• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - DOCRPIJM 9154e5d5c0 BAB IIBAB II PROFIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II - DOCRPIJM 9154e5d5c0 BAB IIBAB II PROFIL"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR II | 1 Pengkajian fenomena pembangunan daerah sebagai bahan rumusan kebijakan pembangunan, data dan informasi terkait geografi dan demografi wilayah menjadi landasan dan dasar kajian yang penting. Aspek geografi dalam perencanaan pembangunan daerah memiliki sisi strategis, utamanya dalam memberikan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap pelaksanaan pembangunan daerah. Penjabaran aspek geografi memberikan gambaran utuh bagaimana karakteristik wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam kaitannya dengan luas dan batasan wilayah, letak geografis, topografi, hingga penggunaan lahan dalam pembangunan daerah. Selain itu, akan dilihat pula berbagai potensi pengembangan wilayah seperti yang telah diuraikan dalam perencanaan tata ruang wilayah hingga identifikasi wilayah rawan bencana.

Aspek demografi dalam pembangunan daerah memberikan ukuran, struktur, maupun distribusi/persebaran penduduk baik secara series maupun kewilayahan. Analisis aspek demografi ini menjadi penting mengingat pelaksana utama pembangunan sekaligus obyek pembangunan adalah penduduk, sehingga keterkaitan antara demografi dengan aspek-aspek lain menjadi perlu untuk diperhatikan secara seksama utamanya dalam partisipasisumberdaya manusia dalam pencapaian pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

HULU SUNGAI TENGAH

(2)

Laporan Akhir II | 2 2.1. GAMBARAN ADMINISTRATIF WILAYAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dengan luas wilayah 1.770,80 Km2 atau 177.080 Ha, atau 4,57 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan kabupaten terkecil ke-4 dari 13 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Barabai. Jarak ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan ibu kota Provinsi Kalimantan Banjarmasin sejauh ± 165 kilometer. Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada pada 2°27’5.213” - 2°46’54.559”

Lintang Selatan dan 115°8’ 56.965” - 115°53’ 32.520” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kab. Balangan - Sebelah Timur : Kab. Kotabaru

- Sebelah Selatan : Kab. Hulu Sungai Selatan - Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara

Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 kecamatan, 8 kelurahan dan 161 desa. Adapun luas masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

No Kecamatan Luas (Km2) % Kelurahan Jumlah Jumlah Desa

(3)

Laporan Akhir II | 3 Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah bila mengikuti pembagian satuan fisiografi secara regional, maka termasuk dalam satuan dataran rendah Kalimantan Bagian Tengah (Central Kalimantan Lowlands), dan Pegunungan Meratus (Meratus Mountain). Dataran rendah Kalimantan bagian tengah ini, secara subregional terbagi menjadi Satuan Rawa Barito (Barito Swamplands), Dataran dan Lereng Perbukitan Pegunungan Meratus (The Interior Plains and Foothills).

Sumber: RKP-KP, KAB. HST, 2015

Gambar 2.1

Peta Wilayah Administratif Kabupaten Hulu Sungai Tengah

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

(4)

Laporan Akhir II | 4 kawasan strategis pembangunan yang terencana dan terpadu dalam rumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Dalam realisasi pelaksanaan pembangunan, berbagai rencana kawasan strategis telah

disusun sebagai penunjang maupun motor utama pembangunan.

KawasanStrategisProvinsidiwilayahKabupatenHuluSungaiTengahyangterdapatdiprovinsiadalahberu

pakawasanstrategisprovinsi sesuaifungsidandayadukung

lingkunganhidupnya.AdapunKawasanStrategisKabupatenHuluSungaiTengahdiantaranyakawasanstr ategiskabupatensesuaikepentinganpertumbuhanekonomi,kawasanstrategiskabupatensosialbudaya ,dankawasanstrategiskabupaten sesuaifungsidandayadukung lingkungan hidup seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.2

Rencana Kawasan Strategis

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031

Kawasan

Strategis

Sudut Kepentingan Lokasi

Provinsi Kepentingan fungsi dan

daya dukung lingkungan

Perkotaan Barabai sebagai ibukota kabupaten

Kawasan agropolitan Kawasan Banua Kupang di

kecamatan Labuan Amas

Utara

Sub terminal agribisnis di

(5)

Laporan Akhir II | 5 Kawasan

Strategis

Sudut Kepentingan Lokasi

Desa Kapar dan Desa Kias

kecamatan Batang Alai

Kawasan strategis ekonomi jalan lingkar barat ruas

walangsi- kapar

Makam Pahlawan Divisi IV ALRI berada di Desa Birayang

Surapati Kecamatan Batang Alai Selatan

Mesjid Karamat Pelajau di desa Pelajau kecamatan

Pandawan

Mesjid Karamat Desa Jatuh kecamatan Pandawan

Makam Wali Katum di desa Tabudarat Hulu kecamatan

Labuan Amas Selatan

Makam Tumenggung Jayapati di desa Abung

kecamatan Limpasu

Fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup

Kawasan Rehabilitasi Lingkungan Hidup meliputi Hutan

Lindung Meratus Kecamatan Batang Alai Timur Sumber: RTRW Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031

(6)

Laporan Akhir II | 6 untuk kawasan budidaya adalah wilayah bagian tengah (dataran sedang) dan bagian hilir (sebagian dataran rendah) Kab. Hulu Sungai Tengah. Begitu pula secara geologis dan jenis tanahnya, kedua wilayah ini layak dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

 Berdasarkan hasil analisis jenis tanah, wilayah yang cocok dikembangkan untuk kawasan pertanian lahan basah adalah di wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara, Labuan Amas Selatan, Pandawan dan Batang Alai Selatan. Untuk kawasan tanaman pertanian lahan kering sayuran, buah-buahan, dan tanaman tahunan atau perkebunan, cocok dikembangkan di wilayah Kecamatan Pandawan, Haruyan, Hantakan, Batang Alai Utara, Limpasu, Batu Benawa, Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur. Sedangkan wilayah Kecamatan Barabai dan Pandawan cocok untuk kawasan perumahan dan permukiman.

