• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun Medan

4.1.4. Gambaran Penduduk

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Lingkungan Jumlah RT Sudirejo I 11.215 2.209 15 39 Sudirejo II 8.502 1.166 12 38 Sitirejo I 11.193 2.240 17 17 Jumlah 30.910 5.880 44 94

Sumber : Profil Puskesmas Simpang Limun, 2007

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur

Umur Sudirejo I Sudirejo II Sitirejo I Jumlah

< 1 tahun 198 75 260 533 1 – 4 tahun 840 225 1.043 1.098 5 – 14 tahun 2.071 2.202 2.098 6.371 15 – 44 tahun 4.959 2.641 5.399 12.999 45- 59 tahun 2.023 1.360 2.224 5.680 > 59 tahun 1.134 1.965 153 3.265 Jumlah 11.225 8.468 11.177 30.910

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Agama

Agama Sudirejo I Sudirejo II Sitirejo I Jumlah

Islam 6.166 4.753 6.828 17.747 Kristen Protestan 4.841 2.152 4.051 11.107 Kristen Katolik 208 1.584 207 2.062 Hindu - 13 20 33 Budha - - 24 24 Jumlah 11.215 8.502 11.130 30.910

Sumber : Profil Puskesmas Simpang Limun, 2007

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel bebas melalui tabel 4.4 s/d tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Umur Frekuensi Persen (%)

19 – 23 tahun 9 10,9 24 – 28 tahun 9 10,9 29 – 33 tahun 18 22 34 – 38 tahun 20 24,4 39 – 43 tahun 23 28,1 44 – 48 tahun 3 3,7 Jumlah 82 100,0

Dari tabel di atas, umur responden terbanyak adalah 39 – 43 tahun yaitu 23 orang ( 28,1 %), dan yang paling sedikit berumur 44 – 48 tahun yaitu 3 orang (3,7%)

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Suku Bangsa Frekuensi Persen (%)

Karo 9 11,0 Batak 28 34,1 Melayu 4 4,9 Minang 5 6,1 Jawa 12 14,6 Nias 23 28,0 Aceh 1 1,2 Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tebel di atas, mayoritas suku bangsa responden adalah suku batak yaitu 28 orang (34,1%), diikuti suku nias 23 orang (28,0%), suku jawa 12 orang (14,6%), karo 9 orang (11,0%), minang 5 orang (6,1%), melayu 4 orang (4,9%), dan aceh 1 orang (1,2%).

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Pendidikan Frekuensi Persen (%)

Tidak Sekolah 13 15,9 SD 26 31,7 SLTP 29 35,4 SMU 8 9,8 Akademi/S1 6 7,3 Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tebel di atas dapat dilihat pendidikan responden terbanyak adalah SLTP yaitu 29 orang (35,4%), diikuti pendidikan SD yaitu 26 orang (31,7%), tidak

sekolah yaitu 13 orang (15,9%), SMU yaitu 8 orang (9,8%) dan akademi/S1 sebanyak 6 orang (7,3%).

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Pekerjaan Frekuensi Persen (%)

Ibu Rumah Tangga 56 68,3

Bertani/buruh 8 9,8

PNS 7 8,5

Pegawai Swasta 11 13,4

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 56 orang (68,3%), pegawai swasta sebanyak 11 orang (13,4%), bertani/buruh sebanyak 8 orang (9,8%), dan PNS sebanyak 7 orang (8,5%).

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Frekuensi Persen (%) < 6 bulan 72 87,8 ≥ 6 bulan 10 12,2 Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 72 orang (87,8 %), dan minoritas responden memberian makanan tambahan pada saat bayi usia mulai 6 bulan yaitu 10 orang (12,2 %).

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Kesehatan Ibu Pada Responden di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Kesehatan Ibu Frekuensi Persen (%)

Sehat 65 79,3

Tidak Sehat 17 20,7

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang kesehatannya baik di wilayah Puskesmas Simpang Limun Medan yaitu 65 orang (79,3%)., sedangkan ibu yang tidak sehat yaitu 17 orang (20,7%)

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Pengetahuan Ibu Frekuensi Persen (%)

Baik 15 18,3

Kurang baik 67 81,7

Jumlah 82 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden yang kurang baik lebih banyak yaitu 67 orang (81,7 %), sedangkan pengetahuan yang baik hanya 15 orang (18,3%).

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pekerjaan Responden di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008. Faktor Pekerjaan Ibu Frekuensi Persen (%)

Mendukung PMT < 6 bulan 20 24,4

Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 62 75,6

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, ibu yang memiliki pekerjaan/aktifitas sehari-hari yang mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu

20 orang (24,4%), dan ibu yang memiliki pekerjaan yang tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 62 orang (75,6%).

