• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Dusun Menjadi Desa Paluh Pakih Babussalam

Asal mula sejarah desa Paluh Pakih Babussalam berawal dari nama dusun, tepatnya yang dimulai pada tahun 1970 sampai tahun 1996, yang diberi nama dengan sebutan dusun Sembilan Paluh Pakih. Daerah Paluh Pakih sebelum menjadi sebuah dusun, pertama sekali ditemukan oleh Sheh Tuan Guru Babu Rokan, yang pada waktu itu daerah ini merupakan salah satu tempat persinggahannya di waktu ia mencari ikan sambil mendayung sampan.

Pada saat daerah ini ditemukan oleh Sheh Tuan Guru Babu Rokan, daerah tersebut merupakan daerah yang rawan dengan banjir dan penuh dengan rawa. Daerah yang rawan dengan banjir dan penuh rawa itu disebut dengan nama Paluh Pakih, dimana kata “paluh” berarti rawa-rawa, dan “pakih” berarti tempat. Pada saat itu dusun Sembilan Paluh Pakih berada di desa Batang Serangan, kecamatan Padang Tualang, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara.

Beberapa waktu kemudian, letak dan luas desa Batang Serangan mulai berkembang, yang disebabkan oleh karena jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pada tahun 2004, tepatnya bulan April, yang tadinya Batang Serangan adalah sebuah desa berubah menjadi sebuah kelurahan, yang berada di wilayah kecamatan Batang Serangan, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara. Kepemimpinannya dipegang oleh seorang lurah.

Batang Serangan sebelum menjadi sebuah kecamatan, wilayah Paluh Pakih masih berada di kecamatan Padang Tualang, dan akhirnya pada tanggal 30 September 1999, ada tiga wilayah yang akan menjadi sebuah kecamatan, yaitu kecamatan Padang Tualang, kecamatan Sawit Seberang, dan kecamatan Batang Serangan.

Pada tanggal 17 Maret 2005 mulai terjadinya perubahan dari sebuah desa menjadi sebuah kelurahan yang dibagi menjadi 19 kelurahan. Peresmiannya dilakukan di kecamatan Gebang, sehingga kabupaten Langkat ada 20 kecamatan, di antaranya adalah kecamatan Bahorok, Salapian, Sungai Bingai, Kuala, Selesai, Binjai, Stabat, Padang Tualang, Hinai, Sicanggang, Tanjung Pura, Gebang, Besitang, Pangkalan Susu, Sawit Seberang, Batang Serangan, dan kecamatan lainnya berada dalam kawasan Stabat.

Pada tahun 2006 kelurahan Batang Serangan sudah berada di wilayah kecamatan Batang Serangan, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk yang semakin bertambah di kelurahan Batang Serangan, maka pada bulan April tahun 2006, dusun Sembilan Paluh Pakih keluar dari kelurahan Batang Serangan, dan mulai berdiri sendiri untuk mengembangkan daerah wilayahnya sendiri.

Pada tanggal 24 April 2006 kemudian Paluh Pakih dikukuhkan menjadi sebuah desa baru yang berada di wilayah kecamatan Batang Serangan, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara. Peresmian desa ini dilakukan oleh camat Batang Serangan, kapolsek Padang Tualang, dinas instansi Batang Serangan, dan seluruh masyarakat desa itu.

Desa Paluh Pakih selanjutnya diberi nama desa Paluh Pakih Babussalam, “babussalam” diambil dari nama sebuah jalan, tempat dimana desa itu berada. Kepemimpinan desa Paluh Pakih Babussalam dipegang oleh seorang kepala desa, yang bernama Halimula. Sejak saat itu ada tujuh buah desa, dan satu kelurahan di dalam satu wilayah kecamatan Batang Serangan.

2.2. Lokasi dan Lingkungan Alam

Desa Paluh Pakih Babussalam merupakan daerah yang berada di wilayah kecamatan Batang Serangan, kabupaten Langkat, provinsi Sumatera Utara. Perjalanannya menuju desa ini melewati kota Medan, Binjai, Stabat, dan Tanjung Beringin, apabila dari kota Medan.