 Keadaan Curah Hujan di Kab. Hulu Sungai Tengah berpotensi untuk perkembangan pertanian budidaya lahan basah. Wilayah yang memiliki tingkat ketersediaan air yang cukup untuk kegiatan pengairan pertanian adalah Kecamatan Batang Alai Timur, Batang Alai Utara, Labuan Amas Utara dan Labuan Amas Selatan. Sumber air utama adalah air permukaan dari Sungai Batang Alai dan Sungai Barabai. Hal ini dikarenakan daerah ini berdekatan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS).

 Berdasarkan pembobotan nilai kemampuan lahan, kecamatan yang memiliki nilai yang besar dan mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah Kecamatan Pandawan dan Barabai.Kecamatan yang cukup (sedang) mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah Haruyan, Batu Benawa, Hantakan, Batang Alai Selatan, Labuan Amas Selatan, Labuan Amas Utara, Batang Alai Utara dan Limpasu. Sedangkan kecamatan yang kurang mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah kecamatan Batang Alai Timur.

 Masih luasnya lahan “tidur”, memungkinkan untuk pengembangan pemanfaatan lahan menjadi lahan yang lebih bermanfaat, seperti lahan komersial.

(7)

Laporan Akhir II | 7 jumlah wisatawan yang berkunjung menjadikan program dan kegiatan yang telah ada perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kualitas maupun optimalisasi pelaksanaannya. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dapat terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014

Sumber: RKPD Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2016

 Beberapa wilayah potensial dikembangan kegiatan wisata alam dan binaan, antara lain di wilayah :

- Kecamatan Batang Alai Timur potensi wisata alam adalah Goa Sulingan, Sumber

Air Panas dan Air Terjun dan keindahan alam pegunungan Meratus.

- Kecamatan Hantakan potensi wisata alam adalah keindahan alamnya

(Pegunungan Meratus), Sumber Air Panas, Wanawisata dan Air Terjun.

- Kecamatan Limpasu potensi wilayah alam adalah keindahan Gunung Titi.

- Kecamatan Batu Benawa potensi wisata alam adalah keindahan alam, antara lain

Pagat, Goa Liang Hadangan dan wisata kuliner.

- Kecamatan Haruyan potensi wisata alam adalah keindahan alam Lok Laga Ria dan

Desa wisata Barikin.

- Kecamatan Labuan Amas Utara potensi wisata religius adalah Pesantren Ibnul

(8)

Laporan Akhir II | 8

- Kecamatan Pandawan potensi wisata religius adalah Masjid Keramat Pelajau,

Mesjid Al-A’la Jatuh.

- Kota Barabai potensi wisata religius adalah Masjid Agung Riadus Shalihin, festival

Hadrah, Habsyi dan wisata kuliner.

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI

Salah satu aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan wilayah/kota adalah sumber daya manusia (SDM). Kajian diarahkan ke identifikasi potensi dan permasalahan sumber daya manusia di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada Kajian ini akan dijelaskan jumlah, kepadatan, penyebaran penduduk, laju pertumbuhan penduduk di berbagai wilayah dan kemampuan atau kemudahan penduduk mengakses berbagai fasilitas pelayanan sosial.

A. JUMLAH PENDUDUK

Jumlah penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, meskipun secara agregrat pertumbuhan penduduknya belum cukup tinggi. Berdasarkan hasil proyeksi kependudukan, jumlah penduduk Hulu Sungai Tengah tahun 2014 mencapai 257.107 jiwa, dimana pada lima tahun sebelumnya sebanyak 240.460 jiwa. Dalam kurun waktu lima tahun, Kabupaten Hulu Sungai tengah hanya mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 16.647 jiwa atau meningkat sebanyak 6,92% saja. Fenomena ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah utamanya dalam rangka meningkatkan daya tarik wilayah agar semakin tinggi migrasi masuk. Perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk

(9)

Laporan Akhir II | 9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Sebagian besar penduduk menghuni wilayah Kecamatan Barabai dimana jumlah penduduk mencapai 56.740 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.040 jiwa per km2. Selain itu, jumlah penduduk secara agregrat sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan (128.643 jiwa) dengan nilai sex ratio sebesar 99,86 yang menunjukan diantara 100 penduduk laki-laki terdapat 99-100 penduduk perempuan, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2014 Laki-laki Perempuan Total

1 Haruyan 148,63 10.760 10.742 21.502 100,17 145

(10)

Laporan Akhir II | 10

Persebaran Penduduk

Secara kasat mata, sebenarnya persebaran penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup merata. Namun jika dilihat kembali, terdapat gap yang cukup tinggi antara kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak (Kecamatan Barabai sebanyak 56.740 jiwa atau 22,07%) dengan kecamatan yang minim penduduk (Kecamatan Batang Alai Timur sebanyak 7.614 jiwa atau 2,96%). Sebagian besar penduduk tinggal di Kecamatan Barabai yang notabene merupakan ibukota kabupaten sekaligus pusat perekonomian wilayah. Selain itu, penduduk juga banyak tinggal di Kecamatan lain, seperti: Kecamatan Pandawan (12,35%), Kecamatan Labuan Amas Utara (11,21%) dan Labuan Amas Selatan (10,72%) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Ketimpangan distribusi penduduk ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai salah satu landasan pemerataan capaian pembangunan agar setiap wilayah memiliki daya tarik hunian penduduk.

Gambar 2.4

Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Piramida Penduduk (Analisa Struktur Umur)

Piramida penduduk merupakan sebuah gambaran awal mengenai struktur umur penduduk, baik untuk dianalisis mengenai produktivitas umurnya maupun analisis keberhasilan program-program kependudukan selama ini, utamanya Keluarga Berencana. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, terlihat bahwa struktur umur penduduk didominasi oleh kelompok umur muda dimana sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 10-14 tahun yang mencapai 24.764 jiwa dan kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 24.399 jiwa seperti pada gambar berikut.

(11)

Laporan Akhir II | 11 Piramida Penduduk

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Dari piramida penduduk dapat terlihat beberapa kajian umum kependudukan mengingat pola struktur penduduk yang didominasi kelompok umur muda, kemudian kelompok umur dewasa (produktif) hingga akhirnya rendahnya penduduk kelompok umur tua. Kondisiinimemberikangambaranbahwapendudukbanyak melakukanmigrasikeluardaerah dimanaterlihatpadausiasekolah/kuliahyangmengalamipenurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusipendudukdalammigrasikeluarcukuptinggibaikmigrasi karena ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik maupun jugadidorongolehpendudukyangmencari pekerjaan di luar Kabupaten Hulu SungaiTengah.

Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana hal ini merupakan sebuah permasalahan klasik dan kontinyu yang selalu ada dan berkembang di suatu wilayah. Oleh karena itu, tugas utama pemerintah terkait kemiskinan adalah berusaha meminimalisir dan memberdayakan masyarakat sehingga memiliki daya saing dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Indikatoryang sangat nyata dalam melihat kemiskinan di suatu wilayah adalah tingkat kemiskinan yang menyatakan persentase penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Perkembangan Penduduk Miskin

(12)

Laporan Akhir II | 12

Tingkat kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin sebanyak 14.181 jiwa dengan tingkat kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.  Proyeksi Jumlah Penduduk 20 Tahun Mendatang

Analisis proyeksi kependudukan terdiri dari analisis jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, analisis kepadatan dan sebaran penduduk, analisis penduduk menurut kelompok umur.

Analisis Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk

Prediksi perkembangan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam masa/kurun waktu perencanaan selama 20 tahun ke depan, didasarkan pada metode perhitungan yaitu metode linier. Dalam perhitungan penduduk yang dilakukan berpedoman pada jumlah dan perkembangan penduduk selama lima (5) tahun terakhir, yaitu data jumlah penduduk mulai tahun 2002 sampai dengan data penduduk tahun 2005. Pertumbuhan jumlah pada wilayah perencanaan tersebut dihasilkan dari jumlah perubahan penduduk secara alamiah (kelahiran dan kematian) dan perubahan penduduk akibat migrasi (penduduk yang datang danpenduduk yang pergi).

(13)

Laporan Akhir II | 13 Tabel 2.5

Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah 20 Tahun Mendatang

No Kecamatan 2006 2009 2014 2019 2024 2029

Jumlah 236.889 265.327 364.821 464.315 563.809 663.302

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Gambar 2.6

Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah Analisis Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 tahun terakhir rata-rata adalah 20 Jiwa/Ha. Hasil analisis tingkat kepadatan penduduk pada tahun proyeksi (2009 s/d 2029) menunjukkan peningkatan. Variasi kepadatan penduduk adalah sebagai berikut: penduduk paling tinggi pada tahun-tahun proyeksi adalah Kecamatan Haruyan dan Kecamatan Barabai sebesar 141.130 Jiwa/Ha dan 87.364 jiwa/Ha pada tahun akhir rencana tahun 2028. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah pada tahun-tahun proyeksi adalah Kecamatan Hantakan, sebesar 9.974 Jiwa/Ha.

(14)

Laporan Akhir II | 14 Berdasarkan hasil proyeksi, dengan mengacu pada kriteria National Urban Development Study (NUDS) dapat diidentifikasi bahwa pada akhir tahun perencanaan (2028), di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat kecamatan yang masuk ke dalam kategori perkotaan, yaitu Kecamatan Barabai dengan kepadatan penduduk sebesar 899 jiwa/km2 Kriteria yang dikeluarkan oleh NUDS tersebut adalah sebagai berikut:

- Kepadatan penduduk perkotaan 25 jiwa/Ha = 2.500 jiwa/Km

2

- Kepadatan penduduk semi perkotaan 10-25 jiwa/Ha = 1.000 –2.500 jiwa/Km

2

- Kepadatan penduduk perdesaan dibawah 10 jiwa/Ha = 1.000 jiwa/Km2

Analisis Penduduk Menurut Kelompok Umur

Analisis komposisi penduduk menurut kelompok umur dibagi ke dalam kelompok umur produktif dan kelompok umur non-produktif. Kriteria penduduk pada kelompok produktif yaitu berada diantara umur 15 s/d 54 tahun, sedangkan penduduk pada kelompok umur 0-14 tahun dan di atas 55 tahun termasuk kelompok non-produktif. Perhitungan usia produktif dan non-produktif ini didasarkan atas jumlah perkembangan penduduk pada tiap-tiap kelompok umur yang ada di kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan. Hasilnya adalah 64,77 % penduduk usia non-produktif bergantung kepada 35,23 % penduduk usia produktif.

2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW

KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan transformasi kegiatan perekonomian dari primer ke sekunder dan tersier. Oleh karena itu, kajian terkait pembangunan perekonomian wilayah dapat memberikan gambaran utuh tentang kesejahteraan masyarakat sehingga perumusan kebijakan berbasis ekonomi makro maupun mikro dapat tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan.

(15)

Laporan Akhir II | 15 pembangunan, terutama dalam monitoring dan evaluasi berbagai kebijakan dalam menyukseskan program-program prioritaspembangunan nasional.

a. Nilai Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu indikator kinerja pembangunan perekonomian daerah yang menunjukkan suatu besaran atau nilai tambah bruto (kotor) dari keseluruhan barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di suatu regional yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi. PDRB Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggambarkan kemampuan atau potensi ekonomi dan kinerja perekonomian daerah, baik dalam pengelolaan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam. Kemampuan, potensi dan kinerja sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam mengembangkan perekonomian daerah sangat penting untuk dianalisis guna evaluasi, monitoring, hingga perencanaan pembangunan berbasis ekonomi.

Pada penghitungan periode ini, metode penghitungan PDRB mengalami perubahan terkait tahun dasar dan metodologi penghitungannya. Rincian sektor lapangan usaha pada PDRB meningkat menjadi 17 kategori dimana sebelumnya hanya 9 sektor lapangan usaha. Peningkatan cakupan kategori ini juga menimbulkan efek berupa revisi dan penyempurnaan nilai PDRB pada lima tahun terakhir sehingga analisis periodik juga terbatas pada penghitungan dengan metode yang baru.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perkembangan nilai PDRB Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup signifikan, dimana pada tahun 2014 nilai PDRB mencapai 4,58 trilyun rupiah. Peningkatan nilai produk domestik daerah di seluruh sektor lapangan usaha menjadi pemicu utama pencapaian nilai PDRB, terutama pada sektor-sektor dominan pada struktur perekonomian daerah seperti kategori pertanian, kehutanan dan perikanan maupun kategori industri pengolahan. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6

NilaiPDRB Atas Dasar Harga BerlakuMenurutLapanganUsaha

KabupatenHuluSungaiTengahTahun2012–2014 (Juta Rupiah)

