• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya Dengan Upaya Memitigasi Banjir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimalisasi Pengelolaan Lahan Pertanian Hubungannya Dengan Upaya Memitigasi Banjir"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN

HUBUNGANNYA DENGAN UPAYA MEMITIGASI BANJIR

Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 4 April 2009

Oleh:

ABDUL RAUF

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Bismillahirrahmanirrahim

Yang terhormat,

Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera

Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara

Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara

Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana,

Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas

Sumatera Utara

Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya

muliakan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Tiada kata yang pantas kita lantunkan, selain puja dan puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Rahman, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terbilang, bagi kita semua sejak dahulu hingga saat ini dan sampai masa mendatang.

Para hadirin yang saya muliakan, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul:

”OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN UPAYA MEMITIGASI BANJIR”

(4)

Tabel 1. Multifungsi Pertanian Indonesia (Multifuctionality of Indonesian Agricultural)

FUNGSI UTAMA FUNGSI AKTUAL

Lingkungan

(Environmental Function)

1. Mitigasi banjir (Flood mitigation)

2. Pengendali erosi dan siltasi (Soil erosion and

siltation control)

3. Pemelihraan sumberdaya air (Preservation of

water resources)

4. Penyejuk dan pembersih udara (Heat

mitigation and air purification)

5. Penambat karbon (Carbon sequestration) 6. Pemeliharaan sumberdaya hayati

(Conservation of biodiversity)

7. Penampung sampah organik (Waste disposal

function)

Katahanan Pangan (Food

Security Function)

8. Kecukupan pangan (Food sufficiency) 9. Distribusi pangan (Food

accessibility/distribution)

10. Keamanan pangan (Food safety) Sosial-Ekonomi & Budaya

(Socio-Economic & Cultural

Functions)

11. Produk nyata pangan dan serat (Tangible

product of food and fiber)

12. Pemeliharaan nilai-nilai sosial-budaya

(Preservation of socio-cultural values)

13. Penyerapan tenaga kerja (Employment/job

opportunity)

14. Pendidikan (Education)

15. Pembentuk panorama dan daya tarik pedesaan

(Landscape formation and rural amenity)

Sumber: Balai Penelitian Tanah Bogor (2005)

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa dunia pertanian sedikitnya memiliki 15 fungsi aktual (fungsi nyata) dari tiga fungsi utama yang dapat dirasakan tidak hanya oleh petani, tetapi oleh semua lapisan masyarakat di tingkat lokal dan global, bahkan tidak sedikit pula orang yang mendapat manfaat (keuntungan) luar biasa dari keberadaan dunia pertanian sebagai ladang usahanya (agribisnis) jauh melebihi keuntungan yang diperoleh oleh petani (pelaku dunia pertanian) itu sendiri.

FUNGSI PERTANIAN DALAM MEMITIGASI BANJIR

(5)

perkembangan modernisasi dan jumlah penduduk, bencana banjir di suatu daerah semakin meningkat, terutama bila lahan di bagian tengah dan hulu (juga di bagian hilir) dari suatu daerah aliran sungai (DAS) dikonversi (dialihfungsikan) dari lahan pertanian/perkebunan/kehutanan menjadi lahan pemukiman dan industri.

Lahan pertanian secara konvensional telah berperan sebagai penyerap air (water holding) dalam jumlah sangat besar. Penghitungan menggunakan matematika sederhana saja dapat diperoleh gambaran bahwa, apabila di lahan pertanian dengan laju infiltrasi sebesar 1 cm saja per jam, maka pada lahan tersebut dapat diserap air sebanyak 0,01 m x 100 m x 100 m = 100 m3/jam/hektar, atau setara dengan 100.000 liter/jam/hektar (20 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah-tanah pertanian di daerah tropika, termasuk di Indonesia, memiliki laju infiltrasi berkisar antara 0,1-10 cm/jam, bergantung kepada ukuran partikel (tekstur) tanahnya yang secara rinci disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju Infiltrasi Berdasarkan Ukuran Partikel (Tekstur) Tanah dan Kemampuan Tanah Menyerap Air

Ukuran Partikel (Tekstur)

Laju Infiltrasi (cm/jam)

Volume Air yang Dapat Diserap oleh Tanah

(m3/ha/jam)

1. Tanah liat

2. Tanah lempung berliat 3. Tanah lempung berdebu 4. Tanah lempung berpasir 5. Tanah pasir

Sumber: Dimodifikasi dari Barrow, C. (1987).

(6)

Gambar 1. Lahan Sawah Dapat Memitigasi Banjir (Dapat Menampung Air

Sebanyak 2.000 m3 atau 2 Juta Liter per Hektar untuk

Ketinggian Pematang Rata-Rata 20 cm)

Kemampuan lahan dalam menyerap air memang berbeda-beda bergantung kepada sifat tanah, pengelolaan, dan terutama penutupan lahan itu sendiri. Lahan hutan misalnya dapat menyerap air lebih besar dibandingkan penggunaan lahan lainnya (Gambar 2).

0

50

100

150

200

1

2

3

4

5

Tindakan Pengelolaan Lahan

D

a

y

a

S

a

n

g

g

a

A

ir

(m

m

)

Hutan Sawah Kebun Campuran Tegalan Pemukiman

Gambar 2. Daya Sangga (Daya Serap) terhadap Air pada Lahan dengan Berbagai Tipe Penggunaan (Sumber: BPT Bogor, 2005)

(7)

tegalan 450 m3 (450 ribu juta) hektar, dan pemukiman hanya sekitar 200 m3 (200 ribu liter) per hektar. Suatu penelitian yang penulis lakukan bersama beberapa mahasiswa Departemen/Program Studi Ilmu Tanah dan Departemen Kehutanan/Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Pertanian USU diperoleh bahwa lahan hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, diperoleh bahwa kapasitas infiltrasi rata-rata sebesar 78,7 cm/jam yang berarti dapat menyerap air sebanyak 7.870 m3/ha/jam atau setara dengan 7.870.000 (8 juta) liter per hektar per jam.

Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa bila dilakukan alih fungsi (konversi) lahan dari hutan menjadi lahan pertanian (sawah atau tegalan), maka akan lepas/keluar air dari lahan tersebut sebanyak 600-1.050 m3 per hektar (600 ribu – 1,05 juta) liter. Apalagi bila lahan hutan dikonversi menjadi lahan pemukiman maka sekitar 1.300 m3 (1,3 juta liter) air akan keluar/lepas dari setiap hektar kawasan yang dikonversi tersebut. Volume air sebanyak ini jelas dapat menimbulkan banjir pada lingkungan sekitar atau di bagian hilir suatu wilayah.

UPAYA MENINGKATKAN DAYA JERAP TANAH TERHADAP AIR

1. Pada tanah hutan, selain harus dihentikan kegiatan konversi (alih fungsi) dan kegiatan illegal loging, yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mempertahankan serasah lantai hutan. Seperti diketahui bahwa pada akhir-akhir ini telah sangat intensif dilakukan pencurian serasah lantai hutan yang digunakan untuk pupuk kompos (Gambar 3).

(8)

Hasil penelitian Nopandri (2004) mendapatkan bahwa petani/masyarakat di Desa Kutagugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo mengambil serasah lantai hutan dari Hutan Lindung Gunung Sinabung dan Hutan Wisata Daleng Lancuk sebanyak sekitar 648 liter per meter persegi lahan setara dengan 27 goni dengan volume humus masing-masing sebanyak 24 liter.

Pengambilan humus lantai hutan bisa mencapai kedalaman 1 meter, sehingga untuk 1 meter kubik humus bisa diambil sebanyak sekitar 41,6 goni. Keadaan ini jelas akan menimbulkan gangguan terhadap tata air dan lingkungan terutama dalam menurunkan laju kapasitas infiltrasi tanah. Hasil penelitian penulis (Gambar 4) menunjukkan bahwa selisih kapasitas infiltrasi pada hutan alami berserah (belum terganggu) dengan hutan yang telah dikuras serasahnya di TNGL Langkat sebesar 55 cm/jam. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebanyak sekitar 5.500.000 liter air/jam/ha (5.500 m3/jam/ha) atau setara dengan 275 mobil tangki berkapasitas 20.000 liter yang tidak tertampung oleh hutan tanpa serasah. Bila hujan berlebih selama lebih dari 1 jam dan terdistribusi merata pada kawasan hutan tanpa serasah seluas ratusan, bahkan ribuan hektar, maka dapat dibayangkan jutaan m3 air akan dengan mudah dan bersama-sama keluar dari kawasan hutan menuju dan menimbulkan banjir di daerah hilir.

Keterangan: HBS = hutan berserasah lantai hutan; HTS = hutan tanpa serasah lantai hutan

Gambar 4. Daya Jerap Tanah terhadap Air (Infiltrasi) pada Hutan

Berserasah dan Hutan Tanpa Serasah di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Langkat dan Hutan Lindung Gunung Sinabung Karo (Sumber: Abdul-Rauf, 2006)

(9)

2. Pada tanah pertanian, beberapa tindakan dapat dilakukan guna meningkatkan daya jerap tanah pertanian terhadap air, di antaranya: a. Pemberian Mulsa Organik

Pemberian mulsa organik (serasah sisa tanaman/gulma, kompos, pupuk kandang, dan lain-lain) dapat meningkatkan daya jerap tanah terhadap air. Teknik pemulsaan ini diutamakan dilakukan pada lahan landai hingga miring (Gambar 5).

Gambar 5. Budidaya Tanaman Jeruk Manis dengan Pemberian Mulsa Organik Sisa Gulma (Dapat Menyerap Tambahan Air Sekitar

10 m3/ha dengan Jumlah Mulsa yang Diaplikasikan Sekitar

5 ton/ha)

Dengan jumlah mulsa organik yang diaplikasikan sekitar 5 ton per hektar misalnya (dosis bisa mencapai 20 ton/ha/thn), maka dapat diserap tambahan air sekitar 10 ton per hektar atau setara dengan 10 m3 (10.000 liter). Berbagai penelitian mendapatkan bahwa bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang dapat menyerap dan menyimpan air dua kali lebih besar dari bobot bahannya sendiri.

b. Penerapan Teknik Mulsa Vertikal

(10)

Gambar 6. Teknik Mulsa Vertikal pada Lahan Miring dengan Memasukkan Serasah Sisa Tanaman ke dalam Parit atau Rorak Memotong Lereng (Gambar Kiri) yang Kemudian Dicampur Pupuk Kandang (Gambar Kanan)

Pada teknik mulsa vertikal ini air berlebih (limpasan permukaan) yang mengalir di atas permukaan tanah akan masuk ke dalam parit (rorak) yang berisi bahan organik sisa tanaman dan atau pupuk kandang sehingga air lebih banyak ditahan di dalam parit atau rorak berisi bahan organik tersebut. Pada pertanaman tanaman semusim (jagung, padi gogo, ubi kayu, dan lain-lain) parit atau rorak yang telah diisi serasah dan pupuk kandang atau kompos dapat ditutup kembali dengan tanah sehingga tidak mengurangi luas permukaan lahan yang dapat ditanami. Pada musim tanam berikutnya, parit atau rorak dapat dipindah ke barisan lainnya. Dengan demikian, bahan oraganik yang dibenamkan tersebut juga akan berfungsi sebagai pupuk organik penyubur dan penggembur tanah.

