• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kedisiplinan Pada Siswa SMAN 14 Medan yang Menggunakan Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah

LANDASAN TEORI

D. Gambaran Kedisiplinan Pada Siswa SMAN 14 Medan yang Menggunakan Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Berhasilnya suatu proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari inteligensi yang dimiliki oleh siswa saja, tetapi juga dari faktor-faktor lain yang mendukungnya, antara lain adalah bimbingan yang diberikan oleh para guru-guru yang ada di sekolah, bagaimana para guru-guru membimbing murid-muridnya dengan bimbingan serta dukungan yang bisa menjadi para murid lebih semangat, berkreasi dan kreatif dalam belajar (Badriah, 2008).

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada umumnya sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik siswa dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa (Depdiknas, 2009). Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan diantaranya. Melatih siswa untuk mengikuti dan menuruti aturan di sekolah adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah ini (Tu’u, 2004). Maka dari itu perlu ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa, dimana kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian tingkah laku yang dilakukan untuk dapat mencapai sasaran tertentu.

Dalam hal ini, kedisiplinan berarti tingkah laku yang sesuai dengan aturan atau hukum, seperti disiplin beragama dan undang-undang (Sukadji, 2000). Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto, 1994).

Kedisiplinan dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif , maka perilaku yang dianggap tidak mendukung proses belajar mengajar dianggap

masalah disiplin (Sukadji, 2000). Oleh karena itu, dengan ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa maka terciptalah siswa yang tidak hanya berprestasi akademik namun juga berakhlak serta memiliki pengendalian diri yang baik. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).

Pelanggaran tata tertib sekolah memang sangat sering terjadi, seperti tidak mengerjakan tugas, tidak berpakaian seragam, tidak masuk sekolah tanpa izin, membolos, membuka buku pada ujian, perkelahian antar siswa, perkelahian antar sekolah, menentang guru, dan sebagainya (Silitonga, 2006). Jenis pelanggaran disiplin yang sering terjadi di SMAN 14 Medan, adalah cabut saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak menuruti dan mentaati guru, melanggar peraturan sekolah, terlambat ke sekolah, tidak berperilaku sopan di dalam kelas, tidak mengikuti upacara bendera, berkelahi, mencontek, dan sebagainya.

Kemudian, Faktor yang menyebabkan pelanggaran disiplin pada diri siswa dapat diperoleh dari sekolah, lingkungan sekolah, lingkungan, situasi tempat tinggal yang dapat menyebabkan konflik dalam diri siswa, dan akan menimbulkan masalah jika tidak diatasi dengan baik (Ekosiswoyo dan Rachman, 2000). Jadi, dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong siswa untuk melanggar disiplin sekolah adalah karena adanya masalah dan konflik dalam diri siswa tersebut. Disamping itu, siswa SMA pada umumnya berada dalam tahap perkembangan

remaja, dimana remaja masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa lainnya untuk membantu mengatasi masalah yang ia hadapi dengan baik (Sukadji, 2000).

Maka dari itu, diperlukan adanya suatu program atau layanan di sekolah yang dapat membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Salah satu usaha pihak pendidikan di sekolah untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran disiplin pada siswa adalah dengan membuat sebuah layanan yang diperuntukkan bagi para siswa yaitu layanan Bimbingan Konseling (BK) atau Bimbingan Pendidikan (BP). Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sekolah yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa baik perorangan maupun kelompok agar menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal (Sukadji, 2000). Layanan BK yang tersedia di SMAN 14 Medan adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, dan layanan home visit (sebagai layanan pendukung).

Penggunaan layanan bimbingan konseling memiliki fungsi yang mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik dari sikap maupun akademiknya (Yusuf dan Nurihsan, 2006). Di samping sebagai penyemangat bagi para murid, penggunaan layanan bimbingan konseling juga bisa menjadi tempat mengadunya para murid atau tempat konsultasi ketika murid sedang menghadapi masalah atau problem dalam belajar (Djumhur dan Surya, 2003).

Tujuan dari bimbingan dan konseling untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa, sesuai dengan kompleksitas

permasalahannya dan masalah-masalah siswa yang bermacam-macam ragam jenis, intensitas dan sangkut-pautnya bersifat unik. Dengan adanya penggunaan layanan bimbingan konseling menjadikan pengaruh yang baik bagi para murid terutama pada tingkah laku murid, yaitu murid akan lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis (Ermananti, 1999).

Kebutuhan akan penggunaan bimbingan konseling di jenjang SMP maupun SMA lebih terasa daripada di jenjang pendidikan dasar, sebab masalah yang dihadapi anak-anak usia belasan tahun lebih banyak daripada anak-anak tahap perkembangan selanjutnya. Pada perkembangan remaja, banyak perubahan yang dialami sehingga menyebabkan adanya perubahan dan ketidakstabilan emosi. Keadaan emosi yang demikian dapat menyebabkan penyesuaian yang salah dan ketidaknyamanan. Siswa demikian membutuhkan bantuan untuk tumbuh ke arah ”kematangan emosional”, artinya kemampuan mengarahkan emosi dasar yang kuat ini ke penyaluran yang mendukung tujuan, serta tujuan ini memuaskan diri sendiri maupun dapat diterima oleh lingkungannya (Sukadji, 2000).

Siswa perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri, siswa akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian tidak semua siswa mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan melalui layanan bimbingan konseling (Walgito, 2004).

Maka dari itu, jika layanan bimbingan konseling yang ada di sebuah lembaga sekolah digunakan oleh siswa dengan baik, maka mereka dapat terbantu dalam menghadapi masalahnya dan dapat mengurangi faktor pelanggaran disiplin pada siswa. Tujuan disiplin adalah membantu individu memahami hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk tetap berlatih atau tetap mengikuti aturan yang telah ditentukan. Jadi, layanan bimbingan konseling membantu menentukan sasaran dan merancang program atau latihan yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk disiplin mengikuti program ini (Walgito, 2004).

Jadi, dengan adanya layanan bimbingan konseling di sekolah, diharapkan siswa SMAN 14 Medan yang menggunakan layanan tersebut dapat lebih memahami masalah yang ia miliki dan dapat memecahkan masalahnya tersebut dengan baik. Oleh karena itu, diharapkan kedisiplinan siswa di sekolah dapat ditingkatkan.

BAB III

Dokumen terkait