• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Wilayah Letak dan Luas Wilayah

Desa Panundaan merupakan salah satu desa dari tujuh desa yang terletak di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif wilayah Desa Panundaan dibatasi oleh:

sebelah utara : Desa Ciwidey sebelah selatan : Desa Alamendah sebelah barat : Desa Lebakmuncang sebelah timur : Desa Sugih Mukti

Desa Panundaan terletak sekitar 3.2 km dari Ibukota Kecamatan Ciwidey dengan waktu tempuh 10 menit menggunakan kendaraan bermotor. Jarak Desa Panundaan ke Ibukota Kabupaten Bandung adalah 13 km dengan waktu tempuh 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Jarak ini dihubungkan oleh jalan aspal dengan kondisi cukup baik.

Desa Panundaan terbagi atas 4 dusun. Dusun I terdiri dari Kampung Ranca Gede, Leweung Kole, Salam, Pamekaran, dan Cikondang. Dusun II terdiri dari Kampung Curug, Panundaan Kaler, Citiwu, Tanjakan Panjang, dan Simpang. Dusun III terdiri dari Kampung Kopeng, Situ Kuluwung, Cikembang, Panundaan, dan Bale Moyan. Dusun IV terdiri dari Kampung Babakan Lampit, Haluwotan, Cianggawahan, Batu Kasur I, Batu Kasur II, dan Keseran.

Luas wilayah Desa Panundaan mencapai 321 336 hektar yang terbagi menjadi 21 RW dan 78 RT. Wilayah desa terdiri dari pemukiman, persawahan atau perkebunan, kuburan, pekarangan dan perkantoran. Perincian luas wilayah Desa Panundaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas wilayah Desa Panundaan menurut jenis penggunaannya tahun 2012a

Penggunaan Lahan Luas Areal (ha) Persentase (%)

Pemukiman 41 600 12.94 Persawahan/Perkebunan 207 544 64.59 Kuburan 250 0.08 Pekarangan 71 755 22.33 Perkantoran 187 0.06 Total Luas 321 336 100.00 a

Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 2012.

Pada Tabel 8, pemanfaatan lahan di desa sebagian besar digunakan untuk persawahan atau perkebunan yaitu 64.59 persen dari total luas wilayah desa. Pemanfaatan lahan terbesar kedua digunakan untuk pekarangan yaitu sebesar 22.33 persen dari total luas wilayah desa. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Desa Panundaan memiliki sumber daya lahan yang memadai dan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

Kondisi Alam

Desa Panundaan merupakan dataran tinggi yang berada pada ketinggian 1 200/1 400 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar 20-21°C dan curah hujan rata-rata adalah 1 800 mm per tahun.

Terdapat beberapa sungai maupun selokan yang terdapat di Desa Panundaan, yaitu Sungai Cigadog yang berbatasan dengan Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali serta Sungai Citiwu yang berbatasan dengan Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasir Jambu. Desa Panundaan juga memiliki mata air utama yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Sumber air untuk pertanian yang terdapat di Desa Panundaan diantaranya adalah:

1. Mata Air Babakan Lampit yang terdapat di Kampung Babakan Lampit 2. Mata Air Kopeng yang terdapat di Kampung Kopeng

3. Mata Air Balemoyan yang terdapat di Kampung Balemoyan 4. Mata Air Rancagede yang terdapat di Kampung Rancagede

Kondisi alam yang demikian berpengaruh terhadap jenis tanaman yang dibudidayakan oleh petani. Komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan adalah padi sawah dan jagung, sedangkan untuk komoditas buahnya adalah stroberi. Sementara itu sayuran yang umumnya dibudidayakan adalah bawang daun, seledri, selada air, kembang kol, kol, cabai, kentang, petsai, dan sawi.

Sayuran yang tumbuh di Desa Panundaan tersebar hampir merata di setiap dusun. Tanaman yang paling banyak ditanam di setiap lokasi adalah seledri. Lalu tanaman kedua yang banyak ditanam adalah bawang daun. Sementara itu lokasi penanaman kentang paling sedikit dijumpai di desa ini. Potensi pertanian Desa Panundan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Potensi pertanian Desa Panundaan tahun 2012a

Potensi Pertanian Lokasi Dusun

Dusun 1 Dusun 2 Dusun 3 Dusun 4

Perkebunan Seledri 6 lokasi 6 lokasi 3 lokasi 6 lokasi Perkebunan Bawang Daun 3 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 2 lokasi

Perkebunan Tomat 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi

Perkebunan Kentang - - 1 lokasi 1 lokasi

Perkebunan Kembang Kol 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi

a

Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 2012.

