Gambaran Umum Foreign Direct Investment ( FDI ) di ASEAN
FDI atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. FDI bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (home country) bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (host country) baik sebagian atau seluruhnya.
FDI dunia mulai membaik, tetapi pasca krisis masih ada tantangan terhadap pengelolahan arus modal global. Ekonomi global sebagai tantangan utama bagi negara-negara berkembang. Tantangan yang dihadapi negara berkembang untuk menghadapi krisis global saat ini adalah mempertahankan pemulihan ekonomi global dan mempertahankan aliran modal pedanaan untuk melakukan pembangunan ekonomi.
Tahun 2010 ASEAN telah menghasilkan rekor tertinggi, aliran FDI ke ASEAN sebesar 75,8 miliar US$ (Sekretariat ASEAN, 2012). Aliran FDI bagi sebagian negara sangat menguntungkan bagi perekonomian. Aliran FDI dapat menjadi sumber dana dalam pembangunan yang dapat meningkatkan perekonomian negara.
Gambar 6 Perkembangan FDI di ASEAN (juta rupiah) Sumber : World Bank ( 2013 )
Gambar 6 menunjukkan bahwa aliran FDI terbesar adalah Negara Singapura. Aliran FDI di Negara Malaysia, Thailand, dan Filipina cukup stabil dan berfluktuasi. Pada tahun 1997-1998 saat terjadi krisis ekonomi, aliran FDI di Negara ASEAN mengalami penurunan, Negara Indonesia paling besar mengalami penurunan FDI sedangkan negara lain turun tetapi tidak drastis. Aliran FDI di Indonesia tiap tahun terus meningkat dan pada tahun 2010 tertinggi kedua.
Tabel 4 Aliran FDI dari Negara ASEAN ke ASEAN dan Negara Partner Periode 2004-2010 (Juta Dollar US)
Source Countries 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 ASEAN 2,963 4,060 7,876 9,626 9,449 5,222 12,108 Australia 500 212 467 1,491 787 776 1,765 Canada 860 741 252 391 661 504 1,641 China 740 608 1,035 1,741 1,874 3,926 2,701 European Union 11,610 11,290 13,387 18,611 7,010 9,113 16,984 India 86 418 -282 1,453 547 827 2,584 Jepang 5,767 6,645 10,413 8,844 4,129 3,763 8,386 New Zealand -23 512 -209 99 -82 263 93 Pakistan 5 3 10 21 6 9 31 Republic of Korea 835 515 1,256 2,714 1,596 1,472 3,769 Rusian Federation 0 0 1 31 81 157 61 USA 4,548 3,216 3,041 8,340 3,518 4,087 8,578 Sumber : Sekretariat ASEAN ( 20 juli 2011).
Uni Eropa merupakan negara yang paling besar kontribusi FDI ke negara ASEAN. FDI dari negara Uni Eropa dari tahun ke tahun meningkat kecuali pada tahun 2008 karena Negara Eropa terkena dampak dari krisis global. Jepang dan
Amerika menempati posisi kedua dan ketiga aliran FDI ke ASEAN. Negara Uni Eropa, Jepang dan Amerika merupakan negara maju yang memiliki teknologi dan industri yang berkembang. Tujuan dari ketiga negara adalah mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Negara ASEAN, ketiga negara tersebut juga melihat pasar yang cukup besar dan biaya produksi yang cukup murah.
