Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
EVALUASI DAYA GABUNG BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN METODE SILANG VARIETAS
SKRIPSI
OLEH:
ARMIN SYAMRIADI PUTRANTO 040307034 / PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
EVALUASI DAYA GABUNG BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN METODE SILANG VARIETAS
SKRIPSI
OLEH:
ARMIN SYAMRIADI PUTRANTO 040307034 / PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Medan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS) (Ir. Hasmawi Hasyim, MS) Ketua Anggota
NIP : 130 535 856 NIP : 130 422 455
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
ABSTRACT
The research aims to know the varieties which have an excellent general combining ability and spesific combining ability. The research was held in Abdullah Lubis street, Medan, which was held on April to July 2008 with the altitude ± 25 m above the sea surface. It used Randomized Block Design non factorial with 12 crosses combination : A x B (Bisma x Sukmaraga); A x C (Bisma x Srikandi kuning); A x D (Bisma x Lamuru); B x A (Sukmaraga x Bisma); B x C (Sukmaraga x Srikandi kuning); B x D (Sukmaraga x Lamuru); C x A (Srikandi kuning x Bisma); C x B (Srikandi kuning x Sukmaraga); C x D (Srikandi kunin g x Lamuru); D x A (Lamuru x Bisma); D x B (Lamuru x Sukmaraga); D x C (Lamuru x Srikandi kuning) and 3 replications. The result of this research showed that reciprocal crosses have significant effect with ear weight without klobot, amount of kernel per ear, and kernel weight per ear. The SCA effect was showed in the amount of kernel per ear and kernel weight per ear parameters.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang baik, dilaksanakan di Jalan Abdullah Lubis, Medan yang dilaksanakan mulai bulan April 2008 sampai dengan bulan Juli 2008 yang terletak pada ketinggian ± 25 m diatas permulaan laut dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan non faktorial dengan 12 kombinasi persilangan yaitu A x B (Bisma x Sukmaraga); A x C (Bisma x Srikandi kuning); A x D (Bisma x Lamuru); B x A (Sukmaraga x Bisma);
B x C (Sukmaraga x Srikandi kuning); B x D (Sukmaraga x Lamuru); C x A (Srikandi kuning x Bisma); C x B (Srikandi kuning x Sukmaraga); C x D (Srikandi kuning x Lamuru); D x A (Lamuru x Bisma); D x B (Lamuru x Sukmaraga); D x C (Lamuru x Srikandi kuning) dan 3 ulangan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persilangan resiprokal berpengaruh nyata terhadap berat tongkol tanpa klobot, jumlah biji per tongkol, dan berat biji per tongkol. Dari pengujian Efek Daya Gabung (DGK) terlihat pada parameter jumlah biji per tongkol dan berat biji per tongkol.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Tujuan penelitian ... 3
Hipotesis penelitian ... 3
Kegunaan penelitian ... 4
Daya Gabung Pada Persilangan Dialel ...9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 16
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode
Kelengkungan Daun ... 18
Umur Berbunga Jantan (hari) ... 18
Umur Berbunga Betina (hari) ... 19
Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)... 19
Umur Panen ... 19
Laju Pengisian Biji (g/ hari) ... 19
Bobot Tongkol tanpa Kelobot (g) ... 19
Jumlah Biji Per Tongkol (biji) ... 19
Bobot Biji Per Tongkol (g) ... 19
Kelengkungan Daun ... 23
Umur Berbunga Jantan (hari) ... 24
Umur Berbunga Betina (hari) ... 25
Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)... 26
Umur Panen ... 27
Laju Pengisian Biji (g/ hari) ... 28
Bobot Tongkol tanpa Kelobot (g) ... 30
Jumlah Biji Per Tongkol (biji) ... 31
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
DAFTAR TABEL
Hal
1. Analisis varian untuk daya gabung (combining ability) ... 13
2. Bagan Persilangan ... 15
3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 MST – 7 MST ... 20
4. Rataan Jumlah daun (helai) pada 2 MST – 7 MST ... 22
5. Rataan Kelengkungan Daun ... 23 6. Rataan Umur Berbunga Jantan (hari) ... 24
7. Rataan Umur Berbunga Betina (hari) ... 25
8. Rataan Jumlah Dau Diatas Tongkol (helai) ... 26
9. Rataan Umur Panen (hari) ... 28
10.Rataan Laju Pengisian Biji (g/ hari) ... 29
11.Rataan Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g) ... 30
12.Rataan Jumlah Biji per Tongkol (biji) ... 31
13.Rataan Bobot Biji per Tongkol (g) ... 33
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Grafik Beda Rataan Tinggi Tanaman antara 2 MST hingga 7 MST ... 21
2. Grafik beda Rataan Jumlah Daun antara 2 MST hingga 7 MST ... 23
3. Histogram Beda Rataan Umur Berbunga Jantan (hari) ... 25
4. Histogram Beda Rataan Umur Berbunga Betina (hari) ... 26
5. Histogram Beda Laju Pengisian Biji (g/ hari) ... 29
6. Histogram Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g) ... 31
7. Histogram Jumlah Biji per Tongkol (biji) ... 32
8. Histogram Jumlah Biji per Tongkol (biji) ... 33
9. Foto Jagung persilangan AxB ... 73
10.Foto Jagung persilangan AxC ... 73
11.Foto Jagung persilangan AxD ... 73
12.Foto Jagung persilangan BxA ... 74
13.Foto Jagung persilangan BxC ... 74
14.Foto Jagung persilangan BxD ... 74
15.Foto Jagung persilangan CxA ... 75
16.Foto Jagung persilangan CxB ... 75
17.Foto Jagung persilangan CxD ... 75
18.Foto Jagung persilangan DxA ... 76
19.Foto Jagung persilangan DxB ... 76
20.Foto Jagung persilangan DxC ... 76
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
22.Foto Biji Jagung persilangan AxC ... 77
23.Foto Biji Jagung persilangan AxD ... 77
24.Foto Biji Jagung persilangan BxA ... 77
25.Foto Biji Jagung persilangan BxC ... 78
26.Foto Biji Jagung persilangan BxD ... 78
27.Foto Biji Jagung persilangan CxA ... 78
28.Foto Biji Jagung persilangan CxB ... 78
29.Foto Biji Jagung persilangan CxD ... 79
30.Foto Biji Jagung persilangan DxA ... 79
31.Foto Biji Jagung persilangan DxB ... 79
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ... 42
2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 42
3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ... 43
4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 43
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 44
6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 44
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) ... 45
8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 45