Kondisi alam yang demikian menunjang kegiatan pertanian. Lahan di lokasi penelitian dapat ditanami sepanjang tahun tanpa ada masa bera. Oleh karena itu Desa Panundaan cocok ditanami berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura.

Keadaan Sosial Ekonomi

Fasilitas transportasi menghubungkan antara satu tempat ke tempat lain. Sarana dan prasarana transportasi yang baik akan menunjang penduduk setempat dalam kelancaran mobilitas barang maupun uang serta komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat.

Fasilitas transportasi yang tersedia di Desa Panundaan adalah sepeda motor (ojek) serta angkutan pedesaan. Ojek terletak di beberapa lokasi yang penting seperti pasar, terminal, serta di pinggiran jalan masuk menuju perkampungan. Hal ini disebabkan karena untuk jalan masuk ke perkampungan tidak dilalui oleh angkutan pedesaan. Oleh karena itu untuk melanjutkan perjalanan ke kampung bisa menggunakan ojek atau berjalan kaki. Angkutan pedesaan hanya melintasi jalan raya utama. Jalur yang dilalui oleh angkutan pedesaan adalah dari terminal Cibeureum Kecamatan Ciwidey hingga terminal Kecamatan Rancabali. Angkutan lain yang umum digunakan adalah mobil pick up dan truk. Angkutan tersebut biasanya digunakan untuk mengangkut hasil panen komoditas pertanian masyarakat setempat.

Desa Panundaan yang berada di ujung tenggara Kecamatan Ciwidey berbatasan langsung dengan Kecamatan Rancabali dan Kecamatan Pasir Jambu. Posisi Desa Panundaan berada di antara jalan raya Ciwidey-Patenggang yang menjadi nadi arus lalu lintas perekonomian Bandung Selatan. Oleh karena itu jalan utama desa ini sudah diaspal namun jalan menuju ke dalam perkampungannya masih buruk karena belum diaspal sehingga jalanan rusak dan berlubang. Hal ini cukup membahayakan bagi pengguna kendaraan, terlebih lagi topografi lahan di desa ini cukup berbukit di dalam perkampungannya.

Jalur menuju kebun petani harus ditempuh dengan berjalan kaki melintasi jalan perkampungan. Apabila musim penghujan tiba sangat sulit menuju kebun karena jalanan kebun menjadi licin dan berlumpur. Kondisi ini merupakan salah satu penghambat dalam kegiatan pemasaran hasil pertanian.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Panundaan secara keseluruhan berjumlah 11 647 jiwa, yang terdiri dari 5 881 laki-laki dan 5 766 perempuan. Terdapat 3 669 kepala keluarga dan 3 467 rumah tangga di Desa Panundaan. Susunan penduduk Desa Panundaan berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Susunan penduduk Desa Panundaan menurut kelompok usia tahun 2012a

Kelompok Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-4 1 260 10.82 5-12 906 7.78 13-15 1 268 10.89 16-21 1 044 8.96 22-59 6 494 55.76 ≥ 60 675 5.79 TOTAL 11 647 100.00 a

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Panundaan, 2012.

Pada Tabel 10 terlihat bahwa penduduk Desa Panundaan didominasi penduduk dengan usia produktif (22-59 tahun) yaitu sebesar 55.76 persen dari total penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Panundaan memiliki potensi yang cukup besar di bidang penyediaan tenaga kerja, khususnya di bidang pertanian yang membutuhkan banyak tenaga kerja.