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Petugas Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Petugas Kesehatan Frekuensi Persen (%)

Mendukung PMT < 6 bulan 63 76,8

Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 19 23,2

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat responden yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 19 orang (23,2 %), dan responden yang mengatakan petugas kesehatan mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 63 orang (76,8 %).

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Iklan di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Iklan Frekuensi Persen (%)

Mendukung PMT < 6 bulan 50 61,0

Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 32 39,0

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, responden yang mengatakan iklan tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 32 orang (39,0 %), dan responden terbanyak mengatakan iklan mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 50 orang (61,0 %).

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Kebudayaan di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Kebudayaan Frekuensi Persen (%)

Mendukung PMT < 6 bulan 46 56,1

Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 36 43,9

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden mengatakan kebudayaan mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 46 orang (56,1%), dan minoritas responden mengatakan kebudayaan tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 36 orang (43,9 %).

Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Ekonomi di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2008.

Faktor Ekonomi Frekuensi Persen (%)

Mendukung PMT < 6 bulan 22 26,8

Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 60 73,2

Jumlah 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, responden yang mengatakan faktor ekonomi tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 60 orang (26,8 %), dan minoritas responden mengatakan faktor ekonomi mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan yaitu 22 orang (73,2 %).

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1 Pengaruh Kesehatan Ibu terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap kesehatan ibu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.16 Pengaruh Kesehatan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Kesehatan Ibu Pemberian PMT TOTAL

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung PMT < 6 bulan 16 94,1 1 5,9 17 100,0 0,798 0,679 Tidak Mendukung PMT < 6 bulan 56 86,2 9 13,8 65 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 17 orang ibu yang mendukung pemberian PMT < 6 bulan ada 16 ibu (94,1 %) yang memberian PMT <6 bulan dan ada 1 ibu (5,9 %) yang memberian PMT pada bayi usia mulai 6 bulan. Sedangkan dari 65 ibu yang tidak mendukung PMT < 6 bulan ada 56 ibu (86,2%) yang memberikan PMT < 6 bulan dan ada 9 ibu (13,8 %) yang tidak memberikan PMT pada bayi < 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,679 > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara faktor kesehatan ibu terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.2 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.17 Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Pengetahuan Ibu Pemberian PMT Total

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Baik 9 60,0 6 40,0 15 100,0 13,255 0,002 Kurang Baik 63 94,0 4 6,0 67 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 15 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, diantaranya ada 9 ibu (60,0%) yang memberikan PMT < 6 bulan, dan 6 ibu (40,0%) memberikan PMT pada bayi usia mulai 6 bulan. Sedangkan dari 67 orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik, ada 63 ibu (94,0%) memberikan PMT pada bayi < 6 bulan, dan ada 4 ibu (6,0%) memberikan makanan tambahan pada bayi usia mulai usia 6 bulan.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa P value = 0,002 < α = 0,05, artinya

ada pengaruh antara faktor pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.3 Pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.18 Pengaruh Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Pekerjaan Ibu Pemberian PMT Total

x

2 P-value) < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung 17 85,0 3 15,0 20 100,0 0,194 0,700 Tidak Mendukung 55 88,7 7 11,3 62 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 20 ibu yang pekerjaannya sehari-hari mendukung pemberian makanan tambahan < 6 bulan ada 17 ibu (85,0%) yang memberikan PMT < 6 bulan, dan ada 3 ibu (15,0%) yang memberikan PMT saat usia bayi mulai 6 bulan. Sedangkan dari 62 orang ibu yang pekerjaannya tidak mendukung pemberian PMT < 6 bulan, ada 55 ibu (88,7%) memberikan PMT < 6 bulan, dan 7 ibu (11,3%) yang memberikan PMT pada usia mulai 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,700 > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara faktor pekerjaan ibu terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.4 Pengaruh Petugas Kesehatan terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap petugas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.19 Pengaruh Petugas Kesehatan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Petugas Kesehatan Pemberian PMT Total

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung 59 93,7 4 6,3 63 100,0 8,678 0,009 Tidak Mendukung 13 68,4 6 31,6 19 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 63 ibu yang mengatakan petugas kesehatan mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi, ada 4 ibu (6,3%) memberikan makanan tambahan pada saat bayi mulai usia 6 bulan dan ada 59 ibu (93,7%) memberikan makanan tambahan pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan dari 19 ibu yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi, ada 6 ibu (31,6%) yang memberikan makanan tambahan saat bayi mulai berusia 6 bulan, dan 13 ibu (68,4%) memberikan makanan tambahan pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,009 < α = 0,05, artinya

ada pengaruh antara faktor petugas kesehatan terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.5 Pengaruh Iklan terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap iklan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.20 Pengaruh Iklan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Iklan Pemberian PMT Total

