Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki jumlahcurahhujantahunanrata-rata pada tahun2014 adalahsebanyak228,2mmdenganjumlahharihujanrata-ratasebanyak 14 hari per bulan. Intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan curah hujan rata-rata 362,0 mm dengan jumlah hari hujan 23 hari, hal ini terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.14
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan KabupatenHuluSungaiTengah, Tahun 2014
No Bulan Jumlah Curah Hujan
(mm) Jumlah Hari Hujan
1 Januari 323,0 22 2 Februari 245,5 14 3 Maret 117,0 8 4 April 294,6 9 5 Mei 188,4 17 6 Juni 134,5 10 7 Juli 282,0 14 8 Agustus 204,5 12 9 September 154,0 12 10 Oktober 212,0 12 11 November 220,5 15
Laporan Akhir II | 33
No Bulan Jumlah Curah Hujan
(mm) Jumlah Hari Hujan
12 Desember 362,0 23
Jumlah 228,2 14
Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014
Intensitas suhu udara di Hulu Sungai Tengah antara26,4ºCsampaidengan27,7ºC, ini menunjukkan bahwa daerah Hulu Sungai Tengah berhawa sejuk. Sedangkan rata-rata kelembapan udara di Sulu Sungai Tengah adalah 86,40%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan rata-rata kelembapan udara dan rata-rata suhu udara selama setahun di Hulu Sungai Tengah seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.15
Rata-Rata Kelembaban Udara dan Suhu Udara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2014
No Bulan Rata-rata Kelembaban Udara (%) Rata-rata Suhu Udara (oC) 1 Januari 90,6 26,6 2 Februari 86,8 26,9 3 Maret 87,3 27,0 4 April 87,2 27,3 5 Mei 88 27,0 6 Juni 84,8 27,5 7 Juli 86,5 26,4 8 Agustus 85,6 26,5 9 September 84,6 26,9 10 Oktober 81,9 27,7 11 November 85,6 27,3 12 Desember 87,9 26,9 Jumlah 86,40 27,00
Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014
Data Resiko Bencana Alam
Total luashutandiKabupatenHuluSungaiTengahsampaidengantahun2009adalahsebesar49.279Ha,yangd iantaranyaseluas46.270Hamerupakanhutanlindung.Dariluaskawasanhutantersebuthampir55,59%a tau 27.394Hasudahmengalamikerusakandan10.277Haberupahutandanlahankritis.Pengelolaanlingkung anyangbaiksangatberpengaruhterhadapkerawananterjadinyabencanaalam.Bencanaalamyangraw
Laporan Akhir II | 34 anterjadidiKabupatenHuluSungaiTengahadalahbanjir,kebakaranhutandan lahan dan tanahlongsor.Selama5tahunini,bencana alam yangterjadimasihbersifat lokal,bukan berskalanasional.Bencanayangseringterjadiyaitu: kebakaran hutan terjadisebanyak158kalidengankorban412KK,tanah
longsor4kalidengankorban4KKdananginputingbeliung5kalidengankorban 7KK. Adapun Penjelasan dari faktor penyebab erosi/ tanah longsor yang sering terjadi didaerah dataran tinggiadalah :
1. Faktor iklim
Didaerah beriklim basah faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Besarnya curah hujan , intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi. Dengan melakukan analisa curah hujan, dapat diprediksi curah hujan maksimum dan minimum yang merupakan sumber terjadinya banjir.
2. Faktor topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih 10 meter membentuk lereng 10%. Makin miringnya lereng akan mempercepat aliran permukaan dengan demikian memperbesar daya angkut air. Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk kedalam saluran atau sungai atau dimana kemiringan lereng berkurang demikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah.
3. Faktor vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan memperkecil pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian: (1) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman berkurang, (2) Mengurangi aliran permukaan, (3) Pengaruh akar dan kegiatan biologi tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, (4) Transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang.
Laporan Akhir II | 35 Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi tanah yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi yaitu: tekstur, struktur, bahan organik, sifat lapisan tanah (permeabilitas) dan tingkat kesuburan tanah (pertumbuhan tanaman). Sifat- sifat tersebut berkaitan erat terhadap laju infiltrasi yang berdampak terhadap aliran permukaan (run off).
5. Faktor manusia
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakan tanah yang diusahakan akan rusak atau menjadi produktif secara lestari. Tekanan laju pertumbuhan penduduk umumnya mengakibatkan daerah-daerah yang seharusnya konservasi di daerah aliran sungai digarap menjadi lahan pertanian, bahkan sekaligus dibangun gubuk tempat tinggal, perubahan alih fungsi lahan ini akan mengubah kondisi DAS dari daerah yang dapat meresapkan air menjadi daerah kedap air (low Infiltration). Perubahan karakteristik lahan ini penyebabkan sistem pengaliran di DAS akan mengalami perubahan atau gangguan, semakin kecil besaran infiltrasi kedalam tanah mengakibatkan makin meningkatnya limpasan air permukaan (run off) ke sungai.
Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Analisis isu strategis merupakan bagian dari rencana pembangunan tentang pemahaman permasalahan pembangunan dan isu-isu yang relevan. Permasalahan pembangunan daerah menggambarkan kinerja daerah atau kondisi masyarakat yang belum sesuai harapan. Sedangkan, Isu-isu strategis berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan potensi dan masalah keberlangsungan (sustainability) pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi masyarakat di masa mendatang.
Suatu analisis isu-isu strategis menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka menengah dan panjang. Dengan demikian, rumusan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis merupakan bagian penting dalam penentuan kebijakan pembangunan jangka menengah Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun mendatang.
1. Belum terpenuhinya secara merata pembangunan infrastruktur dasar dan infrastruktur
pertanian;
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting
Laporan Akhir II | 36 sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, energi dan pertanian.
Dari total panjang jalan sepanjang 753,46 km yang melintas di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 54,94 persen kondisi permukaan jalan baik; kondisi sedang sepanjang 21,47 persen; kondisi rusak ringan sepanjang 20,05 persen; dan kondisi rusak berat sepanjang 1,16 persen. Selain itu, masih rendahnya fasilitas dasar penunjang kehidupan menjadi kendala terutama minimnya rumah tangga yang menggunakan air bersih. Meskipun secara umum mengalami peningkatan, namun pada tahun 2014 hanya sebanyak 31,70 persen rumah tangga saja yang dapat menggunakan fasilitas air bersih.
Permasalahan sanitasi di pemukiman juga merupakan kendala dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari karena sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan terjangkit penyakit. Pada tahun 2014, hanya sebanyak 52,73 persen rumah tangga yang memiliki sanitasi. Meskipun secara umum masih terdapat permasalahan pada bidang perumahan, namun sebagian besar penduduk (79,97%) cukup memiliki rumah layak huni.
Berikut analisis data dan informasi untuk mempertajam penelaahan atas permasalahan
“Belum terpenuhinya secara merata pembangunan infrastruktur dasar dan infrastruktur
pertanian” di Kabupaten Hulu Sungai Tengah agar perumusan kebijakan pembangunannya dapat sesuai dengan yang diharapkan.
a.
Belum maksimalnya pemerataan infrastruktur pedesaanAda beberapa hambatan yang menyebabkan pemerataan pembangunan sulit diwujudkan. Minimnya dana pembangunan ekonomi, khususnya untuk pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebab utama. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana pembangunan terserap pada belanja pegawai sehingga porsi untuk peningkatan infrastruktur dasar menjadi berkurang.
Adanya paradigma buruk terkait pembangunan ekonomi, paradigma pembangunan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, bukan fundamental ekonomi yang menyebabkan sentralisasi pembangunan tetap dipertahankan. Paradigma pembangunan yang mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka pendek menyebabkan realisasi pemerataan pembangunan yang lambat, bahkan cenderung diam di tempat. Pemerataan pembangunan ekonomi memang harus dimulai dari pemerataan pembangunan infrastruktur. Jika infrastruktur memadai maka kegiatan ekonomi dapat meningkatkan akses masyarakat untuk berusaha dan berupaya sehingga pemerataan pembangunan akan terealisasi.
Laporan Akhir II | 37
b.
Belum optimalnya penanganan kawasan permukiman dan perumahanPembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan infrastrukturdiyakini sebagai motor pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ketersediaan utilitas perumahan dan permukiman, seperti layanan air minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur perumahan dan permukiman yang mencakup perumahan, air minum, air limbah, persampahan dan drainase ditujukan untuk memenuhi standar pelayanan minimal dan memberikan dukungan terhadap pertumbuhan sektor riil. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah masih terdapatnya rumah tangga yang belum memiliki hunian yang layak, masih adanya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi permukiman yang layak, serta masih kurangnya dukungan infrastruktur penyediaan air minum dan sanitasi dalam mendorong pertumbuhan sektor industri, pariwisata dan perdagangan.
c.
Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya (capaian pelayanandan kualitas)
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah ditetapkan target pelayanan dasar tahun 2019 sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum 81,77% 2) Penyediaan sanitasi :
a) Layanan air limbah 60%
b) Pengurangan sampah perkotaan 20% c) Pengangkutan sampah 70%
d) Pengoperasian TPA 70% e) Layanan sistem drainase 50%
3) Penataan Bangunan dan Lingkungan 60% 4) Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan 10%
RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia harus dapat mencapai target universal access 100-0-100. Artinya, tahun tersebut setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap sumber air minum aman, 0% kekumuhan dan fasilitas sanitasi yang layak 100%.