FDI ke Negara ASEAN memliki kontribusi cukup besar di sektor manufaktur. Sektor manufaktur memiliki jangka waktu yang cukup panjang dan tahan terhadap krisis. Negara Singapura adalah negara yang memiliki FDI terbesar di ASEAN, sektor keuangan adalah sektor paling besar aliran masuk FDI ke Negara Singapura. Sektor keuangan merupakan sektor yang rentan terhadap krisis. Adanya Asean Free Trade Area (AFTA) memberikan ruang liberalisasi terhadap perdagangan. Kontribusi sektor perdagangan paling besar di Negara Indonesia dan Singapura. Peningkatan FDI ke negara Indonesia masih didominasi oleh Singapura dan Malaysia. Kegiatan merger perusahaan Singapura dan Malaysia untuk Indonesia yaitu Bank Niaga, BII, UOB dan Mira. Kontribusi FDI ke Indonesia yang berasal dari luar ASEAN paling besar berasal dari Amerika dan Jepang (sekretariat ASEAN, 2010)
Tabel 5 Aliran FDI ke Negara ASEAN Berdasarkan Sektornya Tahun 2010
Sektor Ekonomi Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Pertanian, perikanan dan kehutanan 337 28 2 3 6 9 Pertambangan dan Pengalihan 1,897 992 278 125 342 0 Manufaktur 4,971 5,030 -2 4,945 3,370 2,445 Kontruksi -50 -41 -2 29 -225 805 Perdagangan 2,456 913 127 3,094 554 116 Keuangan 405 2,044 48 12,405 1,197 35 Real Estate -77 0 182 9,853 548 2,340 Jasa 2,597 221 204 5,068 493 2,158 yang lainnya 768 -29 12 - 34 91 sub total 13304 9158 849 35522 6319 7999
Sumber : Sekretariat ASEAN ( 20 juli 2011).
Gambaran Umum Nilai Tukar di ASEAN
Volatilitas nilai tukar mempunyai peran penting terhadap aliran FDI. Setiap negara mempunyai sistem nilai tukar yang berbeda-beda. Negara yang menggunakan sistem fix exchange rate memiliki nilai mata uang yang tidak berfluktuatif. Nilai tukar akan berfluktuatif ketika suatu negara menggunakan
sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate), semakin berfluktuatifnya suatu nilai tukar akan memengaruhi aliran FDI ke suatu negara.
Depresiasi dan apresiasi mata uang dapat meningkatkan aliran FDI dan juga dapat menurunkan aliran FDI. Mata uang negara yang mengalami depresiasi akan meningkatkan pengembalian terhadap investasi, sehingga saat terjadi depresiasi akan meningkatkan investasi. Depresiasinya mata uang suatu negara dapat mengambarkan sebuah negara sedang mengalami penurunan dalam perekonomian sehingga para investor menurunkan minat melakukan investasi.
Gambar 7 Perkembangan Nilai Tukar dan FDI di ASEAN Periode 2004-2011 Sumber : Fx Sauder dan World Bank ( 2013 )
Gambar 7 menunjukan Hubungan antara nilai tukar domestik/dollar terhadap FDI di ASEAN. Pergerakan arus masuk FDI di Indonesia mengikuti pergerakan nilai tukar rupiah, ketika rupiah mengalami depresiasi akan meningkatkan aliran masuk FDI ke Indonesia. Nilai tukar Indonesia mengalami depresiasi yang cukup tinggi ketika tahun 2004 dan 2008. Pada tahun 2004 terjadi kenaikan harga minyak mentah dan kenaikan harga BBM di Indonesia sedangkan pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi di Amerika. Pergerakan FDI ke Indonesia pada tahun 2008 meningkat sedangkan mata uang Indonesia mengalami apresiasi, hal itu terjadi karena tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil sehingga menjadi daya tarik Investor melakukan investasi ketika terjadi krisis global.