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung 48 96,0 2 4,0 50 100,0 8,036 0,012 Tidak Mendukung 24 75,0 8 25,0 32 100,0 Total 72 87,8 72 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang mengatakan iklan mendukung pemberian PMT < 6 bulan ada 48 ibu (96,0%) yang memberikan PMT usia < 6 bulan, dan ada 2 ibu (4,0%) yang memberikan PMT pada bayi saat usia bayi mulai 6 bulan. Sedangkan dari 32 ibu yang mengatakan iklan tidak mendukung pemberian PMT pada bayi < 6 bulan, ada 24 ibu (75,0%) yang memberikan PMT < 6 bulan, dan 8 ibu (25,0%) memberikan PMT pada bayi usia mulai 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,012 < α = 0,05, artinya

ada pengaruh antara faktor iklan terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.6 Pengaruh Kebudayaan terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap kebudayaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.21 Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Kebudayaan Pemberian PMT Total

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung 44 95,7 2 4,3 46 100,0 6,026 0,019 Tidak Mendukung 28 77,8 8 22,2 36 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 46 ibu yang mengatakan kebudayaan mendukung pemberian PMT < 6 bulan, didapat ada 44 ibu (95,7%) memberikan PMT < 6 bulan dan ada 2 ibu (4,3%) memberikan PMT pada saat bayi usia mulai 6 bulan. Sedangkan dari 36 ibu yang mengatakan kebudayaan tidak mendukung pemberian PMT pada bayi usia < 6 bulan, ada 28 ibu (77,8%) yang memberikan PMT < 6 bulan, dan 8 ibu (22,2%) memberikan PMT saat bayi mulai sia 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,019 < α = 0,05, artinya

ada pengaruh antara faktor kebudayaan terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

4.3.7 Pengaruh Ekonomi terhadap Pemberian Makanan Tambahan

Pengaruh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan terhadap ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.22 Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2008

Faktor Ekonomi Pemberian PMT Total

x

2 P-value < 6 bulan 6 bulan n % n % n % Mendukung 18 81,8 4 18,2 22 100,0 1,006 0,446 Tidak Mendukung 54 90,0 6 10,0 60 100,0 Total 72 87,8 10 12,2 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 22 ibu yang mengatakan faktor ekonomi mendukung pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan, didapat 18 ibu (81,8%) yang memberikan PMT < 6 bulan, dan 4 ibu (18,2%) yang memberikan PMT saat usi mulai 6 bulan. Sedangkan dari 60 ibu yang mengatakan faktor ekonomi tidak mendukung pemberian PMT < 6 bulan, ada 54 ibu (18,2%) memberikan PMT < 6 bulan dan ada 6 ibu (10,0%) memberikan PMT saat usia bayi mulai 6 bulan.

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa P value = 0,446 > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka akan dibahas secara berurutan sesuai dengan analisis dari variabel-variabel penelitian.

5.1 Pengaruh Faktor Kesehatan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor kesehatan ibu dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Menurut asumsi peneliti bahwa faktor kesehatan ibu tidak berhubungan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan karena meskipun ibu dalam keadaan sehat, namun kurangnya pengetahuan ibu serta keluarga tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif, membuat ibu lebih memilih memberikan makanan tambahan pada bayinya saat berusia kurang dari 6 bulan.

Bila kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara memberi makan yang paling ideal untuk bayi 6 bulan pertama sejak dilahirkan, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Anwar, 1992).

Ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan harus memiliki kesehatan yang baik agar dapat memberikan air susu ibu kepada bayinya. Jika tidak, ibu harus mendapatkan makanan tambahan agar kondisinya lebih sehat sehingga memungkinkan untuk dapat menyusui dengan baik, sehingga ibu terhindar dari aktifitas memberikan makanan tambahan lain pada bayinya (Luluk, 2005).

Menurut pendapat Arifin (2008), mengatakan bahwa salah satu faktor dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain faktor fisik ibu. Alasan yang cukup sering

bagi ibu untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi. sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada

membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

5.2. Pengaruh Faktor Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara faktor pengetahuan ibu dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu : 1) tahu (know), 2) memahami (comprehensive), 3) aplikasi (application), 4) analisis (analysis), 5)sintesis (synthesis), dan 6) evaluasi (evaluation).

