• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Geografis

Desa Laladon terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Laladon berada di sebelah utara Desa Sindang Barang, sebelah selatan Kelurahan Padasuka, sebelah timur Desa Ciomas Rahayu, sebelah barat Desa Ciherang. Total luas wilayah Desa Laladon yang terdiri dari pemukiman dan perumahan, persawahan dan ladang, perkuburan, kolam / empang, dan prasarana umum sebesar 129 240 Ha.

Tabel 6 Komposisi lahan di Desa Laladon tahun 2012

Komponen Luas Lahan (ha) Presentase (%)

Pemukiman dan perumahan 81.517 63.07

Persawahan dan ladang 36.419 28.18

Perkuburan 0.467 0.36

Kolam / empang 0.238 0.18

Prasarana umum 10.599 8.20

Total 129.240 100.00

Sumber : Monografi Desa Laladon, 2012

Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar luas tanah dari desa Laladon digunakan sebagai pemukiman dan perumahan, seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah penduduk yang mengacu pada kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dibuat pemerintah setempat, yaitu pembangunan perumahan untuk pemukiman penduduk, serta didukung letak desa yang strategis untuk dijadikan bangunan permanen. Penggunaan tanah terbesar kedua di Desa Laladon yaitu digunakan sebagai persawahan dan ladang untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, dan sayuran.

Kondisi Geografis Desa Laladon yaitu mempunyai ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 250 m dpl. Iklim di Desa Laladon mempunyai curah hujan sebesar 41.3 mm. Kelembapan suhu udara rata-rata sebesar 20 ºC hingga 29 °C. Berdasarkan orbitasi, jarak Desa Laladon ke ibu kota kecamatan yaitu 2.5 km. Jarak ke ibu kota kabupaten / kota yaitu 20 km. Jarak ke ibu kota provinsi yaitu 120 km. Jarak Desa Laladon ke ibu kota negara yaitu 75 km.

Desa Laladon secara umum mempunyai letak yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan besar atau pun kecil. Hal tersebut memudahkan petani dan pedagang dalam hal pendistribusian hasil pertanian ke pasar atau pun tempat penjualan lainnya. Alat transportasi yang biasa digunakan oleh para petani ataupun pedagang yaitu mobil pick up, mobilangkot, dan motor. Sebagian petani di Desa Laladon langsung mengirim hasil panen mentimun mereka ke pasar dan beberapa dari mereka ada juga yang melalui pedagang pengumpul setempat.

23 Keadaan Penduduk

Desa Laladon terdiri atas 52 RT dan 12 RW, jumlah penduduk desa ini berdasarkan data pada tahun 2012 yaitu sebanyak 10 856 orang. Jumlah penduduk Desa Laladon terdiri dari 5 478 orang berjenis kelamin laki - laki dan sebanyak 5 378 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan sebaran usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan usia di Desa Laladon tahun 2012 Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)

0 – 14 3 138 29 15 – 24 1 940 18 25 – 34 1 763 16 35 – 44 1 947 18 45 – 54 1 340 12 ≥ 55 728 7 Total 10 856 100

Sumber : Monografi Desa Laladon (2012) (data diolah)

Berdasarkan Tabel 7, penduduk dengan kelompok umur balita mempunyai jumlah penduduk terbanyak karena adanya perumahan dan padatnya penduduk didesa ini, sehingga banyak pasangan usia subur yang bermukim didesa laladon, rata-rata setiap kepala keluarga mempunyai dua orang anak. Jumlah penduduk terbanyak kedua yaitu pada kelompok umur 35 – 44 tahun yang merupakan usia produktif. Penduduk Desa Laladon sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat pendidikan penduduk desa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk menurut pendidikan di Desa Laladon tahun 2012 Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)

Belum Sekolah 1 837 17 SD 1 114 10 SMP 2 146 20 SMA 4 896 45 Akademi 255 2 Universitas 608 6 Total 10 856 100

Sumber : Monografi Desa Laladon, 2012

Berdasarkan Tabel 8, tingkat pendidikan penduduk Desa Laladon tergolong menengah. Sebanyak 45 persen dari total penduduk desa yang mendapatkan kesempatan bersekolah sampai tingkat SMA. Penduduk yang menamatkan