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ... 46
10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 46
11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm) ... 47
12. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST ... 47
13. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) ... 48
14. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ... 48
15. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) ... 49
16. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ... 49
17. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) ... 50
18. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 50
19. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) ... 51
20. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ... 51
21. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) ... 52
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
23. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai) ... 53
24. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST ... 53
25. Data Pengamatan Kelengkungan Daun ... 54
26. Analisis Sidik Ragam Kelengkungan Daun ... 54
27. Data Pengamatan Umur Berbunga Jantan (hari) ... 55
28. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan ... 55
29. Data Pengamatan Umur Berbunga Betina (hari) ... 56
30. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga Betina ... 56
31. Data Pengamatan Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai) ... 57
32. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Diatas Tongkol ... 57
33. Data Pengamatan Umur Panen (hari) ... 58
34. Analisis Sidik Ragam Umur Panen ... 58
35. Data Pengamatan Laju pengisian biji (g/hari) ... 59
36. Analisis Sidik Ragam Laju pengisian biji ... 59
37. Data Pengamatan Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g) ... 60
38. Analisis Sidik Ragam Berat Tongkol Tanpa Kelobot ... 60
39. Analisis Sidik Ragam untuk Daya Gabung Berat Tongkol Tanpa Kelobot ... 60
40. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Tongkol (biji) ... .61
41. Analisis Sidik Ragam Jumlah Biji Per Tongkol ... 61
42. Analisis Sidik Ragam untuk Daya Gabung Jumlah Biji Per Tongkol ... 61
43. Data Pengamatan Berat Biji Pertongkol (g) ... 62
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
45. Analisis Sidik Ragam untuk Daya Gabung Berat Biji Pertongkol ... 62
46. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) ... 63
47. Analisis Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 63
48. Analisis Sidik Ragam untuk Daya Gabung Bobot 100 Biji ... 63
49. Rangkuman Uji Beda Rataan ... 64
50. Rangkuman Beda Rataan Tetua Betina dan Tetua Jantan ... 65
51. Deskripsi Jagung Varietas Bisma ... 67
52. Deskripsi Jagung Varietas Sukmaraga ... 68
53. Deskripsi Jagung Varietas Lamoru ... 69
54. Deskripsi Jagung Varietas Srikandi Kuning ... 70
55. Bagan Penelitian ... 71
56. Bagan Plot Penelitian ... 72
57. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 73
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat
yang penting setelah padi dan gandum. Jagung banyak dikembangkan di
Indonesia untuk digunakan sebagai bahan makanan, pakan ternak, dan bahan baku
industri. Permintaan jagung meningkat seiring dengan maningkatnya
pertam-bahan penduduk dan perkembangan industri pangan dan pakan. Dilaporkan oleh
Komisi Nasional Plasmanutfah bahwa penggunaan komoditas jagung menempati
urutan ketiga dunia (7%) setelah padi (26%) dan gandum (23%).
Tanaman jagung diduga berasal dari tanaman Teosinte (Zea mexicana)
yang dianggap sebagai kerabat terdekatnya. Teosinte merupakan tanaman asli di
Mexico dan Guatemala yang telah ada sejak 7000 tahun lalu. Mengenai daerah
asal jagung terdapat beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari Asia
dan adapula yang mengatakan dari Afrika, tetapi yang paling kuat adalah
pendapat yang mengatakan dari Amerika Tengah sekitar Mexico.
Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini
belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton per tahun,
sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu hingga 1 juta ton. Sebagian
besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan atau industri pakan (57%), sisanya
sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya. Selain untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga berpeluang
besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai sekitar 80 juta
ton/tahun.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Rendahnya hasil jagung di Indonesia karena, sebagian besar tanaman
jagung terdapat di lahan kering, sehingga kebutuhan air sepenuhnya tergantung
pada curah hujan. Tanaman sering menderita kekeringan, sebagian besar petani
masih menanam varietas lokal yang potensi hasilnya rendah, benih berkualitas
tinggi belum banyak ditanam petani jagung ditanam bersama komoditi lain,
pengelolaan tanaman dan lingkungan belum dilaksanakan secara intensif,
budidaya jagung memberi pendapatan yang lebih rendah daripada tanaman
pangan lainnya, sehingga tidak mendorong intensifikasi.
Produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul
bersari bebas maupun hibrida. Untuk mendapatkan hibrida yang berpotensi hasil
tinggi diperlukan pasangan genotip (populasi) yang memiliki kelompok heterotik
yang berbeda. Perkawinan pada suatu populasi dapat menghasilkan galur
yang mempunyai daya gabung yang baik dengan galur populasi pasangannya.
Melalui persilangan buatan di antara semua pasangan tetuanya, dapat
diketahui potensi hasil suatu kombinasi hibrida, besarnya nilai heterosis, daya
gabung, dan dugaan besarnya ragam genetik suatu karakter. Hasil tinggi dapat
diperoleh apabila kombinasi antargalur memiliki nilai heterosis dan daya gabung
khusus yang besar. Daya gabung umum yang tinggi tidak selalu memberikan nilai
daya gabung khusus yang tinggi.
Nilai suatu inbrida pada akhirnya ditentukan oleh kemampuannya
menghasilkan hibrida unggul dalam kombinasi dengan inbrida-inbrida lainnya.
Pada mulanya, pengujian daya gabung (produktitvitas dalam
persilangan-persilangan dilaksanakan secara langsung dengan menyilangkan masing-masing
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
n(n-1)/2 silang-tunggal dapat dibuat dari inbrida (dengan mengabaikan silang
resiprokal), jelas pemulia dapat kewalahan jika inbrida yang diuji banyak.
