• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gangguan Tidur dan Karakteristik Responden

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.2.3. Gambaran Gangguan Tidur dan Karakteristik Responden

Gangguan tidur berdasarkan kelas, jenis kelamin, dan usia responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Responden

Variabel

Gangguan Pola Tidur

Total

Ada Tidak Ada

N % N % N % Kelas 3 SD 11 12,2 13 14,4 24 26,7 4 SD 4 4,4 16 17,8 20 22,2 5 SD 10 11,1 16 17,8 26 28,9 6 SD 13 14,4 7 7,8 20 22,2 Usia 9 Tahun 13 14,4 18 20,0 31 34,4 10 Tahun 4 4,4 13 14,4 17 18,9 11 Tahun 11 12,2 14 15,6 25 27,8 12 Tahun 10 11,1 7 7,8 17 18,9 Jenis Kelamin Laki-Laki 15 16,7 23 25,6 38 42,2 Perempuam 23 25,6 29 32,2 52 57,8

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas 6 SD mengalami gangguan tidur paling banyak dibandingkan kelas yang lain dengan persentase 14,4 %. Berdasarkan usia, siswa yang berusia 9 tahun mengalami gangguan tidur paling banyak dengan persentase sebesar 14,4% dan perempuan adalah jenis kelamin yang paling banyak mengalami gangguan tidur dibanding laki-laki dengan persentase sebesar 25,6%.

4.2.4. Perubahan Pola Tidur pada Keadaan Tertentu 4.2.4.1. Durasi Tidur Pada Saat Kondisi Normal

Durasi tidur pada saat kondisi normal seperti tidak dalam kondisi ujian dan liburan digambarkan sebagai pembanding durasi tidur pada kondisi tertentu. Berikut gambaran durasi tidur pada saat kondisi normal.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Pada Kondisi Normal

Lama Jam Tidur N Persentase (%)

Tidak Normal 69 76,7

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 76,7% responden mengalami durasi tidur yang tidak normal. Durasi tidur normal pada anak usia 9-12 tahun adalah 9-11 jam.19

Tabel 4.7. Durasi Tidur Pada Kondisi Normal

Durasi Tidur N Persentase (%)

9-11 jam 21 23,3

8-9 jam 48 53,3

7-8 jam 18 20,0

5-7 jam 1 1,1

≤ 5 jam 2 2,2

4.2.4.2. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Ujian

Perubahan durasi tidur pada saat ujian diukur dari lama waktu tidur siswa. Perubahan durasi tidur ini dapat dilihat dari durasi tidur siswa pada saat kondisi ujian kemudian dibandingkan dengan pada saat normal dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Ujian

Ada Perubahan Pola Tidur N Persentase (%)

Ada 31 34,4

Tidak Ada 58 64,4

Tidak Tahu 1 1,1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 31 siswa atau 34,4% responden mengalami perubahan durasi tidur pada saat ujian. Perubahan durasi tidur dapat dilihat dari lama jam tidur berdasarkan tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perubahan Durasi Tidur Lebih Singkat Saat Ujian

Durasi Tidur N Persentase (%)

9-11 jam 1 3,2

8-9 jam 13 41,9

7-8 jam 9 29,0

5-7 jam 6 19,4

≤ 5 jam 2 6,5

4.2.4.3. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Liburan

Perubahan durasi tidur pada saat liburan dipengaruhi oleh banyak faktor. Perubahan durasi tidur ini dapat dilihat dari lama jam tidur responden pada saat liburan dibandingkan saat kondisi normal.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Liburan

Ada Perubahan Pola Tidur N Persentase (%)

Ada 65 72,2

Tidak Ada 25 27,8

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 72.2% responden memiliki adanya perubahan durasi tidur pada saat liburan. Perubahan durasi tidur tersebut dapat dilihat lama jam tidur responden pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Perubahan Durasi Tidur Lebih Lama Saat Liburan

Durasi Tidur N Persentase (%)

≥ 11 jam 6 9,2 9-11 jam 26 40,0 8-9 jam 26 40,0 7-8 jam 6 9,2 5-7 jam 1 1,5 4.3. Pembahasan

Tabel 4.3. menggambarkan karakteristik orang tua responden, yang terdiri dari pendidikan terakhir dan pekerjaan orang tua. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa 52,2 % ayah responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4% sekolah tinggi dan hanya 11,1% yang pendidikan terakhirnya SD. 43,3% ibu responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4% sekolah tinggi dan sebesar 17,8% SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Sebagian besar ayah responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 48,9% sedangkan 83,3% pekerjaan ibu adalah sebagai ibu rumah tangga.