Perjalanan dari kota Medan berjarak lebih kurang 88 km, dan jarak dari jalan lintas Sumatera (Medan-Aceh) lebih kurang 30 km ke arah Batang Serangan. Lama tempuh dari kota Medan ke desa Paluh Pakih Babussalam sekitar 3,5 jam. Perjalanan untuk memasuki wilayah desa ini, akan terlebih dahulu memasuki kawasan perkebunan sawit dan karet. Bentuk jalan daerah ini bergelombang dan berbatu, karena jalan aspal yang didapat hanya sampai wilayah Padang Tualang.

Letak desa Paluh Pakih Babussalam sangat terpencil, karena jauh dari pusat kota, dan berada di tengah-tengah areal perkebunan. Desa Paluh Pakih Babussalam memiliki batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sungai Benda.

b. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tebing Tanjung Selamat, kecamatan Padang Tualang.

c. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Alur Hitam.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tanggul Sungai Basilam.

Desa Paluh Pakih Babussalam memiliki luas 1200 km2, yang terdiri dari daratan, persawahan, dan rawa. Luas areal persawahan adalah 800 Ha, dan daratan seluas 400 Ha. Desa ini memiliki delapan dusun, di antaranya adalah dusun Makmur, dusun Kelapa Sawit, dusun Benteng, dusun Bukit, dusun Sejahtera, dusun Pekan, dusun Berseri, dan dusun Letter “S”.

Desa Paluh Pakih Babussalam merupakan daerah dataran rendah, karena juga memiliki daratan dan rawa, sehingga sering terjadi banjir, namun sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam. Desa ini juga merupakan daerah lahan pertanian dan menjadi lumbung padi di wilayah kecamatan Batang Serangan. Potensi sumber daya alam berdasarkan iklim di desa Paluh Pakih Babussalam adalah iklim tropis, yang memiliki curah hujan 0,5 mm, sehingga jumlah bulan hujannya diperkirakan terjadi selama empat bulan dalam setahun, dengan suhu rata-rata harian adalah 250 C.

2.3. Keadaan Penduduk

Penduduk desa Paluh Pakih Babussalam mayoritas merupakan etnis Jawa. Selain etnis Jawa juga terdapat etnis lain, tetapi hanya merupakan etnis yang minoritas, diantaranya yaitu etnis Banten, Etnis Banjar, etnis Karo, dan etnis Batak Toba. Penduduk di desa Paluh Pakih Babussalam terdiri dari dua agama yang dianut, yaitu agama Islam dan agama Kristen Protestan. Mayoritas yang beragama Islam yang merupakan agama asli etnis Jawa. Agama lain yang terdapat di desa ini dibawa oleh etnis pendatang, yaitu agama Kristen Protestan.

Jumlah penduduk desa Paluh Pakih Babussalam adalah sebanyak 1903 jiwa, dengan penduduk laki-laki berjumlah 995 jiwa, dan penduduk perempuan berjumlah 908 jiwa. Terdapat 424 rumah tangga yang mendiami desa ini.

Jumlah penduduk setiap dusun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Per-Dusun Berdasarkan Jenis Kelamin

No Dusun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1. Makmur 57 52 109 2. Kelapa Sawit 69 61 130 3. Benteng 96 81 177 4. Bukit 207 194 401 5. Sejahtera 193 154 347 6. Pekan 143 133 276 7. Berseri 208 198 406 8. Letter “S” 27 30 57

Sumber: Kantor Desa PPB, 2007

Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa penduduk terpadat di dusun Berseri dengan jumlah penduduk 406 jiwa, yaitu jumlah penduduk laki-laki adalah 208 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 198 jiwa, sedangkan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu dusun Letter “S”, yang terdiri dari 27 jiwa penduduk laki-laki dan 30 jiwa penduduk perempuan.

2.3.1. Berdasarkan Etnis

Mayoritas penduduk desa Paluh Pakih Babussalam adalah penduduk yang beretnis Jawa, yang juga merupakan etnis asli di desa itu. Jumlah penduduk etnis Jawa adalah 1404 jiwa. Selain etnis Jawa juga terdapat etnis-etnis lain yang

merupakan etnis pendatang di desa ini, antara lain adalah etnis Karo yang berjumlah 86 jiwa, etnis Batak Toba yang berjumlah 48 jiwa, etnis Banten yang berjumlah 206 jiwa, dan etnis Banjar yang berjumlah 159 jiwa.