Kategori Lapangan Usaha 2012 2013* 2014**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 962.866,9 1.046.436,6 1.159.132,9

B Pertambangan dan Penggalian 25.840,4 28.921,5 32.265,0

(16)

Laporan Akhir II | 16

Kategori Lapangan Usaha 2012 2013* 2014**

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.092,1 3.071,9 3.703,1

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 17.808,3 19.423,8 22.216,5

F Konstruksi 306.784,3 335.585,3 399.831,0

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 354.985,5 399.298,7 472.760,5

H Transportasi dan Pergudangan 179.031,1 200.222,0 231.571,1

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 126.172,0 137.785,1 160.116,2

J Informasi dan Komunikasi 149.981,1 166.747,3 189.102,5

K Jasa Keuangan dan Asuransi 70.252,5 84.322,5 87.313,5

L Real Estat 121.936,6 135.948,9 153.856,1

M,N Jasa Perusahaan 7.002,2 7.766,2 8.863,6

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 373.480,5 428.647,0 513.949,9

P Jasa Pendidikan 244.388,4 271.607,5 312.880,9

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 65.519,8 74.698,2 83.785,8

R,S,T,U Jasa Lainnya 48.711,2 51.569,3 60.681,2

Total 3.627.365,2 3.996.401,3 4.580.298,1

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

b. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama dalam melihat pergerakan perekonomian daerah dimana kajian dan analisisnya dapat memberikan masukan yang signifikan bagi perumusan kebijakan perekonomian daerah. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro dalam melihat perkembangan perekonomian suatu daerah, sehingga keberhasilan pembangunan daerah secara umum dapat terukur. Oleh karena itulah, indikator ini dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan ke depannya, baik dengan melihat pertumbuhan ekonomi secara periodik maupun pertumbuhan ekonomi sektor lapangan usaha yang potensial.

(17)

Laporan Akhir II | 17 pertumbuhan ekonomi sektoral utamanya sektor dominan dimana sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 3,11 % dan industri pengolahan mencapai 5,24 %. Selain itu, pertumbuhan tertinggi berada pada sektor pengadaan listrik dan gas dan pertumbuhan terendah berada pada sektor pertanian (meskipun sebagai sektor dominan). Pertumbuhan positif pada seluruh sektor lapangan usaha memberikan kontribusi dan harapan yang tinggi bagi peningkatan perekonomian daerah utamanya sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Tengah terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.7

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Perkembangan persentase laju pertumbuhan ekonomi masing-masing lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7

LajuPertumbuhanEkonomiSektoralAtasDasarHargaKonstan KabupatenHuluSungaiTengahTahun2012-2014

No Kategori 2012 2013* 2014**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,59 5,00 3,11

B Pertambangan dan Penggalian 10,04 6,12 6,43

C Industri Pengolahan 4,91 4,56 5,24

D Pengadaan Listrik dan Gas 9,68 4,63 11,28

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 1,85 4,25 6,97

(18)

Laporan Akhir II | 18

No Kategori 2012 2013* 2014**

Ulang

F Konstruksi 5,65 5,05 6,54

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 7,66 6,76 7,05

H Transportasi dan Pergudangan 7,07 5,95 5,85

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,31 6,24 6,23

J Informasi dan Komunikasi 4,03 8,93 7,89

K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,42 14,68 6,62

L Real Estat 6,68 6,37 6,89

M,N Jasa Perusahaan 6,71 6,41 5,11

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 7,23 5,88 6,01

P Jasa Pendidikan 5,23 7,91 8,40

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,19 9,28 6,34

R,S,T,U Jasa Lainnya 4,21 2,61 7,45

Total 4,85 5,91 5,57

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Data Pendapatan Per Kapita Dan Proporsi Penduduk Miskin

PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat secara makro berdasarkan PDRB per kapita, yaitu gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro sehingga untuk analisis lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata, namun setidak-tidaknya dapat memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro.

Peningkatan PDRB per kapita di Kabupaten Hulu Sungai Tengah secara umum mengindikasikan bahwa selain peningkatan perekonomian makro, juga terjadi peningkatan perekonomian secara mikro yang diindikasikan melalui peningkatan angka PDRB per kapita yang cukup tajam. Pada tahun 2012, angka PDRB per kapita hanya sebesar Rp 14,45 juta, sedangkan pada tahun 2014 meningkat cukup tajam hingga mencapai Rp 17,81 juta seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Meskipun begitu, perlu adanya kajian lebih mendalam terkait pemerataan pendapatan hingga pengeluaran konsumsi masyarakat agar terlihat relevansi pemerataan kesejahteraan masyarakat secara riil.

(19)

Laporan Akhir II | 19

KabupatenHuluSungaiTengahTahun2012–2014

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana hal ini merupakan sebuah permasalahan klasik dan kontinyu yang selalu ada dan berkembang di suatu wilayah. Oleh karena itu, tugas utama pemerintah terkait kemiskinan adalah berusaha meminimalisir dan memberdayakan masyarakat sehingga memiliki daya saing dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Indikatoryang sangat nyata dalam melihat kemiskinan di suatu wilayah adalah tingkat kemiskinan yang menyatakan persentase penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8

Perkembangan Penduduk Miskin

KabupatenHuluSungaiTengahTahun2006–2013

Tahun Penduduk Miskin

(org) % Penurunan (org)

2006 24.881 10,39 -

2007 19,275 8,14 5.606

2008 17.151 7,12 2.124

2009 13.924 5,73 3.227

2010 15.400 6,32 +1.476

2011 14.891 5,98 509

2012 14.195 5,68 696

2013 14.181 5,57 14

2014 14.557 5,65 +376

Sumber: BPS Hulu Sungai Tengah

(20)

Laporan Akhir II | 20 kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.

Kondisi Strategis Kabupaten Hulu Sungai Tengah

A. Ketinggian

(21)

Laporan Akhir II | 21

(22)

Laporan Akhir II | 22 Tabel 2.9

Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Ketinggian

No Ketinggian Luas (Ha) Kecamatan

1 < 50 m dpl 100.057,02

Haruyan, Hantakan, Labuan Amas selatan, Batu benawa, Labuan Amas Utara, Barabai, Batang Alai Selatan, Pandawan, Batang Alai Timur

2 50 – 300 m dpl 24.913,33 Hantakan dan Batang Alai Timur

3 > 300 m dpl 4.354,72 Hantakan dan Batang Alai Timur

Sumber : Peta Ketinggian dan Peta Topografi

Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Hulu Sungai Tengah di dominasi oleh jenis lereng pedataran (< 50 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 300 m dpl).