c. Pembuatan Embung

(11)

Gambar 7. Pembuatan Embung di Bagian Punggung atau Puncak Lereng Guna Menyadap (Memanen) Air Hujan (Water Harvesting)

Dengan ukuran embung 3x3x2 meter misalnya, maka dapat ditampung tambahan air sebanyak 18 m3 untuk setiap embung. Bila setiap 500 m2 lahan dibuat satu embung, maka setiap hektar akan

terdapat 20 embung. Ini berarti dapat ditampung air hujan sebanyak 360 m3 per hektar atau setara dengan 360.000 liter per hektar.

d. Sistem Tanam Hole in Hole

Sistem tanam hole in hole adalah pembuatan lubang tanam ganda sedemikian rupa sehingga lubang untuk penempatan bibit dibuat/berada di bagian tengah/di dalam lubang lainnya yang ukurannya lebih kecil (Gambar 8). Sistem tanam ini juga dimaksudkan sebagai upaya pemanenan air (water harvesting), terutama untuk penanaman tanaman pohon penghijauan/reboisasi di daerah yang sukar diperoleh sumber air (di bagian punggung atau puncak bukit/lereng).

Dengan ukuran lubang luar 1x1x0,5 m, maka dapat ditahan air tambahan sebanyak 0,5 m3 per lubang. Bila jarak tanam pohon

10x10 meter maka akan diperoleh 100 lubang tanam. Ini berarti dapat ditahan tambahan air sebanyak 50 m3 atau setara dengan 50.000 liter air per hektar.

2-3 m

2

m

2-3 m

2

m

(12)

Gambar 8. Sistem Tanam Hole in Hole untuk Pemanenan Air (Water Harvesting) Hujan pada Penanaman Pohon (Terutama Penghijauan/Reboisasi) di Daerah yang Jauh dari/tidak ada Sumber Air

3. Pada lahan pemukiman/perkotaan; Beberapa tindakan dapat dilakukan guna meningkatkan daya jerap tanah terhadap air di kawasan pemukiman, diantaranya:

a. Biopori

Biopori secara harfiah merupakan lubang-lubang (pori-pori makro) di dalam tanah yang dibuat oleh jasad biologi tanah. Lubang cacing tanah, lubang tikus, lubang marmut, lubang anjing prairi, lubang semut, rayap, dan lain-lain, termasuk lubang bekas akar yang mati dan membusuk, merupakan contoh-contoh dari biopori di dalam tanah. Biopori dalam tanah ini sangat optimal keberadaannya di daerah yang tidak terganggu seperti pada lahan hutan dan kebun campuran. Pada lahan pertanian intensif dan di kawasan pemukiman, biopori sangat sedikit dijumpai, karena kehidupan jasad biologi tanah tersebut terganggu oleh berbagai aktivitas manusia, juga oleh pengaruh limbah dan aplikasi pestisida, sehingga tanah menjadi sangat padat.

(13)

masyarakat, relawan dan mahasiswa Departemen Ilmu Tanah FP-USU di kawasan pemukiman dan lahan sela perkebunan kelapa sawit.

Gambar 9. Pengeboran Tanah untuk Membuat Lubang-Lubang yang Kemudian Diisi Serasah Bahan Organik Sisa Tanaman (Biopori) Sehingga Dapat Menyerap Air Hujan Lebih Banyak di Lahan Pertanian dan atau Pemukiman

Lubang biopori yang dibuat sedalam 1 meter dengan diameter lubang sekitar 10 cm maka dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Bila jarak antar biopori tersebut 2 x 2 meter maka akan terdapat sebanyak 2500 lubang biopori per hektar yang berarti dapat menampung tambahan air sebanyak 75 m3 atau setara dengan 75.000 liter air per hektar. Ini belum termasuk banyaknya air yang dijerap oleh serasah organik yang dimasukkan ke dalam biopori tersebut yang dapat menyerap air 2 kali lebih besar dari bobot bahan organiknya. Serasah organik yang dapat ditampung oleh lubang biopori sedalam 1 meter dengan diameter 10 cm tersebut sebanyak 2,0-3,2 kg bahan segar. Dalam waktu sekitar 21 hari, bahan organik segar dalam lubang biopori ini dapat menjadi kompos. Kompos ini dapat pula dipanen untuk pupuk (yang kemudian kami sebut dengan ”Kombipor” atau kompos biopori). Teknik kombipor ini efektif pula dalam penanggulangan sampah organik (sampah basah) pada skala (penanggulangan) sampah rumah tangga. Selain itu, air yang masuk ke dalam lubang biopori tersebut dapat dengan mudah bergerak di dalam profil tanah (perkolasi) masuk ke dalam air bawah tanah (ground water).

b. Tapak Halaman dan Badan Jalan Permeable

(14)

terhadap air hujan (permeable) merupakan tindakan bijaksana dalam membantu memitigasi banjir. Pengerasan halaman rumah dan badan-badan jalan di area (kompleks) pemukiman/perkantoran menggunakan cone block (bataco) misalnya, dengan dasar pasir yang langsung bertumpu di atas hamparan tanah (tanpa disemen), dapat menyerap air dalam jumlah cukup besar.