Kenyataan ini menyadarkan bahwa pembuatan inbrida merupakan masalah kecil
dibandingkan dengan evaluasi inbrida dan kesadaran ini mendorong penelitian
besar-besaran untuk untuk menciptakan prosedur pengujian inbrida yang efisisen.
Dari uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian yang evaluasi daya
gabung beberapa varietas jagung (Zea mays L.) dengan metode silang varietas.
Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh varietas yang memiliki daya gabung umum dan daya
gabung khusus yang baik.
Hipotesa Penelitian
Diduga adanya perbedaan nilai daya gabung antara varietas jagung yang
bersari bebas.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tjirosoepomo (1991) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Seperti tanaman jenis rumput-rumputan lainnya jagung mempunyai jenis
akar serabut yang terdiri atas tiga tipe yaitu : (i) akar seminal muncul dari radikula
embrio. Akar seminal berjumlah 3-4 dan berada disepanjang titik tumbuh
tanaman. (ii) akar adventif muncul dari buku pertama dan 3-4 cm di bawah
permukaan tanah. (iii) akar udara terdapat pada buku pertama tapi akarnya dapat
masuk kedalam tanah yang berfungsi sebagai pendukung yang memperkuat
tanaman (Singh, 1987).
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2,4 cm tergantung pada
varietasnya. Genetik memeberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh
pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).
Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas.
Rata-rata batang tanaman jagung antara 1-3 meter di atas permukaan tanah
(Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Bentuk arsitektur tanaman dapat dipelajari melalui distribusi daun pada
setiap tanaman. Bentuk tanaman jagung yang menghasilkan berat biji tinggi yaitu
tanaman yang daun bagian atas lebih tegak dan luas daun bagian bawah relatif
besar. Posisi daun jagung pada tanaman baik sudut maupun kelengkungannya
mempengaruhi intersepsi cahaya yang akhirnya juga mempengaruhi produktivitas
tanaman (Sutoro, Hadiatni dan Budiarti, 1997)
Daun memiliki lebar agak seragam dan tulang daunnya terlihat jelas,
dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun. Pelepah daun
terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Lembar
daun berselang-seling dan bentuknya lir-rumput (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Tanaman jagung termasuk monoceus, tetapi bunga jantan dan bunga
betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak dipucuk
tanaman, dan bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada
pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut
tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai
putik. Dalam satu malai dapat menghasilkan 25 juta tepung sari atau 50 ribu
tepung sari setiap satu rambut tongkol apabila tiap tongkolnya ada 500 biji
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada janggel sesuai dengan letak
bunga. Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan endosperm.
Embrio terdiri dari plumula, radikula, dan skutellum. Bentuk biji ada yang bulat,
berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain
kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Tobing, dkk, 1995).
Syarat Tumbuh Tanah
Tanah liat sangat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang baik.
Tanaman ini peka terhadap tanah masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH antara
6,0-6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung tidak terlalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk
pertumbuhannya. Tanah yang mengandung kadar lempung sedang disertai dengan
drainase yang baik serta banyak mengandung bahan prganik yang tinggi adalah
cocok untuk tanaman jagung. Keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar
antara 5,5-6,8. Tanaman jagung yang ditumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu
asam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dan Grubben, 1995).
Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik
yang lebih tinggi dibanding lapisan tanah bawahnya karena akumulasi bahan
organik inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan
tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Iklim
Tanaman jagung dapat ditanam di dataran rendah atau di dataran tinggi
sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Jagung yang diusahakan di
dataran tinggi biasanya berumur lebih panjang dari pada jagung yang diusahakan
di dataran rendah (Sutarya dan Grubben, 1995).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur
rata-rata antara 14-300 C, pada daerah dengan ketinggian sekitar 2.200 m dari
permukaan laut, dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang
terdistribusi merata selama musim penanaman (Kartasapoetra, 1988).
Walaupun asal tanaman jagung berada di daerah tropis tetapi karena
banyak sekali tipe-tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya sehingga jagung
dapat menyebar luas dan dapat tumbuh baik pada berbagai iklim
(Tobing, dkk, 1995).
Varietas
Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada varietas
bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang
diinginkan dari galur penyusunnya dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif
dan non-aditif. Varietas hibrida akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi
bila ditanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi. Oleh karena itu diharapkan
petani hanya menanam benih hibrida untuk memperoleh hasil yang maksimum
(Iriany dkk (2001) dalam Sembiring, (2007)).
Varietas unggul jagung dikelompokkan ke dalam varietas unggul bersari
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
umur panen, produksi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit yang berbeda
(Roesmarkam, 2006).
Varietas jagung sintetik adalah jenis bersari bebas atau komposit yang
dibentuk dari hasil saling silang dari sejumlah tetua galur (inbrida) murni.
Galur-galur murni dihasilkan dari kegiatan silang sendiri (selfing) beberapa generasi
dari program perbaikan populasi atau program jagung hibrida. Kegiatan
pemuliaan untuk membentuk varietas sintetik terdiri atas beberapa tahap. Setiap
tahap melibatkan kegiatan evaluasi yang menghasilkan bahan terpilih
(Yasin dan Kasim, 2003).
Daya Gabung Pada Persilangan Diallel
Dalam garis besar secara singkat kegiatan yang telah mengantarkan
kesuksesan praktek yang besar dari jagung hibrida adalah sebagai berikut: (1)
memilih tanaman yang dikhendaki dalam populasi penyerbukan bebas, (2) selfing
(penyerbukan sendiri tanaman melalui berbagai generasi untuk membuat galur
inbrid yang homozigot, dan (3) mengawin-silangkan galur yang terpilih
(Alard, 1989).
Persilangan diallel (diallel cross), yaitu persilangan yang dilakukan di
antara semua pasangan tetua sehingga dapat diketahui potensi hasil suatu
kombinasi hibrida, nilai heterosis, daya gabung (daya gabung umum dan daya
gabung khusus), dan dugaan besarnya ragam genetik dari suatu karakter. Suatu
galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan perlu diketahui daya gabungnya.