B. Kemiringan Lahan

Secara morfologi/kecuraman lereng, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi tiga kelas

yaitu daerah berlereng 0-8%, 8-15%, dan 15 – 24%. Daerah yang dominan di wilayah Hulu Sungai Tengah memiliki kelerengan 0-8% dengan luas 290.024,38 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi kemiringan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :

- Kemiringan 0 – 8% merupakan daerah dataran rendah, dengan luas 290.024,88 Ha

tersebar di Kecamatan Haruyan, Hantakan, Labuan Amas Selatan, Batu Benawa, Labuan Amas Utara, Barabai, batang Alai Selatan, Batang Alai Timur, Batang Alai Timur dan Limpasu.

Kemiringan ini termasuk Sistem Lahan Bakuan (BKN). Sistem lahan bakuan ini merupakan dasar lembah antara perbukitan karena litologinya relatif datar (< 2%), satuan ini terdapat pada di sekitar perbukitan karena litologinya relatif lebih mudah mengalami hancuran iklim lalu

selanjutnya terisi dengan bahan alluvium dari perbukitan sekitarnya. Satuan ini dalam klasifikasi bentuk lahan disebut dengan Dataran Sempit di Perbukitan (Interhil Miniplain). Drainasenya buruk dan resiko banjir tinggi dari banjir yang bersifat musiman.

- Kemiringan > 8 – 15% dengan luas 28.432,32 Ha tersebar di kecamatan Haruyan,

Hantakan, Batu Benawa, Batang Alai Selatan, Pandawan, Batang Alai Timur. Kemiringan ini

(23)

Laporan Akhir II | 23 sebenarnya di dalam wilayah rencana ini berbatasan dengan Dataran Aluvial. Litologi terdiri dari batuan sedimen yang terdiri dari perlapisan batuliat, lanau dan batupasir. Dalam Istilah yang lain sering satuan seperti ini dikatakan sebagai Dataran Denudasional.

Kemiringan > 15 – 40% dengan luas 146,97 Ha tersebar di Kecamatan Batang Alai Timur. Kemiringan ini termasuk Sistem Lahan Teweh (TWH) dan Sistem Lahan Tewai Baru (TWB).TWH Merupakan daerah perbukitan lipatan yang terplanasi dengan relatif Berbukit Kecil (Hiiocky) dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara 16 – 25%. Proses pembentukan satuan ini mirip seperti sistem LWW, tetapi karena sebaran batupasir (sandstone) lebih banyak dari pada di satuan LWW maka menyebabkan relatifnya lebih tinggi. Pola aliran sungai dendritik dan berdrainase tergolong baik. Menurut sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes (1997), satuan ini termasuk dalam kelompok Perbukitan. Sistem Lahan Tewai Baru (TWB) Menurut sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes (1977), satuan ini termasuk dalam kelompok Perbukitan. Merupakan daerah perbukitan lipatan dan patahan yang terplanasi dengan relatif Berbukit Kecil (Hillocky) dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara 26 – 40%. Proses pembentukan lahan ini mirip seperti sistem lahan TWH, tetapi pola aliran sungai trelis dan berdrainase tergolong baik. Perbedaan pola aliran ini disebabkan dari segi struktur geomorfologi yang berbeda dimana pada sistem lahan TWB ini cukup banyak dijumpai hasil proses patahan-patahan dan pada bagian patahan-patahan/sesar inilah berkembang sungai pola trellis. Kondisi kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Tabel 2.10

Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan

No Ketinggian Luas (Ha) Sistem Lahan Kecamatan

1 0 – 8% 290.024,88 BKN (Bakuan)

Haruyan, Hantakan, Labuan Amas Selatan, Batu Benawa, Labuan Amas Utara, Barabai, Batang Alai Selatan, Bata ng Alai Timur, Batang Alai Timur dan Limpasu

(24)
(25)

Laporan Akhir II | 25

C. Gambaran Geohidrologi

Berdasarkan sistem DAS, sebagian besar Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada dalam wilayah

sub-sub DAS Batang Alai yang merupakan sub-sub DAS dari sub DAS Negara dan DAS Barito sebagai daerah tangkapan air sebelah barat Pegunungan Meratus dan DAS Sampanahan sebagai daerah tangkapan air sebelah timur Pegunungan Meratus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.11

Tabel 2.11

Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan

No DAS Sub DAS Sub – Sub DAS Luas (Ha)

Sumber : Peta Kemiringan dan Analisis RPJMD, 2014

Sistem DAS yang akan berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya mempengaruhi sistem kegiatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Sub-Sub DAS Batang Alai. Sungai yang mengalir pada Sub-Sub DAS Batang Alai ini adalah Sungai Batang Alai dan Sungai Barabai. Kedua sungai ini merupakan sungai utama/terbesar yang berfungsi sebagai sumber air untuk pengairan, air minum dan kebutuhan air lainnya bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Air Sungai Batang Alai berasal dari arah Timur dan Utara ke arah Barat, yaitu dari kawasan hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Balangan kemudian mengalir ke sungai utama melalui wilayah Kecamatan Batang Alai Selatan (Birayang), Batang Alai Utara (Ilung), Kecamatan Pandawan (Kambat Utara – Kayu Rabah) lalu bermuara ke daerah rawa wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara (Sungai Buluh – Mantaas). Pada musim kemarau debit air Sungai Batang Alai mencapai 10,6 m3/detik dan pada musim kemarau hanya 4,2 m3/detik.

(26)

Laporan Akhir II | 26 aliran ini sering meluap dan penggenangi permukiman di Kota Barabai. Untu k mengurangi lama genangan banjir di wilayah Kota Barabai dibuat saluran yang memecah aliran Sungai Barabai di Pagat Kecamatan Batu Benawa menuju Sungai Pantai Hambawang Kecamatan Labuan Amas Selatan. Pada musim kemarau debit air Sungai Barabai lebih kecil dari Sungai Batang Alai, yaitu 6,2 m3/detik dan pada musim kemarau hanya 2,4 m3/detik.