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa 42,2% responden mengalami gangguan tidur, sedangkan 57,8% responden lainnya tidak mengalami gangguan tidur. Jumlah responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitin ini lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gangguan tidur. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Adelina dkk (2009) yang melakukan penelitian gangguan tidur pada remaja SMP usia 12-15 tahun dengan menggunakan kuesioner SDSC, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 62,9% dari total sampel yang diteliti mengalami gangguan tidur. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Dini S (2013) pada anak usia 3-6 tahun dengan

menggunakan kuesioner SDSC. Hasil yang didapatkan adalah 79,8% sampel mengalami gangguan tidur.5,6

Perbedaan hasil pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik sampel yang diteliti. Namun, angka tersebut juga menunjukkan bahwa insidens gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun cukup tinggi.

Grafik 4.1. menunjukkan bahwa jenis gangguan tidur terbanyak pada penelitian ini adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur sebesar 55,0%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini S (2013) bahwa 58,2% dari total responden yang mengalami gangguan tidur adalah berupa gangguan memulai dan mempertahankan tidur.5 Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Leoline.F dkk (2007) juga mendapatkan hasil bahwa jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur.36 Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adelina dkk (2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gangguan tidur terbanyak adalah gangguan transisi bangun tidur yaitu sebesar 63,6%.6

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur adalah salah satu gangguan tidur tipe insomnia. Biasanya insomnia ini terjadi pada individu dewasa atau seseorang yang sedang mengalami kecemasan atau stress emosional dan bisa juga disebabkan oleh gangguan medis yang menyebabkan perasaan nyeri. Menurut Owens dan Mindell (2011) bahwa prevalensi gangguan insomnia pada anak anak sebesar 1-6 % dari total seluruh populasi anak. Anak yang mengalami gangguan insomnia berhubungan dengan kebiasaan menonton televisi pada malam hari atau terbangun dari tidur karena ingin tidur bersama orang tuanya bagi anak yang tidur terpisah dari orang tua.15,17

Gambaran gangguan tidur berdasarkan karakteristik responden yaitu kelas, usia dan jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5. yang menunjukkan hasil bahwa gangguan tidur paling banyak terjadi pada siswa kelas 6 SD. Hal ini mungkin berhubungan dengan stress psikologi, karena waktu pengambilan data penelitian berdekatan dengan waktu ulangan sekolah dan UN SD. Berdasarkan karateristik usia, siswa yang berusia 9 tahun lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan siswa lainnya. Tetapi jika dilihat berdasarkan kelas, maka kelas yang paling banyak mengalami gangguan tidur

adalah kelas 6, sehingga jika dilihat persentasi gangguan tidur berdasarkan usia dan kelas terjadi ketidakseimbangan. Hal ini terjadi karena siswa yang mengalami gangguan tidur yang berusia 9 tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan usia siswa lainnya, dan terdapat siswa yang bukan berada di kelas 3 tetapi masih berusia 9 tahun seperti persentase siswa yang berusia 9 tahun yang berada di kelas 4 adalah 25,8% dari total siswa yang berusia 9 tahun sehingga jika perbandingan siswa yang mengalami gangguan tidur berdasarkan kelas dapat mempengaruhi besar persentase gangguan tidur. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Dini S (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian gangguan tidur pada anak (p=0,012). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rini S (2006) yang mengatakan bahwa pertambahan usia pada anak menyebabkan semakin banyak pula faktor yang mempengaruhi pola tidur, sehingga semakin besar pula kemungkinan anak mengalami gangguan tidur.4.5

Gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang mengalami ganguan tidur dari pada laki-laki, yaitu sebesar 26,7%. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adelina dkk (2009) bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan tidur. Hal serupa juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dini S (2013) bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan tidur pada anak (p=0,603).5,6

Tabel 4.6. menggambarkan durasi tidur normal dan tidak normal pada responden. Durasi tidur normal anak usia 9-12 tahun adalah 9-11 jam. Dari 90 responden didapatkan hanya 21 responden yang memiliki durasi tidur normal, sedangakan 69 responden lainnya memiliki durasi tidur yang tidak normal.17

Selanjutnya perubahan durasi tidur pada kondisi tertentu seperti saat ujian dan liburan digambarkan dalam tabel 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11. Didapatkan 31 responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih singkat ketika ujian dan 65 responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih lama ketika liburan.

Dokumen terkait