Secara terperinci jumlah penduduk desa Paluh Pakih Babussalam berdasarkan etnis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah Persentase

(%) 1 Jawa 1404 73,78 2 Karo 86 4,52 3 Batak Toba 48 2,52 4 Banten 206 10,82 5 Banjar 159 8,36

Sumber: Kantor Desa PPB, 2007

Berdasarkan tabel 2.2 dapat kita lihat bahwa etnis yang paling mendominasi di Desa Paluh Pakih Babussalam adalah etnis Jawa yang berjumlah 1404 jiwa, diikuti oleh etnis yang terbesar kedua ialah etnis Banten, etnis Banjar, etnis Karo, dan etnis Batak Toba. Desa ini terdiri dari beragam etnis, namun hubungan yang harmonis antar suku bangsa tetap terjalin.

2.3.2. Berdasarkan Agama

Masyarakat desa Paluh Pakih Babussalam menganut dua agama yang diakui oleh negara yaitu agama Islam dan agama Kristen, namun agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat desa ini adalah agama Islam. Berikut ini adalah

tabel yang menerangkan secara terperinci mengenai jumlah penduduk yang ada di desa Paluh Pakih Babussalam berdasarkan agama yang dianut.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 1851 97,27

2 Kristen 52 2,73

Sumber: Kantor Desa PPB, 2007

Pada tabel 2.3 menunjukkan bahwa agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat desa Paluh Pakih Babussalam adalah agama Islam dengan jumlah 1851 jiwa, sedangkan agama Kristen merupakan agama yang minoritas dengan jumlah penduduk yang menganutnya adalah 52 jiwa. Mendominasinya agama Islam di desa ini, namun tidak pernah menghambat terjalinnya kerukunan antar pemeluk agama Islam dengan pemeluk agama Kristen.

2.3.3. Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting pada masa sekarang ini. Penduduk desa Paluh Pakih Babussalam juga menganggap bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Setiap orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi orang yang tidak berpendidikan nantinya, karena dengan pendidikan setiap orang bisa menjadi sukses. Pendidikan dijadikan faktor yang sangat penting bagi kehidupannya di masa depan. Adapun jumlah penduduk desa Paluh Pakih Babussalam berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Sekolah Dasar (SD) 1257 73,29

2. SLTP/Sederajat 310 18,08

3. SLTA/Sederajat 137 7,99

4. Perguruan Tinggi 11 0,64

Sumber: Kantor Desa PPB, 2007

Tabel 2.4 menunjukkan bahwa penduduk desa Paluh Pakih Babussalam sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan di masa depan. Desa ini merupakan desa yang terpencil karena sangat jauh dari pusat kota, namun sudah terdapat 11 jiwa yang kuliah di Perguruan Tinggi yang ada di luar desa tersebut. Desa Paluh Pakih Babussalam juga tidak mempunyai bangunan sekolah untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi, sehingga anak-anak yang ada di desa ini harus pergi bersekolah di luar desa.

Di desa Paluh Pakih Babussalam juga masih terdapat anak-anak yang tidak merasakan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, ada yang memang tidak mau bersekolah, dan ada juga yang karena alasan keuangan keluarga yang kekurangan, yaitu yang dilatarbelakangi oleh pekerjaan masyarakatnya yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

2.3.4. Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk desa Paluh Pakih Babussalam mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Sumber mata pencaharian yang paling banyak, yaitu di

pencaharian bagi penduduk desa Paluh Pakih Babussalam. Penduduk desa ini juga ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan, di bidang sektor perdagangan, dan pengrajin.

Secara terperinci mengenai mata pencaharian penduduk akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Sumber Mata Pencaharian Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 604 86,29 2 Pedagang 24 3,43 3 Pegawai Negeri/Guru 5 0,71 4 Pengrajin 18 0,58 5 Penggarap 36 5,14 6 Pegawai Perkebunan 13 1,85

Sumber: Kantor Desa PPB, 2007

Tabel 2.5 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk yang terbesar adalah sebagai petani. Selain pada sektor pertanian, sektor perdagangan, pengrajin, dan sebagai pegawai negeri/guru. Sebagian penduduk desa Paluh Pakih Babussalam juga menggarap lahan milik perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di dekat desa ini. Penduduk desa ini menggarap sebagian lahan milik perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut dengan menanami padi, kelapa sawit juga tanaman cokelat.