Selain kedua sungai tersebut, masih terdapat sungai yang tidak terlalu bersar tetapi sangat berperan penting bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah terutama wilayah Kecamata Labuan Amas Selatan dan Kecamatan Haruyan, yaitu Sungai Haruyan yang mengalir dari Pegunungan Meratus melalui Ibu Kota Kecamatan Haruyan. Aliran sungai ini sering juga meluap dan menggenangi pemukiman di Haruyan dan beberapa desa lainnya.

D. Gambaran Geologi

Geologi Tata Lingkungan daerah perencanaan ini sesuai dengan posisinya yang tidak berada

pada pertemuan lempeng tektonik (Tectonic Plate), maka kestabilan daerah secara geologi lebih

didasarkan kepada struktur geologi saja, karena kegiatan vulkanis lebih sering terjadi pada daerah

pertemuan lempeng tektonik. Berdasarkan peta Geologi diketahui bahwa pada daerah ini

terdapat struktur lipatan dan patahan (baik horizontal maupun vertikal). Struktur patahan yang

sangat menonjol keberadaannya saat ini terutama dijumpai pada daerah berbatuan batu gamping

seperti yang ada di daerah Kecamatan Batu Benawa, Kecamatan Haruyan, dan Kecamatan Batang

Alai Utara.

Struktur Geologi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri atas beberapa jenis batuan, yaitu:

- Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai endapan

sungai, rawa dan pantai.

- Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran lempung, lignit,

limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.

- Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, bersisipan

serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung karbonan setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada lingkungan litoral hingga paralis dan

(27)

Laporan Akhir II | 27

(28)

Laporan Akhir II | 28

4.

Formasi Berai: Batugamping bioklastik, setempat berselingan dengan napal dan

batupasir, mengandung bintal rijang. Fosil foraminifera yang diidentifikasi seperti Spiroclypeus sp, Discocyclina sp, Pelatispira sp, dan Nummulites sp menu nj u kka n u mu r Oligosen - Miosen Awal; lingkungan pengendapannya neritik. Tebal satuan antara 500- 1500 m. Formasi

Berai menjemari dengan Formasi Pamaluan dan menindih selaras Formasi Tanjung.

5.

Formasi Pamaluan: perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batu gamping. Batuan ini mengandung fosil foraminifera Orbitulina universa D’ORBIGNY, Globigerinoides sp, dan Cycloclypeus sp; berumur Oligosen – Miosen Awal dan lingkungan pengendapan neritik. Tebal satuan ini antara 500-700 m.

6.

Formasi Tanjung: perselingan konglomerat, batupasir dan batulempung dengan sisipan serpih,

batubara dan batugamping. Bagian bawah terdiri dari konglomerat dan batupasir dengan

sisipan batulempung, serpih dan batubara, sedangkan bagian atas terdiri atas batupasir dan

batulempung dengan sisipan batugamping. Batugamping mengandung fosil: Discocyclina

sp, Nummulites sp dan Lepidocyclina sp. Berumur Eosen, diendapkan di lingkungan fluviatil di

bagian bawah dan beralih ke delta di bagian atas. Tebal satuan diperkirakan 1500 m. Formasi

tanjung menindih takselaras Formasi Pitap dan Formasi Haruyan. batupasir kuarsa berbutir

halus sampai kasar dengan tebal perlapisan 50-150 cm, berstruktur sedimen perarian halus dan

perlapisan silang-siur; sisipan batulempung berwarna kelabu setempat menyerpih, ketebalan

perlapisan 30-150 cm, di jumpai pada bagian atas formasi; sisipan batubara berwarna hitam,

mengkilat, pejal, di jumpai pada bagian bawah formasi dengan tebal lapisan 50-150 cm

setempat dijumpai lensa batugamping warna kelabu kecoklatan, mengandung kepingan

moluska, echinoid dan foraminifera diantaranya Nummulites Javanus (Verbeek) dan

Heterostegina sp, juga foraminifera kecil bentos dari keluarga Milliolidae yang menunjukkan

umur Eosen, terendapkan di lingkungan paralas-neritik. Ketebalan formasi lebih kurang 750

m.

7.

Batuan Ultramafik: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, basal dan piroksinit yang telah

terserpentinkan. Mikrodiordit (granit tipe “M”) berupa bodin berukuran 1-2 m dijumpai dengan arah U2900 T. Batuan Ultramafik bersentuhan secara tektonik dengan satuan disekitarnya.

(29)

Laporan Akhir II | 29 kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan rijang radiolaria. Satuan inibersentuhan sesar dengan batuan Ultramafik dan Formasi Pitap serta tertindih takselaras oleh Formasi tanjung.

Tabel 2.12

Luas dan Jenis Batuan / Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

No Kecamatan Jenis Batuan Total Luas

Batuan (Ha)

1 Haruyan

Formasi Warukin, Aluvium Tua, F. Berai, F. Batununggal, F. Tanjung, F. Pitap, Ang Haruyan,

Granit dan Aluvium Muda 10.135,25

2 Hantakan Formasi Batununggal, Batuan Malihan, Ang

Haruyan, F. Pitap, F. Tanjung dan Granit 20.847,22

3 Labuan Amas Selatan Aluvium Tua, Formasi Berai, Aluvium Muda 9.780,96

4 Batu Benawa Formasi Warukin, Aluvium Tua, F. Berai, F.Batununggal, F. Tanjung, F. Pitap dan

Granit

5.367,35

5 Labuan Amas Utara Aluvium Tua dan Aluvium muda 17,032,53

6 Barabai Aluvium Tua dan Aluvium Muda 4.199,33

7 Batang Alai Selatan Formasi Warukin, Aluvium Tua, F.Berai, F.

Tanjung dan Granit 7.606,15

8 Pandawan Aluvium Tua 1.586,90

9 Batang Alai Timur

Batuan Ultra Mafik, Granodiorit, Farmasi Batununggal, Batuan Malihan, F. Warukin, F. Berai, F. Tanjung, F. Pitap, Granit dan F.