24

pendidikannya hingga tingkat SMP sebanyak 20 persen, sedangkan 17 persen dari jumlah penduduk tidak menempuh pendidikan, keterbatasan ekonomi menjadi alasan utama penduduk untuk tidak sekolah. Tingkat pendidikan warga desa berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh warga desa. Daftar jenis pekerjaan warga Desa Laladon dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah penduduk Desa Laladon berdasarkan jenis pekerjaan tahun 2012

Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Presentasi (%) Petani 74 3.50 Buruh tani 175 8.28 Karyawan perusahaan 56 2.65 Buruh pabrik 624 29.52

Tukang / buruh bangunan 142 6.72

Pedagang 106 5.01

Karyawan Hotel dan Restoran 4 0.19

Sopir 216 10.22

Tukang ojek 35 1.66

Karyawan bank / lembaga keuangan 13 0.62

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 356 16.84

Guru 23 1.09

Tukang cuci 283 13.39

Pangkas rambut / salon 7 0.33

Sumber : Monografi Desa Laladon, 2012

Berdasarkan Tabel 9, jenis pekerjaan penduduk Desa Laladon beragam, mata pencaharian penduduk terbesar didesa ini sebagai buruh pabrik (karyawan swasta) diusaha dagang dan perusahaan yang ada disekitar Ciomas, Cibinong dan Jakarta. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pekerjaan kedua terbanyak setelah buruh pabrik, sedangkan jumlah penduduk yang menjadi petani di Desa Laladon terdapat 74 jiwa. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang ditemuh warga desa, warga yang bekerja sebagai PNS atau karyawan mempunyai tingkat pendidikan minimal sampai SMA, hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa warga desa yang memiliki pendidikan terakhir SMA, Akademi dan Universitas sebanyak 53 persen. Warga desa yang memiliki pendidikan terakhir Belum Sekolah, SD dan SMP dapat dikatakan memiliki pekerjaan sebagai petani, buruh tani, sopir, tukang ojek dan tukang cuci.

Karakteristik Responden

Karakteristik petani berpengaruh terhadap keputusannya dalam melakukan kegiatan usahatani. Oleh karena itu karakteristik menjadi salah satu aspek penting yang perlu diketahui dalam menganalisis usahatani. Jumlah petani responden yang diwawancarai adalah sebanyak 35 orang. Pada proses penelitian ini, karakteristik petani responden mencakup beberapa aspek diantaranya usia, tingkat pendidikan,

25 pengalaman usahatani, pekerjaan utama, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Petani responden di Desa Laladon terdiri dari 1 perempuan dan 34 laki – laki. Keragaman karakteristik akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani.

Usia

Usia berpengaruh terhadap produktivitas kerja petani per satuan waktu. Satuan produktivitas kerja sama halnya dengan kerja petani yaitu Hari Orang Kerja (HOK). Usia yang semakin tua maka akan semakin tidak produktif dan tidak intensif dalam melakukan aktivitas usahatani. Selain itu, usia juga mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani, usia yang semakin tua cenderung sulit untuk menerima perubahan cara bertani. Umumnya cara bertani mereka merupakan kegiatan yang diperoleh secara turun temurun. Sebaran responden menurut usia selengkapnya ada pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran responden menurut usia petani mentimun di Desa Laladon musim tanam April – Mei 2013

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

21-30 5 14 31-40 13 37 41-50 9 26 51-60 5 14 ≥ 61 3 9 Jumlah 35 100

Sumber: Data Primer, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 10, mayoritas petani responden di Desa Laladon berusia antara 31 sampai 40 tahun yang merupakan usia produktif, usia tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam usahatani, karena petani dengan usia antara 31 – 40 tahun lebih peka terhadap perubahan harga, kondisi pasar, dan permintaan serta penawaran. Petani dengan usia produktif lebih kritis dalam menerapkan manajemen, menentukan komoditi yang akan ditanam dengan menyesuaikan biaya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi kemampuan petani dalam mengaplikasikan setiap teknologi pertanian yang ada. Teknologi yang terus berkembang di dunia pertanian diharapkan dapat membantu peningkatan produksi usahatani. Sebagian besar petani responden hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 14 orang atau 40 persen. Pekerjaan petani dipilih karena alasan rendahnya tingkat pendidikan dan orang tua yang juga berprofesi sebagai petani, sehingga lebih mudah menerapkan ilmu bertani yang sudah didapat secara turun temurun. Tabel 11 menunjukkan tingkat pendidikan petani di Desa Laladon.