Nilai tukar di Vietnam dan Malaysia tidak terlalu mengalami fluktuasi sehingga tidak terlalu memengaruhi FDI di Vietnam dan Malaysia. Tahun 2008 FDI di Vietnam dan Malaysia mengalami penurunan diakibatkan karena krisis ekonomi kemudian meningkat kembali pada tahun berikutnya. Nilai tukar di
Singapura cukup stabil dan mempunyai trend mengalami apresiasi. FDI di Singapura cukup berfluktuasi karena FDI di negara Singapura paling besar di sektor keuangan. Pada tahun 2007-2008 FDI di Singapura menurun tinggi dan meningkat kembali pada tahun berikutnya. Nilai tukar Filipina dan Singapura mengalami apresiasi yang akan meningkatkan FDI sebaliknya nilai tukar Filipina dan Singapura mengalami depresiasi akan menurunkan FDI. Hubungan nilai tukar dan FDI di Negara Filipina sangat sensitif sehingga ketika nilai tukar mengalami fluktuasi akan memengaruhi FDI yang cukup besar sedangkan hubungan nilai tukar terhadap FDI di Negara Thailand tidak sensitif dibandingkan Filipina karena Negara Thailand memiliki perekonomian yang lebih maju dan stabil dibandingkan Filipina.
Gambar 8 Perkembangan Nilai Tukar Domestik Negara Terhadap Dollar di ASEAN Bulanan Periode 2004-2011
Sumber : fx Sauder ( 2013 )
Gambar 8 menunjukan perkembangan nilai tukar di ASEAN. Pergerakan nilai tukar bila dilihat dari data bulanan mengalami fluktuasi. Nilai tukar Vietnam mengalami fluktuasi dengan tren mengalami depresiasi sedangkan Negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand tidak mengalami tren. Pada tahun 2008 seluruh negara mengalami depresiasi yang disebabkan oleh krisis global yang dialami oleh Amerika.
Gambaran Umum Suku Bunga di ASEAN
Tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal (nominal interest rate) adalah rate yang dapat diamati di pasar atau tingkat bunga yang dibayar bank. Suku bunga riil (real
interest rate) adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan sekaligus menjelaskan kenaikan daya beli.
Persamaan Fisher menjelaskan bahwa tingkat suku bunga nominal merupakan jumlah dari tingkat bunga riil dan tingkat inflasi, secara matematis persamaanya dapat dituliskan sebagai berikut (Mankiw, 2003) :
i = r + π
Jumlah modal yang diminta tergantung pada tingkat suku bunga yang mengukur biaya yang digunakan untuk membiayai investasi. Agar investasi menguntungkan, penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa di masa depan harus melebihi pembayaran untuk dana pinjaman. Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun. Tingkat suku bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya dan menentukan jumlah investasi (Mankiw, 2003).
Gambar 9 Perkembangan Suku Bunga di Negara ASEAN Periode 1995-2011 Sumber : World Bank ( 2013 )
Tingkat suku bunga yang cukup tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat. Masyarakat akan lebih memilih menabung daripada melakukan investasi. Suku bunga yang tinggi akan menurunkan tingkat pengembalian investor. Kebijakan meningkatkan suku bunga dilakukan pemerintah untuk menurunkan inflasi yang cukup tinggi dan negara sedang mengalami krisis. Tingginya suku bunga menggambarkan risiko sehingga akan menurunkan FDI suatu negara.
Gambaran Umum GDP di ASEAN
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan pendapatan masyarakat meningkat. Perkembangan teknologi produksi barang dan jasa pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa. Pertambahan teknologi produksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi aktual. Dengan demikian perkembangan ekonomi akan lebih lambat dari potensinya.
. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi pada negara berkembang pada umumnya menggunakan Gross Domestic Product (GDP) berbeda dengan negara maju yang menggunakan Gross National Product (GNP). GDP riil adalah salah satu faktor yang memengaruhi penanaman modal asing dan nilai tukar. Besarnya GDP riil secara sistematik menggambarkan kondisi financial dan pangsa pasar suatu negara. Tingkat GDP riil yang besar menunjukan ukuran pasar, sehingga akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya.