Desa Panundaan merupakan desa pertanian, oleh karena itu mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebesar 71.26 persen dari total penduduk usia produktif. Mata pencaharian terbesar kedua adalah petani yang mencapai 11.08 persen dan yang terbesar selanjutnya adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa yaitu 10.51 persen dari total penduduk usia produktif. Susunan penduduk Desa Panundaan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Susunan penduduk Desa Panundaan menurut jenis pekerjaan tahun 2012a

Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Petani 740 11.08

Buruh Tani 4 761 71.26

Pemilik Usaha Pertanian 148 2.21

Usaha Peternakan 5 0.07

Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga 99 1.48

Sektor Jasa 702 10.51

PNS 8 0.12

TNI/POLRI 26 0.39

Dokter & Perawat Swasta 11 0.16

Dukun/ Paranormal/ Supranatural 9 0.14

Guru Swasta 20 0.30

Seniman/ Artis 152 2.28

TOTAL 6 681 100.00

a

Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 2012.

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, kepala keluarga di Desa Panundaan sebagian besar menamatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar, yaitu sebesar 39.46 persen. Pendidikan tertinggi kedua yang ditempuh kepala keluarga adalah menamatkan pendidikan hingga SMP sebesar 37.77 persen. Sementara itu yang menempuh tingkat perguruan tinggi hanya 1.55 persen saja. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan yang diikuti oleh penduduk Desa Panundaan. Selain itu terlihat juga bahwa penduduk yang mengikuti pendidikan formal masih sedikit jika dibandingkan dengan total penduduk desa secara

keseluruhan. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah akan mempengaruhi kemampuannya dalam penerapan inovasi teknologi khususnya dalam aktivitas usahatani. Jumlah kepala keluarga menurut status pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah kepala keluarga menurut status pendidikan tahun 2012a

Status Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tidak Tamat SD 393 11.08 SD 1 400 39.46 SMP 1 340 37.77 SMA 360 10.14 Akademi/Perguruan Tinggi 55 1.55 Jumlah 3 548 100.00 a

Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Panundaan, 2012.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan lahan di Desa Panundaan mayoritas untuk perkebunan dan mayoritas penduduk bekerja di bidang pertanian. Oleh karena itu dari total penduduk Desa Panundaan, terdapat 2 430 keluarga di Desa Panundaan yang memiliki tanah pertanian, tetapi keluarga yang merupakan keluarga petani totalnya 740. Terdapat juga 776 petani yang berusahatani akan tetapi tidak memiliki lahan pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Panundaan banyak sekali petani tetapi kekurangan sumberdaya lahan sehingga banyak yang menjadi buruh tani.

Lahan pertanian yang dimiliki oleh keluarga di Desa Panundaan mayoritas luasnya kurang dari satu hektar. Keluarga yang memiliki lahan diatas lima hektar ada lima keluarga saja. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar kepemilikan lahan keluarga petani di Desa Panundaan masih sempit. Pemilikan lahan pertanian keluarga di Desa Panundaan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Pemilikan lahan pertanian keluarga di Desa Panundaan tahun 2012a

URAIAN JUMLAH (KELUARGA)

Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian 2 430

Tidak memiliki 776

Memiliki kurang dari 1 ha 2 415

Memiliki 1.0-5.0 ha 15

Memiliki 5.0-10 ha 5

Jumlah total keluarga petani 740

a

Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 2012.

Gambaran Umum Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani merupakan aspek penting dalam menilai keberhasilan usahatani. Seseorang yang mempunyai kemampuan pendidikan yang baik dan berpengalaman lebih banyak serta mempunyai kemampuan teknis yang memadai akan berada pada posisi yang terbaik (Setianingsih et aldalam Yuniarni, 2009).

Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani sayuran di Desa Panundaan dan telah melaksanakannya minimal selama tiga musim tanam terakhir. Petani responden berjumlah 35 petani. Pada penelitian ini karakteristik petani responden terdiri dari luas pengusahaan

lahan, status usaha, status kepemilikan lahan, usia, tingkat pendidikan, pengalaman dalam bertani serta jumlah tanggungan keluarga. Seluruh faktor tersebut penting untuk diketahui karena akan berpengaruh terhadap keputusannya dalam melakukan kegiatan usahatani. Oleh karena itu penelitian ini menjelaskan faktor tersebut dalam kaitannya terhadap usahatani.