Laporan Akhir II | 38 RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia harus dapat mencapai target universal access 100-0-100. Artinya, tahun tersebut setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap sumber air minum aman, 0% kekumuhan dan fasilitas sanitasi yang layak 100%.
Tabel 2.16
Standar Pelayanan Minimal
No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014 Target
Tahun 2019 SPM Kabupaten/Kota
1 Penyediaan air minum
persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman
% Penduduk Sangat Buruk 40% 81,77% Buruk 50% Sedang 70% Baik 80% Sangat Baik 100% 2 Penyediaan sanitasi persentase penduduk yang terlayani sistem air
limbah yang memadai % Penduduk
Sistem On Site 60%
60%
Sistem Off Site Skala
Komunitas/ Kawasan/ Kota
5% persentase pengurangan
sampah di perkotaan % Penduduk 20% 20%
persentase pengangkutan sampah % Penduduk 70% 70% persentase pengoperasian TPA % pengoperasi an TPA - 70% persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun
% penduduk 50% 50% % penguranga n genangan 50% 3 Penataan Bangunan dan Lingkungan
persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan
IMB IMB (Izin Mendirikan Bangunan) 100% 60% HSBGN (Harga Satuan Bangunan Gedung Negara) 100% 4 Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan Ha 10% 10%
Laporan Akhir II | 39 Kondisi capaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1) Sektor persampahan,
a) pengurangan sampah baru mencapai 2.98% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83% di tahun 2019 untuk TPS 3R, Sedangkan untuk pengangkutan sampah bank sampah mencapai 9.56% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83% di tahun 2019
b) pengangkutan sampah baru mencapai 59.62% sedangkan target 100% di tahun 2019 terdapat gap 99.36%
c) pengoperasian TPA mencapai 100%
d) Peran KSM dalam pengelolaan TPS 3R masih kurang
e) Kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih kurang f) Armada angkut masih kurang
g) Alat berat yang tersedia di TPA masih belum memadai h) TPA sendiri masih sistem open dumping
2) Sektor air limbah
a) Jumlah penduduk yang mendapat akses air limbah mencapai 37.04% pada tahun 2015 sedangkan target 100% pada tahun 2019
b) Kondisi tangki septik belum sesuai standar
c) Saluran pembuangan air limbahnrumah tangga masih menyatu dengan saluran drainase
d) Kesadaran masyarakat untuk PHBS masih rendah
e) Penolakan terhadap sistem IPAL komunal on site ataupun offsite f) Koordinasi lintas SKPD dalam penanganan air limbah masih lemah 3) Sektor air minum
a) Penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman mencapai 82.25% sedangkan target 91.44% ditahun 2019
b) Jangkauan layanan air minum masih kurang c) Permintaan layanan air minum makin tinggi
d) Kemampuan APBD mensupport penyediaan jaringan distribusi terbatas e) Kinerja PDAM masih perlu ditingkatkan (SDM, akurasi data dan informasi) 4) Sektor penanganan kumuh
Laporan Akhir II | 40 a) Pengurangan luas kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan baru 1% pada
tahun 2015 dari target 10% di tahun 2019 terdapat gap 9%
b) Luasan kawasan permukiman kumuh di perkotaan cenderung mengalami peningkatan yaitu 121,17% di tahun 2016
5) Sektor drainase
a) Definisi Operasional Tersedianya sistem jaringan drainase adalah ukuran pencapaian kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penyediaan sistem drainase di wilayahnya, baik bersifat struktural yaitu pencapaian pembangunan fisik yang mengikuti pengembangan perkotaannya, maupun bersifat non-struktural yaitu terselenggaranya pengelolaan dan pelayanan drainase oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang berupa fungsionalisasi institusi pengelola drainase dan penyediaan peraturan yang mendukung penyediaan dan pengelolaannya, capaian penyediaan sistem jaringan drainase Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2015 mencapai 77.31% sedangkan target 100% tahun 2019.
b) Penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan lebih dari 30cm selama 2 jam lebih dari 2 kali setahun baru mencapai 51.69% tahun 2015 sedangkan target 100% tahun 2019.
6) IMB
a) Jumlah IMB yang diterbitkan adalah kumulatif penerbitan IMB sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sebagaimana tertuang dalam Perda Bangunan Gedung guna meningkatkan tertib pembangunan bangunan gedung, Jumlah gedung dan bangunan yang diterbitkan mencapai 58.88% sedangkan target 100% ditahun 2019.