Penggarapan lahan milik perusahaan perkebunan kelapa sawit oleh penduduk desa adalah disebabkan kurangnya modal warga desa untuk membeli tanah dan lahan, karena banyak penduduk desa yang belum memiliki tanah untuk membangun rumah dan lahan untuk bercocok tanam, sehingga banyak penduduk

yang harus menumpang di lahan milik orang lain. Bagi penduduk yang memiliki uang yang cukup, mereka dapat menyewa lahan bahkan membeli lahan itu untuk dijadikan tempat bertani. Ada sebagian penduduk yang tidak memiliki uang untuk memiliki lahan, maka mereka menggarap sebagian lahan milik perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di dekat desa Paluh Pakih Babussalam itu, yaitu bagian-bagian lahan yang tidak ditanami sawit oleh pihak perusahaan, misalnya yang sudah menjadi rawa.

Memasuki wilayah desa Paluh Pakih Babussalam dan wilayah perkebunan kelapa sawit, kita akan sulit untuk melihat batas-batas wilayahnya. Sulit untuk membedakan mana daerah milik perusahaan perkebunan kelapa sawit dan mana daerah milik desa Paluh Pakih Babussalam, karena desa ini berada di tengah- tengah wilayah perkebunan kelapa sawit itu.

Sebagian besar penduduk desa Paluh Pakih Babussalam juga terpaksa harus membangun rumah kecil yang terbuat dari tepas, kayu, bahkan dari papan di lahan milik perusahaan perkebunan kelapa sawit itu. Hal ini disebabkan oleh karena penduduk desa menganggap bahwa lahan milik perkebunan yang sudah menjadi rawa itu tidak dipergunakan oleh pihak perusahaan, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menggarap lahan kosong itu tanpa harus mengeluarkan uang sewanya, dimana mereka hanya merupakan petani yang tidak memiliki uang yang banyak untuk menyewa.

2.4. Pola Pemukiman

Masyarakat desa Paluh Pakih Babussalam bermukim di tengah-tengah areal perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan di sekitar rumah banyak dikelilingi rawa-rawa dan sawah. Hal ini dikarenakan desa ini merupakan dataran rendah dan dapat dijadikan sebagai tempat untuk bercocok tanam, sehingga mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, selain itu juga memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Di wilayah perkebunan kelapa sawit tidak terdapat sebuah pasar untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari, sehingga banyak petani yang berasal dari desa Paluh Pakih Babussalam yang juga berprofesi sebagai pedagang untuk menjual hasil pertaniannya ke rumah-rumah yang ada di wilayah perkebunan kelapa sawit itu.

Desa Paluh Pakih Babussalam merupakan wilayah yang terpencil dan jauh dari pusat kota, bahkan tidak memiliki alat transportasi khusus untuk menuju wilayah ini. Di desa ini juga masih ditemui rumah yang berbentuk semi permanen, dan rumah yang terbuat dari bambu.

Tabel 2.6

Jenis Bangunan Rumah

No Jenis Rumah Jumlah

1 Permanen 18

2 Semi Permanen 22

3 Kayu/Papan 135

4 Bambu 234

Sumber: Kantor Desa PPB, 2006

Penduduk desa Paluh Pakih Babussalam semakin bertambah dan bangunan perumahan juga semakin meningkat. Penduduk yang memiliki rumah permanen

perkebunan kelapa sawit, sedangkan rumah yang terbuat dari kayu, papan, dan bambu dimiliki oleh mereka yang kesehariannya sebagai petani. Hal ini disebabkan karena sebagian penduduk desa tidak mempunyai banyak uang untuk membangun rumah, dan banyak di antara mereka yang membangun rumah yang terbuat dari kayu, papan, dan bambu.