Luas lahan garapan yang digarap oleh petani responden beragam yaitu dari luas 140 m2 hingga 5 600 m2. Rata-rata luasan lahan petani responden adalah 1 595 m2. Menurut Soekartawi (1984), petani lahan sempit adalah petani yang mengelola lahan lebih kecil dari 0.25 hektar di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani sayuran di Desa Panundaan mayoritas merupakan usahatani sempit. Akan tetapi kegiatan usahatani yang dilakukan petani responden sudah dalam tahap semi komersil karena kegiatan usahatani yang dilakukannya tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga ada yang dijual secara komersil dalam rangka meningkatkan pendapatan petani.

Petani responden mayoritas mengelola lahan antara 500 m2 hingga 2 000 m2 yaitu sebesar 68.57 persen. Petani dengan luas lahan garapan diatas 5 000 m2 hanya sebesar 5.71 persen. Oleh karena itu mayoritas petani responden mengelola lahan yang cenderung sempit. Adapun karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan

No Luas Lahan (m2) Jumlah

Orang Persentase (%) 1 <500 3 8.57 2 500-<2 000 24 68.57 3 2 000-<3 500 4 11.43 4 3 500-<5 000 2 5.71 5 ≥5 000 2 5.71 Jumlah 35 100.00

Rata-rata luas lahan petani responden adalah 1 595 m2. Petani responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu petani luas dan petani sempit. Petani luas adalah petani yang memiliki atau mengusahakan kebun yang luas lahannya diatas rata-rata. Sementara itu, petani sempit adalah petani yang memiliki atau mengusahakan kebun yang luas lahannya dibawah rata-rata. Ada 11 orang yang dikategorikan sebagai petani luas dan sebanyak 24 orang dikategorikan sebagai petani sempit. Karakteristik petani responden berdasarkan luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Karakteristik petani responden berdasarkan luasan lahan luas dan lahan sempit

No Luas Lahan (m2) Jumlah

Orang Persentase (%)

1 Petani Luas (>1 595) 11 31.43

2 Petani Sempit (<1 595) 24 68.57

Jumlah 35 100.00

Pada umumnya petani responden menjadikan pekerjaan berusahatani sayuran sebagai mata pencaharian utama. Dari total 35 responden yang terbagi menjadi petani luas maupun sempit, sebesar 88.57 persen menjadikan bertani

sebagai mata pencaharian utama. Pada petani luas, kegiatan berusahatani menjadi mata pencaharian utama bagi seluruh responden, sedangkan pada petani sempit ada sebesar 16.67 persen yang menjadikan kegiatan berusahatani sebagai mata pencaharian sampingan. Bagi petani responden yang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan, pekerjaan utamanya adalah sebagai ojek, pemilik konveksi, dan dua orang pemilik warung. Karakteristik petani responden berdasarkan status usaha dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Karakteristik petani responden berdasarkan status usaha No Status

Usaha

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 Utama 11 100.00 20 83.33 31 88.57 2 Sampingan 0 0.00 4 16.67 4 11.43 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Status kepemilikan lahan responden di Desa Panundaan terbagi menjadi tiga, yaitu lahan milik sendiri, lahan sewaan dan lahan gadaian. Luasan lahan yang digarap oleh petani tidak berpengaruh terhadap status kepemilikan lahan. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil penelitian di lapang. Petani yang lahannya luas bukan berarti memiliki lahan tersebut, tetapi bisa juga mengelola lahan dari aktivitas menyewa maupun menggarap lahan gadaian seseorang.

Mayoritas petani memiliki lahannya sendiri yaitu sebesar 65.71 persen dari total petani responden. Petani lahan luas tidak berarti memiliki lahannya sendiri, karena sebesar 18.18 persen petani luas menyewa lahan dan 9.09 persen petani luas mengelola lahan gadaian. Pada petani sempit juga terdapat petani yang mengelola lahan gadaian sebesar 4.17 persen. Karakteristik petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Karakteristik petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan No Uraian

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 Pemilik 8 72.73 15 62.50 23 65.71 2 Penyewa 2 18.18 8 33.33 10 28.57 3 Gadai 1 9.09 1 4.17 2 5.72 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Usia akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani yang mampu dilakukan petani. Semakin tua usia petani maka kemampuan fisiknya akan cenderung menurun sehingga mengurangi kemampuannya dalam berusahatani. Rata-rata usia petani responden adalah 39 tahun. Usia paling muda petani responden adalah 20 tahun, sedangkan usia paling tua adalah 67 tahun. Mayoritas responden berusia antara 31 hingga 40 tahun yaitu 37.14 persen dan hanya terdapat empat orang petani responden yang berusia diatas 50 tahun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa petani mayoritas berada dalam usia produktif. Karakteristik petani responden berdasarkan golongan usia dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Karakteristik petani responden berdasarkan golongan usia No Golongan