Dengan penghitungan yang sederhana saja, jika cone block yang digunakan berukuran 10 x 20 cm maka pada lahan seluas 1 m2 terdapat 50 cone block atau 500.000 cone block per hektar. Susunan

cone block yang biasanya diletakkan sedemikian rupa di atas

hamparan pasir di atas tanah yang sudah diratakan dengan jarak (ruang) antar cone block berkisar 0,5-1,0 cm. Dengan menganggap jarak (ruang) antar cone block tersebut 0,5 cm saja, dan ketebalan

cone block 10 cm, maka terdapat ruangan total di antara cone block-cone block tersebut sebesar 7.500.000 cm3 atau 7,5 m3 untuk setiap hektar lahan. Dengan demikian, bila tanah dasar memiliki laju infiltrasi sebesar 0,3 cm/jam saja, maka air hujan yang dapat ditampung di area ini sebanyak 37,5 m3 per hektar per jam.

c. Sumur Resapan

Bangunan peresapan air (sumur resapan) merupakan lubang yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran dan model yang bervariasi (Gambar 10 dan 11) bergantung kepada tujuan dan kondisi lahannya, guna menampung air hujan berlebih di sekitar area pemukiman atau di dalam kawasan budidaya.

(15)

Gambar 11. Model Konstruksi Sumur Resapan dengan Pasangan Batu Bata yang Dipasang pada Rumah yang tidak Memiliki Talang Pembuang (Berd, 2007)

Sumur resapan memiliki fungsi ganda (Berd, 2007), yaitu: (1) meresapkan air hujan ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi genangan pada saat terjadi hujan dan menahan laju erosi pada lahan-lahan terbuka dan (2) air yang diresapkan ke dalam tanah menjadi cadangan pada saat musim kemarau.

Ditinjau dari nilai ekonomisnya, sumur resapan ini merupakan solusi termurah dalam manajemen air. Kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya telah menerapkan model ini dan diatur di dalam perda, bahkan sumur resapan menjadi syarat utama untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di sana.

KESIMPULAN

1. Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai penyedia produk nyata berupa pangan dan serat tetapi memiliki banyak fungsi, termasuk dalam memitigasi banjir.

2. Dengan meningkatkan daya jerap tanah pertanian 1 cm saja per jam, maka air yang dapat diserap tanah tersebut dapat bertambah hingga 100.000 liter (100 m3) per hektar per jam.

(16)

antaranya: aplikasi mulsa organik, penerapan teknik mulsa vertikal, pembuatan embung, dan teknik tanam hole in hole.

4. Peningkatan daya jerap tanah terhadap air di kawasan pemukiman/ perkantoran dapat dilakukan dengan jalan pembuatan biopori, sumur resapan, dan tapak halaman/badan jalan menggunakan cone block yang

permeable.

5. Teknik biopori dan sumur resapan dapat juga diterapkan guna meningkatkan daya jerap tanah terhadap air di kawasan budidaya, sementara teknik biopori yang diisi dengan sampah organik untuk memproduksi kompos (kombipor) sekaligus dapat berperan dalam penanggulangan sampah basah di tingkat rumah tangga.

6. Mempertahankan serasah lantai hutan merupakan tindakan yang sangat penting, setara dengan pencegahan terhadap konversi dan illegal logging, dalam mempertahankan daya jerap tanah terhadap air di lahan hutan, sekaligus mencegah terjadinya banjir di daerah hilir.

7. Pada akhirnya, setiap orang, tidak terkecuali rakyat kecil hingga ke pejabat penentu kebijakan, orang miskin hingga orang kaya, petani, pegawai, maupun pengusaha, anak-anak hingga ke orang dewasa, dapat memerankan diri sebagai pelaku dalam memitigasi banjir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Sebelum saya mengakhiri pidato pengukuhan ini izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berjasa dalam mengantarkan saya menjadi guru besar tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pertama, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA atas kepercayaan dan kehormatan yang dilimpahkan kepada saya untuk memangku jabatan fungsional sebagai guru besar dalam ilmu tanah pada Fakultas Pertanian USU.

(17)

dan petunjuk oleh Allah SWT dalam memimpin Universitas Sumatera Utara dan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Amin.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada para Pembantu Rektor USU yaitu: Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, Ibu dr. Linda Maas, MPH, Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, dan Bapak Ir. Isman Nuriadi, MM atas bantuan dan arahan serta motivasinya sehingga saya memperoleh gelar tertinggi di bidang akademik ini.

Kepada Dekan Fakultas Pertanian USU, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc. Ph.D, dan para Pembantu Dekan serta para mantan dekan Fakultas Pertanian USU saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan serta kerjasamanya sehingga saya dapat mencapai jabatan fungsional tertinggi di Fakultas Pertanian USU.

Terima kasih saya sampaikan pula kepada para anggota dewan pertimbangan Fakultas Pertanian, para anggota senat guru besar USU, tim penilai kenaikan pangkat di tingkat Fakultas Pertanian dan di tingkat USU yang telah memberikan persetujuan atas usulan saya sebagai guru besar.

Kepada Bapak dan Ibu Guru saya sejak dari SD Negeri 1 Sunggal, SMP Tri Dharma Sei Semayang, hingga SMA Medan Putri Medan yang telah memberikan dasar-dasar keilmuan yang sangat berguna dalam mengantarkan saya menimba ilmu di perguruan tinggi hingga menjadi dosen guru besar di perguruan tinggi ini. Pada tempatnya saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disertai harapan dan doa semoga apa yang Bapak/Ibu lakukan menjadi bagian dari amal dan ibadah serta karya dan amal saya di bidang keilmuan ini, fadilahnya juga mengalir kepada Bapak/Ibu guru saya, terutama mereka yang sudah mendahului kita semua. Amin.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga saya sampaikan kepada para dosen saya di USU, khususnya di Fakultas Pertanian USU, para dosen saya di Program Pascasarjana UGM Yogyakarta dan para dosen saya di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang menghantarkan saya menapaki tahapan-tahapan keilmuan dengan kelengkapan gelar akademik saya di perguruan tinggi, dengan harapan dan doa saya semoga apa yang Bapak/Ibu lakukan menjadi bagian amal dan ibadah dan fadilahnya mengalir secara berkesinambungan.

