Kondisi Umum Sub DAS Lubuk Paraku
Daerah aliran sungai (DAS) Batang Arau merupakan salah satu DAS yang terdapat di Kota Padang. Luasan wilayah DAS Batang Arau sekitar 174,25 Km2, dengan keliling DAS 121,98 Km, lebar DAS 70,48 Km dan panjang sungai utama 23,78 Km. Secara geografis, wilayah DAS Batang Arau terletak pada 0°48’
sampai 0°56’ lintang selatan dan 100°21’ sampai 100°33’ bujur timur dengan
ketinggian mulai dari 0 – 1.210 meter dari permukaan laut (BPDAS Agam Kuantan 2011). Kawasan hulu DAS Batang Arau yaitu Sub DAS Lubuk Paraku yang didominasi oleh hutan lindung dan kawasan konservasi. Sub DAS Lubuk Paraku terletak di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan dan berjarak sekitar 25 Km ke arah timur pusat Kota Padang.
Kawasan Sub DAS Lubuk Paraku mempunyai kemiringan lereng dari landai (8-16 %) sampai sangat curam (> 40 %) dengan topografi dominan berbukit. Sub DAS Lubuk Paraku mempunyai sungai utama yaitu Sungai Lubuk Paraku dengan panjang 10,29 Km dan merupakan sungai terbesar kedua dalam DAS Batang Arau dengan debit tahunan yang besar. Air Sungai Lubuk Paraku beserta anak-anak sungai lainnya antara lain Sungai Batang Air Indarung, Sungai Batang Paraku dan Sungai Padang Idas bertemu di kawasan tengah dengan Sungai Padang Besi di kawasan Lubuk Sarik. Pertemuan beberapa air sungai ini kemudian mengalir ke Sungai Batang Arau yang merupakan sungai utama yang mengalir di tengah Kota Padang (BPDAS Agam Kuantan 2011). Pola aliran Sub DAS Lubuk Paraku mirip dengan pola bulu burung yang artinya air yang mengalir dari anak-anak sungai masuk ke sungai utama, namun debit banjirnya kecil karena waktu datangnya aliran dari anak sungai berbeda-beda. Posisi Sub DAS Lubuk Paraku dalam DAS Batang Arau dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Posisi Sub DAS Lubuk Paraku pada DAS Batang Arau
Sumber: Balai Wilayah Sungai Sumatera V Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Sumatera Barat 2012
Daerah tangkapan air (DTA) di Sub DAS Lubuk Paraku relatif kecil yaitu seluas 25,04 Km2 atau 14,71 % terhadap luas total DAS Batang Arau yang berada di Timur Laut Kota Padang dan bermuara di Samudera Indonesia. Aliran air dari Sub DAS Lubuk Paraku ini berhulu di kawasan Bukit Barisan yang berada di perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Solok. Daerah tangkapan air ini terdiri dari Taman Hutan Raya (Tahura) Dr. Mohammad Hatta seluas 240 Ha dan Cagar Alam Barisan I seluas 2.264 Ha yang merupakan rangkaian kawasan Pegunungan Bukit Barisan (BPDAS Agam Kuantan 2011).
Fungsi kawasan hutan Sub DAS Lubuk Paraku sangat didominasi oleh hutan suaka alam dan wisata. Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta adalah salah satu hutan wisata alam yang memiliki potensi sumberdaya alam berupa keanekaragaman jenis flora dan fauna. Jenis flora endemik adalah Bunga Rafflesia (Rafflesia gadutensis), di samping itu juga ditemukan jenis Kembang Bangkai (Amorphopalus sp) dan Kantong Semar (Nepenthes bongso). Potensi flora lain yang bisa ditemukan di kawasan Tahura Bung Hatta adalah dari famili Agavaceae, Anacardiaceae, Combretaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan masih banyak yang lain (Andalas University 2006). Kawasan hutan yang terdapat di hulu Sub DAS Lubuk Paraku ini memiliki arti penting bagi pengaturan tata air dan pencegahan bahaya erosi dan banjir. Gambaran fungsi kawasan di Sub DAS Lubuk Paraku dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Fungsi kawasan di Sub DAS Lubuk Paraku Sumber: BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat 2011
Bentuk lahan di daerah hulu Sub DAS Lubuk Paraku berasal dari proses vulkanik, yaitu proses pembentukan lahan karena aktivitas vulkanik atau gunung berapi. Dengan kondisi lahan yang demikian, menyebabkan terbentuknya daerah tangkapan air yang besar, karena kemampuan kawasan hutan tersebut dalam menyerap air sangat bagus. Dengan kemampuan meresap air dalam jumlah banyak ini, diharapkan kondisi hutan yang ada saat ini tetap terjaga keaslian dan kelestariannya. Jika kondisi ini selalu dijaga, maka akan membuat ketersediaan air terus ada untuk generasi mendatang.