Hal di atas menunjukkan bahwa ada ibu-ibu yang mengetahui dampak negatif pemberian makanan tambahan pada bayi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) bahwa ada orang yang tingkat pengetahuannya hanya tahu saja, tapi tidak bisa mempraktekkannya. Ada juga yang sampai memahami dan kemudian dapat mengaplikasikannya.

5.3 Pengaruh Faktor Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Maiza, 2003)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji statistik dapat diketahui tidak ada pengaruh antara faktor pekerjaan ibu dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Menurut Anorage (2001), pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti, melalui pekerjaan seseorang dapat mengembangkan kemampuannya yang bermanfaat bagi diri sendiri, anggota keluarga, masyarakat bangsa dan negara.

Menurut pendapat Arifin (2008) yang menyatakan bahwa pada ibu bekerja, cara lain untuk tetap dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan memberikan ASI peras/perah-nya pada bayi selama ibu bekerja. Selama ibu ditempat bekerja, sebaiknya ASI diperah minimum 2 x 15menit. Memerah ASI sebaiknya hanya menggunakan jari tangan, tidak menggunakan pompa yang berbentuk terompet. ASI perah tahan 6-8 jam di udara luar, 24 jam didalam termos berisi es batu, 48 jam dalam lemari es, dan 3 bulan, apabila berada dalam freezer.

Dengan bantuan “Tempat Kerja Sayang Ibu”, yaitu tempat kerja yang memungkinkan karyawati menyusui secara eksklusif, keberhasilan ibu bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif akan menjadi lebih besar lagi.

5.4 Pengaruh Faktor Petugas Kesehatan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Petugas kesehatan adalah mitra masyarakat khususnya ibu dalam mengenalkan dan menguatkan ibu untuk melakukan tindakan yang aman dan sehat untuk dirinya dan keluarganya, terutama anaknya. Petugas kesehatan menjadi sumber informasi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan tentang dampak pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara faktor petugas kesehatan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Menurut pendapat Zulfayeni (2004) bahwa memberikan ASI Eksklusif kepada bayi usia 4-6 bulan mempunyai banyak keuntungan. Tetapi hingga saat ini prevalensinya masih rendah di beberapa wilayah. Banyak faktor yang berhubungan dengan pola pemberian ASI kepada bayi. Salah satu faktornya yaitu menunjukkan bahwa dukungan pelayanan kesehatan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif tanpa makanan tambahan.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Arifin (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan

tentang manfaat pemberian ASI dan kurangnya penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

5.5 Pengaruh Faktor Iklan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Iklan merupakan media penyampaian informasi kepada masyarakat luas, baik melalui televisi, poster dan gambar-gambar yang ditempel di tempat umum sehingga banyak masyarakat yang mendapat informasi melalui iklan. Banyaknya iklan yang menawarkan produk susu untuk bayi usia 1-24 bulan, dengan penekanan kelebihan manfaat dari masing-masing susu. Maraknya iklan susu ini, menarik perhatian ibu sehingga ibu merasa aman untuk memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji statistik didapat ada pengaruh antara faktor iklan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Pada penelitian ini, adanya hubungan antara iklan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan disebabkan karena ada ibu-ibu yang mengatakan iklan susu mempengaruhi mereka untuk memberikannya pada saat bayi baru lahir.

Penelitian ini mendukung pendapat Arifin (2008), yang menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain: Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya

kesediaan menyusui dan lamanya baik di desa dan perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan meningkat titik hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga di tempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia.

5.6 Pengaruh Faktor Kebudayaan Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Kebudayaan membentuk nilai-nilai yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dan keluarga. Keberagaman budaya yang ada di masyarakat membuat keberagaman pola pikir.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara faktor kebudayaan dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Arifin (2008) yang menyatakan bahwa perubahan sosial budaya mempengaruhi pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan diantaranya pengaruh ibu-ibu bekerja/kesibukan sosial lainnya, meniru teman/tetangga yang memberikan susu botol dan merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

5.7 Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan

Faktor ekonomi selalu terkait pada banyaknya pendapatan yang diterima. Kondisi ekonomi keluarga yang baik selalu dilihat dari perbandingan pendapat dan pengeluaran rata-rata tiap bulannya.

Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh antara faktor ekonomi dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Ridwan (2007), yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi ibu, dimana ibu yang mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama.

Sama halnya pendapat Sinta (2003), yang menyatakan bahwa dari hasil uji statistik ditemukan bahwa variabel tempat tinggal dan sosial ekonomi mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap pola pemberian ASI. Ibu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di wilayah kerja Simpang Limun Medan Tahun 2008 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Tidak ada pengaruh antara faktor kesehatan ibu dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Puskesmas

Dokumen terkait