• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Gambaran Kepuasan Kerja Karyawan Berdasarkan Kepastian

Dari hasil kuesioner penelitian pada karyawan bagian produksi di PT. Medan Tropical Canning And Frozen Industries diperoleh sebanyak 66 responden (77,6 %) terutama semua responden di bagian pengalengan (4 orang), di bagian kepiting dan sotong (20 orang) dan di bagian cold room (14 orang) merasa tidak puas dan 19 responden (22,4 %) merasa kurang puas dengan keadaan tidak menentunya kuantitas bahan baku produksi (hasil laut ) yang datang dari pihak suppliers untuk dikerjakan setiap harinya.

Menurut karyawan, jumlah bahan baku yang tidak stabil (adakalanya melimpah atau bahkan tidak ada) memberikan ketidakpuasan tersendiri bagi mereka. Bila hasil tangkapan dari laut banyak, bahan baku produksi yang datang dapat mencapai 4 – 10 ton. Dalam hal ini, karyawan dituntut mengerjakan bahan baku yang lebih banyak mengingat tidak adanya shift kerja dan pesanan hasil produksi harus dikirim tepat waktu.

Sebaliknya, bila hasil tangkapan dari laut sedikit, bahan baku produksi yang datang dari suppliers hanya sekitar 50 – 100 kg tiap jenis bahan baku per hari nya. Ini dinilai kurang efektif bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah karyawan yang mengerjakannya di tiap tahap proses produksi.

Selain itu, oleh karena hasil produksi perusahaan ini sendiri sebanyak 95 % diekspor ke luar negeri maka kegiatan produksinya lebih banyak dipengaruhi oleh permintaan pasar. Menurut Nitisemito (1992) perusahaan yang usahanya tidak stabil akan menimbulkan kecemasan bagi para karyawannya dan kecemasan ini

menunjukkan ketidakpuasan yang mereka rasakan rasa khawatir bila akhirnya mereka tidak dipekerjakan lagi menjadi salah satu alasan yang diungkapkan para responden.

Sebanyak 73 responden (85,95 %) di tiap unit produksi terutama di unit bahan baku (9 orang), unit sortir kepiting (23 orang), unit pengalengan ( 4 orang), dan kimia (2 orang) seluruhnya merasa tidak puas bila ada karyawan yang tidak dipekerjakan sementara. Penilaian yang sama diungkapkan oleh sebagian besar responden di unit produksi lain. Kebijakan perusahaan untuk tidak mempekerjakan sementara sebagian karyawan yang bekerja pada proses produksi selama 7 hari atau bahkan ada karyawan yang dirumahkan selama 1 bulan karena terbatasnya bahan baku menimbulkan ketidakpuasan bagi mereka.

Hubungan kerja yang tidak memberikan jaminan pasti apakah seseorang itu dapat terus – menerus memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan lebih lanjut akan mempengaruhi kepuasan kerja. Ketidakpastian itu lebih menonjol lagi jika pihak yang menentukan ada tidaknya pekerjaan yang dilakukan berada pada pihak pemberi kerja. (Rajagukguk , 2002)

Alasan lain yang diungkapkan responden terutama di unit bahan baku (9 orang) dan unit udang (17 orang) terhadap ketidakpuasan bila ada karyawan yang tidak dipekerjakan sementara menurut mereka dalam menjalankan pekerjaan tidak ada perlakuan berbeda yang diberikan di antara para karyawan karena pada dasarnya mereka adalah karyawan yang dipekerjakan di tempat sama dengan jam kerja yang sama. Satu hal yang membedakan mereka hanyalah status pekerjaan .

Sebagai sesama karyawan , mereka merasa iba dengan kenyataan yang harus diterima oleh rekan kerja mereka yang terpaksa dirumahkan. Menurut mereka rekan

kerja menjadi salah satu faktor yang membuat mereka semangat dalam menjalankan pekerjaan.

Dari hasil penelitian diperoleh 78 responden (91,7 %) puas dengan keamanan kerja yang diberikan, sebanyak 6 responden (7,1 %) kurang puas dan 1 responden (1,2 %) merasa tidak puas. Lima responden yang merasa kurang puas dan 1 responden yang merasa tidak puas adalah karyawan di bagian penerimaan bahan baku yang bertugas mencuci bahan baku yang masuk dan merebus bahan baku menjadi setengah matang. Potensi kecelakaan kerja besar terjadi di bagian ini.