Daya gabung merupakan ukuran kemampuan suatu genotipe tanaman dalam
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Daya gabung ada dua macam yakni daya gabung umum (general
combining ability) dan daya gabung khusus (specific combining ability). Daya
gabung umum (DGU) adalah nilai rata-rata dari galur-galur dalam seluruh
kombinasi persilangan bila disilangkan dengan galur-galur lain. Daya gabung
khusus (DGK) adalah penampilan kombinasi pasangan per-silangan tertentu.
(Poehlman and Sleeper, 1990).
Daya gabung yang diperoleh dari suatu persilangan antar kedua tetua,
dapat memberikan informasi tentang kombinasi-kombinasi yang dapat
memberikan turunan yang berpotensi hasil tinggi. (Silitonga dkk.,1993).
Jika suatu galur tetua disilangkan dengan galur tetua lain dan turunannya
menunjukkan penampilan rata-rata lebih tinggi dari pada seluruh persilangan,
tetua tersebut dikatakan mempunyai DGU baik. Selanjutnya bila penampilan
keturunan suatu persilangan jauh lebih baik dari rata-rata penampilan tetuanya,
persilangan tersebut dikatakan memiliki daya gabung khusus yang tinggi
(Basuki, (1995) dalam Wahyudi, dkk (2006)).
Suatu galur atau populasi disilangkan dengan galur tertentu menunjukkan
heterosis yang tinggi, tapi jika disilangkan dengan galur lain mungkin tidak
menunjukkan heterosis yang tinggi. Dengan demikian galur tersebut mempunyai
pasangan yang spesifik untuk menghasilkan hibrida yang hasilnya tinggi atau
biasa disebut galur tersebut mempunyai daya gabung khusus tinggi/baik
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan di Jalan Abdullah Lubis, Medan yang
terletak pada ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan April 2008 sampai dengan bulan Juli 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah empat varietas benih jagung (Bisma, Sukmaraga, Lamuru, Srikandi
Kuning) , pupuk Urea, TSP dan KCl sebagai pupuk dasar, insektisida Decis 2,5
EC untuk mengendalikan hama, fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan
jamur dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah cangkul sebagai alat untuk
mengolah lahan, gembor berfungsi sebagai alat untuk menyiram tanaman, meteran
untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan analitik untuk menimbang bobot biji,
serta alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri 12 persilangan antara lain sebagai berikut :
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot seluruhnya : 36 plot
Jarak tanam : 70 cm x 20 cm
Luas Plot : 100 cm x 100 cm
Jumlah tanaman per plot : 8 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 284 tanaman
Jumlah sampel per plot : 2 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 75 tanaman
Dari hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linear sebagai
berikut:
Yij = + i + j + ij i = 1,2....,12 j = 1,2,3 Dimana:
Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Hasil rata – rata umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i
j = Pengaruh ulangan ke-j
ij = Pengaruh error percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%
(Steel dan Torrie, 1995).
Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan pengaruh dari
daya gabung umum (general combining ability-gca) atau daya gabung khusus
(specific combining ability-sca), maka digunakan analisis varian untuk daya
gabung (combining ability) persilangan dialel menurut metode analisis Griffing’s
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 1. Analisis varian untuk daya gabung (combining ability).
Sumber db SS E(KT)
Ve = varian lingkungan/error
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Vgca = varian daya gabung umum
Vr = varian resiprok
VG = varian genotipe
VA = varian aditif
VP = varian fenotip
VD = varian dominan
Untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh dari gca dan sca bagi
setiap varietas dan persilangannya serta persilangan resiproknya, dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
- gca: scaij = sca untuk setiap persilangan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 2. Bagan Persilangan
A B C D A 0 A X B A X C A X D B B X A 0 B X C B X D C C X A C X B 0 C X D D D X A D X B D X C 0
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan
dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran
100 cm x 100 cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 80 cm sebagai
drainase. Tanah diolah dengan kedalaman 20 cm sampai tanah menjadi gembur.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada lahan
penelitian. Setiap plot dibuat lubang tanam sebanyak 4 lubang tanam. Setiap
lubang tanam, diberi 2 benih per lubang tanam. Kemudian lubang tanam ditutup
dengan tanah top soil.
Pemupukan
Pupuk urea diberikan dua kali pada saat tanam dan pada saat tanaman
berumur 3 minggu setelah tanam (MST) dengan dosis pupuk urea 3,75 g/tanaman
sedangkan pupuk KCl dan TSP diberikan pada saat tanaman 3 MST dengan dosis
pupuk KCl 1,87 g/tanaman dan TSP 1,87 g/tanaman. Pemupukan dilakukan
dengan cara tugal.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penjarangan
dilakukan penjarangan dilakukan dengan cara memotong tanaman sehingga pada
setiap lubang tanam hanya terdapat 1 tanaman.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Penyungkupan
Penyungkupan dilakukan pada saat alat kelamin betina dan alat kelamin
jantan muncul. Penyungkupan dilakukan dengan cara menyungkup alat kelamin
jantan dan kelamin betina dengan menggunakan amplop cokelat dan plastik.
Penyilangan
Penyilangan dilakukan pada saat bunga betina dan bunga jantan sudah
memasuki masa resetif. Penyilangan dilakukan sesuai dengan kombinasi
persilangan yang digunakan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan
sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan
cangkul untuk membersihkan gulma yang berada di di areal penelitian.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5
EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air.
Panen
Penen dilakukan dengan mengambil tongkol jagung dengan menggunakan
tangan. Adapun kriteria panennya adalah rambut tongkol telah berwarna hitam
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Pengeringan dan Pemipilan
Setelah panen, dilakukan pengeringan tongkol jagung selama ± 7 hari
sehingga biji kering dan dapat dipipil.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan titik tumbuh
tertinggi tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga
jantan.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah
membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak
tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.
Kelengkungan Daun
Kelengkungan daun dihitung dangan rumus :
Kelengkungan daun : a/b
Dimana : a = panjang daun
b = jarak antar pelepah daun dengan ujung daun dalam posisi
melengkung
Umur Berbunga Jantan (hari)
Umur berbunga jantan dihitung pada saat bunga jantan setiap tanaman
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Umur Berbunga Betina (hari)
Umur berbunga betina dihitung pada saat bunga betina setiap tanaman
pertama kali muncul.
Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)
Jumlah daun diatas tongkol dihitung dengan menghitung jumlah daun
yang berada diatas tongkol utama.
Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap
tanaman.
Laju Pengisian Biji (g/hari)
Laju pengisian biji dihitung dengan dihitung dengan membagi bobot biji
tiap tongkol dengan selisih umur panen dengan umur keluar rambut.
LPB = Berat biji (g)
Umur panen (hari) – Keluar rambut (hari)
Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g)
Berat tongkol tanpa kelobot ditimbang setelah kelobot dibuang.
Jumlah Biji per Tongkol (biji)
Jumlah biji per tongkol dihitung pada semua tanaman sampel.
Berat Biji per Tongkol (g)
Bobot biji per tongkol ditimbang setelah biji dipipil dan dikeringkan.
Bobot 100 Biji (g)
Bobot 100 biji ditimbang setelah biji dikeringkan dan dipipil.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada 2 minggu
setelah tanam (MST) hingga 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada
lampiran 8 hingga 19. Dari sidik ragam diperoleh bahwa persilangan berbeda
nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 4 MST hingga 7 MST. Rataan
tinggi tanaman dari 2 MST hingga 7 MST dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada 2 MST – 7 MST
Persilangan Minggu Setlah Tanam (MST)
2 3 4 5 6 7
AxB 35.77 67.22 97.00 a 127.38 ab 157.75 ab 185.83 ab AxC 33.02 56.95 87.23 ab 121.53 b 155.82 ab 183.42 ab AxD 36.05 58.98 92.50 ab 126.33 ab 160.17 ab 189.23 ab BxA 39.05 73.32 73.22 ab 145.32 ab 177.03 ab 195.25 ab
BxC 40.88 73.23 73.23 ab 154.35 a 187.12 a 226.73 a
BxD 41.62 77.80 77.80 ab 146.22 ab 174.40 ab 203.47 ab CxA 39.15 69.97 69.97 b 138.68 ab 170.37 ab 197.90 ab CxB 40.05 68.82 68.82 b 136.77 ab 170.13 ab 195.65 ab CxD 43.10 74.05 74.13 ab 147.93 ab 178.62 ab 210.00 a
DxA 39.67 70.25 70.25 b 122.87 ab 148.57 b 163.05 b
DxB 44.48 75.90 75.90 ab 142.53 ab 169.08 ab 193.42 ab DxC 43.32 77.25 77.25 ab 143.63 ab 177.50 ab 211.52 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 19) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter tinggi tanaman 7 MST. Dari tabel 3 dapat dilihat pada
7 MST, tinggi tanaman yang tertinggi pada persilangan BxC (226.73 cm) yang
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
AxB, AxC, AxD, BxA, BxD, CxA, CxB, CxD, DxB dan DxC dan yang terendah
pada persilangan antara DxA (163.05 cm) yang berbeda nyata dengan BxC.
Gafik beda rataan tinggi tanaman antara 2-7 MST dapat dilihat gambar 1.
Gambar 1. Gafik Beda Rataan Tinggi Tanaman antara 2-7 MST
Jumlah Daun (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun (helai) pada
2 MST hingga 7 MST dapat dilihat pada lampiran 20 hingga 31. Dari sidik ragam
diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun
4 MST dan 6 MST. Rataan jumlah daun dari 2 MST hingga 7 MST dapat dilihat
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 4. Rataan Jumlah daun (helai) pada 2 MST – 7 MST
Persilangan Minggu Setelah Tanam (MST)
2 3 4 5 6 7
AxB 5.50 7.33 9.00 a 10.50 11.50 a 10.83
AxC 5.17 7.17 8.67 ab 10.33 11.83 a 10.83
AxD 5.00 7.00 8.67 ab 10.33 11.00 ab 11.17
BxA 5.17 7.50 7.50 ab 10.17 9.67 ab 10.00
BxC 5.33 7.50 7.50 ab 10.67 10.33 ab 11.33
BxD 5.50 8.00 8.00 ab 9.83 9.67 ab 10.17
CxA 5.00 7.67 7.67 ab 9.67 9.17 b 10.00
CxB 5.17 7.50 7.50 ab 9.83 10.33 ab 11.00
CxD 5.50 7.67 7.67 ab 9.83 10.17 ab 10.67
DxA 5.17 7.50 7.50 ab 8.50 9.17 b 10.00
DxB 5.33 7.33 7.33 b 10.33 10.00 ab 11.33
DxC 4.83 7.33 7.33 b 10.67 10.33 ab 11.67
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 29) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter jumlah daun 6 MST. Dari tabel 4 dapat dilihat pada
6 MST, jumlah daun yang terbanyak pada persilangan AxC (11.83 helai) yang
berbeda nyata pada persilangan CxA dan DxA dan tidak berbeda nyata pada
persilangan AxB, AxD, BxA, BxC, BxD, CxB, CxD, DxB, dan persilangan DxC
dan yang terendah pada persilangan antara CxA dan DxA (9.17 helai).
Gafik beda rataan jumlah daun (helai) antara 2-7 MST dapat dilihat pada
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Gambar 2. Gafik Beda Rataan Jumlah Daun antara 2-7 MST
Kelengkungan Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kelengkungan daun dapat
dilihat pada lampiran 32 hingga 33. Dari sidik ragam diperoleh bahwa persilangan
tidak berbeda nyata terhadap parameter kelengkungan daun. Rataan
kelengkungan daun dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Kelengkungan Daun
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Persilangan Rataan
AxB 1.63
AxC 1.53
AxD 1.48
BxA 1.39
BxC 1.53
BxD 1.59
CxA 1.39
CxB 1.56
CxD 1.44
DxA 1.54
DxB 1.45
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari tabel 5 dapat dilihat kelengkungan daun yang terbesar pada
persilangan AxB (1.63 cm) dan yang terendah pada persilangan BxA dan BxD
(1.59 cm).