55.774,48

10 Batang Alai Utara Formasi Warukin, F. Dahor, Aluvium Berai dan

Aluvium Muda 12.655,74

11 Limpasu

Formasi Warukin, F. Dahor, Aluvium Tua, F. Berai, Batuan Maliahan, Ang Haruyan,F. Pitap, Formasi Dahor dan Aluvium Muda

28.018,13

Sumber : Peta Geologi.2014

E. Gambaran Jenis Tanah

(30)

Laporan Akhir II | 30

(31)
(32)

Laporan Akhir II | 32 Tabel 2.13

Luas dan Jenis Tanah Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

No Jenis Tanah Luas (Ha) Lokasi

1 Aluvial 32.274,37 Haruyan, Batu Benawa, Batang Alai Timur

2 Gamping 83.295,13 Hantakan, Labuan Amas Selatan, Labuan Amas Utara, Barabai, Batang Alai Selatan, Pandawan, Batang Alai Utara dan Limpasu

3 Granit 66.719,92 Batang Alai Timur

Sumber : Peta Jenis Tanah

Tanah Alluvial ini secara umum merupakan tanah subur untuk pengembangan

pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga hanya berada pada kawasan yang datar dan cekungan sungai. Tanah ini di areal studi seluas

32.274,37 Ha.Tanah ini ini mempunyai sifat sifat secara umum terlihat adanya lapisan-lapisan tanah yang berulang, tidak teratur yaitu tebal lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur,

struktur dan kandungan bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi sifat dan jenis yang sama.

F. Gambaran Klimatologi

Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki jumlahcurahhujantahunanrata-rata pada tahun2014 adalahsebanyak228,2mmdenganjumlahharihujanrata-ratasebanyak 14 hari per bulan. Intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan curah hujan rata-rata 362,0 mm dengan jumlah hari hujan 23 hari, hal ini terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.14

(33)

Laporan Akhir II | 33

No Bulan Jumlah Curah Hujan

(mm) Jumlah Hari Hujan

12 Desember 362,0 23

Jumlah 228,2 14

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Intensitas suhu udara di Hulu Sungai Tengah antara26,4ºCsampaidengan27,7ºC, ini menunjukkan bahwa daerah Hulu Sungai Tengah berhawa sejuk. Sedangkan rata-rata kelembapan udara di Sulu Sungai Tengah adalah 86,40%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan rata-rata kelembapan udara dan rata-rata suhu udara selama setahun di Hulu Sungai Tengah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2.15

Rata-Rata Kelembaban Udara dan Suhu Udara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2014

No Bulan

Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

Data Resiko Bencana Alam

(34)

Laporan Akhir II | 34 anterjadidiKabupatenHuluSungaiTengahadalahbanjir,kebakaranhutandan lahan dan tanahlongsor.Selama5tahunini,bencana alam yangterjadimasihbersifat lokal,bukan berskalanasional.Bencanayangseringterjadiyaitu: kebakaran hutan terjadisebanyak158kalidengankorban412KK,tanah

longsor4kalidengankorban4KKdananginputingbeliung5kalidengankorban 7KK. Adapun Penjelasan dari faktor penyebab erosi/ tanah longsor yang sering terjadi didaerah dataran tinggiadalah :

1. Faktor iklim

Didaerah beriklim basah faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Besarnya curah hujan , intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi. Dengan melakukan analisa curah hujan, dapat diprediksi curah hujan maksimum dan minimum yang merupakan sumber terjadinya banjir.

2. Faktor topografi

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih 10 meter membentuk lereng 10%. Makin miringnya lereng akan mempercepat aliran permukaan dengan demikian memperbesar daya angkut air. Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk kedalam saluran atau sungai atau dimana kemiringan lereng berkurang demikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah.

3. Faktor vegetasi

Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan memperkecil pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian: (1) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman berkurang, (2) Mengurangi aliran permukaan, (3) Pengaruh akar dan kegiatan biologi tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, (4) Transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang.

(35)

Laporan Akhir II | 35 Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi tanah yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi yaitu: tekstur, struktur, bahan organik, sifat lapisan tanah (permeabilitas) dan tingkat kesuburan tanah (pertumbuhan tanaman). Sifat- sifat tersebut berkaitan erat terhadap laju infiltrasi yang berdampak terhadap aliran permukaan (run off).

5. Faktor manusia

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakan tanah yang diusahakan akan rusak atau menjadi produktif secara lestari. Tekanan laju pertumbuhan penduduk umumnya mengakibatkan daerah-daerah yang seharusnya konservasi di daerah aliran sungai digarap menjadi lahan pertanian, bahkan sekaligus dibangun gubuk tempat tinggal, perubahan alih fungsi lahan ini akan mengubah kondisi DAS dari daerah yang dapat meresapkan air menjadi daerah kedap air (low Infiltration). Perubahan karakteristik lahan ini penyebabkan sistem pengaliran di DAS akan mengalami perubahan atau gangguan, semakin kecil besaran infiltrasi kedalam tanah mengakibatkan makin meningkatnya limpasan air permukaan (run off) ke sungai.

Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Analisis isu strategis merupakan bagian dari rencana pembangunan tentang pemahaman permasalahan pembangunan dan isu-isu yang relevan. Permasalahan pembangunan daerah menggambarkan kinerja daerah atau kondisi masyarakat yang belum sesuai harapan. Sedangkan, Isu-isu strategis berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan potensi dan masalah keberlangsungan (sustainability) pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi masyarakat di masa mendatang.

Suatu analisis isu-isu strategis menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka menengah dan panjang. Dengan demikian, rumusan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis merupakan bagian penting dalam penentuan kebijakan pembangunan jangka menengah Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun mendatang.

1. Belum terpenuhinya secara merata pembangunan infrastruktur dasar dan infrastruktur

pertanian;

(36)

Laporan Akhir II | 36 sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, energi dan pertanian.

Dari total panjang jalan sepanjang 753,46 km yang melintas di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 54,94 persen kondisi permukaan jalan baik; kondisi sedang sepanjang 21,47 persen; kondisi rusak ringan sepanjang 20,05 persen; dan kondisi rusak berat sepanjang 1,16 persen. Selain itu, masih rendahnya fasilitas dasar penunjang kehidupan menjadi kendala terutama minimnya rumah tangga yang menggunakan air bersih. Meskipun secara umum mengalami peningkatan, namun pada tahun 2014 hanya sebanyak 31,70 persen rumah tangga saja yang dapat menggunakan fasilitas air bersih.

