• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Koperasi Serba Usaha Lestari

Koperasi Serba Usaha (KSU) Lestari merupakan lembaga sosial ekonomi yang menyediakan produk-produk berbasis pertanian terutama sayur-sayuran dan buah-buahan organik. KSU Lestari didirikan pada 20 Mei 2009 berdasarkan SK Badan Hukum Koperasi No. 518/39/BH/KPTS/DISKOPERINDAG/IX/2009 dengan pendirinya yang berjumlah 63 orang yang umumnya berprofesi sebagai pelaku usaha kecil (pedagang, industri rumah tangga) dan petani. Inisiasi pembentukan KSU Lestari berawal dari adanya sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ELSPPAT yang peduli terhadap pertanian Indonesia masuk ke desa- desa yang berada di lereng Gunung Salak dengan tujuan mendampingi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka, ELSPPAT terus berusaha memberikan perbekalan pelatihan yang berfokus pada pengembangan pertanian organik.

KSU Lestari memiliki dua jenis unit usaha, yaitu unit Usaha Simpan Pinjam (USP) dan unit Usaha Produksi dan Pemasaran (UPP). Pada unit usaha simpan pinjam dilakukan bagi anggota yang akan melakukan simpanan maupun pinjaman dengan imbalan jasa yang telah ditetapkan oleh KSU Lestari dan anggota. Sedangkan pada unit Usaha Produksi dan Pemasaran merupakan seluruh unit kegiatan pengolahan, produksi dan pemasaran yang dijalankan seluruh anggota yang tergabung dalam KSU Lestari. Dalam aktivitasnya, unit Usaha Produksi dan Pemasaran pada KSU Lestari ini melakukan kegiatan penerimaan sayuran organik yang dihasilkan petani anggotanya dan kemudian memasarkannya ke daerah sekitar Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.

Gambaran Umum Agribusiness Development Station

Pada tahun 2007, Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Taiwan International Cooperation Development Fund (ICDF) dan Taiwan Technical Mission (Misi Teknik Taiwan) membangun sebuah proyek agribisnis hortikultura bernama Agribusiness Development Center (ADC). Fasilitas ADC tersebut dibangun di lahan seluas +/- 6 ha. Lahan tersebut merupakan lahan milik IPB dibawah pengelolaan University Farm IPB.

Tahun 2014, proyek ADC di serahkan ke IPB, dikelola oleh 4 orang

counterpart dan tim khusus yang dibentuk oleh Kepala UF. Misi Teknik Taiwan beralih fungsi sebagai tim konsultan, dan keseluruhan proyek ADC dipertanggungjawabkan kepada Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama IPB. Proyek ADC berakhir Desember 2014. Tahun 2015, IPB mentransformasi proyek ADC menjadi institusi bernama Agribusiness Development Station (ADS) yang bersifat otonom di bawah koordinasi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan pendapatan petani hortikultura dengan membangun sistem yang bersinergi antara produksi dan pemasaran.

Adapun fungsi dari ADS adalah sebagai unit kerja yang melayani kegiatan pendidikan dan kaji terap teknologi hortikultura tepat guna, sebagai unit kerja yang mengelola kegiatan pendampingan stakeholder dalam pemanfaatan

21 teknologi hortikultura tepat guna, sebagai unit kerja yang mengelola kegiatan “packing house” untuk mendukung kegiatan pendampingan pemasaran, sebagai

unit kerja yang melaksanakan berbagai macam pelayanan dalam bidang agribisnis hortikultura kepada masyarakat umum, sebagai unit kerja yang memberikan informasi kepada masyarakat dalam bidang hortikultura.

Karakteristik Petani Responden

Petani bayam organik yang menjadi responden merupakan petani mitra Koperasi Serba Usaha Lestari (KSU Lestari) dan Agribussines Development Station (ADS). Jumlah petani mitra yang rutin mengirimkan bayam organik pada KSU Lestari sebanyak sepuluh petani, sedangkan pada ADS sebanyak tujuh orang petani. Karakteristik petani responden akan dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, usia petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, dan luas lahan garapan. Karakteristik petani akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani dalam kegiatan manajerial usahataninya.