Umur Berbunga Jantan (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga jantan (hari)
dapat dilihat pada lampiran 34 hingga 35. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga jantan. Rataan umur
berbunga jantan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan Umur Berbunga Jantan (hari)
Persilangan Rataan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 35) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter umur berbunga jantan. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa umur
berbunga jantan tercepat pada persilangan DxB dan DxC (49.50 hari) yang
berbeda nyata pada persilangan AxD dan tidak berbeda nyata pada persilangan
AxB, AxC, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxA dan yang telama pada
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Histogam beda rataan umur berbunga jantan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Histogam Beda Rataan Umur Berbunga Jantan
Umur Berbunga Betina (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga betina (hari)
dapat dilihat pada lampiran 36 hingga 37. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga betina. Rataan umur
berbunga betina dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan Umur Berbunga Betina (hari)
Persilangan Rataan
AxB 55.33 ab
AxC 56.00 ab
AxD 57.17 a
BxA 57.00 ab
BxC 53.00 ab
BxD 54.17 ab
CxA 55.17 ab
CxB 54.00 ab
CxD 55.00 ab
DxA 56.00 ab
DxB 52.50 b
DxC 53.00 ab
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari sidik ragam (lampiran 37) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter umur berbunga betina. Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa umur
berbunga betina tercepat pada persilangan DxB (52.50 hari) yang berbeda nyata
pada persilangan AxD dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC, BxA,
BxC, BxD, CxA, CxB, CxD, DxA dan DxC serta yang telama pada persilangan
AxD (57.17 hari).
Histogam beda rataan umur berbunga betina dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Histogam Beda Rataan Umur Berbunga Betina
Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun diatas tongkol
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
bahwa persilangan tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun diatas tongkol.
Rataan jumlah daun diatas tongkol dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan Jumlah Daun Diatas Tongkol (helai)
Persilangan Rataan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 8 dapat dilihat jumlah daun diatas tongkol terbanyak terdapat
pada persilangan DxB dan DxC (7.00 helai) dan daun yang tersedikit terdapat
pada persilangan AxB (5.17 helai).
Umur Panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen (hari) dapat
dilihat pada lampiran 40 hingga 41. Dari sidik ragam diperoleh bahwa persilangan
tidak berbeda nyata terhadap umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 9. Rataan Umur Panen (hari)
Persilangan Rataan
AxB 90.33
AxC 91.00
AxD 92.17
BxA 102.00
BxC 88.00
BxD 89.17
CxA 99.33
CxB 218.50
CxD 90.00
DxA 100.33
DxB 87.50
DxC 87.67
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 9 dapat dilihat umur panen yang tercepat pada persilangan DxB
(87.50 hari) dan yang terlama pada persilangan CxB (218.50 hari).
Laju pengisian biji (g/hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari laju pengisian biji (g/ hari)
dapat dilihat pada lampiran 42 hingga 43. Dari sidik ragam diperoleh bahwa
persilangan berbeda nyata terhadap parameter laju pengisian biji. Rataan laju
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 10. Rataan Laju Pengisian Biji (g/hari)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 43) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter laju pengisian biji. Dari table 10 dapat dilihat bahwa laju
pengisian biji terbesar terdapat pada persilangan DxC (2.49 g/ hari) yang berbeda
nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC,
AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan yang terkecil pada
persilangan DxA (0.75 g/ hari).
Histogam beda rataan laju pengisian biji dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Histogam Beda Rataan Laju Pengisian Biji
Persilangan Rataan
AxB 2.36 a
AxC 2.12 a
AxD 2.26 a
BxA 1.38 ab
BxC 2.23 a
BxD 1.98 ab
CxA 1.46 ab
CxB 2.02 ab
CxD 2.39 a
DxA 0.75 b
DxB 2.06 ab
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam dan sidik ragam untuk daya gabung
dari berat tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada lampiran 44 hingga 46. Dari
sidik ragam dan sidik ragam untuk daya gabung diperoleh bahwa persilangan
berbeda nyata terhadap parameter berat tongkol tanpa kelobot. Rataan berat
tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rataan Berat Tongkol Tanpa Kelobot (g)
Persilangan Rataan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 45) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter berat tongkol tanpa kelobot. Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa
berat tongkol tanpa kelobot terberat terdapat pada persilangan DxC (115.50 g)
yang berbeda nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada
persilangan AxB, AxC, AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Histogam berat tongkol tanpa kelobot dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Histogam Beda Rataan Berat Tongkol Tanpa Kelobot
Jumlah Biji Per Tongkol (biji)
Data hasil pengamatan, sidik ragam,dan sidik ragam untuk daya gabung
dari jumlah biji per tongkol (biji) dapat dilihat pada lampiran 47 hingga 49. Dari
sidik ragam diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata terhadap parameter
jumlah biji per tongkol. Rataan jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rataan Jumlah Biji Per Tongkol (biji)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Persilangan Rataan
AxB 327.00 a
AxC 276.83 ab
AxD 335.67 a
BxA 246.67 ab
BxC 313.17 a
BxD 277.17 ab
CxA 243.67 ab
CxB 333.33 a
CxD 321.50 a
DxA 124.83 b
DxB 294.50 a
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Dari sidik ragam (lampiran 47) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter jumlah biji per tongkol. Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa
jumlah biji per tongkol terbanyak terdapat pada persilangan DxC (356.00 biji)
yang berbeda nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada
persilangan AxB, AxC, AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan
yang terkecil pada persilangan DxA (124.83 biji).
Histogam beda rataan jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada
gambar 7.
Gambar 7. Histogam Beda Rataan Jumlah Biji Per Tongkol
Berat Biji Pertongkol (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam, dan sidik ragam untuk daya gabung
dari berat biji per tongkol (g) dapat dilihat pada lampiran 50 hingga 52. Dari sidik
ragam diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata terhadap parameter berat biji
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 13. Rataan Berat Biji Pertongkol (g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari sidik ragam (lampiran 47) diperoleh bahwa persilangan berbeda nyata
terhadap parameter berat biji per tongkol. Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa berat
biji per tongkol terbanyak terdapat pada persilangan DxC (86.68 g) yang berbeda
nyata pada persilangan DxA dan tidak berbeda nyata pada persilangan AxB, AxC,
AxD, BxA, BxC, BxD, CxA, CxB, CxD dan DxB dan yang terkecil pada
persilangan DxA (33.87 g).
