• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di

Kota Bogor

Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan sebagai sarana transportasi yang paling dominan keberadaannya di setiap wilayah perkotaan sehingga yang menjadi responden adalah angkot Kota Bogor baik yang memiliki pangkalan atau yang tidak memiliki pangkalan angkot.

Trayek angkutan kota di Kota Bogor memiliki jumlah 23 trayek dengan jumlah unit sebanyak 3412 unit pada Tahun 2012 (Dishub, 2012). Penentuan tarif angkutan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah atau Dinas Perhubungan (Dishub, 2012). Selain itu pemerintah daerah Kota Bogor membuat beberapa peraturan mengenai rute jarak yang ditempuh tiap-tiap trayek dan beberapa trayek diberlakukan ‘Shift’ atau pembagian jam kerja, pembagian Shift ini diberlakukan hanya beberapa trayek.

Shift ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kelebihan jumlah angkutan kota (angkot) dan menghindari kemacetan yang terjadi dibeberapa wilayah Kota akibat terlalu banyaknya kendaraan. Adapun trayek-trayek yang menjadi responden disajikan pada Tabel 8.

Tabel. 8 Banyaknya Jumlah Angkutan Umum Kota (angkot) yang Menjadi Responden

No. Trayek Jumlah Responden (orang)

1. 01 5 2. 02 8 3. 03 18 4. 05 1 5. 07 7 6. 08 1 7. 09 8 8. 14 1 9. 15 2 10. 16 2 11. 19 7

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Respon terhadap Kenaikan Harga BBM

Respon pengemudi transportasi jasa angkutan umum terhadap kenaikan harga BBM, diperoleh sebanyak 60 responden yang dimintai pendapatnya mengenai kenaikan harga BBM, sebanyak 46 responden menyatakan tidak setuju dengan adanya kenaikan harga BBM dan 14 responden menyatakan setuju dengan kenaikan harga BBM.

Responden yang tidak setuju memiliki alasan yang sama yaitu apabila terjadi kenaikan harga BBM akan manaikan harga bahan kebutuhan pokok serta akan menaikan harga setoran kepada pemilik mobil angkot karena seluruh responden yang memberikan keterangan bukanlah pemilik mobil, sehingga dengan kenaikan BBM menyebabkan naiknya setoran yang harus mereka bayar.

Responden yang setuju dengan kenaikan harga BBM memilikibeberapa alasan diantaranya pendapatan yang didapatkan responden bukan hanya dihasilkan dari pendapatan trayek tetapi responden memiliki pendapatan lain, sehingga menurut responden naiknya harga BBM tidak akan berpengaruh besar terhadap pendapatan yang dihasilkan.

Kenaikan harga BBM akan diikuti dengan kenaikan tarif angkutan kota (angkot) karena penentuan tarif dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi responden untuk merespon setuju terhadap kenaikan harga BBM.

Sumber : Data primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 3. Respon Setuju atau Tidak Pengemudi Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota terhadap Kenaikan Harga BBM

Pengemudi angkutan umum kota (angkot) yang setuju lebih sedikit dibandingkan dengan pengemudi yang tidak setuju terlihat dari besarnya persentase responden yang tidak setuju sebanyak 77 persen, dan besarnya responden yang menyatakan setuju dengan adanya kenaikan harga BBM sebesar 23 persen.

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Besaran Willingnes to Pay

(WTP) Harga BBM

Pilihan kesediaan membayar responden telah ditentukan berada pada nilai-nilai yaitu kisaran Rp 4.500 , Rp 5.000 , Rp 5.500, Rp 6.000. Kisaran tersebut dibuat karena adanya rencana pemerintah menaikan BBM sampai dengan Rp 6.000. Nilai harga BBM yang berlaku saat ini yaitu Rp 4.500 menjadi salah satu pilihan WTP dikarenakan beberapa responden tidak menginginkan adanya kenaikan harga BBM.

Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan WTP per Liter

Gambar 4 menunjukan bahwa responden terbanyak berada pada WTP Rp 5.000 sebanyak 26 responden. Besaran jumlah responden yang paling sedikit berada pada nilai WTP Rp 6.000, hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pekerjaan lain di luar trayek hanya sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki pekerjaan lain di luar trayek sehingga pendapatan yang diterima dari trayek yang dijalankan lebih kecil responden kecil yang kemudian mengakibatkan kecilnya nilai kemampuan membayar atas kenaikan harga BBM.