Gambar 10 Perkembangan GDP Negara di ASEAN Sumber : World Bank (2013)
Gambar 10 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang yang mempunyai GDP cukup tinggi dan stabil. Tingginya GDP Indonesia akibat dari baiknya kinerja makro ekonomi dan kebijakan monter yang tepat. Negara-negara yang berada di ASEAN memiliki peningkatan GDP yang cukup stabil karena negara-negara di ASEAN kebanyakan negara sedang berkembang yang membutuhkan FDI. Peningkatan FDI akan meningkat GDP.
Gambaran Umum Inflasi di ASEAN
Inflasi adalah proses kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila itu meluas (mengakibatkan kenaikan) terhadap
barang lainnya. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung dari tinggi dan rendahnya inflasi. Inflasi yang rendah akan berpengaruh positif yang akan mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional, meningkatkan kegiatan ekonomi dan investasi akan meningkat. Hiperinflasi akan menyebabkan harga akan meningkat. Meningkatnya harga akan menyebabkan peningkatan harga produksi sehingga produsen akan meningkatkan harga komoditi. Harga komoditi yang meningkat akan menurunkan daya saing suatu barang, sehingga barang yang diproduksi tidak dapat bersaing dikarenakan harga yang cukup tinggi. Barang yang tidak dapat bersaing akan menurunkan minat investor untuk menanamkan FDI di negara yang terjadi hiperinflasi.
Gambar 18 menggambarkan inflasi di negara ASEAN. Pada tahun 1997-1998 terjadi krisis moneter yang menyebabkan inflasi di ASEAN meningkat. Peningkatan Inflasi tertinggi terjadi di Indonesia, karena pada saat krisis bank-bank di Indonesia mengalami collapse. Stabilitas politik Indonesia pada tahun 1997-1998 tidak stabil karena runtuhnya rezim orde baru. Setelah krisis, Inflasi di ASEAN kembali stabil. Pada tahun 2011 Negara Vietnam memiliki tingkat inflasi tertinggi di ASEAN.
Gambar 11 Perkembangan Inflasi di Negara ASEAN Sumber : World Bank (2013)
Kebijakan Peningkatan FDI di ASEAN (Sekretariat ASEAN)
Kebijakan investasi di ASEAN telah meningkatkan FDI dalam hal kebijakan memfasilitasi akses pasar dan operasi perusahaan asing. Krisis keuangan global sangat memengaruhu aliran FDI ke ASEAN, dengan adanya kebijakan fasilitas investasi diharapkan akan meningkatkan kembali aliran FDI ke ASEAN. Secara umum negara di ASEAN telah melaksanakan promosi liberalisasi dan fasilitas FDI seperti meliberalisasikan industri perbakan di Malaysia dan industri perbankan di Filipina. Secara khusus menurut sekretariat ASEAN kebijakan yang dilakukan negara di ASEAN sebagai berikut:
Indonesia
1. Pada tanggal 25 Mei 2010, Peraturan Presiden (PP) no 36 tahun 2010 tentang sejauh mana investor asing dapat berinvestasi dalam industri tertentu di Indonesia. Bidang usaha menjadi lebih terbuka untuk jasa konstruksi, teknis film, rumah sakit dan perawatan kesehatan, dan skala kecil pembangkit tenaga listrik.
2. Kewajiban baru bagi perusahaan di sektor pertambangan untuk menjual sebagian dari hasil produksinya ke pasar domestik.
3. Pada tanggal 30 Desember 2010, Peraturan Pemerintah (PP) no 94 tahun 2010 tentang perhitungan pajak dan pembayaran pendapatan pajak pada tahun berjalan dibayarkan. Peraturan pemerintah ini memberikan kebijaksanaan kepada menteri keuangan untuk dapat memberikan kebijaksanaan kepada menteri keuangan untuk dapat memberikan insentif pajak kepada investor baru dalam industri dan lokasi tertentu.
4. Pada Juni 2011, Bank Indonesia memperkenalkan langkah-langkah untuk memperlambat arus modal jangka pendek, langkah-langkah meliputi satu bulan minimum menahan sertifikat Bank Indonesia (BI), peraturan selanjutnya adalah tentang bank asing.