Poin penting lainnya yang membuat karyawan merasa kurang puas dalam hal

kepastian dalam pekerjaan adalah jaminan sosial bagi karyawan. Sebanyak 16 responden (18,8 %) yang berasal dari unit kepiting (8 orang), cold room (5 orang)

dan masing-masing satu responden dari unit pengalengan, kimia, dan gudang merasa kurang puas karena tidak adanya jaminan sosial yang diberikan bagi mereka . Menurut UU NO. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, bila pengusaha mempekerjakan karyawan dari perusahaan penyedia jasa pekerja untuk melaksanakan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, maka demi hukum status hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan penyedia jasa pekerja beralih menjadi hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaaan pemberi pekerjaan. (Rusli, 2004). Ini berarti pihak perusahaan bertanggung jawab memberikan fasilitas jamsostek bagi karyawan di bagian produksi tanpa membedakan status pekerjaan.

Meskipun keuntungan merupakan merupakan motivasi yang sangat penting, namun pencariannya tidak boleh membenarkan pengingkaran komitmen terhadap

kepentingan dan hak – hak karyawan. Pihak perusahaan harus memikirkan pentingnya kesetiaan dan kelangsungan kerja para karyawan. (Indrajit, 2003)

Di sisi lain, ada juga responden yang merupakan karyawan yang tidak terlalu mempermasalahkan tidak adanya program jaminan sosial tenaga kerja karena mereka hanya dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu seperti yang diungkapkan sebagian karyawan di unit pengalengan (3 orang), kimia (1 orang), kepiting( 15 orang), cold room (13 orang), dan gudang (3 orang). Mereka sudah merasa puas bila perusahaan memberikan keamanan pada karyawan dan bertanggung jawab memberi biaya perawatan bila terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja.

Mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Ini disebabkan karena karyawan membutuhkan pekerjaan dan menyadari bahwa mencari pekerjaan saat ini sangat susah. Ditambah lagi sebagian besar tenaga kerja yang tersedia adalah orang – orang yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan khusus ( unskilllabour ) sehingga posisi tawar mereka menjadi rendah. Apabila mereka bekerja dengan sistem di atas yang telah jelas merugikan , mereka menganggap hal tersebut bukanlah masalah dan mereka hanya dapat bersikap tetap mensyukurinya. (Wijayanti , 2009)

Berbeda dengan karyawan lainnya, semua responden karyawan di bagian bahan baku dan sortir udang karena memang seluruhnya merupakan karyawan tetap merasa puas dan menyadari pentingnya jaminan sosial yang diberikan. Menurut mereka, dengan adanya jaminan sosial bagi tenaga kerja dan bagi anggota keluarganya diharapkan ketidakpastian akan datangnya resiko dapat diantisipasi dengan bijak.

Namun, di balik adanya ketidakpuasan terhadap beberapa pertanyaan pada kepastian dalam pekerjaan (job security) yang dirasakan karyawan, seluruh responden (100 %) menyatakan kepuasannya karena mereka masih dipertahankan untuk tetap bekerja dan dipekerjakan oleh perusahaan ini. Mereka ingin tetap bekerja di perusahaan ini karena alasan stabilitas situasi kerja yang saat ini semakin tidak pasti dan sulitnya mencari pekerjaan . Mereka memilih untuk tetap bertahan bekerja di tempat tersebut. Hal ini patut dihargai karena hingga saat ini perusahaan masih mendapatkan kepercayaan (loyalitas) yang tinggi dari para karyawannya.

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang lebih senang berada di tempat kerja . Pengawasan yang diberikan, pekerjaan yang terjadwal dengan target yang dapat diselesaikan setiap hari , dan mendapatkan upah dari hasil kerja membuat hidup seseorang terasa berharga. Mengingat semua orang dapat mengeluh tentang pekerjaan ( atau atasan kita) setiap saat, sebagian besar karyawan memberikan respon menyenangkan terhadap stabilitas situasi kerja. (Bittel dan Newstrom ,1994)

Dokumen terkait