Tabel 9. Hubungan Antara Respon dengan Willingness To Pay Harga BBM Respon WTP Total Rp 4000-5000 Rp >5000-6000 Tidak Setuju 37 9 46 Setuju 8 6 14 Total 45 15 60

Pada Tabel 9 dapat dilihat hubungan yang terjadi antara respon dengan

willingness to pay yang mampu dibayar responden berada pada kisaran harga Rp 4000-5000 dengan jumlah responden sebanyak 45 responden. Hal tersebut dapat disimpulkan semakin rendah willingness to pay yang mampu mereka bayar akan semakin memiliki respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM.

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Selama Berkendaraan

Jarak tempuh responden dimulai dari jarak tempuh 5 km sampai dengan 15 km dalam berkendaraan. Jarak tempuh tersebut merupakan ketetapan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah Kota Bogor. Distribusi jarak tempuh berkendaraan dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempuh

Berdasarkan Gambar 5 terlihat banyaknya responden barada pada jarak tempuh lebih besar dari 10 sampai dengan 15 km sebanyak 44 responden dan jarak tempuh 5 km sampai dengan 10 km sebesar 16 responden atau 27 persen.

Tabel 10. Hubungan Antara Respon dengan Jarak yang Ditempuh

Respon Jarak yang ditempuh (km) Total 5-10 >10-15

Tidak Setuju 11 35 46

Setuju 5 9 14

Total 16 44 60

Tabel 10 menunjukan bahwa data responden yang diambil untuk wawancara sebesar 16 responden mempunyai karakteristik jarak tempuh berkendara sebesar 5-10 km bahwa hubungan antara respon dengan jarak yang ditempuh, mayoritas dari responden yang tidak setuju berada pada jarak tempuh >10-15 km. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan semakin memberikan respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM.

4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Sebagian besar responden memiliki tanggungan tiga orang terdiri dari dua anak dan satu istri, banyaknya jumlah tanggungan mengindikasikan banyaknya pengeluaran yang harus dialokasikan oleh responden, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan akan menyebabkan respon tidak setuju terhadap kenaikkan harga BBM. Alokasi yang tinggi untuk membeli BBM dengan pendapatan yang tidak bertambah akan mengurangi kesejahteraan responden. Distribusi jumlah tanggungan ini terlihat pada Gambar 6.

Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 6 menunjukan responden yang memiliki jumlah tanggungan terbanyak terdapat pada responden dengan jumlah tanggungan sebesar tiga orang atau 42 persen dari keseluruhan dan pada jumlah tanggungan dua orang sebanyak 19 orang, dengan jumlah tanggungan satu orang, sebanyak enam responden, dan jumlah tanggungan empat orang sebanyak enam responden.

Tabel 11. Hubungan Antara Respon dengan Jumlah Tanggungan

Respon

Jumlah Tanggungan (orang)

Total

1-3 4-6

Tidak Setuju 38 8 46

Setuju 12 2 14

Total 50 10 60

Tabel 11 menggambarkan hubungan antara respon dengan jumlah tanggungan, terlihat bahwa mayoritas dari responden yang tidak setuju memiliki jumlah tanggungan sebanyak 1-3 orang.

4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemakaian Bahan Bakar Minyak Jenis Premium

Pemakaian BBM jenis premium terbesar terdapat pada 11 sampai dengan 15 liter per hari. Pemakaian BBM oleh pengemudi tergantung berapa lama waktu berkendaraan dan seberapa jauh jarak tempuh berkendaraan, sehingga pada Gambar 7 terlihat distribusi pada jumlah pemakain harga BBM cukup bervariatif.

Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Bahan Bakar Minyak Jenis Premium per Hari

Semakin banyak pemakaian BBM per hari akan memberikan dampak semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, karena memengaruhi banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi jumlah BM yang kemudian akan berpengaruh pada berkurangnya pendapatan yang diterima. Tabel 12. Hubungan Antara Respon dengan Jumlah BBM yang Digunakan per

Hari

Respon

Jumlah BBM Yang Digunakan Perhari (Liter)

Total >5-10 >11-15 >15-20 >20-25

Tidak Setuju 5 39 1 1 46

Setuju 3 10 1 0 14

Total 8 49 2 1 60

Tabel 12 menjelaskan hubungan antara respon dengan jumlah BBM yang digunakan perhari. Terlihat bahwa respon angkot yang tidak setuju dengan adanya kenaikan harga BBM berada pada jumlah >11-15 liter per hari. Hal ini mengindikasikan semakin banyak jumlah BBM yang digunakan per hari akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM.