2.5. Sarana dan Prasarana

Beberapa sarana dan prasarana yang telah diberikan oleh pemerintah kepada desa Paluh Pakih Babussalam di antaranya ialah pembuatan irigasi sepanjang 4 km, yaitu yang dialiri dari sungai Basilam. Irigasi ini dilakukan untuk pengairan di sawah, selain itu ada henzetor sebanyak 7 unit untuk sawah, pembibitan ikan seluas 50 rante (2 ha). Pengaliran listrik berasal dari PLN, yang harus dibayar tiap bulannya oleh masing-masing KK. Jumlah sarana dan prasarana yang ada di desa Paluh Pakih Babussalam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7 Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase (%)

1 Sekolah Dasar Negeri 1 4,54

2 Mesjid 2 9,09

3 Mushalla 8 36,38

4 TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) 1 4,54

5 Lapangan Bola Kaki 1 4,54

6 Lapangan Voli 1 4,54

7 Puskesmas Pembantu 1 4,54

8 Henzetor 7 31,83

Dari tabel 2.7 dapat dilihat bahwa sarana pendidikan belum memadai, karena sarana pendidikan yang ada hanya untuk Sekolah Dasar yaitu yang berjumlah 1 (satu) unit. Sarana ibadah yang terdapat di desa Paluh Pakih Babussalam hanya diperuntukkan bagi umat Islam, yaitu berupa 2 (dua) unit mesjid dan 8 (delapan) unit mushalla yang terdapat di setiap dusunnya. Sarana ibadah untuk umat Kristen tidak tersedia sehingga harus melakukan kegiatan agama di sebuah gereja yang letaknya cukup jauh dari desa ini.

Kondisi dari sarana ibadah bagi umat Islam memperihatinkan, karena jarang sekali dilakukan pembangunan untuk memperbaiki sarana ibadah yang ada. Masalah yang paling pokok dalam memperbaiki sarana ibadah tersebut adalah masalah biaya, jangankan untuk memperbaiki bangunan ibadah, untuk biaya kehidupan sehari-hari saja masih kurang. Masyarakat di desa Paluh Pakih Babussalam hanya menunggu waktu dan bantuan dari pihak-pihak lain untuk membantu memperbaiki sarana ibadah yang ada.

Di desa Paluh Pakih Babussalam hanya ditemui 1 (satu) unit sarana penunjang kesehatan, dan bangunannya juga kelihatan memperihatinkan karena hanya terbuat dari papan-papan, serta hanya ada satu orang bidan. Fasilitas kesehatan juga sangat kurang di desa ini. Kegiatan masyarakat yang beragama Islam, seperti pengajian atau kegiatan keagamaan lainnya, yaitu untuk menambah pengetahuan tentang keagamaan Islam khususnya dapat dilakukan di mesjid maupun di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).

2.6. Kehidupan Masyarakat Jawa

Sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Jawa adalah bilateral atau parental. Keturunan bilateral atau parental, yaitu keluarga menganut prinsip keturunan yang diperhitungkan secara sama, yaitu melalui garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu.

Menurut Hildred Geertz (1985:28), pada masyarakat Jawa ada dua istilah yang dikenal adanya hubungan kekeluargaan. Istilah-istilah tersebut yaitu sedulur

cedak dan sedulur adoh. Masing-masing istilah tersebut juga sering disebut

dengan kulawarga, sanak sedulur, atau sedulur. Sedulur cedak ialah kakek, nenek, paman, bibi, anak-anak paman dan bibi, atau juga merupakan keluarga kandung dari ayah dan ibu kandung, sedangkan yang dimaksud dengan sedulur

adoh ialah orang-orang yang bukan sedarah tetapi sudah dianggap keluarga

sendiri, dan bahkan tinggal dalam satu rumah.

Hildred Geertz (1985:28) selanjutnya mengatakan, bahwa seorang sedulur cedak dapat menjadi seperti saudara adoh, karena perpindahan ke kelas lain, adanya percekcokan, atau tempat kediaman yang berjauhan dengan keluarga. Seorang saudara adoh dapat mejadi seperti saudara cedak, karena tempat kediaman yang berdekatan, bersama-sama dalam satu rumah, sehingga dianggap sebagai salah seorang warga somah sendiri.