Histogam beda rataan berat biji per tongkol dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Histogam Beda Rataan Berat Biji Per Tongkol
Persilangan Rataan
AxB 82.77 a
AxC 74.23 ab
AxD 79.13 a
BxA 62.23 ab
BxC 78.05 ab
BxD 69.23 ab
CxA 65.10 ab
CxB 82.48 a
CxD 83.53 a
DxA 33.87 b
DxB 72.25 ab
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Bobot 100 Biji (g)
Data hasil pengamatan, sidik ragam, dan sidik ragam untuk daya gabung
dari bobot 100 biji (g) dapat dilihat pada lampiran 53 hingga 55. Dari sidik ragam
diperoleh bahwa persilangan tidak berbeda nyata terhadap bobot 100 biji. Rataan
bobot 100 biji dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Rataan Bobot 100 Biji (g)
Persilangan Rataan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 14 dapat dilihat Bobot 100 biji yang terbanyak terdapat pada
persilangan AxC dan CxA sebesar 27.70 g dan yang terendah terdapat pada
persilangan DxA sebesar 18.44 g.
Pengujian Daya Gabung Umum
Nilai efek daya gabung umum terhadap berat tongkol tanpa kelobot,
jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan Bobot 100 biji dapat dilihat
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 15. Nilai efek daya gabung umum terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan Bobot 100 biji.
Tetua
Srikandi Kuning 101.56 85.42a 228.56b 53.65
Lamuru 84.56 73.87b 178.28b 52.96
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai efek daya gabung umum berat tongkol
tanpa kelobot pada tetua Bisma yang memiliki nilai tertinggi yaitu 104.00 dan
yang terendah pada tetua Lamuru yaitu 84.56.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek daya gabung umum yang
tertinggi pada tetua Srikandi Kuning yaitu 85.42 dan yang terendah pada tetua
Sukmaraga yaitu 69.84.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek daya gabung umum yang
tertinggi pada tetua Bisma yaitu 313.17 dan yang terendah pada tetua Lamuru
yaitu 178.28.
Pada parameter bobot 100 biji, efek daya gabung umum yang tertinggi
pada tetua Srikandi Kuning yaitu 53.65 dan yang terendah pada tetua Sukmaraga
yaitu 25.31.
Pengujian Daya Gabung Khusus
Nilai efek daya gabung khusus terhadap berat tongkol tanpa kelobot,
jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji dapat dilihat
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 16. Nilai efek daya gabung khusus terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji.
Persilangan
Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai efek daya gabung khusus berat tongkol
tanpa kelobot pada persilangan AxB dan CxD yang memiliki nilai tertinggi yaitu
8.69 dan yang terendah pada persilangan AxD dan BxC yaitu -4.51.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek daya gabung khusus yang
tertinggi pada pada persilangan AxB dan CxD yaitu 25.26 dan yang terendah pada
persilangan AxC dan BxD yaitu -10.78.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek daya gabung khusus yang
tertinggi pada persilangan AxB dan CxD yaitu 6.34 dan yang terendah pada
persilangan AxD dan BxC yaitu -4.08.
Pada parameter bobot 100 biji, efek daya gabung khusus yang tertinggi
pada persilangan AxC dan BxD yaitu 1.37 dan yang terendah pada persilangan
AxD dan BxC yaitu -2.16.
Pengujian Resiprokal
Nilai efek resiprokal terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Tabel 17. Nilai efek resiprokal terhadap berat tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan bobot 100 biji.
Persilangan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai efek resiprokal berat tongkol tanpa
kelobot pada persilangan DxC yang memiliki nilai tertinggi yaitu 112.09 dan
yang terendah pada persilangan DxA yaitu 76.42.
Pada parameter jumlah biji per tongkol, efek resiprokal yang tertinggi pada
pada persilangan DxC yaitu 338.75 dan yang terendah pada persilangan DxA
yaitu 230.25.
Pada parameter berat biji per tongkol, efek resiprokal yang tertinggi pada
persilangan DxC yaitu 85.11 dan yang terendah pada persilangan DxA yaitu
56.50.
Pada parameter bobot 100 biji, efek resiprokal yang tertinggi pada
persilangan CxA yaitu 27.70 dan yang terendah pada persilangan DxA yaitu
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Pembahasan
Hasil analisis data secara statistik untuk pengujian daya gabung
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter berat tongkol tanpa
kelobot, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol. Sedangkan berat 100 biji,
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Nilai efek daya gabung umum menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah biji per tongkol dan berat biji per tongkol sedangkan pada berat
tongkol tanpa kelobot dan bobot 100 biji tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Nilai efek daya gabung yang tertinggi pada jumlah biji per tongkol adalah
pada varietas Srikandi kuning yaitu sebesar 85,42 dan yang terendah adalah pada
varietas Sukmaraga yaitu sebesar 69,84. Nilai efek daya gabung yang tertinggi
pada berat biji per tongkol adalah pada varietas Bisma yaitu sebesar 313,17 dan
yang terendah adalah pada varietas Lamuru yaitu sebesar 178,28. Hal ini
menunjukkan bahwa varietas Bisma dan Srikandi kuning memiliki kemampuan
daya gabung umum yang paling baik dibandingkan varietas lainnya. Hal ini sesuai
dengan literatur Basuki, (1995) dalam Wahyudi, dkk (2006) yang menyatakan
bahwa jika suatu galur tetua disilangkan dengan galur tetua lain dan turunannya
menunjukkan penampilan rata-rata lebih tinggi dari pada seluruh persilangan,
tetua tersebut dikatakan mempunyai DGU yang baik. Dan pendapat Iriany, dkk
(2003) menyatakan bahwa suatu galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan
perlu diketahui daya gabungnya. Daya gabung merupakan ukuran kemampuan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Nilai efek resiprokal menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap berat
tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per tongkol dan berat biji per tongkol
sedangkan pada bobot 100 biji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai
efek resiprokal yang tertinggi pada berat tongkol tanpa kelobot adalah pada
persilangan DxC yaitu sebesar 112,09 dan yang terendah adalah pada persilangan
DxA yaitu sebesar 76,42. Nilai efek resiprokal yang tertinggi pada jumlah biji per
tongkol adalah pada persilangan DxC yaitu sebesar 338,75 dan yang terendah
adalah pada persilangan DxA yaitu sebesar 230,25. Nilai efek resiprokal yang
tertinggi pada bobot 100 biji adalah pada persilangan DxC yaitu sebesar 85,11 dan
yg terendah adalah pada persilangan DxA yaitu sebesar 56,50. Nilai efek
resiprokal pada persilangan DxC menunjukkan nilai yang paling baik
