• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja PT Sinar Sosro Tempat kerja merupakan lingkungan yang sangat rentan terhadap

pelbagai risiko kecelakaan kerja. Pengendalian risiko kecelakaan kerja merupakan langkah dalam manajemen K3 untuk dapat menghilangkan atau mengurangi risiko dari kecelakaan kerja. Tingkat pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan berbeda-beda, perusahaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang besar maka harus memiliki pengendalian yang sangat maksimal.

PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang yang bergerak dibidang produk minuman dinilai memiliki risiko kecelakaan kerja yang tergolong rendah, maka pengendalian yang diterapkan perusahaan pun juga tergolong minimal. Sebelum

terbentuknya Tim P2K3 PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, perusahaan hanya menggunakan Standar ISO 9001 sebagai pedoman dalam penerapan K3. Terbukti dengan perusahaan meraih penghargaan zero accident pada tahun 2006 – 2008.

Pada tahun 2008 telah dibentuk tim P2K3 perusahaan agar aspek K3 di perusahaan lebih diperhatikan dengan tujuan angka kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Pada tahun 2012 – 2014 adalah hasil dari program tim P2K3 dengan kembalinya perusahaan mendapatkan prestasi zero accident. Beberapa program dari tim P2K3 antara lain :

1.Program K3

a) Pembentukan tim P2K3

Perusahaan mendirikan P2K3 pada tahun 2008 yang berjumlah 25 orang untuk menanggulangi risiko kecelakaan kerja di perusahaan. Namun dikarenakan perusahaan belum menerapkan SMK3 maka peraturan yang dibuat oleh Tim P2K3 secara tertulis dan secara lisan belum tegas tentang prosedur kerja dan SOP dalam bekerja untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Apabila pekerja melanggar SOP perusahaan pada saat bekerja maka perusahaan akan memberikan teguran tegas namun hanya teguran secara lisan dan apabila pekerja kembali melakukan pelnggaran yang sama maka perusahaan akan memberikan peringatan secara tertulis berupa Surat Peringatan 1 (SP1), dan Surat Peringatan 2 (SP2). Apabila pekerja masih melakukan pelanggaran yang sama makan dengan tegas perusahaan

mngeluarkan Surat Peringatan 3 (SP3) dan pekerja dengan terpaksa dikeluarkan dari perusahaan.

b) Selalu bekerja tepat waktu.

Memulai pekerjaan dengan tepat waktu dan selesai tepat waktu. Tujuan dari pengaturan waktu ini karena ada beberapa area kerja terutama area produksi yang diharuskan membatasi jam kerja maksimal karena terdapat beberapa risiko kecelakaan kerja yang akan meningkat apabila jam kerja melebihi batas maksimal. Seperti pekerja pada bagian proses produksi dengan jumlah jam kerja yang pada umumnya 8 jam per hari atau 40 jam per minggu dikurangi menjadi 7 jam per hari atau 35 jam per minggu. Hal ini dilakukan karena wilayah kerja pekerja area produksi memiliki kebisingan yang ada di atas Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 85 dB. Kebisingan yang dihasilkan berasal dari mesin produksi pada saat memproduksi botol produk.

Pengurangan jam kerja yang diterapkan merupakan langkah dari perusahaan untuk mengurangi paparan akibat dari kebisingan yang dihasilkan mesin. Menurut Manager PGA dan assisten

Quality Control bahwa untuk perusahaan produk minuman yang memiliki risiko kecelakaan rendah, maka untuk kasus seperti kebisingan yang melebihi NAB hanya diperlukan langkah admininstratif sederhana dengan mengurangi jumlah jam kerja dan penggunaan APD secara tepat dan disiplin.

c) Pembatasan Jumlah Jam Kerja dan Pemberlakuan Sistem Shift Jumlah jam kerja pada area produksi dan adminstrasi dibedakan jumlahnya karena pada area produksi risiko kecelakaan kerja lebih besar seperti Kebisingan, tertimpa produk hingga lantai licin. Pengurangan jam kerja dan pergantian shift adalah langkah dari perusahaan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja dan ketulian akibat paparan dari kebisingan mesin yang bekerja selama 5 hari dalam seminggu.

d) Pemberian APD

Selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama berada di lingkungan kerja. Lingkungan kerja terutama area produksi adalah tempat yang selalu terdapat berbagai risiko kecelakaan yang sewaktu-waktu menimpa pekerja. Penggunaan APD yang semestinya bukan langkah utama dalam menghindari pekerja dari risiko kecelakaan, namun dikarenakan risiko kecelakaan kerja yang kecil di PT Sinar Sosro maka APD adalah langkah yang tepat bagi perusahaan dalam mengatasi risiko kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri digunakan bukan untuk menghilangkan risiko kecelakaan kerja terhadap pekerja, namun dengan penggunaan APD maka akibat dari kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Setiap pekerja yang bekerja di daerah yang memiliki potensi bahaya diwajibkan menggunakan APD yang disediakan oleh PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang.