Air Sungai Lubuk Paraku sampai saat ini masih jernih dan dasar sungainya dipenuhi batuan kecil yang terlihat dengan jelas. Inilah yang menjadi alasan lokasi itu ditetapkan sebagai salah satu kawasan wisata pemandian di Kota Padang. Keadaan tersebut merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha kios atau warung makan.
Di Sungai Lubuk Paraku, bagian lubuk yang kini menjadi kawasan wisata terbentuk oleh aktivitas pengambilan batuan besar. Adapun bagian lubuk sebelumnya kini menjadi aliran deras biasa. Letaknya sekitar empat meter ke arah arus yang berlawanan lubuk saat ini. Selain udara sejuk dan air yang dingin, kupu- kupu dan capung relatif mudah ditemui di kawasan itu. Kehadiran capung tersebut merupakan indikator kebersihan air sungai Lubuk Paraku (Rinaldi 2012).
Jenis ikan yang banyak terlihat pada Sungai Lubuk Paraku ialah ikan
gariang (Tor tambroides). Ikan gariang merupakan jenis yang menghuni sungai jernih, karena itu yang dicari ikan gariang adalah arah ke hulu sungai. Namun, dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya semakin berkurang, hal ini dikarenakan berkurangnya populasi ikan gariang yang disebabkan oleh beragam faktor, termasuk perubahan bentang alam sebagai dampak pembangunan yang cenderung
mengabaikan kelestarian lingkungan. Selain itu, sebagian masyarakat mungkin juga ikut andil, seperti perambahan hutan serta cara penangkapan ikan dengan setrum atau racun dan pergeseran metode penangkapan ikan yang diiringi perkembangan tuntutan hidup. Selain ikan gariang, ikan mungkuih (Gobiidae) dan spesies belut besar dengan diameter sekitar 20 sentimeter dan penjang lebih dari 1 meter dapat pula ditemui di Sungai Lubuk Paraku (Rinaldi 2012).
Bagi masyarakat yang tinggal di lokasi sekitar kawasan hutan, kendala yang dihadapi untuk mendapatkan air Sungai Lubuk Paraku ini adalah kondisi akses jalan menuju sungai cukup sulit dilalui karena harus menuruni lereng gunung yang cukup terjal, sehingga potensi yang ada pada sungai kurang termanfaatkan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan akses untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan air dengan tetap memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan, tetapi secara fisik tidak menimbulkan perubahan pada jalur alami yang ada.
Kondisi Iklim Sub DAS Lubuk Paraku
Wilayah Sub DAS Lubuk Paraku yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan bulanan di atas 100 mm dan rata-rata curah hujan tahunannya mencapai kisaran antara 3.082 – 4.619 mm dimana curah hujan tinggi terjadi pada bulan September hingga Januari (BPDAS Agam Kuantan 2011). Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson wilayah ini memiliki tipe iklim A dan bulan-bulan basahnya mencapai 11 bulan dalam setahun (BPDAS Agam Kuantan 2011).
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Batu Busuk, wilayah Sub DAS Lubuk Paraku memiliki curah hujan yang tinggi sehingga kawasan tersebut mempunyai nilai erosivitas yang tinggi pula dan merupakan ancaman terhadap terjadinya bahaya erosi dan longsor pada wilayah hulu Sub DAS dan dapat menimbulkan dampak banjir pada wilayah hilirnya.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sub DAS Lubuk Paraku Sungai Lubuk Paraku merupakan sungai utama dalam Sub DAS Lubuk Paraku yang terletak di Kelurahan Indarung yang alirannya juga melewati Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Jumlah penduduk di Kelurahan Indarung pada tahun 2011 yaitu lebih kurang 12.128 jiwa, dengan jumlah penduduk pria sebanyak 5.597 jiwa dan penduduk wanita berjumlah 6.531 jiwa (Data Kelurahan Indarung 2011). Sedangkan jumlah penduduk di kelurahan Batu Gadang yaitu 6.815 jiwa, dengan jumlah penduduk pria sebanyak 3.455 jiwa dan penduduk wanita berjumlah 3.360 jiwa (Data Kelurahan Batu Gadang 2011). Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Lubuk Paraku banyak yang bermatapencaharian sebagai petani, buruh dan wiraswasta namun ada juga beberapa yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta. Data kependudukan masyarakat yang berada di Kelurahan Indarung dan Kelurahan Batu Gadang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Indarung
No. Jenis kelamin Jumlah penduduk
1. Kepala Keluarga 2.850
5.597 2. Laki-laki
3. Perempuan 6.531
Jumlah total penduduk 12.128
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan lebih banyak jumlahnya dibanding penduduk laki-laki. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika pada pengambilan sampel kepala rumah tangga adalah perempuan. Responden yang dipilih merupakan kepala atau dianggap sebagai kepala rumah tangga dari suatu unit keluarga. Usia mereka bervariasi antara 22 sampai 71 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat di daerah ini umumnya bervariasi, mulai dari tamatan sekolah dasar sampai perguruan tinggi, begitu juga dengan mata pencahariannya. Penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) merupakan jumlah terbanyak pada Kelurahan Indarung. Hal ini membuktikan bahwa tingkat perekonomian yang masih rendah di daerah ini membuat sebagian besar penduduk tidak mampu untuk menyekolahkan anggota keluarga mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kelurahan Indarung dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Indarung
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1. 2. 3. 4.