Usia (tahun)

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 20-30 1 9.09 7 29.17 8 22.86 2 31-40 5 45.45 8 33.33 13 37.14 3 41-50 3 27.27 7 29.17 10 28.57 4 51-60 1 9.09 1 4.17 2 5.71 5 >60 1 9.09 1 4.17 2 5.71 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Tingkat pendidikan petani responden diduga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden baik petani luas maupun sempit pernah mengikuti pendidikan formal. Akan tetapi tingkat pendidikan yang diikuti tersebut masih rendah yaitu mayoritas hingga Sekolah Dasar yaitu sebesar 57.14 persen dari total petani responden. Sebesar 25.71 persen total petani responden menamatkan pendidikan hingga SMP dan 14.29 petani responden menamatkan hingga SMA. Terdapat satu petani responden lahan sempit yang melanjutkan pendidikan hingga Diploma dan tidak ada yang pernah mengenyam pendidikan hingga tingkat sarjana. Walaupun begitu tidak ada petani responden yang tidak pernah bersekolah. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang diikuti petani masih rendah. Adapun karakteristik petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Karakteristik petani responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat

Pendidikan

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 SD 6 54.54 14 58.33 20 57.14 3 SMP 3 27.27 6 25.00 9 25.71 4 SMA 2 18.18 3 12.50 5 14.29 5 Diploma 0 0.00 1 4.17 1 2.86 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Tingkat pendidikan tidaklah cukup untuk mendukung keberhasilan seorang petani. Selain dari pendidikan yang baik dibutuhkan juga pengalaman dalam berusahatani. Pengalaman dalam berusahatani akan berpengaruh terhadap kemampuan teknis petani sehingga bisa berusahatani sebaik dan seefisien mungkin. Petani memulai bertani sejak masih kecil dan belajar bertani dari orangtua mereka. Alasan responden berusahatani sayuran karena merupakan usaha turun temurun dari orangtua mereka. Terlebih lagi komoditas sayuran cocok diusahakan di lokasi penelitian.

Petani mengetahui teknik berusahatani dengan cara trial and error atau teknik coba-coba. Petani mengetahui cara atau teknik berusahatani yang baik menurut pengalaman pribadi mereka di lapang. Oleh karena itu masing-masing petani memiliki cara dan tekniknya sendiri dalam berusahatani. Tidak ada yang sama dalam kegiatan berusahataninya, seperti jumlah penggunaan input dan teknis budidaya. Berdasarkan pengalaman di lapang, semakin tua umur seseorang maka

pengalaman bertaninya akan semakin lama juga karena telah melakukan kegiatan usahatani sejak kecil.

Pengalaman petani responden yang paling rendah adalah satu tahun, sedangkan pengalaman paling lama pada petani reponden adalah 50 tahun. Rata- rata pengalaman responden dalam usahatani adalah 15 tahun. Petani luas maupun petani sempit mayoritas memiliki pengalaman usahatani selama 5-20 tahun. Tidak ada petani sempit yang sudah berpengalaman di bidang pertanian selama lebih dari 35 tahun. Adapun karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman bertani No Pengalaman

Bertani (tahun)

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 <5 1 9.09 7 29.17 8 22.86 2 5-<20 5 45.45 9 37.50 14 40.00 3 20-<35 2 18.18 8 33.33 10 28.5 4 35-<50 2 18.18 0 0.00 2 5.71 5 ≥50 1 9.09 0 0.00 1 2.86 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Besarnya pendapatan usahatani seseorang tidak dapat dijadikan sebagai indikasi kesejahteraaan hidup keluarga petani. Jika besarnya jumlah pendapatan usahatani sebanding dengan banyaknya jumlah anggota keluarga petani yang harus ditanggung, maka besarnya jumlah pendapatan yang diterima petani tidak akan berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan hidup keluarga petani.