Orang yang menjadi orang tua kandung dalam satu keluarga pada masyarakat Jawa disebut pak (sebutan untuk orang tua kandung yang laki-laki), dan bu (sebutan untuk orang tua kandung yang perempuan). Saudara kandung yang lebih tua adalah seorang perempuan biasanya disebut mbak ayu atau

dia disebut mas, tetapi apabila memiliki adik perempuan disebut adik wedok, dan apabila mempunyai adik laki-laki disebut adik lanang.

Pada umumnya perempuan dapat mejaga hubungan yang lebih erat dengan keluarga sedarahnya, sesudah perkawinan dan pindah tempat tinggal, anak-anak perempuan umumnya masih tetap mempunyai hubungan erat dengan keluarga orang tua mereka, sedangkan anak-anak laki-laki tidak demikian. Perempuan- perempuan kakak beradik yang telah menikah berikut dengan anak-anak perempuan mereka, akan tetap berhubungan erat satu sama lain, tetapi tidak demikian halnya antara mereka dan saudara laki-lakinya, atau antara kakak beradik laki-laki mereka (Geertz, 1985:29).

Di pihak lain menantu laki-laki dan menantu perempuan harus selalu hormat terhadap mertua. Tanggung jawab keluarga sebagian besar ada pada perempuan, maka menantu perempuan bila berkediaman dekat agar selalu mengirimkan sesuatu berupa hadiah kecil bagi ibu mertuanya. Sebaliknya, ibu mertua apabila ia berada dekat, akan mengirimkan hadiah yang biasanya diperuntukkan bagi cucu-cucunya (Geertz, 1985:31).

2.6.1. Kehidupan Masyarakat Desa Paluh Pakih Babussalam

Masyarakat desa Paluh Pakih Babussalam menganut dua agama yang diakui oleh negara, masing-masing di antaranya ialah agama Islam dan agama Kristen. Bagi umat yang beragama Kristen mengadakan kegiatan keagamaan yaitu kebaktian Minggu di gereja yang letaknya cukup jauh dari desa, dan kegiatan perwiritan seperti partangiangan dilakukan di rumah warga desa yang sudah ditunjuk jemaat gereja. Hari besar keagamaan, seperti Natal juga diselenggarakan

di gereja. Letak gereja cukup jauh, dan berada di wilayah perkebunan kelapa sawit, sehingga sebagian umat Kristen harus menaiki sepeda atau berjalan kakia untuk mencapai gereja itu.

Masing-masing warga desa yang menganut agama Islam melaksanakan sholat di mesjid atau di mushalla, yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah masing-masing warga desa. Mereka sembahyang lima kali sehari, pada hari Jumat pergi ke mesjid, dan berpuasa dalam bulan Ramadhan. Hari besar keagamaan seperti sholat Idul Fitri dan sholat Idul Addha juga diselenggarakan di mesjid yang ada.

Bagi umat beragama Islam membentuk sebuah perkumpulan perwiritan dan pengajian di desa Paluh Pakih Babussalam. Hal ini dilakukan oleh karena mereka menginginkan adanya kerukunan di antara warga desa, dan terlebih untuk menambah pengetahuan mengenai keagamaan umumnya.

Perkumpulan perwiritan maupun pengajian juga dianggap sebagai sarana bagi warga desa untuk dapat lebih aktif dalam suatu kegiatan keagamaan. Dari beberapa informan yang penulis tanya bahwa perwiritan dan pengajian dilakukan hanya supaya ada kegiatan masyarakat dalam keagamaan, dan karena banyak warga desa yang sangat sedikit pengetahuannya terhadap keagamaan.

Kegiatan perwiritan biasanya dilaksanakan pada hari Kamis dengan jadwal sebanyak dua kali dalam seminggu. Pertama, dilaksanakan oleh para ibu dan remaja puterinya, yaitu pada pukul 13.00 wib, dan yang kedua dilakukan pada malam hari oleh para bapak dan remaja puteranya, pada pukul 20.00 wib. Kegiatan perwiritan ini biasanya dilakukan di rumah salah satu warga desa yang sudah ditunjuk.

Kegiatan pengajian dilakukan setiap harinya di Taman Pendidikan Al-

Dokumen terkait