dibandingkan dengan persilangan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa varietas C
lebih baik di jadikan tetua betina dari suatu persilangan daripada varietas D
sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas C mempunyai sifat heterosis yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Takdir, dkk (2005) yang menyatakan bahwa
suatu galur atau populasi disilangkan dengan galur tertentu menunjukkan heterosis
yang tinggi, tapi jika disilangkan dengan galur lain mungkin tidak menunjukkan
heterosis yang tinggi. Dengan demikian galur tersebut mempunyai pasangan yang
spesifik untuk menghasilkan hibrida yang hasilnya tinggi atau biasa disebut galur
yang mempunyai daya gabung khusus tinggi/baik. Dan pendapat Silitonga (1993)
yang menyatakan bahwa daya gabung yang diperoleh dari suatu persilangan antar
kedua tetua, dapat memberikan informasi tentang kombinasi-kombinasi yang
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Efek daya gabung terlihat pada parameter jumlah biji per tongkol dimana
tertinggi terdapat pada varietas Srikandi kuning sebesar 85,42 dan terendah
pada varietas Sukmaraga sebesar 69,84. Pada parameter berat biji per tongkol
dimana tertinggi terdapat pada varietas Bisma sebesar 313,17 dan terendah
pada varietas Lamuru sebesar 178,28.
2. Efek resiprokal terlihat pada parameter berat tongkol tanpa klobot dimana
tertinggi terdapat pada persilangan DxC sebesar 112,09 dan terendah pada
persilangan DxA sebesar 76,42, pada parameter jumlah biji per tongkol
dimana tertinggi terdapat pada persilangan DxC sebesar 338,75 dan terendah
pada persilangan DxA sebesar 230,25 dan pada parameter berat biji per
tongkol tertinggi terdapat pada persilangan DxC sebesar 85,11 dan terendah
pada persilangan DxA sebesar 56,50.
Saran
Diharapkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek daya gabung dan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W., 1989. Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Manna. Rineka Cipta, Jakarta.
Dahlan, M. dan S. Slamet, 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.
Ginting, S., 1994. Agronomi Tanaman Makanan. Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Haring, F., I. M. J. Mejaya, R. Halide, Raodhah, 2006. Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Biomas dan Komponen Hasil Lima Genotipe Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.
Iriany, R. N., A. Takdir, N.A. Subekti, M. Dahlan, 2001. Potensi Hasil Hibrida Jagung Umur Genjah CIMMYT. Prosiding Kongres IV dan Simposium Nasional PERIPI, Yogyakarta.
Iriany, R. N., A. Takdir, Muzdalifah, M. Dahlan, Subandi, 2003. Evaluasi Daya Gabung Karakter Ketahanan Tanaman Jagung terhadap Penyakit Bulai melalui Persilangan Dialel. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.
Islami, T. Dan W. H. Utomo, 2004. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Mayo, O., 1987. The Theory of Plant Breeding, Second Edition. Clarendon Press, Oxford.
Mejaya, M.J., M. Dahlan, M. Pabendon. 2005. Pola Heterosis dalam Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas dan Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Moentono, M. D., 2001. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Hibrida. Balai Penelitian Benih dan Tanaman Sukomandi.
Poehlman, J. M. and D. A. Sleper, 1995. Breeding Field Crops. Panima Publishing Corporation, Iowa.
Roesmarkam, S., 2006. Teknologi Produksi Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Jawa Timur.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Sembiring, S., 2007. Studi Karateristik Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hasil Three Way Cross. Skripsi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Silitonga,T.S., Minantyorini, Lilis Cholisoh, Warsono, dan Indarjo. 1993. Evaluasi daya gabung padi bulu dan cere. Peneltian Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Peocedures. Indian Agricultural Research Institute New Delhi, India.
Steel, R. G. D dan J. H. Torrie, 2003. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Sumantri IPB, Bogor.
Sutarya, R. dan Grubben, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press, Yogyakarta.
Sutoro, Hadiatmi dan S. G Budiarti, 1997. Prosiding Simposium nasional dan Kongres III PERIPI, Bogor.
Takdir, A., R. N. Iriany, Muzdalifah, M. Dahlan, N. A. Subekti, 2005. Evalusi Daya Gabung Hasil 28 Galur Jagung dengan Tester MR4 dan MR14 di Malang dan Bajeng. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Tobing, M.P.L., O. Ginting, R.K. Damanik dan S. Ginting, 1994. Agronomi Tanaman Makanan 1. Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan.
Wahyudi, M.H., R. Setiamihardja, A. Baihaki, D. Ruswandi, 2006. Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Hibrida Hasil Persilangan Dialel Lima Genotip Jagung Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung.
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 7 MST
Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) 2 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 14. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Daun (hari) 3 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 16. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Daun (hari) 4 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 18. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Daun (hari) 5 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 20. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 21. Data Pengamatan Jumlah Daun (hari) 6 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 22. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Daun (hari) 7 MST
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 24. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 25. Data Pengamatan Kelengkungan Daun
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 26. Analisis Sidik Ragam Kelengkungan Daun
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 27. Data Pengamatan Umur Berbunga Jantan (hari)
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 28. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 29. Data Pengamatan Umur Berbunga Betina (hari)
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 30. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga Betina
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 31. Data Pengamatan Jumlah Daun Diatas Tongko l (helai)
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 32. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Diatas Tongkol
Armin Syamriadi Putranto : Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Dengan Metode Silang Varietas, 2008.
Lampiran 33. Data Pengamatan Umur Panen (hari)
Persilangan Blok Total Rataan
Lampiran 34. Analisis Sidik Ragam Umur Panen