(18)

kerabat keluarga saya, saya sampaikan pula ucapan terima kasih atas segala dukungan dan doanya.

Akhirnya, sembah dan sujud serta ucapan terima kasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada ayahanda saya H. Ismail bin Djasar dan ibunda saya Hj. Salmah binti Abdullah HAS yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan cinta kasih berdasarkan pundi-pundi Ilahiah pada setiap detik dan detak napas kehidupan, pada setiap fajar hingga penghujung malam, disertai doa yang tulus sehingga membuka kelapangan jalan bagi hamba ananda dalam mengarungi bahtera lautan karier ini, menggapai ridho dan inayah-Nya di sepanjang masa.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya tidak akan luput dari hati dan bibir saya kepada mertua saya Alm. Ngaiman dan ibunda Turijah binti Ramlan yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran turut mendoakan dan memotivasi saya dalam menapaki karier di lingkungan pekerjaan saya ini.

Istriku tercinta Dra. Erlinawati yang dengan tabah dan setia, dengan penuh pengorbanan, selalu mendampingi, memberikan dukungan dan doa untuk saya, baik dalam keadaan suka maupun duka, juga kepada anak-anak saya Bebby Meirina Rachmah, S.Sos, Zuhrina Aidha, dan Ridho Fakhmi Abdul Aziz, pada tempatnya papa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga, semoga cucuran rahmat Allah SWT tiada henti kepada kita atas ketabahan mama dan anak-anakku dalam pengorbanan dan kesetiaan yang telah dipersembahkan.

Kepada adik-adik kandung saya Sarpiah, S.Pd dan suami, Sahar Ismail dan Istri, Ir. Abdul Samad dan Istri, Abdul Rahman dan Istri, Ir. Abdul Jalil dan istri, Abdul Halim, AMd dan istri, serta Dr. Agusmidah, SH, MH dan suami, juga adik-adik ipar saya Ida Yuliani dan suami, Ida Agustini dan suami, Rosmiyati, AMd dan suami, Erni Susilawati, dan Ir. Nilawati, serta anak-anak angkat saya Syaifii dan istri, Fatimah dan suami serta Erdianto Syahputra, saya sampaikan pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, baik moril maupun materil, serta doanya selama ini.

(19)

Untuk semua kesalahan dan kesilapan yang pernah saya lakukan, baik disengaja, maupun tidak, kepada Allah SWT saya memohon ampun, dan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sekalian saya mohon diperbanyak maaf.

Wabillahi taufik wal hidayah,

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul-Rauf. 2008. Solving poverty problem and save environment by using agroforestry system. International Seminar the Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia, Medan, 29 July 2008.

Abdul-Rauf. 2008. The effect of taking the litter (humus) of tropical rainforest in North Sumatra on infiltration capacity and flooding. International Seminar on the 20th Years of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Sumatra Utara, August 27, 2008.

Abdul-Rauf. 2008. Pengendalian Erosi dan Limpasan Permukaan Menggunakan Teknik Mulsa Vertikal pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring. Jurnal Agrista UNSYIAH Banda Aceh, Vol.12 No.1, April 2008. Hal. 1-9.

Abdul-Rauf, 2008. Agroforestry untuk Pengentasan Kemiskinan sekaligus Penyelamat Lingkungan. Prosiding Seminar the Indonesian Network For Agroforestry Education (INAFE). Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4 Maret 2008, Hal. 173-180.

Abdul-Rauf. 2007. Dampak Pengurasan Serasah Lantai Hutan Alami di Sumatera Utara Terhadap Laju Kapasitas Infiltrasi Tanah. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007.

Abdul-Rauf, 2007. Perubahan Prilaku Air dan Kadar Bahan Organik Tanah Akibat Konversi Hutan Alami Menjadi Hutan Tanaman di Sumatera Utara. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007.

Abdul-Rauf. 2004. Kajian Sistem dan Optimasi Penggunaan Lahan Agoforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser. Studi Kasus di Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Disertasi SPS IPB, Bogor.

(21)

Abdul-Rauf, B. Slamet, dan Erlinawati. 2008. Multifungsi Pertanian: Sebuah Tinjauan Peran Pertanian Sebagai Penghasil Pangan Sekaligus Pengaman Lingkungan. Prosiding Seminar Dunia Pertanian Sebagai Pengaman Ketahanan Pangan Sekaligus Penyelamat Lingkungan, dalam rangka Dies Natalis FP-USU ke 51, Medan, 4 Desember 2008. Hal. 1-5.

Abdul-Rauf, D. Elfiati, dan Erlinawati. 2008. Laju Infiltrasi dan Perkolasi pada Beberapa Tipe Hutan Kota Medan. Prosiding Semiloka Pengelolaan DAS Berbasis Multipihak. BP-DAS Wampu Sei Ular dan FP-USU, Medan, 30 Oktober 2008. Hal. 191-196.

Abdul-Rauf dan G. Sitanggang. 2007. Pendapatan Petani dan Pengendalian Erosi akibat Penerapan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar FP-USU, Vol.1 No.1, Maret 2007, Hal. 1-6.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air (Edisi ke 2). IPB Press. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Multifungsi Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Berd, I. 2007. Rekayasa Biofisik Hulu DAS Kampar Guna Mitigasi Banjir Dan Kekeringan di Riau. Makalah pada Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat. Universitas Riau, 25 Juli 2007.