26

Tabel 11 Sebaran responden menurut tingkat pendidikan petani mentimun di Desa Laladon musim tanam April – Mei 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 14 40 SMP 10 29 SMA/Sederajat 5 14 Diploma 1 3 Sarjana 5 14 Jumlah 35 100

Responden yang mengenyam pendidikan hingga Sarjana sebanyak 5 orang atau 14 persen. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Laladon disebabkan keterbatasan biaya dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani berpengaruh terhadap keterampilan dalam melakukan kegiatan usahatani. semakin tinggi tingkat keterampilan dalam bertani, maka akan semakin baik pula kegiatan usahatani yang dijalankan petani tersebut. Petani yang telah berpengalaman akan lebih efisien dalam penggunaan faktor produksi, sesuai dengan keadaan lahan tempat melakukan kegiatan usahataninya. Petani lebih tanggap terhadap serangan hama dan penyakit yang menyerang, dan lebih paham tentang solusi yang harus dilakukan apabila terjadi masalah pada kegiatan budidaya mentimun sehingga resiko produksi dapat diminimalisir. Tabel 12 menunjukkan pengalaman usahatani petani di Desa Laladon.

Tabel 12 Sebaran responden menurut pengalaman usahatani petani mentimun di Desa Laladon musim tanam April – Mei 2013

Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 5 12 34 6-10. 7 20 11-15. 6 17 16-20 3 9 21-25 3 9 ≥ 26 4 11 Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 12, lama pengalaman petani responden dalam berusahatani mayoritas belum lama atau kurang dari 5 tahun, hal ini terjadi karena beberapa petani sebelumnya merupakan petani padi, jagung, dan ubi, yang sekarang beralih berusahatani mentimun dengan alasan perawatan mentimun lebih mudah dan musim tanam yang hanya dua bulan. Beberapa petani sudah cukup

27 lama melakukan usahatani mentimun dengan lama pengalaman lebih dari 25 tahun.

Luas lahan

Luas lahan adalah luas lahan sawah yang diusahakan petani responden untuk usahatani mentimun, baik lahan milik sendiri, bagi hasil, maupun sewa. Luas lahan yang digarap oleh petani akan menentukan besarnya produksi yang akan didapat petani, sehingga berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diterima petani. Luas lahan yang digunakan para petani responden untuk budidaya mentimun beragam mulai dari 2 000 m2 sampai 6 000 m2, luas lahan petani responden rata – rata berkisar antara 2 500 - 5 000 m2. Sebaran responden menurut luas lahan terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran responden menurut luas lahan petani mentimun di Desa Laladon musim tanam April – Mei 2013

Luas Lahan (ha) Jumlah (orang) Presentase (%)

≤ 0.25 3 9

0.26 - 0.49 24 69

≥ 0.5 8 23

Jumlah 35 100

Tabel 13 menunjukkan terdapat 24 petani atau 69 persen yang mengusahakan kegiatan usahataninya pada luas lahan 0.26 – 0.49 hektar. Rata- rata luas lahan yang digunakan petani untuk usahatani mentimun di Desa Laladon sebesar 0,3797 atau 3797 m2. Luas lahan tersebut bergantung dengan pemilik lahan yang menyewakan lahannya pada petani, dan bergantung juga pada keputusan petani dalam menentukan luas lahan untuk usahataninya dengan mempertimbangkan biaya sewa lahan. Rata-rata biaya sewa lahan di Desa Laladon kurang lebih sebesar Rp1 000 000 per 1 000 m2 per tahun.

