• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografi, Iklim dan Kondisi Fisik

Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambi dengan luas wilayah sekitar 7.160 km2. Secara geografis Kabupaten ini berada pada posisi antara 01o 08’ sampai 01o 55 LS dan antara 101o 27’ sampai 102o30’ BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Sumbar), sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Merangin, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya (Sumbar) dan Kabupaten Kerinci, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Tebo (BPS Kabupaten Bungo 2012). Kabupaten Bungo memiliki iklim tropika basah dengan temperatur berkisar antara 25,8-26,7oC, tingkat kelembaban 56-85%, dan curah hujan rata-rata 2889 mm per tahun dengan elevasinya berkisar dari 70-1300 m dpl. Terdapat 3 jenis tanah yang mendominasi yaitu: andosol, latosol, dan podsolik. Tanah andosol hanya menempati sebagian kecil wilayah Kabupaten Bungo dan mayoritas berada pada bagian Barat Daya Kabupaten Bungo yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat, sementara dua tanah lainnya yaitu latosol dan podsolik hampir menyebar merata diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bungo.

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bungo adalah sebagian dataran rendah disebelah Utara, dan Tengah yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan laut atau sampai dengan 20 m dpl. Bertekstur agak kasar dengan ketersediaan air yang cukup karena dilalui 4 buah sungai besar yaitu: Das Batang Hari, Sub Das Batang Tabir, Sub Das Batang Tebo, dan Sub Das Batang Hari Ulu. Lahan bergelombang dengan kemiringan lereng kurang dari 40% yang mencapai 80% dari luas wilayah. Kondisi ini sangat cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan, sedangkan sisanya sebanyak 20% luas wilayah mempunyai kemiringan lereng lebih dari 40% termasuk dalam kawasan lindung.

Pemerintahan

Wilayah administratif Kabupaten Bungo terdiri dari 17 Kecamatan dengan 141 desa dan 12 kelurahan (BPS Kabupaten Bungo 2012). Pembagian wilayah administrasi pemerintahan di Kabupaten Bungo saat ini cukup besar, dan merupakan jumlah terbesar untuk wilayah Provinsi Jambi. Kondisi ini di satu sisi merupakan langkah stategis dalam rangka meningkatkan jangkauan layanan publik kepada masyarakat, sehingga akses masyarakat terhadap layanan pemerintahan menjadi lebih dekat. Namun disisi lain, jika tidak diikuti dengan upaya efisiensi disegala bidang maka akan menjadi sumber pemborosan dalam pembiayaan pembangunan. Rincian masing-masing kecamatan dan desa dapat dilihat pada Tabel 6. Dapat disimpulkan bahwa kecamatan yang terbanyak jumlah desa adalah Kecamatan Pelepat Ilir sebanyak 17 desa dan kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan terbanyak terdapat pada Kecamatan Pasar Muara Bungo sebanyak 5 kelurahan. Daerah kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Pelepat dengan luas wilayah sebesar 1.069,07 km2 atau 22,95% dari luas Kabupaten Bungo, dan paling sedikit luasannya terdapat pada Kecamatan Pasar Muara Bungo sebesar 9,21 km2 atau 0,20% dari luas Kabupaten Bungo.

30

Tabel 6 Jumlah desa dan kelurahan menurut kecamatan di Kabupaten Bungo tahun 2013

Kecamatan Desa Kelurahan

Pelepat 15 0

Pelepat Ilir 17 0

Bathin II Bebeko 6 0

Rimbo Tengah 2 2

Bungo Dani 3 2

Pasar Muara Bungo 0 5

Bathin III 5 3

Rantau Pandan 6 0

Muko-Muko Bathin VII 9 0

Bathin III Ulu 9 0

Tanah Sepenggal 10 0

Tanah Sepenggal Lintas 12 0

Tanah Tumbuh 11 0

Limbur Lubuk Mengkuang 14 0

Bathin II Pelayang 5 0

Jujuhan 10 0

Jujuhan Ilir 7 0

Jumlah 141 12

Demografis

Berdasarkan data demografis hasil sensus penduduk tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bungo, jumlah penduduk Kabupaten Bungo sebanyak 329.934 jiwa yang terdiri dari 168.783 jiwa penduduk laki-laki dan 161.151 jiwa penduduk perempuan. Penduduk di Kabupaten Bungo tidak menyebar secara merata di setiap kecamatan yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Bungo tahun 2014, tercatat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pelepat Ilir sebesar 48,409 jiwa, dan paling sedikit adalah di Kecamatan Bathin III Ulu sebesar 8.525 jiwa disajikan pada Gambar 4.