Brata, K.R. 1995. Efektivitas Mulsa Vertikal sebagai Tindakan Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Dermaga. Jurnal Pertanian Indonesia, Vol. 5, No. 1, Bogor.

Nopandry, B. 2004. Pengambilan Humus Hutan oleh Masyarakat; Studi Kasus di Desa Kutagugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Seminar Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian USU.

(22)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

1. Nama : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

2. NIP : 131 653 982

3. Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/17 September 1959

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Nama Orang Tua

Ayah : H. Ismail

Ibu : Hj. Salmah

7. Nama Istri : Dra. Erlinawati

8. Nama Anak : 1. Bebby Meirina Rachmah, S.Sos

2. Zuhrina Aidha

3. Ridho Fakhmi Abdul Aziz

9. Alamat Rumah : Jl. Binjai km. 13,5 Pasar Kecil-Pondok Miri Gg. Pribadi Sei Semayang Sunggal,

Deli Serdang

10.Alamat Kantor : Jl. Prof. A. Sofyan No. 3, Kampus USU, Medan

B. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Sunggal, lulus tahun 1972

2. SMP Swasta Tri Dharma Sei Semayang, lulus tahun 1975 3. SMA (IPA) Swasta Medan Putri Medan, lulus tahun 1979

4. S-1 (Ir.) Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU, lulus tahun 1985

5. S-2 (MP) Program Studi Ilmu Tanah Program Pascasarjana UGM Yogyakarta, lulus tahun 1994

6. S-3 (Dr.) Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, lulus tahun 2004

C. KURSUS DAN PELATIHAN

(23)

2. Kursus Penanganan Limbah Industri, Penyelenggara: PAU Bioteknologi UGAM Yogyakarta, November-Desember 1991.

3. Workshop on Wise Management of Tropical Peatland in Kalimantan, Penyelenggara: BPPT Kementrian RISTEK Jakarta, Maret 1999.

4. Workshop Implementasi Sistem Manajemen Mutu untuk Gugus Jaminan Mutu (GJM) dan Gugus Kendali Mutu (GKM) USU Angkatan I, 22-23 Januari 2007.

D. PEKERJAAN

1. Guru pada Yayasan As-Siddikin Tembung, tahun 1981-1983 2. Guru SMA PGRI 13 Perumnas Mandala Medan, tahun 1984-1985

3. Guru pada Perguruan Al-Azhar Yayasan Hajjah Rachmah Nasution Medan, tahun 1985-1987

4. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan, tahun 1985-1987

5. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Al-Azhar Medan, 1986-2002. 6. Dosen Fakultas Pertanian USU, tahun 1987 hingga sekarang.

(Saat ini diberi kepercayaan oleh Rektor USU sebagai Ketua Departemen/Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU, periode II: 2007-2010)

7. Dosen Sekolah Pascasarjana USU, tahun 2004 hingga sekarang

E. PENELITIAN (8 TAHUN TERAKHIR)

No. Judul Tahun Kedudukan

1 Pengaruh Mulsa Vertikal terhadap Sifat Tanah, Produksi Jagung, Erosi, dan Pemanenan Air di Lahan Kering Berlereng Curam

1999 Ketua

2 Kajian Sosial Ekonomi Sistem

Agroforestry di Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser

2000-2001 Ketua

3 Kajian Sistem dan Optimasi

Penggunaan Lahan Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (Disertasi)

2001-2004 Ketua

4 Evaluasi dan Rekomendasi

Pemupukan Kelapa Sawit pada Lahan Gambut di Kabupaten Rokan Hulu Riau

(24)

No. Judul Tahun Kedudukan

5 Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Gunung Bayu Kabupaten Simalungun

2004 Anggota

6 Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Kebun Aek Torop Kabupaten Labuhan Batu

2004 Anggota

7 Evaluasi Kesesuaian Lahan Sawah di Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang

2004 Ketua

8 Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah (Land Aplication) Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Kebun Sisumut Kabupaten Labuhan Batu

2005 Anggota

9 Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kecamatan Panai Tengah

Kabupaten Labuhan Batu

2005 Ketua

10 Survey Identifikasi dan Desain Kebun Koleksi Hortikulturan di Kabupaten Simalungun dan Tobasa

2004 Anggota

11 Survei Kondisi Eksisting dan

Perencanaan Pengembangan Irigasi dan Rawa di Sumatera Utara

2004 Anggota

12 Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kecamatan Ambawang Kabupaten Pontianak

2005 Anggota

13 Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Desa Batu Mundam Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal

2005 Anggota

14 Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit di Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal

(25)

No. Judul Tahun Kedudukan

15 Kajian Potensi dan Evaluasi Lahan untuk Budidaya Kelapa Sawit di Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah

2006 Ketua

16 Kajian Potensi Sumberdaya alam Pesisir dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai

2006 Anggota

17 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai

2006 Anggota

18 Evaluasi Lahan untuk berbagai jenis Komoditi Unggulan di Kabupaten Karo

2006 Ketua

19 Pengaruh Teknik Mulsa Vertikal terhadap Sifat dan Erosi Tanah pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring

2007 Ketua

20 Studi Kelayakan Alih Fungsi Lahan Hutan di Kabupaten Pakpak Barat

2007 Ketua

21 Penyusunan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang

2007 Anggota

22 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Tamiang

2007 Anggota

23 Analisa dan Pemetaan Potensi Aliran Sungai di Kabupaten Pakpak Bharat

2008 Ketua

24 Penyusunan Pola Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Batang Gadis-Batang Angkola

2008 Anggota

25 Studi Penyusunan Karakteristik DAS Wampu

2008 Ketua

26 Identifikasi Profil Arboretum USU 2006-2008

2008 Ketua

27 Studi Penyusunan Rencana

Pengembangan dan Pengelolaan Air Baku Provinsi Sumatera Utara

(26)

F. KARYA ILMIAH (5 TAHUN TERAKHIR)

No. Judul Karya Ilmiah Presentasi/Jurnal Tgl./Bln./Thn./ Tempat

1 Perubahan Paradigma dan Strategi dalam

2 Optimalisasi Sistem Agroforestry di Kawasan Perbukitan Kritis Guna

Mendukung Kebutuhan Hidup Layak Petani.