Permasalahan sanitasi di pemukiman juga merupakan kendala dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari karena sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan terjangkit penyakit. Pada tahun 2014, hanya sebanyak 52,73 persen rumah tangga yang memiliki sanitasi. Meskipun secara umum masih terdapat permasalahan pada bidang perumahan, namun sebagian besar penduduk (79,97%) cukup memiliki rumah layak huni.

Berikut analisis data dan informasi untuk mempertajam penelaahan atas permasalahan

Belum terpenuhinya secara merata pembangunan infrastruktur dasar dan infrastruktur

pertanian” di Kabupaten Hulu Sungai Tengah agar perumusan kebijakan pembangunannya dapat

sesuai dengan yang diharapkan.

a.

Belum maksimalnya pemerataan infrastruktur pedesaan

Ada beberapa hambatan yang menyebabkan pemerataan pembangunan sulit diwujudkan. Minimnya dana pembangunan ekonomi, khususnya untuk pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyebab utama. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana pembangunan terserap pada belanja pegawai sehingga porsi untuk peningkatan infrastruktur dasar menjadi berkurang.

(37)

Laporan Akhir II | 37

b.

Belum optimalnya penanganan kawasan permukiman dan perumahan

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan infrastrukturdiyakini sebagai motor pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ketersediaan utilitas perumahan dan permukiman, seperti layanan air minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur perumahan dan permukiman yang mencakup perumahan, air minum, air limbah, persampahan dan drainase ditujukan untuk memenuhi standar pelayanan minimal dan memberikan dukungan terhadap pertumbuhan sektor riil. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah masih terdapatnya rumah tangga yang belum memiliki hunian yang layak, masih adanya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi permukiman yang layak, serta masih kurangnya dukungan infrastruktur penyediaan air minum dan sanitasi dalam mendorong pertumbuhan sektor industri, pariwisata dan perdagangan.

c.

Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya (capaian pelayanan

dan kualitas)

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah ditetapkan target pelayanan dasar tahun 2019 sebagai berikut:

1) Penyediaan air minum 81,77% 2) Penyediaan sanitasi :

a) Layanan air limbah 60%

b) Pengurangan sampah perkotaan 20% c) Pengangkutan sampah 70%

d) Pengoperasian TPA 70% e) Layanan sistem drainase 50%

3) Penataan Bangunan dan Lingkungan 60% 4) Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan 10%

(38)

Laporan Akhir II | 38 RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia harus dapat mencapai target universal access 100-0-100. Artinya, tahun tersebut setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap sumber air minum aman, 0% kekumuhan dan fasilitas sanitasi yang layak 100%.

Tabel 2.16

Standar Pelayanan Minimal

No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014 Target

Tahun 2019

limbah yang memadai % Penduduk

(39)

Laporan Akhir II | 39 Kondisi capaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1) Sektor persampahan,

a) pengurangan sampah baru mencapai 2.98% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83% di tahun 2019 untuk TPS 3R, Sedangkan untuk pengangkutan sampah bank sampah mencapai 9.56% pada tahun 2015 sedangkan target 26.83% di tahun 2019

b) pengangkutan sampah baru mencapai 59.62% sedangkan target 100% di tahun 2019 terdapat gap 99.36%

c) pengoperasian TPA mencapai 100%

d) Peran KSM dalam pengelolaan TPS 3R masih kurang

e) Kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih kurang f) Armada angkut masih kurang

g) Alat berat yang tersedia di TPA masih belum memadai h) TPA sendiri masih sistem open dumping

2) Sektor air limbah

a) Jumlah penduduk yang mendapat akses air limbah mencapai 37.04% pada tahun 2015 sedangkan target 100% pada tahun 2019

b) Kondisi tangki septik belum sesuai standar

c) Saluran pembuangan air limbahnrumah tangga masih menyatu dengan saluran drainase

d) Kesadaran masyarakat untuk PHBS masih rendah

e) Penolakan terhadap sistem IPAL komunal on site ataupun offsite f) Koordinasi lintas SKPD dalam penanganan air limbah masih lemah 3) Sektor air minum

a) Penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman mencapai 82.25% sedangkan target 91.44% ditahun 2019

b) Jangkauan layanan air minum masih kurang c) Permintaan layanan air minum makin tinggi

(40)

Laporan Akhir II | 40 a) Pengurangan luas kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan baru 1% pada

tahun 2015 dari target 10% di tahun 2019 terdapat gap 9%

b) Luasan kawasan permukiman kumuh di perkotaan cenderung mengalami peningkatan yaitu 121,17% di tahun 2016

5) Sektor drainase

a) Definisi Operasional Tersedianya sistem jaringan drainase adalah ukuran pencapaian kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penyediaan sistem drainase di wilayahnya, baik bersifat struktural yaitu pencapaian pembangunan fisik yang mengikuti pengembangan perkotaannya, maupun bersifat non-struktural yaitu terselenggaranya pengelolaan dan pelayanan drainase oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang berupa fungsionalisasi institusi pengelola drainase dan penyediaan peraturan yang mendukung penyediaan dan pengelolaannya, capaian penyediaan sistem jaringan drainase Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun 2015 mencapai 77.31% sedangkan target 100% tahun 2019.

b) Penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan lebih dari 30cm selama 2 jam lebih dari 2 kali setahun baru mencapai 51.69% tahun 2015 sedangkan target 100% tahun 2019.

6) IMB

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Selain membangun kedua DBMS tersebut, pada tahap ini dibangun pula perangkat lunak yang akan digunakan sebagai tools untuk membandingkan performansi sistem dari

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas maka selain kemampuan menerapkan aturan-aturan baik undang-undang maupun peraturan pemerintah ataupun peraturan

Penelitian mengenai gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja telah diteliti oleh Sutarmaningtyas (2014) yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan

Tingginya harga input produksi dan rendahnya kesuburan tanah, mendorong petani untuk menanam pohon, terutama pada lahan yang miring. Pengusahaan tanaman semusim dianggap

4.1.1 Mempresentasikan hasil dari praktikum untuk mengetahui prinsip kerja cermin dan lensa. Peserta didik dapat melukiskan pembentukan bayangan pada cermin dan

Setelah mengamati, siswa dapat membuat karya tiga dimensi sesuai obyek yang telah ditentukan dengan benar.. KEGIATAN

Penelitian Sandi (2013) earnings response coefficient sangat berguna dalam analisis fundamental yaitu analisa untuk menghitung nilai saham sebenarnya