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000

Jumlah penduduk (jiwa)

kecamatan

31

Jumlah penduduk Kabupaten Bungo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga kepadatan penduduk pun berubah. Hal ini mungkin disebabkan oleh salah satu faktor bahwa Kabupaten Bungo merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi di Provinsi Jambi, terbukti pada tahun 2010 Kabupaten Bungo telah menerima sebesar 242 jiwa transmigran yang ditempatkan di Kecamatan Rantau Pandan. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pasar Muara Bungo yaitu sebesar 2.631,16 (jiwa/km2), dan terendah adalah Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang sebesar 16,38 (jiwa/km2). Tingginya kepadatan ini salah satunya karena Kecamatan Pasar Muara Bungo merupakan pusat aktivitas pertumbuhan perdagangan, perindustrian, jasa serta aktifitas sosial lainnya yang secara tidak langsung menarik minat masyarakat untuk bermukim disana. Kepadatan penduduk secara rinci disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Bungo tahun 2013

Kecamatan Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

Pelepat 28,22

Pelepat Ilir 117,99

Bathin II Bebeko 65,03

Rimbo Tengah 266,89

Bungo Dani 702,25

Pasar Muara Bungo 2.631,16

Bathin III 253,17

Rantau Pandan 42,52

Muko-Muko Bathin VII 78,02

Bathin III Ulu 22,8

Tanah Sepenggal 209,5

Tanah Sepenggal Lintas 297,72

Tanah Tumbuh 61,06 Limbur Lubuk Mengkuang 16,38 Bathin II Pelayang 50,96 Jujuhan 62,77 Jujuhan Ilir 54,77

Komposisi umur merupakan faktor yang sangat penting dalam demografi, terutama dalam berbagai analisis kependudukan. Berdasarkan komposisi umur, penduduk Kabupaten Bungo tergolong penduduk usia muda dengan bentuk kurva kependudukan seperti lonceng. Gambar 5 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bungo mayoritas berusia 0-4 tahun, dan terendah berusia 70-74 tahun.

32

Gambar 5 Jumlah penduduk menurut kelompok umurdi Kabupaten Bungo tahun 2013

Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum penduduk Kabupaten Bungo masih bergantung pada pertanian dalam arti luas. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bungo pada tahun 2013 sebesar 7,48%. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Bungo tahun 2013 terlihat bahwa 36% dari jumlah penduduk bekerja dibidang pertanian. Persentase bidang pekerjaan berturut-turut adalah bidang transportasi dan perdagangan 19%, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan sebesar 15%, perusahaan 7%, jasa- jasa 5%, dan lainnya 1%. Demikian juga jika dilihat dari struktur perekonomiannya, nampak bahwa sektor yang paling tinggi nilainya adalah pertanian sebesar 26,41% (Gambar 6).

Gambar 6 Struktur Perekonomian Kabupaten Bungo tahun 2013 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 pertanian 27% pertambangan 16% industri pengolahan 4% listrik&air 1% perdagangan 18% pengangkutan 6% keuangan 5% bangunan 10% jasa-jasa 13% jiwa umur

33

Perekonomian erat kaitannya dengan pendapatan regional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu wilayah. Pada tahun 2013, total nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 6,19 triliun rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 1,60 triliun rupiah (Tabel 8).

Tabel 8 Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha Kabupaten Bungo tahun 2013

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sektor pertanian masih dominan terhadap tercapainya pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo. Secara lebih spesifik, dapat ditemukan bahwa empat subsektor pertanian yakni, tanaman bahan makanan pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan adalah merupakan sektor basis di Kabupaten Bungo. Kontributor utama lainnya terhadap perolehan PDRB Kabupaten Bungo adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pertambangan, penggalian, bangunan , serta jasa- jasa. Masing-masing sektor ini memiliki kontribusi diatas 5% dari total perolehan PDRB Kabupaten Bungo tahun 2011-2013. Hadirnya empat sektor yang merupakan sektor tersier dalam pembangunan perekonomian dapat memberikan arti tersendiri terhadap prospek perkembangan kinerja perekenomian Kabupaten Bungo kedepannya. Sementara itu, dapat dijelaskan juga bahwa sektor yang hampir selalu linear sepanjang tahun adalah sektor industri pengolahan. Bergesernya kinerja pembangunan dari sektor primer yang diwarnai oleh pembangunan yang bersifat padat modal, padat teknologi, dan tenaga kerja terlatih (skilled labour) serta didukung oleh sektor keuangan yang maju akan membuka peluang perekonomian Kabupaten Bungo bergerak menuju ke struktur ekonomi yang lebih kompetitif.

Sosial Budaya

Salah satu program pokok pembangunan Kabupaten Bungo adalah meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal. Mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai perguruan tinggi dan pendidikan non formal berupa pendidikan dan latihan berbagai bidang pengetahuan ketrampilan yang diperlukan untuk pembangunan serta pembinaan generasi muda. Pendidikan merupakan aspek utama yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan masyarakat

Lapangan Usaha Persentase (%)

Pertanian 31,77

Pertambangan, Penggalian 9,75

Listrik, Gas dan Air Bersih 0,6

Bangunan 9,68

Perdagangan, Hotel, Restoran 23,14

Pengangkutan, Komunikasi 7,6

Keuangan, Persewaan, Jasa, Perumahan 4,24

34

berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi, didominasi tamatan sekolah dasar (SD) dengan jumlah 46.707 jiwa dan sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 31.140 jiwa dari jumlah 140.630 jiwa penduduk yang bekerja di Kabupaten Bungo. Selanjutnya ditinjau dari agama dan tingkat kepercayaannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Bungo beragama Islam yaitu sebesar 319.886 jiwa dan selebihnya beragama Kristen Protestan 1.408 jiwa, Katolik 1.529 jiwa , Hindu 121 jiwa, Budha 226 jiwa dan lainnya sebesar 302 jiwa.

35

Dokumen terkait