3 Pemberdayaan perbukitan kritis untuk sistem

agroforestry guna

4 Juni 2005/Medan

4 Prilaku Air Tanah pada Berbagai Jenis Hutan Tanaman (Silvikultur) di Sumatera Utara

5 Pengujian Rumput Tapak Liman (Elephantopus Scaber

L.) Sebagai Tanaman Penutup Tanah Terhadap Beberapa Sifat Inceptisol

Prosiding Kongres & Seminar

Nasional HITI: Hal.415-420

21-23 Juli 2003/ Padang

6 Potensi Biomassa dan Penambatan Karbon pada Sistem Agroforestry

7 Dampak Pengurasan Serasah Lantai Hutan Alami di

Sumatera Utara Terhadap Laju Kapasitas Infiltrasi Tanah

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu

Pertanian BKS PTN Indonesia Wilayah Barat

(27)

No. Judul Karya Ilmiah Presentasi/Jurnal Tgl./Bln./Thn./ Tempat

8 Penerapan Teknik Mulsa Vertikal pada Pertanaman Jeruk Manis di Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat;

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen Bidang Ilmu

Pertanian BKS PTN Indonesia Wilayah Barat

24-25 Juli 2007, Pekan Baru Riau

9 Teknik Penempatan Pupuk Kandang dan Kompos dalam Goni dan Rorak pada

Pertanaman Jeruk Manis Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

Prosiding Seminar

10 Pengelolaan Lahan Pertanian dalam Upaya Memitigasi

Banjir: Membangun Persepsi Bahwa Dunia Pertanian/ Perkebunan Bukan Hanya Berorientasi Ekonomis, Tetapi Juga Ekologis

Prosiding Seminar Nasional

Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular

30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan

11 Kondisi Tegakan Hutan Mangrove dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Tanah di Muara Sungai Wampu

Kabupaten Langkat; Makalah pada Seminar Nasional

Pengelolaan dan

Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular.

Prosiding Seminar Nasional

Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular

30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan

12 Laju Infiltrasi dan Perkolasi Tanah pada Beberapa Tipe Hutan Kota. Wampu Sei Ular

30 Oktober 2007, Hotel Danau Toba Medan

13 Multifungsi Pertanian: Sebuah Tinjauan Peran Pertanian Sebagai Penghasil Pangan Sekaligus Pengaman Lingkungan

Prosiding Seminar Sehari dalam rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU

(28)

No. Judul Karya Ilmiah Presentasi/Jurnal Tgl./Bln./Thn./ Tempat

14 Optimalisasi Usaha Subsektor Perkebunan Di Sumatera Utara; Makalah pada Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU

Prosiding Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian USU

4 Desember 2007, Kampus FP-USU Medan

15 Perubahan Prilaku Air dan Kadar Bahan Organik Tanah Akibat Konversi Hutan Alami Menjadi Hutan Tanaman di Sumatera Utara

Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanain BKS PTN Wil.Barat

Indonesia

Universitas Riau Pekanbaru, 25 Juli 2007

16 Agroforestry untuk Pengentasan Kemiskinan

17 Penggunaan Sistim Tumpang Sari pada Lahan Kelapa Sawit untuk Agribisnis Jagung Dalam Rangka

Peningkatan Produksi Pangan

18 Optimasi Pemanfaatan Lahan Perkebunan Dalam

Meningkatkan Pendapatan Petani di Sumatera Utara

Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu-Ilmu Pertanain BKS PTN Wil.Barat

Indonesia

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 22-25 Juli 2008

19 Penggunaan Lahan Optimal dengan Sistem Agroforestry di Kawasan Penyanggaga Taman Nasional Gunung Leuser.

Jurnal Agrisol SPS-USU

(29)

No. Judul Karya Ilmiah Presentasi/Jurnal Tgl./Bln./Thn./ Tempat

20 Pendayagunaan lahan Alang-Alang dengan Berbagai Cara Pengendalian terhadap Tanaman Jagung dan Sifat Tanah.

Jurnal Agrisol SPS-USU

2004/3(1): 22-26

21 Kajian tentang Beberapa Sifat Fisika Inceptisol pada Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng Berbeda di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingei Langkat

Jurnal Kultura FP-USU

2004/39(2):78-84

22 Pengendalian Erosi dan Limpasan Permukaan

Menggunakan Teknik Mulsa Vertikal pada Budidaya Jeruk Manis di Lahan Miring

Jurnal Agrista UNSYIAH Banda Aceh

Vol.12 No.1, April 2008. Hal. 1-9.

23 Pendapatan Petani dan Pengendalian Erosi akibat Penerapan Sistem

Agroforestry di Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat Sumatera Utara

Jurnal Ilmu

Pertanian Kultivar FP-USU

Vol.1 No.1, Maret 2007, Hal. 1-6

24 Solving poverty problem and save environment by using agroforestry system

International Seminar The Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia

Tiara Hotel Medan, 29 July 2008.

