3.1 Pengertian Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukan bagi
lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan jalan kabel.
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukur-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah cepat.
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan
akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang
aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dam memaksimalkan ratio tingkat
penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna
3.2 Klasifikasi Kendaraan
Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina
Marga, yakni perbandingan terhadap satuan kendaraan dalam penumpang.
Penjelasan tentang jenis kendaraan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mobil Penumpang (Passenger Car)
Jenis kendaraan pribadi dengan daya angkut lebih keceil dari 12 orang,
termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.
2. Mobil bus (Bus)
Semua jenis kendaraan penumpang yang daya angkutnya lebih besar dari 12
orang termasuk didalamnya Pick Up.
3. Mobil gerobak (Truck Wagon)
Semua jenis truck yang mempunyai roda 4 keatas, termasuk mobil tangki.
4. Sepeda motor (Motor Cycle)
Semua jenis kendaraan bermotor beroda 2, seperti Honda, Yamaha, Suzuki,
Vespa dan lain-lain.
3.3 Kecelakaan Lalu-Lintas di Jalan Raya
Menurut buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992 tentang
Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan beserta Peraturan Pelaksanaanya PP Nomor 41,
42, 43 dan 44 tahun 1993 (pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
jalan yang tidak di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang
sedang bergerak atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda.
Di dalam buku tersebut, korban kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1. Korban Meninggal
Korban meninggal adalah korban yang sudah dipastikan meninggal sebagai
akhir kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 3 hari setelah
kecelakaan tersebut.
2. Korban Luka Berat
Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat
tetap atau dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadinya
kecelakaan.
3. Korban Luka Ringan
Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian
korban meninggal dan korban luka berat.
3.4 Jenis dan Bentuk Kecelakaan
Kecelakaan Lalu-Lintas dapat digolongkan atas 3 jenis menurut akibat dari
kecelakaan terebut yaitu:
2. Kecelakaan dengan korban luka-luka.
3. Kecelakaan dengan kerugian dan kerusakan kendaraan.
PT. Jasa Marga mengekelompokan jenis tabrakan yang melatar belakangi
terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi:
1. Tabrakan depan – depan
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian depan
kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.
2. Tabrakan depan- samping
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
depan kendaraan yang satu menabrak bagian samping kendaraan lainnya.
3. Tabrakan samping-samping
Adalah jenis tabrakan dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.
4. Tabrakan depan –belakang
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di depannya
dan kendaraan tersebut berada pada aeah yang sama.
Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki
yang sedang menyebrang jalan.
6. Tabrakan sendiri
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami
kecelakaan sendiri atau tunggal.
7. Tabrakan beruntun
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua
kendaraan secara beruntun .
8. Menabrak obyek tetap
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak obyek
tetap dijalan.
3.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu-Lintas
Faktor-faktor penyebab kecelakaan terdiri dari faktor kendaraan, faktor
pengemudi, dan faktor jalan.
1 Faktor Kendaraan
Kendaraan yang digunakan untuk memenuhi standar kendaraan yang baik,
seperti tanpa rem yang baik, tanpa lampu penerangan, tanpa lampu tangan
2. Faktor Pengemudi
Pelanggaran atau tindakan yang berbahaya oleh pengemudi, seperti
ugal-ugalan, pengemudi dalam kondisi tidak sadar atau terpengaruh alkohol, karena
penjalan kaki, seperti menyebrang jalan tidak hati-hati
3. Faktor Jalan
Jalan yang dilalui kendaraan kurang baik seperti kurangnya lebar badan jalan
sehingga kendaraan melewati jalur lawan datan jalan licin.
3.6 Kewajiban yang harus ditaati oleh Pengemudi Kendaraan Bermotor Kewajiban yang harus ditaati oleh Pengemudi Kendaraan Bermotor antara lain:
1. Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat peristiwa kecelakaan lalu lintas
wajib:
a. Menghentikan kendaraannya
b. Menolong orang yang menjadi korban kecelakaan.
c. Melaporkan kecelakaan tersebut pada Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia terdekat.
2. Apabila pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada no. 1 oleh
dimaksudkan pada no. 1 huruf a dan b, kepadanya tetap diwajibkan segera
melaporkan diri kepada Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia terdekat.
3. Pengemudi kendaraan bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oleh penumpang atau pemilik brang atau pihak ketiga, yang timbul karena
kelalaian atau kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan
bermotor, (dikutip dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
1992 tentang lalu-lintas dan Angkatan Jalan Beserta peraturan pelaksanaannya
BAB 4