu sebesar 112,09 dan yang terendah adalah pada persilangan
DxA yaitu sebesar 76,42. Nilai efek resiprokal yang tertinggi pada jumlah biji per
tongkol adalah pada persilangan DxC yaitu sebesar 338,75 dan yang terendah
adalah pada persilangan DxA yaitu sebesar 230,25. Nilai efek resiprokal yang
tertinggi pada bobot 100 biji adalah pada persilangan DxC yaitu sebesar 85,11 dan
yg terendah adalah pada persilangan DxA yaitu sebesar 56,50. Nilai efek
resiprokal pada persilangan DxC menunjukkan nilai yang paling baik
dibandingkan dengan persilangan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa varietas C
lebih baik di jadikan tetua betina dari suatu persilangan daripada varietas D
sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas C mempunyai sifat heterosis yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Takdir, dkk (2005) yang menyatakan bahwa
suatu galur atau populasi disilangkan dengan galur tertentu menunjukkan heterosis
yang tinggi, tapi jika disilangkan dengan galur lain mungkin tidak menunjukkan
heterosis yang tinggi. Dengan demikian galur tersebut mempunyai pasangan yang
spesifik untuk menghasilkan hibrida yang hasilnya tinggi atau biasa disebut galur
yang mempunyai daya gabung khusus tinggi/baik. Dan pendapat Silitonga (1993)
yang menyatakan bahwa daya gabung yang diperoleh dari suatu persilangan antar
kedua tetua, dapat memberikan informasi tentang kombinasi-kombinasi yang
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.