25 The Effect of Taking the Litter (Humus) of Tropical Rainforest in North Sumatra on Infiltration Capacity and Flooding

(30)

No. Judul Karya Ilmiah Presentasi/Jurnal Tgl./Bln./Thn./ Tempat

26 Optimation Exploiting of Plantation to Improve

Earnings of Farmers in North Sumatra

International Seminar The Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia

Tiara Hotel Medan, 29 July 2008.

27 Profil Arboretum USU (2006-2008)

Buku Cetak ISBN (sedang proses)

USU Press, Medan, Maret 2009

G. PERTEMUAN ILMIAH (5 TAHUN TERAKHIR)

No. Nama Waktu Tempat Peran

1 Expose of Dry land Management for Agribusiness of Tropical Fruits

29 Januari

2 Expose Program Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura di Ibu Pejabat Mada Ampang Jajar, Alor Star Kedah Darul Aman

3 Seminar Nasional Sistem Pertanian Hemat Air FP-USU Seminar Nasional Sistem Pertanian Hemat Air; FP-USU

4 Appril 2006

Medan Pemakalah

4 Seminar Nasional Hasil Penelitian Mendukung Ketahanan Pangan; BPTP Sumatera Utara

21-22 November 2005

Medan Pemakalah

5 Seminar Sehari Hasil Penelitian dan Ketahanan Pangan; FP-USU

4 Juni 2005 Medan Pemakalah

6 Seminar dan Kongres Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI)

11-12 Desember 2004

Yogyakarta Pemakalah

7 Seminar Sehari “Air dan

Bencana” Dalam Rangka Hari Air se-Dunia 2004

22

Desember 2004

(31)

No. Nama Waktu Tempat Peran

8 Lokakarya Rencana Aksi Pengelolaan DAS Deli secara Terpadu; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.

20

Desember 2004

Medan Pemakalah

9 Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI)

21-23 Juli 2003

Padang Pemakalah

10 Seminar Desain dan Rencana Pengelolaan Terpadu DAS Deli; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.

30

Desember 2003

Medan Pemakalah

11 Seminar Sehari “Air dan

Bencana” Dalam Rangka Hari Air se-Dunia 2004

22

Desember 2004

Medan Pemakalah

12 Lokakarya Rencana Aksi Pengelolaan DAS Deli secara Terpadu; Kerjasama Balai Pengelolaan DAS Wampu-Sei Ular dengan Fakultas Pertanian USU.

20

Desember 2004

Medan Pemakalah

13 Seminar Nasional Sosialisasi Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian

21-22 Nopember 2005

Medan Pemakalah

14 Seminar dan Rapat Tahunan Fakultas Pertanian BKS PTN Wilayah Barat

25 Juli 2007

Pekanbaru Pemakalah

15 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Pertanian

08 Agustus 2007

Medan Pemakalah

16 Semiloka Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei Ular

30 Oktober 2007

Medan Pemakalah

17 Seminar dan Kongres Nasional Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) VI

(32)

No. Nama Waktu Tempat Peran

18 Seminar Nasional dan General Meeting the Indonesian Network for Agroforestry Education

(INAFE)

3-5 Maret 2008

Surakarta Pemakalah

19 International Seminar the Prospect and the Role of Agriculture Biotechnology for Community Welfare in Indonesia

29 July 2008

Medan Pemakalah

20 International Seminar on The 20th Years of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences

August 27, 2008

Medan Pemakalah

H. ORGANISASI

1. Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Periode 2007-2011

2. Pengurus Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Periode 2007-2012

3. Pengurus Musyawarah Daerah KAHMI Sumatera Utara Periode 2007-2010

4. Pengurus Forum DAS Wampu Sumatera Utara

I. PENGHARGAAN

No. Nama Piagam Penghargaan

Pemberi Penghargaan

Tempat/Tahun

1 Dosen Teladan FP USU FP-USU Medan/1993

2 Piagam Man and The Biosphere (MAB)

LIPI bekerjasama dengan PBB

(UNESCO)

Jakarta/2001

3 Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun

(33)

Gambar

Tabel 1. Multifungsi Pertanian Indonesia (Multifuctionality of Indonesian
Gambar 1.  Lahan Sawah Dapat Memitigasi Banjir (Dapat Menampung Air
Gambar 3. Kegiatan Penebangan Hutan (Kiri) dan Pencurian Serasah Lantai Hutan (Kanan), Sama-Sama Menyebabkan Hutan Kehilangan Fungsi Hidrologis dalam Menahan Air Sebanyak Mungkin pada Musim Hujan
Gambar 4. Daya Jerap Tanah terhadap Air (Infiltrasi) pada Hutan Berserasah dan Hutan Tanpa Serasah di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Langkat dan Hutan Lindung Gunung Sinabung Karo (Sumber: Abdul-Rauf, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jurnal ini, peneliti hanya menemukan masalah untuk menentukan kriteria kinerja guru di SD Negeri 095224 masih menggunakan cara yang manual, penilaian kinerja guru

Form terima file merupakan link ke form terima file yang berfungsi untuk menampilkan proses pengiriman data pada penerapan metode pengamanan data enskripsi dan deskripsi

Untuk menelaah karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian dilakukan dengan cara analisis deskriptif dengan cara mentransformasikan data- data

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata

Jenis Heat Exchanger (HE ) yang akan digunakan dalam desain ini adalah Double pipe Heat Exchanger atau Shell and Tube Heat Exchanger bergantung pada flow area

Dalam hal terdapat fasilitas Penyediaan Dana yang diberikan dalam valuta asing, maka nilai tersebut dijabarkan ke dalam nilai Rupiah dengan berpedoman pada

KEDUA : Indikator Kineija Utama sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kuala

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan baik secara sendiri – sendiri maupun.. bersama – sama