• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Medan Tanah Deli

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama-kelamaan istilah Medan-Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang terkenal.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat. Sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink pada tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens pada tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda di tempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu-batu yang berkualitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan Oktober – Desember, sedangkan Maksima Tambahan antara bulan Januari – September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 per tahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker, pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana-sini terutama di muara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan Semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

3.2 Hari Jadi Kota Medan

Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 dan pada mulanya ditetapkan jatuh pada tanggal 1 April 1909. Tetapi tanggal ini mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa orang ahli sejarah. Karena itu, Walikota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.

Berdasarkan hasil penelitian panitia tersebut dan setelah hasil itu dibahas beberapa kali dalam sidang Pleno DPRD Daerah Tingkat II Kotamadya Medan, maka dengan Keputusan Dewan tersebut Nomor 4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret 1975, ditetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan. Sampai saat ini tanggal tersebut tidak mendapat bantahan dan tetap diterima oleh semua pihak.

3.3 Geografi Kota Medan

3.3.1 Letak

Kota Medan terletak antara 2°27` - 2°47` Lintang Utara dan 98°35` - 98°44` Bujur Timur. Kota Medan 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

3.3.2 Batas

Kota Medan berbatasan dengan :

3.3.3 Geologi

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

3.3.4 Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0°C – 24,1°C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6°C – 33,1°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkisar antara 30,2°C – 32,5°C.

Selanjutnya mengenai kelembapan udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78 – 82 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2006 rata-rata per bulan 20 hari dengan rata-rata-rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 211,67 mm.

3.4 Penduduk dan Tenaga Kerja

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2006, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.067.288 jiwa. Dibandingkan hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 163.015 jiwa (0,92 %).

Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km² kepadatan penduduk mencapai 7.798 jiwa/ km².

3.5 Keluarga Berencana

Penurunan tingkat fertilitas di Kota Medan telah berlangsung cukup lama, namun yang menarik dibahas adalah perubahan yang terjadi setelah dimulainya program keluarga berencana nasional. Penurunan tersebut masih akan terus berlangsung tetapi dengan percepatan yang semakin lambat.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penurunan fertilitas. Pengalaman menunjukkan bahwa penurunan tingkat fertilitas dipengaruhi oleh meningkatnya faktor sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, selain dikarenakan program KB, penurunan fertilitas juga disebabkan oleh semakin tingginya tingkat pendidikan yang dicapai dimana selain akan mempengaruhi umur pada saat perkawinan pertama juga

berpengaruh terhadap pengertian jumlah sumber daya alam yang terbatas untuk mendukung jumlah penduduk yang semakin bertambah.

BAB 4

Dokumen terkait