Berdasarkan identifikasi potensi bahaya yang telah dilakukan, keseluruhan area pabrik memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda, sehingga hampir keseluruhan pekerja diwajibkan untuk menggunakan APD tertentu sesuai dengan jenis potensi bahaya yang dihadapi. Namun penggunaan APD di PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang ini lebih difokuskan kepada pekerja yang bertugas di bagian produksi, hal ini disebabkan karena potensi bahaya yang lebih besar serta pekerjaan tersebut berhubungan langsung dengan temperatur tinggi, kebisingan, dan ketinggian. Beberapa jenis APD yang disediakan perusahaan bagi perkerja terkait masing-masing potensi bahaya berupa:

1. Safety shoes;

APD ini merupakan APD standar yang wajib dipakai oleh semua pekerja yang berada di area pabrik karena perusahaan bergerak dibidang minuman dan lantai menjadi salah satu sumber risiko kecelakaan kerja apabila produk minuman tumpah kelantai dan menjadi awal dari pemicu terjadinya terjatuh.

2. Sarung tangan;

Sarung tangan yang digunakan dalam area ini yaitu berupa sarung tangan kain, maka dari itu walaupun pekerja tidak bersentuhan secara langsung dengan produk perusahaan tetapi pekerja tetap diberi APD berupa sarung tangan kain untuk menghindari tangan pekerja dari panasnya tanki pemasak apabila menyentuhnya. Sarung tangan ini

juga digunakan oleh pekerja yang bertugas pada area produksi, seperti area bottling, kitchen, AMDK, PET, Bengkel dan Workshop.

3. Ear muff dan ear plug;

Ear muff dan ear plug ini digunakan sebagai pelindung telinga karena mampu mereduksi kebisingan yang ada di lingkungan yang akan terdengar oleh para pekerja. Jenis APD ini wajib digunakan pada area

bottling, kitchen, power station, dan workshop. 4. Masker;

Penggunaan masker pada unit ini berbeda-beda tergantung pada jenis peruntukannya. Masker yang digunakan yaitu half mask yang wajib digunakan pada area bottling agar para pekerja tidak terkontaminasi bakteri yang terdapat pada botol-botol yang belum dicuci. Half mask

juga wajib digunakan bagi para pekerja yang bertugas di area gudang PB/PI dan gudang below standard untuk melindungi dari debu yang terdapat pada area tersebut. Selanjutnya full mask wajib digunakan pada area workshop untuk melindungi wajah dari percikan api saat melakukan pekerjaan las. Selain itu penggunaan masker karbon diwajibkan untuk pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia berbahaya seperti pada area laboratorium quality control. 5. Goggle;

Goggle berguna untuk melindungi mata para pekerja dari pecikan dari percikan api saat melakukan pekerjaan las. APD ini wajib digunakan untuk pekerja yang bertugas di area workshop.

2. Pelatihan K3

Berdasarkan hasil wawancana dengan Manager PGA dan Assisten Supervisor Quality Control dilaksanakannya pelatihan rutin oleh

Manager PGA yang berkaitan dengan K3 kepada seluruh pekerja PT Sinar Sosro seperti pelatihan tentang tanggap darurat, pelatihan K3 untuk situasi kebakaran, pelatihan K3 untuk keadaan gempa, briefing tentang keselamatan dalam bekerja, safety talk mingguan, safety induction secara lisan bagi karyawan baru. Pelatihan yang diberikan perusahaan hanya bersifat inhouse training dikarenakan perusahaan belum memiliki tenaga kerja dengan Sertifikat Ahli K3 dan tidak menggunakan jasa Ahli K3 dari suatu instansi bidang K3 dikarenakan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar. Pelatihan diberikan oleh Manager PGA dengan berbagai metode seperti metode presentasi oleh presentator, metode 2 arah dengan tanya jawab dan pertanyaan yang diberikan presentator kepada peserta pelatihan. Pelatihan yang diberikan juga tidak hanya sebatas kepada karyawan perusahaan khusus area produksi yang merupakan area dengan risiko kecelakaan kerja terbesar, namun karyawan di bagian administrasi dan satpam juga diikutsertakan dengan alasan apabila sewaktu-waktu terdapat risiko kecelakaan kerja yang timbul maka siapapun yang berada di lokasi kejadian tersebut dapat melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Dokumen terkait