Petani yang menjadi responden sebagian besar merupakan laki-laki, namun terdapat juga petani perempuan. Seperti pada petani mitra KSU Lestari sebesar 40 persen responden merupakan perempuan. Petani perempuan ini memilih bertani karena sudah tidak memiliki suami sehingga menjalankan usahataninya secara mandiri dan ada juga yang melanjutkan usahatani milik keluarga secara turun temurun. Sedangkan petani mitra ADS keseluruhan adalah laki-laki. Jenis kelamin mencerminkan kemampuan fisik dalam menjalankan usahatani sehingga akan berpengaruh pada jumlah HOK yang dibutuhkan dalam mengelola usahatani. Adapun persentase jenis kelamin petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Persentase petani responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Mitra KSU Lestarai Mitra ADS

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 6 60 7 100

Perempuan 4 40

Total 10 100 7 100

Usia petani responden berada pada kisaran umur 20-80 tahun, dengan keberagaman usia petani. Petani mitra KSU Lestari sebanyak 70 persen berada pada usia lebih dari 50 tahun, begitu juga dengan petani mitra ADS sebanyak 71 persen berada pada usia lebih dari 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sebagian besar berada pada usia yang sudah tidak produktif lagi. Adapun persentase usia petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 3.

22

Tabel 3 Persentase petani responden menurut usia Usia

(tahun)

Mitra KSU Lestarai Mitra ADS

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

≤ 29 1 10 30-39 2 29 40-49 2 20 50-59 3 30 3 43 60-69 2 20 1 14 ≥ 70 2 20 1 14 Total 10 100 7 100

Tingkat pendidikan formal petani responden sebagian besar berada pada pendidikan yang rendah. Petani mitra KSU Lestari sebesar 40 persen tidak sekolah, sedangkan petani mitra ADS sebesar 71 persen hanya sampai tamat SD. Tingkat pendidikan formal akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani serta proses penyerapan teknologi pertanian organik pada kegiatan usahatani. Adapun persentase tingkat pendidikan formal petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase petani responden menurut tingkat pendidikan

Pendidikan Mitra KSU Lestarai Mitra ADS

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tidak Sekolah 4 40 1 14 Tidak Tamat SD 2 20 SD 3 30 5 71 SMP SMA 1 10 1 14 Total 10 100 7 100

Status kepemilikan lahan petani responden terdiri dari milik, gadai, sewa dan sakap. Sebagian besar petani responden berstatus sebagai pemilik lahan. Petani mitra KSU Lestari sebesar 60 persen merupakan pemilik, begitu juga dengan petani mitra ADS sebesar 71 persen. Kepemilikan lahan merupakan turun temurun dari orang tua yang dari awal sudah menjalankan pertanian. Adapun yang berstatus sebagai sakap dan sewa merupakan pendatang dan baru memulai usaha pertaniannya. Status kepemilikan lahan akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani, jika lahan tersebut sewa maka petani cenderung lebih serius dalam menjalankan usahataninya. Adapun persentase status kepemilikan lahan petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 5.

23 Tabel 5 Persentase petani responden menurut status kepemilikan lahan

Status Lahan Mitra KSU Lestarai Mitra ADS

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Milik 6 60 5 71

Gadai 1 10 1 14

Sewa 1 10 1 14

Sakap 2 20

Total 10 100 7 100

Luasan lahan yang dikelola petani responden berada pada kisaran 80–5000 m2. Luasan lahan tersebut menunjukkan skala usahatani yang dijalankan. Rata- rata luasan lahan petani mitra ADS lebih besar dibandingkan petani mitra KSU Lestari. Petani mitra KSU Lestari sebesar 40 persen mengelola luasan lahan kurang dari 500 m2, sebesar 20 persen mengelola lahan pada luasan 500-1 000 m2, dan sisanya mengelola lahan pada luasan lebih dari 1 000 m2. Sedangkan petani mitra ADS, sebesar 43 persen mengelola lahan pada luasan kurang dari 500 m2 dan sisanya 58 persen mengelola lahan pada luasan 1 000-3 000 m2. Pada luasan tersebut petani menerapkan sistem pertanian polikultur, yakni menanam empat sampai lima jenis komoditi pada satu luasan lahan. Usahatani bayam organik diterapkan dengan membuat bedengan-bedengan pada satu petak lahan. Adapun persentase luasan lahan yang dikelola petani responden akan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase petani responden menurut luasan lahan Luasan lahan

(m2)

Mitra KSU Lestarai Mitra ADS

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

≤ 500 4 40 3 43 501 - 1000 2 20 1001- 2000 2 20 3 43 2001- 3000 1 14 ≥ 3001 2 20 Total 10 100 7 100

Dokumen terkait