4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Waktu Berkendaraan

Rata-rata lamanya responden dalam berkendara berada pada kisaran lima sampai dengan sepuluh jam per hari dengan jumlah responden sebanyak 42 responden. Kisaran tersebut muncul dikarenakan adanya peraturan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang membatasi waktu berkendaraan pada beberapa trayek atau biasa disebut peraturan shift. Dibatasinya lama waktu berkendaraan menyebabkan sulitnya responden menambah jumlah pendapatan yang diterima yang kemudian memengaruhi banyaknya respon tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Distribusi lama waktu berkendaraan terlihat pada Gambar 8.

Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 8. Distribusi Responden Terhadap Lama Waktu Berkendaraan per Hari

Hubungan respon setuju atau tidak terhadap kenaikan harga BBM terlihat pada Tabel 13, yang dapat di artikan bahwa semakin lama waktu berkendaraan per hari akan memberikan peluang lebih besar untuk responden merespon setuju dengan adanya kenaikan harga BBM.

Tabel 13. Hubungan Antara Respon dengan Lama Waktu Berkendara per Hari

Respon Lama Waktu Berkendara Total 5-10 jam 11-15 jam

Tidak setuju 36 10 46

Setuju 6 8 14

Total 42 18 60

4.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Trayek per Hari

Besarnya pendapatan per hari yang diterima oleh responden terbanyak berada pada kisaran 0 sampai dengan Rp 50.000 per hari sebanyak 82 persen dari keseluruhan responden. Hal tersebut dikarenakan adanya peraturan mengenai jarak, waktu berkendaraan dan besaran tarif angkutan pengguna jasa transportasi ini yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan adanya peraturan tersebut menyebabkan sulitnya responden mendapatkan pendapatan tinggi dari pendapatan trayek.

Sumber: Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Trayek

Tabel 14 menunjukan semakin sedikit pendapatan yang diperoleh responden maka akan semakin tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang kecil menyebabkan kesejahteraan menurun sehingga peluang respon tidak setuju akan lebih besar dibanding peluang respon setuju.

Tabel 14. Hubungan Antara Respon dengan Pendapatan Trayek

Respon Pendapatan Total

Rp 0-50 rb Rp >50-100rb Rp 150-200rb

Tidak Setuju 40 5 1 46

Setuju 9 4 1 14

Total 49 9 2 60

4.1.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Tarif Angkutan

Karakteristik responden berdasarkan perubahan tarif angkutan yang diinginkan responden dinilai dengan satuan moneter atau rupiah. Besarnya tarif yang menjadi pilihan responden berada pada kisaran Rp 1.500 sampai dengan Rp 2.000, pilihan nilai tertinggi dari kenaikan tarif akibat adanya kenaikan harga BBM dikarenakan responden beranggapan bahwa tarif saat ini yang sedang berlaku tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah sehingga pendapatan responden dirasa kurang menutupi pengeluaran atas biaya-biaya yang terjadi.

Sumber : Data Primer, Kota Bogor (2012)

Gambar 10. Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Tarif Angkutan

Hubungan respon setuju atau tidak setuju dengan adanya perubahan tarif, bahwa responden yang memiliki pilihan nilai perubahan tarif yang kecil cenderung lebih banyak peluang tidak setuju dibandingkan dengan peluang setuju terhadap kenaikan harga BBM, sehingga semakin besar nilai perubahan tarif akan mendorong responden untuk merespon setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 15.

Tabel 15. Hubungan Antara Respon dengan Perubahan Tarif Angkutan

Respon Perubahan Tarif Angkutan Total Rp 500-1000 Rp >1 000-1 500

Tidak Setuju 24 22 46

Setuju 10 4 14

Total 34 26 60

4.2 Analisis Willingness To Pay (WTP) Jasa Angkutan Umum Kota