Banyaknya lahan sewa adalah akibat petani menjual lahannya pada perusahaan dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kurangnya modal untuk berusahatani. Terbatasnya jumlah lahan pertanian yang terdapat di Desa Laladon dikarenakan sebagian besar lahan tersebut dijadikan sebagai komplek perumahan penduduk.

Status Kepemilikan Lahan

Lahan yang diusahakan oleh petani responden dalam kegiatan usahatani mentimun di Desa Laladon berbeda-beda berdasarkan status kepemilikan lahan. Petani yang mengusahakan usahatanimya di lahan milik sendiri sebanyak 8 orang atau 23 persen. Sedangkan petani yang mengusahakan usahataninya pada lahan sewa sebanyak 27 orang atau 77 persen. Sebaran petani menurut status kepemilikan lahan di lokasi penelitian disajikan paada Tabel 14.

28

Tabel 14 Sebaran responden menurut status kepemilikan lahan petani mentimun di Desa Laladon musim tanam April – Mei 2013

Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%)

Milik Sendiri 8 23

Sewa 27 77

Jumlah 35 100

Petani dengan lahan milik sendiri menggunakan modal sendiri dalam penggunaan seluruh input pada kegiatan usahataninya. Status kepemilikan lahan sewa, petani membayar sejumlah biaya untuk membayar lahan yang digunakan per tahun sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, rata-rata pembayaran sewa dibayar diawal, hal ini dikarenakan beberapa lahan di Desa Laladon dimiliki oleh PT yang akan dikonversi menjadi komplek perumahan, sehingga petani memanfaatkan lahan milik PT tersebut untuk berusahatani sebelum dibangun perumahan. Banyaknya lahan yang dimiliki oleh PT di Desa Laladon adalah akibat dari banyaknya petani yang menjual lahannya pada perusahaan, hal ini dilakukan dengan alasan keterbatasan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan modal yang sedikit (tidak cukup) untuk mencukupi kebutuhan dalam berusahatani.

Status Usahatani

Petani responden pada penelitian ini menjadikan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan. Petani yang menjadikan usahatani mentimun sebagai mata pencaharian utama adalah petani yang tidak memiliki pekerjaan lain selain bertani, sedangkan petani yang menjadikan usahatani mentimun sebagai mata pencaharian sampingan adalah petani yang memiliki pekerjaan lain. Adapun pekerjaan utama petani yang menjadikan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian sampingan adalah berdagang dan PNS. Tabel 15 menunjukkan status usahatani di Desa Laladon. Tabel 15 Sebaran responden menurut status usahatani petani mentimun di Desa

Laladon musim tanam April – Mei 2013

Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

Utama 25 71

Sampingan 10 29

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 15, petani dengan mata pencaharian utama sebanyak 25 orang atau 71 persen, sedangkan petani dengan mata pencaharian sampingan sebanyak 10 orang atau 29 persen. Petani yang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama akan lebih bersungguh-sungguh dibandingkan dengan petani yang melakukan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian sampingan.

Petani yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian utama tidak memiliki pekerjaan lain selain bertani. Petani tersebut tidak memiliki sumber

29 keuangan lain selain penerimaan dari hasil bertani sehingga petani tersebut akan lebih bersungguh- sungguh dalam melakukan kegiatan usahatani. Petani tersebut akan lebih intensif merawat lahannya karena seluruh waktunya tercurahkan untuk kegiatan usahatani. Petani ini menggantungkan hidupnya pada hasil produksi yang didapatnya setelah panen.

Petani yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan memiliki keinginan untuk mendapat hasil produksi yang tinggi untuk menambah penghasilannya. Akan tetapi jika kegiatan usahataninya mengalami kegagalan, petani tersebut memiliki usaha lain atau pekerjaan lain yang menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga bertani bukanlah merupakan sumber keuangan utama. Petani tersebut memiliki pekerjaan lain yang lebih utama sehingga waktuya tidak tercurahkan sepenuhnya untuk bertani.

Keseluruhan karakteristik tersebut berpengaruh terhadap keputusan petani responden dalam berusahatani. Oleh karena itu karakteristik petani menjadi salah satu bagian dalam menggambarkan kegiatan usahatani sayuran di lokasi penelitian.

Dokumen terkait