5. Kementerian dan lembaga otoritas delegasi dan lisensi dan isentif kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sedangkan gubenur mendelegasikan wewenang kepada lembaga investasi provinsi, bupati dan walikota sebagai kepala delegasi investasi.
6. Membangun sistem perizinan investasi online dalam waktu tiga tahun untuk mendukung One Stop Service untuk investasi.
Singapura
1. Transaksi Elektronik Act (ETA) mulai diberlakukan sejak 1 juli tahun 2010, negara Singapura melaraskan hukum pada transaksi elektronik dengan perkembangan internasional, memfasilitasi pengiriman yang lebih efektif layaranan e-government sehingga Singapura dapat lebih memengaruhi perubahan dan perkembangan lanjutan di teknologi keamanan.
2. Kementerian keuangan Singapura sedang mempersiapkan untuk menerbitkan peraturan pajak penghasilan secara syariah. Pemerintah Singapura menawarkan layanan pusat keuangan untuk mendukung pertumbuhan keuangan syariah yaitu layanan perbankan grosir, manajemen aset dan pasar modal. Negara Singapura memberikan klarifikasi tambahan dan penjelasan rinci tentang pajak pengahasilan pengobatan dengan ditetapkan peraturan pembiayaan syariah, termasuk pembiayaan melalui pengaturan kemitraan, pembiayaan proyek dan penempatan dana antar bank.
Thailand
1. Pemeritahan Thailand menyetujui insentif pajak yang diusulkan untuk Regional Operating Headquarters (ROH) di Thailand. Perubahan utama meliputi pembebasan pajak penghasilan bagi perusahaan yang berdiri selama 15 tahun. Laba bersih dikenakan pajak 10% dan pajak penghasilan pribadi dikurangi 15% untuk ekspatriat yang berkerja di ROH hingga delapan tahun.
2. Langkah-langkah promosi investasi keluar dengan persyaratan persetujuan pengaturan mata uang sehubungan dengan kegiatan investasi.
Malaysia
1. Tanggal 22 April 2009, pemerintah Malaysia meliberalisasi sektor jasa untuk menarik lebih banyak investasi asing dan meningkatkan teknologi untuk memperkuat daya saing. Pemerintah Malaysia meliberalisasi 27 subsektor jasa, subsektor antara lain bidang kesehatan dan sosial, bidang jasa pariwisata, jasa transportasi, layanan bisnis dan computer yang terkait dengan bidang jasa. 2. Negara Malaysia melakukan sejumlah langkah liberalisasi sektor keuangan antara lain lisensi perbankan syariah mendapatkan tambahan modal di serahkan minimal US$ 1 milyar, kepemilikan asing 100% di pengolahan dana, 70% batas saham asing untuk unit perusahaan manajemen dari tingkat saat ini dari 49%, 70% kepemilikan saham asing atas kepemilikan pialang saham dari tingkat saat ini 49%.
Vietnam
1. Badan penanaman modal asing Vietnam (FIA) dibawah koordinasi kementerian perencanaan dan investasi mengusulkan departemen keuangan untuk mempertimbangkan kembali peraturan tentang kebijakan insentif investasi yang diterapkan pada perluasan proyek. Perlu menambahkan perluasan proyek di sektor hitech kedalam daftar perusahaan, ini berarti tidak semua proyek yang diperluas akan mendapatkan preferensi.
2. Berlakunya undang-undang pajak sumber daya alam yang berlaku pada 1 Juli 2010 dan memengaruhi perusahaan mengeksploitasi logam mulia, batu bara ,perusahaan yang menggunakan hasil hutan dan hasil laut, lalu peningkatan hukum di tingkat royalty.
3. Pada tanggal 16 Februari tahun 2011, pemerintah mengeluarkan peraturan keputusan no 14/2011/ND-CP pengaturan untuk pendaftaraan dan operasi agen bea cukai.