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang berada dalam manajemen rumah tangga termasuk kepala keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan. Semakin banyak tenaga kerja maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi sehingga semakin kecil dana yang dapat dialokasikan untuk biaya usahatani, tetapi di sisi lain semakin banyak anggota keluarga yang aktif berusahatani berpeluang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada petani lain dengan jumlah anggota keluarga yang tidak aktif.

Jumlah tanggungan keluarga petani responden baik petani luas maupun sempit mayoritas berjumlah tiga hingga empat orang, yaitu sebesar 63.64 persen bagi petani luas dan 66.67 persen bagi petani sempit. Hanya sedikit petani yang memiliki anggota keluarga diatas enam orang. Adapun karakteristik petani responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Karakteristik petani responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

No Anggota Keluarga

Petani Luas Petani Sempit Total

Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) Orang Persentase (%) 1 1-2 orang 2 18.18 5 20.83 7 20.00 2 3-4 orang 7 63.64 16 66.67 23 65.72 3 5-6 orang 1 9.09 2 8.33 3 8.57 4 >6 orang 1 9.09 1 4.17 2 5.71 Jumlah 11 100.00 24 100.00 35 100.00

Keseluruhan karakteristik petani responden yang telah diuraikan diatas berpengaruh terhadap keputusan petani responden dalam berusahatani. Oleh karena itu karakteristik petani menjadi salah satu aspek penting dalam menggambarkan kegiatan usahatani sayuran di lokasi penelitian.

Gambaran Umum Usahatani Sayuran di Desa Panundaan Pola Tanam

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penduduk Desa Panundaan yang bekerja sebagai petani adalah sebanyak 11 persen dari total penduduk dan merupakan penyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah buruh tani (74 persen). Mayoritas kegiatan usahatani di Desa Panundaan dilakukan dengan skala usaha yang kecil karena rata-rata lahan garapannya kurang dari 0.25 hektar. Walaupun demikian, usahatani yang dilakukan sudah bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan rumah tangga petani melalui perolehan pendapatan. Pendapatan diperoleh melalui penjualan hasil produksi sayuran.

Petani responden di Desa Panundaan dapat menghasilkan tiga kali panen sayuran dalam satu tahun karena rata-rata umur tanaman adalah tiga hingga empat bulan. Oleh karena itu pada analisis ini diasumsikan bahwa terdapat tiga musim tanam (MT) dalam setahun dan analisis ini menggunakan musim periode tahun 2012-2013. Musim tanam pertama adalah bulan Januari-April, musim tanam kedua adalah bulan Mei-Agustus, musim tanam ketiga adalah bulan September- Desember. Musim tanam pertama dan kedua berada saat musim kemarau dan musim tanam ketiga berada saat musim hujan. Sayuran yang ditanam oleh petani responden adalah seledri, bawang daun, kembang kol, kentang, cabai, dan petsai. Penentuan jenis sayur yang ditanam umumnya berdasarkan musim, minat dan kemampuan petani baik teknis maupun modal dalam budidaya sayur yang akan diusahakan. Kegiatan usahatani yang diterapkan responden seluruhnya adalah monokultur.

Sayuran yang umurnya relatif singkat adalah petsai karena memerlukan waktu 60 hari hingga panen, sedangkan bawang daun dan kentang dapat dipanen setelah umur 90 hari. Seledri, kembang kol dan cabai dapat dipanen pada umur 100 hari. Sementara itu untuk persemaian sayuran dibutuhkan waktu sekitar 45 hari hingga dua bulan untuk dapat menjadi bibit siap tanam. Tanaman yang perlu dilakukan persemaian terlebih dahulu adalah seledri. Sementara itu, bawang daun dan kembang kol mayoritas ditanam dari bibit langsung. Kentang dan cabai ditanam dari benih namun tidak perlu lahan untuk persemaian secara khusus.

Mayoritas sayuran yang ditanam petani di lokasi penelitian adalah seledri dan bawang daun. Hal ini dilakukan karena budaya petani di Desa Panundaan terbiasa menjadikan kedua sayuran tersebut menjadi tanaman utama yang dibudidaya. Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seledri dan bawang daun merupakan komoditas unggulan sehingga persebarannya banyak di

Dokumen terkait