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Perguruan Tinggi (S1-S3) 1.514 1.262 1.009 407 Total 4.192
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Dengan tingkat pendidikan yang bervariasi tersebut mengakibatkan tingkat mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Indarung juga bervariasi. Banyak jenis pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat di Kelurahan Indarung ini, mulai dari yang bermatapencaharian sebagai buruh sampai dengan pegawai negeri sipil (PNS). Variasi mata pencaharian masyarakat ini juga mempengaruhi pola pemanfaatan sumber air mereka. Semakin bagus mata pencaharian seseorang maka konsumsi air mereka semakin tercukupi. Jenis-jenis mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Indarung dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Jenis-jenis mata pencaharian masyarakat Kelurahan Indarung
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 345
2. ABRI 62 3. Polisi 120 4. Wiraswasta 2.062 5. Swasta 1.979 6. Tani 1.602 7. Buruh 1.704 8. Nelayan 6 9. Pemulung 53 10. Jasa 651 11. Lain-lain 2.944 Total 11.528
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Selain Kelurahan Indarung, Kelurahan Batu Gadang juga merupakan salah satu lokasi untuk pengambilan responden pengguna jasa air rumah tangga dan pertanian. Data mengenai jumlah penduduk Kelurahan Batu Gadang dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Jumlah penduduk Kelurahan Batu Gadang
No. Jenis kelamin Jumlah penduduk
1. Kepala Keluarga 1.578
3.455 2. Laki-laki
3. Perempuan 3.360
Jumlah total penduduk 6.815
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kelurahan Batu Gadang tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang berada di Kelurahan Indarung. Sebagian kecil masyarakat Kelurahan Batu Gadang yang berusia di atas 50 tahun tidak mengenyam bangku pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Batu Gadang
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1. 2. 3. 4.
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Perguruan Tinggi 1.150 1.012 802 113 Total 3.077
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Dari segi mata pencaharian, responden yang berada di daerah Batu Gadang banyak yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan wiraswasta.
Namun selain itu banyak juga masyarakat yang memiliki mata pencaharian lain, seperti dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Jenis-jenis mata pencaharian masyarakat Kelurahan Batu Gadang
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1. Pegawai negeri sipil (PNS) 190
1. Polisi dan ABRI 32
2. Bidan 22
3. Guru 54
4. Swasta 1.245
5. Petani 1.105
6. Buruh pabrik 349
7. Pengumpul batu dan pasir 225
8. Wirausaha/warung 518 9. 10. Jasa Lain-lain 651 257 Total 4.648
Sumber: Lubuk Kilangan Dalam Angka (2011)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dilihat bahwa dengan tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat yang sangat bervariasi pada kedua kelurahan ini, tentu saja akan mempengaruhi pola pemanfaatan air mereka.
Di kelurahan Indarung terdapat dua objek wisata alam yaitu tempat pemandian Sungai Lubuk Paraku dan Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta. Kedua objek wisata alam ini termasuk ke dalam wilayah Sub DAS Lubuk Paraku. Namun diantara objek wisata tersebut, tempat pemandian Lubuk Paraku yang lebih banyak dikunjungi oleh pengunjung dari Kota Padang maupun luar Kota Padang. Masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata tersebut banyak yang membuka warung dan menjadi pedagang. Mereka selain mengandalkan kunjungan wisata, sebagian penduduk yang berada di sekitar Sungai Lubuk Paraku mengandalkan penghasilan pada tanaman seperti kakao dan sebagian lain bekerja di sektor jasa transportasi. Sekitar 50 hektar hingga 100 hektar lahan di Sub DAS Lubuk Paraku ditanami kakao dari total sekitar 800 hektar lahan di Kota Padang yang ditanami kakao.