4. Tanggal 1 Januari 2011 sebuah undang-undang Vietnam tentang lembaga kredit yang berlaku pada tanggal 1 januari 2011 yang membahas tentang pengaturan, pengoperasian dan tata kelola lembaga kredit.
Filipina
1. Pemerintah melalui Excutive Order (EO) nomor 29 tanggal 14 Maret 2011 memungkinkan meliberalisasi penerbangan sipil internasional yang lebih agresif. EO tersebut bertujuan untuk memberi kelonggaran pada penerbangan domestik yang khusus memberikan hibah, kapasitas terbatas dan frekuensi untuk maskapai penerbangan asing, yang akhirnya akan meningkatkan daya saing negara sebagai tempat pariwisata dan investasi.
2. Langkah pemerintah untuk mereformasi untuk meningkatkan lingkungan bisnis dinegara Filipina, salah satunya merampingkan prosedur birokrasi yang ditujukan untuk mengurangi biaya melakukan bisnis melalui perbaikan dalam pendaftaraan dan penerbitan izin.
3. Daya saing bisnis lebih diterapkan untuk meningkatkan transparansi mempromosikan E-commerce dan IT-enabled dan mendorong kemitraan dengan sektor swasta.
PEMBAHASAN
Pengujian Stasioneritas Data Panel
Pengujian stasioneritas data merupakan tahap yang paling penting dalam menganilisis data panel. Tujuan pengujian stasioneritas data untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung diantara variabel, sehingga hubungan di antara variabel menjadi valid. Pengujian panel unit root yang digunakan penelitian ini didasarkan pada beberapa statistik uji tingkat level dan first differencing, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Hasil pengujian panel unit root secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1, sementara rangkumannya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6, pengujian panel unit root dilakukan pada variabel lnFDI, lnGDP riil, inflasi, suku bunga dan volatilitas nilai tukar riil. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan plotting data untuk melihat metode pengujian, apakah panel unit root akan digunakana data dengan intersep tanpa tren (2) atau dengan intersep dan tren (3). Hasil plotting data, untuk data level diketahui seluruhnya menggunakan metode intersep dan tren. Berdasarkan berbagai uji statistik yang digunakan, data level menunjukkan adanya common unit root (uji Breitung) kecuali pada variabel inflasi dan suku bunga. Variabel GDP menunjukan adanya individual unit root (PP-Fisher Chi-Square) sedangkan variabel lain seperti FDI, volatilitas nilai tukar, inflasi dan suku bunga tidak menunjukan individual unit root.
Data first differencing pada variabel lnGDP riil, lnFDI dan volatilitas nilai tukar riil. Hasil pengujian dengan metode dengan intersep tanpa trend dan none menunjukkan baik dengan statistic uji common unit root maupun individual unit root seluruhnya signifikan pada taraf nya α 1%. Hasil pengujian kemudian menyatakan tidak ditemukan panel unit root pada variabel sehingga estimasi dapat dilakukan pada model first difference untuk variabel lnGDP riil, lnFDI dan volatilitas nilai tukar riil.
Model regresi awal adalah model regresi pada data level. Hasil uji panel unit root menunjukkan terdapat beberapa variabel yang tidak stasioner pada data level sehingga model regresi awal akan di modifikasi. Secara ekonometrika maka model regresi baru sebagai berikut :
D(lnFDIit)=α1+β1INFit+ β2D(VOLit)+β3D(lnGDPit)+β4SBit+ єit Dimana :
D(lnFDIit) : Perubahan Logaritma Natural Net Foreign Direct Investment (Dollar)
INFit : Inflasi (Persen)
D(VOLit) : Perubahan Volatilitas nilai tukar riil (Standard deviasi dibagi rata-rata)
D(lnGDPit) : Perubahan Logaritma Natural Gross Domestik Bruto Riil (Dollar)
SBit : Suku Bunga Riil (Persen)
α1 : Koefisien Regresi yang menunjukan slope i,t : Negara ke i, pada tahun ke-t
β : Koefesien Variabel
Tabel 6 Rangkuman Hasil Pengujian Panel unit root
Variabel Diff1 Metode2 P-Value Statistik Uji 3
LLC Breitung PP-Fisher lnFDI 0 3 0.0007*** 0.353 0.0035*** ∆(lnFDI) 1 1 0*** - 0*** lnGDP 0 3 0.0007*** 0.9752 0.8958 ∆(lnGDP) 1 2 0.0093*** - 0.012*** Vol 0 3 0*** 0.2537 0.3237 ∆(Vol) 1 1 0*** - 0*** Inflasi 0 3 0*** 0.0044*** 0*** sukubunga 0 3 0*** 0.00539*** 0***
Sumber : Eviews 6.0 (diolah) Keterangan
1 Differencing : 0 = data level
1 = data first differencing
2 Metode : 1 = tanpa intersep-tanpa tren
2 = dengan intersep-tanpa tren
3 = dengan intersep-dengan tren
3 Statistik Uji : LLC = Levin, Lin dan Chu t*
Breitung = Breitung t-stat PP-fisher = PP-Fisher Chi square
4 Signifikansi * = Pada taraf nyata α 10%
** = Pada taraf nyata α 5 *** = Pada taraf nyata α 1%
Uji Granger Causality
Uji Granger Causality dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat atau hubungan dua arah diantara variabel didalam model penelitian. Kriteria pengambilan keputusan adalah ketika probability lebih kecil dari taraf nyata α 5% yang berarti hipotesis nol ditolak. Secara lebih rinci hubungan kausalitas antara variabel lnGDP riil, inflasi, suku bunga riil dan volatilitas nilai tukar riil terhadap lnFDI di negara ASEAN adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Hasil Hubungan Kausalitas Granger
Variabel D(lnGDPriil) Inflasi SB D(Vol)
D(lnFDI) _ _ ** *
Sumber : Eviews 6.0 (diolah)
Keterangan : Granger Causality diuji pada lag 1
: Hubungan Kausalitas Variabel Independen terhadap variabel D(lnFDI) ** signifikan pada taraf α 5%
Hipotesis nol pada Granger Causality Test secara umum adalah Variabel independen tidak memengaruhi variabel dependen dan sebaliknya. Pada tabel 7 terdapat 2 variabel yang memeliki hubungan kausalitas satu arah terhadap lnFDI yaitu suku bunga riil dan volatilitas nilai tukar. Suku bunga riil dan volatilitas nilai tukar riil signifikan memengaruhi lnFDI.
Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik
Estimasi model untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi Foreign Direct Investment (FDI) di ASEAN yang menggunakan analisis data panel. Data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan estimasi model yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), Random Effect Model (REM). Pertama, dilakukan estimasi model regresi data panel faktor-faktor yang memengaruhi FDI dengan pendekatan PLS pada Lampiran 3 menghasilkan estimasi model dengam R2 sebesar 0.738827, Nilai prob (f-statistic) sebesar 0.000000, yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata α sebesar 1%. hal ini berarti model PLS menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada satu variabel diantara volatilitas nilai tukar riil, lnGDP riil, suku bunga dan inflasi yang secara signifikan memengaruhi lnFDI dengan tingkat kepercayaan 100%.
Estimasi model regresi data panel dilakukan dengan metode FEM pada Lampiran 4 menghasilkan estimasi model dengan R2 0.969009. Estimasi model dengan pendekatan FEM menunjukan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan PLS, namun Chow Test tetap harus dilakukan untuk memilih pendekatan model terbaik antara PLS dan FEM. Hasil Chow Test Lampiran 2 menunjukaan nilai statistik dengan probability chi-square sebesar 0.7984 yang lebih besar bila